• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.6 Sarana Fisik

2.6.1 Pola Pemukiman

Bentuk pemukiman sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pertama sekitar tahun 1930-an ketika desa ini masih dihuni mayoritas marga Tinambunan, Tumangger, Pinayungan, Maharaja, Turutan, dan Nahampun, dimana pola pemukimannya berkumpul pada satu tempat saja. Daerahnya banyak dijumpai alang-alang dan banyak lagi jenis pepohonan lainnya, serta sungai yang mengalir sekitar perumahan penduduk.

Sekitar tahun 1960-an penduduk desa ini melakukan pembukaan area persawahan mengingat kondisi wilayah ini kaya akan Sumber Daya Alam (SDA) terutama air. Untuk membuka lahan persawahan ini tentu saja banyak memerlukan tenaga kerja baik dari daerah itu maupun dari luar daerah itu sendiri. Menurut

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

informasi yang diperoleh dari beberapa tokoh yang telah dituakan di desa ini, kondisi rumah pada sekitar tahun 1930-1960an hanya berupa bangunan darurat yang terbentuk dari pohon bambu dan rumbia. Hal ini disebabkan oleh keadaan ekonomi penduduk yang sangat rendah dan lokasi desa yang sangat jauh dari keramaian, sehingga membuat mereka tertutup pada dunia luar di sekitar mereka dan kurang mempunyai keahlian untuk mengolah sumber daya alam yang ada di daerah mereka.

Setelah mereka membangun irigasi dan membuka lahan persawahan dengan semangat dan kerja keras, bisa dikatakan cukup berhasil dalam pengambilan hasil panen padi setiap tahunnya. Perubahan pada sistem pola pekerjaan penduduk setempat mengakibatkan pendapatan ekonomi juga berubah menjadi tinggi.

Pada umumnya rumah-rumah penduduk tersebut memiliki pola pemukiman sebagai berikut:

1. Masing-masing rumah dengan rumah yang lainnya saling berhadap-hadapan 2. Masing-masing rumah dengan rumah lainnya saling berhadapan dengan

sawah atau ladang- ladangnya

3. Masing-masing rumah penduduk berada jauh dari sawah atau ladangnya 4. Masing-masing rumah penduduk berada di pinggir jalan

2.6.2 Sarana Jalan

Sarana jalan di Kecamatan Parlilitan dalam kondisi kurang baik atau banyak yang telah rusak dan berlubang, sehingga dapat menyebabkan kesulitan bagi

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

kendaraan baik roda dua dan roda empat untuk melewatinya. Di sepanjang jalan terdapat jurang yang sangat membahayakan bagi kendaraan, jalan berlobang, berlumpur, dan tergenang air. Jalan tersebut sampai saat ini belum diperbaiki oleh pemerintah setempat, padahal jalan tersebut merupakan sarana bagi masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, menjual hasil pertanian masyarakat, dan berbagai kegiatan ekonomi lainnya. Seperti diketahui bahwa jalan dan transportasi adalah salah satu alat untuk mengantar segala hasil pertanian dari desa tersebut.

2.6.3 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang terdapat di desa ini belum tersedia atau mencukupi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 6

Sarana dan Prasarana Kesehatan

No Jenis Sarana/Prasarana Kesehatan Jumlah

1 Pusat Kesehatan Masyarakat 0

2 Pos Pelayanan Terpadu 1

3 Dokter 0

4 Mantri 0

5 Bidan Desa 1

6 Dukun Bayi 3

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

2.6.4 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan merupakan sarana yang paling penting bagi masyarakat untuk meningkatkan ilmu dan juga taraf kehidupan. Sarana pendidikan di desa ini hanya memiliki dua unit Sekolah Dasar (SD). Sedangkan untuk tingkat Sekolah Lanjutan Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) tidak ada di desa ini dan hanya ada di ibukota Kecamatan.

Untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi lagi, mereka melanjutkan ke daerah lain atau ibukota kecamatan maupun di luar kecamatan bahkan ke kota Medan.

2.6.5 Sarana Listrik

Hampir semua penduduk desa sudah menggunakan jasa Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sebahagian kecil ada juga yang belum menggunakan listrik. Dapat diperkirakan penduduk desa ini yang menggunakan listrik adalah sebanyak 85%, sedangkan yang belum menggunakan jasa listrik adalah sebanyak 15%. Faktor yang menyebabkan banyaknya penduduk yang belum menggunakan listrik adalah karena faktor ekonomi yang kurang mampu untuk membayar biaya tagihan listrik setiap bulannya.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari informasi mengenai suku bangsa di atas dapat diketahui bahwa penduduk di desa ini yaitu suku bangsa Pakpak dan suku pendatang Batak Toba. Jadi, ada dua bahasa yang digunakan oleh penduduk yaitu bahasa Pakpak dan bahasa Batak Toba. Bahasa Pakpak dipergunakan oleh sesama suku Pakpak dalam perbincangan sehari-hari. Namun apabila ada acara-acara resmi seperti rapat di desa, perkumpulan arisan, acara adat perkawinan serta acara lain yang dianggap resmi, maka bahasa yang digunakan adalah bahasa Batak Toba.

Kejadian ini sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka dan selalu menggunakan bahasa Batak Toba sebagai bahasa pengantar, terlebih jika ada orang baru yang datang ke desa tersebut maka mereka akan menggunakan bahasa Batak Toba, walaupun orang tersebut belum tentu dipastikan sebagai orang Batak Toba. Jika diperhatikan orang Pakpak Kelasen di desa Si Onom Hudon Toruan lebih suka mempelajari dan memahami bahasa Batak Toba, dibandingkan dengan suku Batak Toba yang kurang memahami bahasa Pakpak. Jadi dalam perbincangan sehari-hari Batak Toba selalu menggunakan bahasa Toba antara sesama Batak Toba dan juga dengan Pakpak Kelasen.

Hal ini mungkin terjadi karena desa Si Onom Hudon Toruan berada di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan yang mayoritas penduduknya adalah etnis Batak Toba. selain itu agama berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa setempat. Kristen Protestan sebagai agama yang mayoritas dengan gereja HKBP yang menggunakan bahasa Batak Toba yang lebih dominan di sana merupakan gereja yang

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

paling banyak dianut orang Pakpak Kelasen. Di Kecamatan Parlilitan hanya ada 2 gereja dari suku Pakpak yaitu GKPPD (Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi). Karena gereja yang berbahasa Batak Toba yang paling banyak di daerah ini, maka dalam ibadah gereja mereka juga menggunakan bahasa Batak Toba. Bahasa yang digunakan dalam setiap ibadah ini juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan bahasa dalam kehidupan dan pergaulan mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait