• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan tentang Penanganan aborsi tidak aman (unsafe aAbortion) dari perspektif perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) , dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan informan maupun peserta focus group discusion tentang bagaimana ia mengetahui kehamilannya cenderung terlambat, rata-rata baru mengetahui setelah kehamilan lebih dari dua minggu. Selain itu juga mengacu pada tanda- tanda yang umum dialami oleh wanita hamil, yaitu tidak datang haid, kepala pusing, merasa tidak enak di bagian perut dan ada perasaan mual. Namun bagi informan yang tidak mengalami tanda-tanda kehamilan akan curiga karena terlambat haid dan kemudian memeriksakan diri melalui test kehamilan baik yang dilakukan sendiri maupun dengan pertolong tenaga medis.

2. Pada umumnya perasaan informan ketika mengetahui dirinya hamil padahal ia tidak ingin hamil merasa bingung, panik, marah, takut, malu, gugup, sedih dan merasa susah. Hal inilah yang kemudian mendorong informan untuk melakukan upaya-upaya untuk menghentikan kehamilannya dengan menggunakan berbagai cara diantaranya; minum obat-obat yang dilarang untuk ibu hamil, minum jamu- jamuan baik yang dibeli di warung maupun yang diracik sendiri, minum pil ginekosid, datang ketukang pijat atau memijat perut sendiri dan meminta bantuan bidan.

Adapun jamu-jamuan yang sering diminum adalah Jamu cap wayang, cap pepaya, jamu sari rapet, sedangkan jamu yang diracik sendiri yaitu ragi dicampur merica. Setelah upaya yang dilakukan sendiri tidak berhasil baru mencari bantuan secara medis.

Pada umumnya alasan untuk menghentikan kehamilannya adalah; sudah cukup anak, anak masih kecil dan tidak siap untuk hamil lagi, usia sudah tua, mengalami penyakit yaitu diabetes dan tumor, trauma dengan kehamilan karena mengalami masa yang payah selama kehamilan dan kesulitan dalam persalinan, kesulitan ekonomi.

3. Pada umumnya informan tidak terlalu memahami bahwa upaya-upaya yang diakukannya sendiri memiliki resiko yang bisa membahayakan dirinya. Rasa panik dan cemas membuat mereka cenderung bersikap nekat untuk menghentikan kehamilannya dengan mengikuti saran-saran dari teman. Namun tidak berfikir panjang untuk mencari informasi lain yang lebih aman misalnya mendatangi tenaga kesehatan. Informan baru mendatangi tanaga kesehatan setelah upaya yang dilakukan tidak berhasil.

4. Informan kurang memiliki pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya masalah kehamilan maupun tentang hak-hak reproduksi, dan semua informan mengatakan belum pernah mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi. Namun demikian ada kebutuhan pada informan untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan kesehatan reproduksi dan hak-hak reproduksi perempuan. Ada pemikiran bahwa hak atas dirinya cenderung

tergantung pada suami setelah menikah, sehingga segala keputusan yang harus dilakukan terhadap dirinya diputuskan oleh suami.

5. Pada umumnya informan lebih membutuhkan dukungan suami dan teman dekat dalam mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan, karenanya orang pertama yang diceritakan masalahnya adalah suami dan teman dekat adalah orang yang dimintai pendapat atau bantuan untuk mengatasi masalahnya tersebut. 6. Pada dasarnya informan cukup menyadari bahwa sebagian besar masyarakat tidak

bisa menerima keputusan perempuan untuk menghentikan kehamilannya, namun tidak terlalu memperdulikan hal tersebut karena pada umumnya perempuan memiliki alasan yang kuat untuk melakukan tindakan menghentikan kehamilannya. Namun demikian tetap saja informan membutuhkan adanya dukungan pemahaman dan pengertian terhadap keputusan yang diambil, membutuhkan sikap empati dari masyarakat, tidak memaksa untuk meneruskan kehamilan karena ia tidak menginginkan, tidak berfikiran sempit dan jelek terhadap perempuan yang melakukan aborsi, serta mehami akan hak-hak reproduksinya.

7. Tanggapan informan tentang Undang-Undang Kesehatan yang melarang melakukan aborsi pada umunya berfikiran bahwa UU Kesehatan belum berpihak pada perempuan dan belum memenuhi hak-hak reproduksi perempuan.Kebijakan aborsi karena indikasi medis perlu diperluas lagi, karena ada banyak faktor non medis yang menjadi alasan bagi perempuan untuk menghentikan kehamilannya. Serta pemikiran bahwa UU Kesehatan belum memahami masalah kesehatan

reproduksi perempuan, karena belum bisa menyelesaikan masalah aborsi yang tidak aman yang dilakukan oleh banyak perempuan.

8. Ada kebutuhan agar pemerintah meninjau ulang UU dan Kebijakan tentang masalah aborsi agar lebih berpihak pada hak-hak reproduksi perempuan. Pada umumnya informan membutuhkan dukungan kebijakan dan pelayanan dari pemerintah dalam mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan.

9. Kebutuhan akan pelayanan yang aman disediakan oleh pemerintah dengan mendirikan klinik khusus yang ditangani oleh tenaga medis ada dokter dan dokter spesialis kandungan, bidan, perawat, konselor/psikolog dan rohaniawan yang memahami masalah kehamilan yang tidak diinginkan.

2. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan sesuai dengan manfaat penelitian, maka ada beberapa hal yang disarankan yaitu :

1. Untuk menurunkan angka kematian perempuan akibat aborsi yang tidak aman perlu adanya regulasi kebijakan yang mengatur secara khusus penanganan masalah kehamilan yang tidak diinginkan.

2. Mengembangkan media komunikasi serta mendekatkan akses informasi kepada masyarakat untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan masalah yang dihadapi terkait dengan kesehatan reproduksi termasuk bahaya cara-cara yang tidak aman yang membahayakan perempuan

yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan serta mendapat tempat rujukan untuk konsultasi mengenai masalah tersebut.

3. Perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih mendalam mengenai Undang-Undang Kesehatan dan Kebijakan yang terkait dengan masalah kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan, mengingat fenomena kesakitan dan kematian pada perempuan yang melakukan cara unsafe abortion.

4. Perlu kajian yang lebih mendalam tentang penanganan unsafe abortion dari perspektif laki-laki, sehingga masalah kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi tidak hanya merupakan masalah perempuan semata.