• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dibahas di bab-bab terdahulu, dapat dilihat bahwa adat perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami perubahan dengan menggunakan adat Batak Toba. Calson mengatakan bahwa kebudayaan dari setiap kelompok masyarakat selalu bersifat dinamis. Artinya, selalu saja terjadi perubahan dengan adanya pergeseran, pengurangan, dan penambahan kebudayaan. Perubahan tersebut biasanya disesuaikan dengan kondisi pola pikir pendukungnya. Kebudayaan dapat juga mengalami perubahan yang tidak stabil, akan tetapi selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan kondisi yang sedang berlaku pada masyarakat tersebut.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Haviland juga berpendapat bahwa semua kebudayaan pada suatu waktu akan berubah karena bermacam-macam sebab. Penyebabnya adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut perubahan kebudayaan yang bersifat adaptif. Sebab lain adalah bahwa melulu karena kebetulan. Suatu suku bangsa mungkin mengubah pandangannya tentang lingkungan dan tempat sendiri di alamnya. Kontak dengan suku bangsa lain mungkin menyebabkan diterimanya gagasan asing yang menyebabkan perubahan dalam nila-nilai dan tata kelakuan yang ada bahkan dapat berupa masuknya secara besar-besaran tata cara asing melalui penaklukan kelompok yang satu dengan kelompok lain.

Dari uraian yang telah disampaikan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Suku Pakpak Kelasen terbagi 2, yang pertama nenek moyang yang berasal dari

India Selatan yang merupakan suku asli Pakpak Kelasen dan yang pertama sekali tinggal di Kecamatan Parlilitan. Yang kedua berasal dari marga Batak Toba yaitu marga Si Onom Hudon yang menguasai seluruh wilayah Kelasen dan menjadikan wilayahnya dengan nama Si Onom Hudon. Si Onom Hudon dibagi menjadi 6 marga berdasarkan jumlah keturunan dari Simbolon Nahoda Raja. Selanjutnya marga yang beradaptasi yaitu marga Kesogihan, Meka, Mungkur. Inilah marga-marga yang merupakan masyarakat Pakpak Kelasen.

2. Arti pemberian oles dari pihak berru kepada kula-kula yang mempunyai arti sebagai berikut:

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

• Sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada kedua orangtua pada masa kecil hingga dewasa yang selalu mencukupi kebutuhan anaknya.

• Setelah anak dewasa orangtua sudah tua, maka wajib membalas jasa kedua orangtua selama ini dengan memberikn oles dan juga termasuk unsur

kula-kula pihak perempuan.

3. Saat ini suku Pakpak Kelasen di desa Si Onom Hudon Toruan dalam melaksanakan adat pesta perkawinan sudah menggunakan adat Batak Toba walaupun perkawinan itu sesama Pakpak Kelasen. Adat Pakpak sudah semakin ditinggalkan dan sudah jarang digunakan oleh masyarakat Pakpak Kelasen. 4. Latar belakang perubahan adat Pakpak ini disebabkan anggapan masyarakat yang

mengatakan bahwa adat Pakpak terlalu rumit, mereka lebih melestarikan adat lain, regenerasi adat Pakpak kurang mendapat dukungan, dan kurangnya dukungan pemerintah setempat. Dalam perkembangan zaman sekarang ini masyarakat ingin melakukan yang praktis dan sederhana saja. Ini juga ditambah sulitnya mendapatkan Belagen Kembal, karena tidak ada lagi dijumpai pengrajin dan yang menjual barang tersebut. Bahan bakunya juga tidak ditanam oleh masyarakat lagi. Generasi muda sekarang juga tidak mau belajar membuat

Belagen dan Kembal, Baka, Cinahpah, dan lain-lainnya. Para orangtua dan tokoh

adat juga tidak mau mengajarkan atau mewariskan budaya Pakpak kepada anak-anak mereka, sehingga dengan demikian generasi muda menganggap bahwa adat

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

kebudayaan mereka sudah ketinggalan zaman dan harus menggunakan kebudayaan yang sederhana dan mudah.

5. Faktor-faktor pendorong lainnya yang menyebabkan perubahan adat perkawinan ini, yaitu migrasi orang Batak Toba ke wilayah Pakpak Kelasen, faktor letak geografis, perkawinan amalgamasi (campuran), dan faktor kedatangan misionaris.

6. Wilayah Kecamatan Parlilitan termasuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Humbang Hasundutan yang didominasi oleh Batak Toba. Segala urusan administrasi berpusat di daerah Batak Toba. Pemimpin pemerintahan jarang sekali berasal dari Pakpak Kelasen, mereka tidak mampu bersaing untuk menduduki jabatan di pemerintahan. Sehingga pemerintah kurang mendapat perhatian dalam pelestarian adat Pakpak ini.

7. Pada saat ini masyarakat Pakpak Kelasen telah menggunakan adat Toba dalam pesta perkawinan dan mulai meninggalkan adat Pakpak. Adat Pakpak yang berubah tersebut adalah :

1. Pemberian Oles/Ulos

Dalam adat Pakpak yang memberikan oles/ulos adalah pihak pengantin laki-laki (paranak) kepada pihak pengantin perempuan (perberru/hula-hula). Artinya adalah sebagai balasan kepada orangtua pengantin perempuan atas jasanya selama ini dalam merawat putri mereka, dimana oles tersebut dapat memberikan kehangatan bagi orangtua pengantin perempuan.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Tetapi saat ini setelah adat Batak Toba digunakan yang memberikan oles/ulos adalah pihak pengantin perempuan (perberru/hula-hula) kepada pihak pengantin laki-laki (anak berru/paranak). Maka sebagai balasan, pihak pengantin laki-laki-laki-laki akan memberikan uang kepada pihak pengantin perempuan. Artinya adalah dengan memberikan ulos kepada pihak pengantin laki-laki maka akan banyak berkat yang akan diterima oleh pihak pengantin laki-laki tersebut. Selain perubahan yang memberikan oles/ulos, makna dari pemberian oles/ulos tersebut juga berubah.

Dalam acara mengolesi/mangulosi diiringi musik Batak Toba dan tari-tarian Batak Toba (tortor). Sebagai balasan dari ulos/oles yang diberikan pihak pengantin perempuan, pihak pengantin laki-laki akan memberikan uang yang jumlahnya bermacam-macam tergantung jenis oles/ulos yang diberikan.

2. Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan

Dalam adat perkawinan dari awal acara sampai akhir bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak Toba. Seperti dalam penyambutan pihak pengantin perempuan setelah sampai di depan rumah pengantin laki-laki, pengetua adat akan mengucapkan kata Horas sebanyak tiga kali yang mempunyai arti selamat datang dan semoga sehat walafiat. Dalam penggunaan pantun/peribahasa juga menggunakan bahasa Batak Toba, seperti:

Bintang na rumiris tu ombun na sumorop Anak per iris dohot boru pe torop

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Bintang-bintang yang berbaris di atas embun kedua pengantin akan melahirkan anak perempuan dan laki-laki yang jumlahnya banyak.

3. Bentuk Oles/Ulos

Selain pemberian ulos/oles, bentuk dan ciri ulos/oles juga berubah. Saat ini

oles yang dipakai bukan lagi oles khas Pakpak, seperti kitir-kitir, cap padi (sebagai

mandar), oles mercimata, akan tetapi telah menggunakan ulos Batak Toba seperti Sadum, Ragi Idup, Ragi Hotang, dan lain-lain. Jadi pihak pengantin perempuan tidak lagi membawa tikar, kembal, silampis putih, pisang, lemang, pinahpah, itak, dan ayam, tetapi telah digantikan oleh ulos Batak Toba. Barang yang dibawa pihak pengantin perempuan adalah beras, ikan mas yang namanya disebut Ikan Merbaris, nasi, dan daging ayam. Pihak pengantin laki-laki akan memberikan daging hewan atau Jagal kepada pihak perempuan dan pihak perempuan memberikan Ikan Sayur yaitu ikan mas dan ayam yang telah dimasak untuk dimakan pihak kerabat laki-laki pada acara tersebut.

Salah satu adat Pakpak yang masih digunakan walaupun menggunakan adat Batak Toba adalah pemberian Todoan. Todoan ini diberikan kepada ibu pengantin perempuan berupa emas, yang mempunyai arti ibu adalah yang mengandung, melahirkan, membesarkan, dan merawat anaknya tersebut yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. Tetapi pemberian Todoan ini juga tergantung kesepakatan kedua belah pihak, misalnya perkawinan perempuan Pakpak Kelasen dengan Batak

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Toba. Jika sudah sepakat maka pihak laki-laki akan memberikan Todoan kepada ibu pengantin perempuan pada saat upacara adat perkawinan.

5.2 Saran

1. Dari hasil penelitian yang dilakukan latar belakang penyebab perubahan adat perkawinan pada masyarakat Pakpak Kelasen berasal dari mereka sendiri yang kurang memperhatikan dan tidak melestarikan budaya sendiri. Diharapkan kepada tokoh-tokoh adat dan tokoh masyarakat untuk mengajak warganya terutama generasi muda untuk tetap memakai dan melestarikan adat budaya Pakpak.

2. Agar adat Pakpak tetap terjaga dan lestari, diharapkan kepada masyarakatnya mempelajari lagi lebih dalam adat Pakpak tersebut.

3. Kepada generasi muda hendaknya tetap menggunakan adat Pakpak dalam pelaksanaan adat perkawinan, supaya budaya Pakpak tetap terjaga dan bertahan

4. Para tokoh adat, orangtua, dan generasi muda kiranya mau mempelajari cara pembuatan anyaman Belagen Kembal, Tikar, Baka, dan lain-lain

5. Bagi akademisi putra-putri Pakpak Kelasen kiranya mendirikan suatu lembaga yang mengkaji mengenai kebudayaan Pakpak

6. Bagi Pemerintah setempat agar kiranya memberikan perhatian terhadap adat Pakpak di daerah Kecamatan Parlilitan umumnya dan desa Si Onom Hudon

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Toruan pada khususnya, terutama membantu masyarakat untuk memberikan jalan supaya masyarakat mau menanam kembali bahan baku Belagen Kembal dan mendirikan usaha kecil untuk pengenyamannya.

Dokumen terkait