• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menglolo/ Menentukan mas kawin

SISTEM PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN DAN PERUBAHAN YANG TERJADI

3. Menglolo/ Menentukan mas kawin

Tahapan ini adalah penentuan mas kawin yang biasa diberikan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan. orangtua perempuan akan mengundang keluarga dekatnya sebagai pemberitahuan akan datang pihak pengantin laki-laki. Pihak yang diundang adalah berru dan dengan sibeltek. Dalam acara tersebut akan dipilih

Perkata Adat (juru bicara) pihak perempuan. Orangtua siperempuan akan memberi

kata-kata yang baik kepada juru bicara yang telah mereka hunjuk. Sebagai tanda keseriusan mereka, maka akan diberikan kepadanya sejumlah uang. Orang yang dihunjuk tersebut berasal dari kelompok semarga yang mengerti akan adat.

Pihak pengantin laki-laki juga telah melakukan persiapan dengan menghunjuk

Perkata Adat (juru bicara). Juru bicara pihak laki-laki harus mengetahui beberapa hal

sebelum berangkat ke rumah orangtua perempuan, yaitu menanyakan berapa mas kawin yang mampu diberikan oleh orangtua laki-laki kepada orangtua perempuan. mas kawin itu biasanya berupa sejumlah uang dan emas. Mas kawin yang berupa emas dan uang itu diberikan apabila perkawinan sesama Pakpak Kelasen. Emas tersebut dinamakan Todoan, yaitu berupa sejumlah gram emas yang khusus diberikan

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

kepada ibu siperempuan calon pengantin. Artinya adalah sebagai penghargaan dan penghormatan kepada seorang ibu yang telah membesarkan anaknya terutama yang telah melahirkan dengan menumpahkan darahnya. Kemudian hal yang harus diketahui oleh perkata adat adalah mencari informasi dimana tempat tinggal keluarga perempuan apabila berada di luar desa calon pengantin laki-laki. Mencari tahu siapa juru bicara pihak perempuan, hal ini penting agar dapat dilakukan pendekatan secara kekeluargaan dimana nantinya tidak terjadi kekeliruan dan konflik dalam hal membicarakan mas kawin nantinya. Perundingan mas kawin ini biasanya dilakukan hanya satu malam saja, namun jika belum ada kesepakatan diantara kedua belah pihak, dapat diundur waktunya agar kedua belah pihak membicarakannya terlebih dahulu dengan kerabatnya masing-masing mengenai berapa yang dapat diberikan dan berapa yang bisa diterima mengenai mas kawin tersebut.

Biasanya pihak laki-laki yang akan berangkat ke rumah pihak perempuan adalah Perkata Adat (juru bicara) dan pihak Berru. Kedatangan mereka telah diberitahukan sebelumnya, sehingga pihak perempuan telah mempersiapkan makanan untuk dimakan dalam acara tersebut yang berupa daging ayam. Namun pihak kerabat pengantin laki-laki juga membawa makanan kepada pihak perempuan biasanya lauknya adalah daging babi. Kedua makanan yang disiapkan oleh kedua belah pihak digabungkan, dimana makanan yang disiapkan oleh pihak perempuan dimakan pihak laki-laki dan makanan yang disiapkan pihak laki-laki dimakan oleh pihak perempuan.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Selesai makan bersama dilanjutkan dengan pembicaraan mas kawin yaitu sejumlah uang dan emas yang diberikan pihak laki-laki. Pihak kerabat pengantin perempuan yang berhak untuk menerima mas kawin tersebut juga hadir dalam acara tersebut. Pada saat itu juga hak dan kewajiban antara kedua belah pihak kerabat dalam perayaan pesta perkawinan ditentukan.

4.2 Pihak-pihak yang Terlibat

Sama dengan Pakpak pada umumnya, dalam masyarakat Pakpak Kelasen pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan adalah pihak laki-laki yang disebut berru dan pihak perempuan yang disebut dengan kula-kula. Dalam adat Pakpak sering disebut dengan Sangkp Nggluh yang sama dengan Dalihah Na Tolu dalam adat Batak Toba. Unsur di dalamnya ada tiga bentuk yaitu Kula-kula atau puang, Dengan

Sibeltek (kelompok semarga), dan Berru. Realisasi sikap tingkah laku Sangkp Nglluh

menjadi pelindung adat dalam perkawinan dan sering juga disebut Sulang Silima. Disebut Sulang Silima karena sikap dan tingkah laku adat perkawinan dituangkan dalam bentuk persulangan yang terdiri dari lima bagian, yaitu perisang-isang,

perekur-ekur (bungsu), pertulan tengah (anak tengah), takal peggu (berru), tualn tengah (kula-kula). Jadi pihak yang terlibat dalam perkawinan itu selain kedua

pengantin adalah pihak laki-laki yang disebut berru bersama dengan dengan sibeltek, pihak pengantin perempuan disebut kula-kula bersama dengan sibelteknya.

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

4.3 Hak dan Kewajiban

Hak dan kewajiban antara kedua belah pihak pengantin dalam upacara perkawinan yang ideal di wilayah Pakpak Kelasen dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9

Kewajiban pihak kerabat suami

No Nama Kewajiban Jenis Kewajiban Keterangan

1 Sukut Sejumlah uang, emas,

dan sejumlah kain (oles)

Kewajiban orangtua ditambah kerabat dan teman (gugu tengah)

2 Upah turang Sejumlah uang dan 5

helai kain (oles)

Kewajiban dari saudara ayah dari pengantin laki-laki

3 Togoh-togoh Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban dari saudara ayah pengantin laki-laki

4 Persinabuli Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban dari saudara

perempuan ibu (pamerre)

5 Upah puhun Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban dari saudara perempuan ayah atau saudara perempuan pengantin laki-laki

6 Upah empung Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban dari saudara

perempuan ayah pengantin laki-laki

7 Upah mendedah Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban dari saudara laki-laki ayah juga saudara perempuan ayah dan saudara perempuan pengantin laki-laki

8 Penulangken

mbelgah

Sejumlah uang dan kain (oles) 1 helai

Kewajiban berru,

penulangken mbelgah

dari pengantin laki-laki

9 Penulangken kedek Sejumlah uang dan kain

(oles) 1 helai

Kewajiban berru,

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

pengantin laki-laki

10 Proles mbellen dan

peroles kedek

Sejumlah uang dan kain (oles) 1 helai

Ditentukan oleh kedua belah pihak mengenai jumlah uang dan jenis kain (oles)

Tabel 10

Kewajiban pihak kerabat isteri

No Nama Kewajiban Jenis Kewajiban Keterangan

1 Kesukuten Ikan sayur, berupa ayam,

beras dan tikar, pisang, nditak

Disediakan oleh orangtua pengantin perempuan

2 Upah turang Ayam, beras, tikar dan

sumpit

Disediakan oleh saudara laki-laki ayah

pengantin perempuan

3 Togoh-togoh Ayam, beras, tikar dan

sumpit

Disediakan oleh saudara laki-laki ibu atau keturunannya

4 Persinabuli Ayam, beras, tikar dan

sumpit (kembal silampis)

Disediakan saudara perempuan ibu pengantin perempuan

5 Upah puhun Ayam, beras, tikar dan

sumpit (kembal silampis)

Disediakan saudara laki-laki ibu pengantin perempuan

6 Upah empung Ayam, beras, tikar dan

sumpit

Disediakan nenek pengantin perempuan

7 Penulangken

mbellen

Ayam, beras, tikar dan sumpit (kembal silampis)

Disediakan oleh saudara ibu perempuan

8 Penulangken kedek Ayam, beras, tikar dan

sumpit (kembal silampis)

Disediakan oleh berru

dari pengantin perempuan

9 Upah mendedah Ayam, beras, tikar dan

sumpit (kembal silampis)

Disediakan saudara perempuan ayah atau kakak pengantin perempuan

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

10 Peroles Ayam, beras, tikar dan

sumpit (kembal silampis)

Disediakan oleh kerabat siperempua n.

Jumlahnya disepakati bersama

4.4 Perubahan yang Terjadi dalam Adat Perkawinan Pakpak Kelasen 1. Perubahan dalam sistem perkawinan

Sistem perkawinan sangat erat hubungannya dengan hal pembatasan jodoh. Adat suku bangsa Pakpak menganggap paling ideal apabila seorang anak laki-laki mengawini putri saudara laki-laki ibunya (puhun). Begitu juga dengan anak perempuan diharapkan kawin dengan putra saudara perempuan ayah (namberru) (Berutu, 2002). Namun kenyataannya pada daerah penelitian, seorang anak laki-laki dan perempuan telah jarang mengawini putrid Puhunnya dan anak Namberrunya bagi anak perempuan (yang disebut dengan Impal). Mereka lebih cenderung kawin di luar kerabatnya atau sukunya bahkan dengan suku bangsa lainnya yaitu Batak Toba. Penyebab dari jenis pemilihan jodoh ini berakibat menjadi adat sistem perkawinan masyarakat setempat menjadi kabur. Sedangkan tahapan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk melakukan perkawinan juga mengalami perubahan. Contohnya jika seseorang yang ingin kawin dia akan mencari pasangan hidupnya yang cocok tanpa mempedomani adat sukunya sendiri.

Dokumen terkait