• Tidak ada hasil yang ditemukan

Matriks 4.5.4.2 Kebutuhan akan Dukungan Kebijakan dan Pelayanan dari Pemerintah dalam Menangani Masalah KTD

5.3. Pandangan dan Kebutuhan akan Dukungan Sosial

5.3.1. Teman atau Tempat Diskusi dalam Mengatasi Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Pada umumnya informan dan peserta diskusi kelompok ketika berencana untuk menghentikan kehamilannya orang yang pertama kali diberitahu adalah suami,

informan yang lain menceritakan rencananya tersebut kepada teman dekat, teman kantor, kakak ipar dan konsultasi kedokter kandungan. Adapun alasan informan tidak menceritakan kepada orang lain selain kepada suaminya tentang kehamilan dan rencananya untuk menghentikan kehamilan karena merasa malu. seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan 5;

“….saya nggak cerita ke siapa-siapa selain ke suami. malu kan cerita sama orang lain sudah tua kok hamil…”

Namun ada juga informan selain menceritakan kepada suaminya tentang masalahnya juga cerita kepada teman-temannya yang memiliki masalah yang sama dengan tujuan mendapatkan cara-cara menyelesaikan masalahnya seperti pengalaman teman-temannya tersebut, seperti yang disampaikan salah seorang informan:

“…Saya cerita ke temen-temen saya tentang kondisi saya yang hamil dan saya ingin menghentikan kehamilan ini, saya tanya ke mereka bagaimana caranya supaya saya bisa keguguran. Terus oleh temen-temen saya diberi tahu supaya saya minum jamu yang dilarang untuk ibu hamil. katanya ada yang berhasil dengan minum jamu bisa keguguran.

Hal yang cukup menarik disampaikan oleh salah seorang peserta diskusi kelompok ketika mengalami masalah ia memutuskan untuk tidak bercerita kepada siapapun termasuk juga pada suaminya karena perasaan malu dan takut. Hal yang sangat menarik dari pengalaman peserta diskusi kelompok bahwa ia melakukan aborsi dengan caranya sendiri sebanyak tiga kali dan tidak ada satu orangpun yang tahu, dapat dilihat dari uraian di bawah ini;

Ibu Maryani, usia 44 tahun

” ....awak sudah pernah menggugurkan tiga kali... kalau awak teruskan mungkin sudah punya anak sembilan orang. Awak gak mau cerita-cerita

sama orang... malu lah dah banyak anak hamil lagi.. sama suami juga nggak.. awak kerjakan aja sendiri nggak ada yang tahu.

Ungkapan ibu Maryani menunjukkan bahwa ketika perempuan benar-benar tidak menginginkan untuk hamil maka ia terlihat berani dan nekat sehingga menyelesaikan masalahnya sendiri, hanya untuk satu tujuan yaitu menghetikan kehamilannya. Cara yang dilakukan oleh ibu tersebut adalah minum jamu yang dibeli di tukang jamu yaitu jamu ”cap kates” dan jamu ”cap wayang”. Jamu tersebut diminum dengan campuran merica, kemudian mencoba minum sprite dicampur bintang 7 sebanyak tiga kali, lalu memijat perut dilakukan sendiri, perut ditekan- tekan hingga keluar darah, dan ia berhasil melakukan aborsi sendiri sebanyak tiga kali.

Ia tidak menceritakan masalahnya ini kepada saudara, teman maupun suami dengan alasan malu diketahui orang lain karena terlalu sering hamil dan melakukan aborsi. Disamping itu ia tidak menceritakan kepada suaminya karena ia takut kalau suaminya marah. Ia juga tidak bisa berharap akan mendapatkan dukungan dari suaminya untuk mengatasi masalah tersebut, suaminya jarang pulang karena selalu ke laut sebagai nelayan.

5.3.2. Pandangan tentang Penilaian Masyarakat yang Buruk Terhadap Aborsi Pada dasarnya informan cukup memahami jika masyarakat menilai buruk akan perilaku aborsi. Namun seluruh informan juga mengatakan bahwa masyarakat harus lebih memahami permasalahan perempuan. Secara umum informan tidak

terlalu memilikirkan hal tersebut karena mereka memiliki alasan yang kuat untuk tidak meneruskan kehamilan mereka.

Hasil diskusi terbatas tentang penanganan yang layak aborsi yang tidak aman menguraikan bahwa masyrakat cenderung menyalahkan perempuan bila terjadi KTD. Norma sosial dan agama juga tidak memperkenankan aborsi. Padahal di setiap wilayah masyarakat mengembangkan cara-cara pengguguran kandungan sesuai nilai budaya lokal masing-masing yang jauh dari aman dan memadai. Dalam kasus KTD perempuan justru disudutkan, dipersalahkan sementara pasangannya tidak mendapat sanksi apapun (PKBI, 1999).

Lebih lanjut di uraikan hasil diskusi terbatas tersebut, bahwa pandangan masyarakat dalam masalah aborsi masih sangat samar, masih terdapat kesenjangan antara berbagai norma dengan praktek kehidupan seksual di masyarakat. Sikap negatif yang tidak sesuai dimasyarakat antara kebutuhan dan hambatan normatif, sehingga masalah aborsi sebenarnya bukan pada nilai ketidakpedulian pada masalah yang dihadapi perempuan, tetapi apakah berani untuk menghilangkan pikiran negatif dan memberi dukungan dan mencari alternative penyelesaian masalah aborsi yang tidak aman di masyarakat.

Namun demikian ada juga keinginan informan dalam penelitian ini agar masyarakat bisa memahami dan merasakan bahwa menjalankan kehamilan yang tidak diinginkan bukanlah hal yang mudah. Berikut ini diuraikan secara detil ungkapan informan dalam menanggapi penilaian buruk masyarakat terhadap perilaku aborsi pada matriks di bawah ini:

5.3.3. Kebutuhan Dukungan dari Masyarakat terhadap Perempuan yang Mengalami KTD

Matriks 4.5.3.3. adalah gambaran kebutuhan akan dukungan masyarakat pada perempuan yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Karena menyelesaikan permasalahan tersebut bukanlah hal yang mudah bagi perempuan, maka informan membutuhkan :

1. Sikap Empati

2. Masyarakat mengerti dan memahami latar belakang masalah

3. Tidak memaksa perempuan untuk meneruskan kehamilan jika tidak ingin 4. Tidak berfikiran sempit dan menilai negatif serta tidak mengecam

5. Masyarakat juga memahami hak-hak reproduksi 6. Tidak menyalahkan tetapi mendengarkan

Kartono dalam Jurnal Perempuan (2007) menjelaskan bahwa secara mental perempuan yang nekat memilih jalan aborsi, meskipun tidak aman, sedang mengalami kebingungan, menurun rasa percaya dan putus asa. Disisi lain jika ia melakukan aborsi juga akan timbul ketakutan akan akibat dari aborsi tidak aman tersebut. Kehamilan yang tidak diinginkan menimbulkan problema kesehatan pada perempuan tertutama kesehatan mentalnya. Pada saat seperti ini seorang perempuan membutuhkan dukungan dari keluarganya maupun dari masyarakat sekitarnya, bukan dijauhkan dari dukungan sosial yang ia perlukan.

5.4. Tanggapan dan Kebutuhan akan Adanya Kebijakan dan Layanan