• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Suku Pakpak Kelasen

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Suku Pakpak Kelasen

Mengenai asal usul dari etnis Pakpak Kelasen belum dapat dipastikan dari mana asal nenek moyang mereka. Tetapi ada dugaan bahwa nenek moyang etnis Pakpak Kelasen berasal dari India Selatan. Asal usul nenek moyang etnis Pakpak Kelasen berasal dari India Selatan, yaitu berada di daerah Kalasem (Kalasem merupakan tempat suci bagi orang India). Pada awalnya orang India Selatan datang ke Nusantara melalui daerah pesisir pantai barat yaitu Barus. Sebab Barus merupakan

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

pusat bandar perdagangan yang cukup ramai didatangi oleh musafir asing yang datang ke Nusantara (E.K.Siahaan, 1987:10).

Cerita lain menyatakan bahwa pernah datang serombongan armada dari India Selatan yang terdampar di daerah pesisir barat pulau Sumatera yaitu Barus. Orang-orang India tersebut adalah orang Tamil yang jumlahnya kurang lebih 1500 orang dan mereka menyebar masuk ke pedalaman Barus dengan membawa armada gajah putih sebagai alat transportasi. Inilah yang diyakini sebagai nenek moyang etnis Pakpak Kelasen. Pada waktu orang India itu datang ke Barus, mereka juga membawa kebudayaan asli mereka dari India Selatan. Ini dapat dilihat dari bukti peninggalan kebudayaan Pakpak umumnya yang juga merupakan pengaruh kebudayaan India, seperti Mejan (patung batu yang berbentuk gajah yang sedang ditunggangi). Patung ini masih ada dan terdapat di Kabupaten Pakpak Barat.

Penyebutan nama Kelasen juga berasal dari India. Pada awalnya kata Kelasen berasal dari kata Kalasem yang merupakan suatu tempat di India Selatan. Lambat laun kata Kalasem ini berubah menjadi Kelasen yang menjadi sub bagian etnis Pakpak yang berada di Kecamatan Parlilitan, kabupaten Humbang Hasundutan.

Persamaan lain antara etnis Pakpak Kelasen dengan orang India adalah dalam hal pembakaran mayat. Sebelum masuknya pengaruh agama Kristen ke daerah Kelasen, pembakaran mayat merupakan tradisi yang dilakukan jika ada orang yang meninggal. Sama halnya dengan di India juga melakukan pembakaran mayat jika ada yang meninggal dunia. Pembakaran mayat ini termasuk dalam upacara Njahat dalam

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

adat Pakpak. Namun pembakaran mayat ini tidak dilakukan lagi sejak masuknya agama Kristen ke daerah Pakpak Kelasen.

Begitu juga dengan bumbu masakan tradisional Pakpak umumnya tetap menyerupai dengan bumbu khas India, yaitu menggunakan kunyit. Dalam masakan Pakpak, kunyit sangat dominan digunakan misalnya masakan tradisional Pakpak, yaitu Pelleng yang menggunakan kunyit.

Pakpak Kelasen terdiri dari dua bagian berdasarkan asal-usulnya. Pertama adalah berasal dari India Selatan yang merupakan penduduk asli di Kelasen. Keturunan dari India ini adalah Mpu Mada sebagai nenek moyang etnis Pakpak Kelasen. Sebelum Mpu Mada datang ke daerah Kelasen, pada awalnya dia menetap di Barus dan menikah dengan boru Pohan. Dari hasil perkawinan itu, Mpu Mada mendapatkan 6 orang anak yang juga menjadi marga asli Pakpak Kelasen, yaitu Tendang (Tondang), Rea (Banuarea), Manik, Gajah, Berasa, dan Beringin. Mereka berpindah ke daerah Kelasen yang pada waktu itu belum ada yang menguasai.

Kedua, etnis Pakpak Kelasen yang berasal dari Batak Toba dan menjadi bagian dari Pakpak Kelasen. Marga Batak yang datang ke Kelasen yaitu marga Simbolon Tuan atau Tuan Nahoda Raja. Sedangkan keturunan dari Nahoda Raja terdiri dari 6 marga atau yang disebut dengan Si Onom Hudon/Siennem Kodin (enam periuk yang berarti enam keturunan Nahoda Raja yang telah mandiri dengan membagikan sebidang tanah dengan sebutan Si Onom Hudon). Keturunan Simbolon Tuan (Nahoda Raja) adalah marga Tinambunan, Tumanggor, Maharaja, Turutan,

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

Pinayungan, dan Nahampun. Ketika Nahoda Raja datang ke daerah Kelasen, awalnya dia melakukan adaptasi dengan keturunan Mpu Mada. Awalnya sebagai pendatang yang belum memiliki tanah kekuasaan Tuan Nahoda Raja meminta sedikit tanah untuk tempat tinggal dan untuk bertani. Maka keturunan Mpu Mada memberikan tanah, yaitu Pearaja (Si Onom Hudon Utara).

Sejak saat itu keturunan Mpu Mada mulai meninggalkan tanah Kelasen dan merantau untuk mencari daerah kekuasaan di daerah lain yang belum dikuasai, seperti marga Tendang pergi ke wilayah Simalungun (marga Tondang), di Tapanuli Selatan menjadi marga Matondang. Manik dan Banuarea pergi ke Salak (Kabupaten Pakpak Barat), Gajah dan Beringin pergi ke Pakkat dan Manduamas (Tapanuli Tengah), yang tinggal hanya marga Berasa. Sehingga ini memudahkan bagi keturunan Si Onom Hudon menguasai seluruh tanah Pakpak Kelasen. Terjadilah perselisihan antara marga Berasa dengan marga Si Onom Hudon karena penguasaan tanah yang dilakukan marga Si Onom Hudon. Marga Berasa yang hanya tinggal sendiri tidak dapat mempertahankan daerah kekuasaannya, membuat marga Berasa harus keluar dari tanah Kelasen dan pergi ke wilayah Aceh Singkil.

Akibat penguasaan tanah yang dilakukan oleh marga Si Onom Hudon membawa dampak buruk bagi marga-marga Si Onom Hudon. Hasil pertanian, ternak mengalami kegagalan dan sangat merugikan bagi marga Si Onom Hudon. Akhirnya mereka memanggil kembali marga Berasa yang telah pergi ketika terjadi perselisihan. Marga Si Onom Hudon memberikan kembali tanah kepada marga Berasa sebagai

Paskah J. Pasaribu : Perubahan Adat Perkawinan Pada Masyarakat Pakpak Kelasen (Studi Deskriptif di Desa Si Onom Hudon Toruan Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang Hasundutan), 2010.

daerah kekuasaannya. Penyerahan tanah ini dilakukan dengan upacara adat. Marga Si Onom Hudon memberikan tanah kepada marga Berasa mulai dari Sigulang-gulang sampai ke Siekur-ekur (yang sekarang Si Onom Hudon Toruan). Sejak saat itu antara marga Berasa dan marga Si Onom Hudon bersaudara dan menjadi bagian dari Pakpak Kelasen. Akan tetapi marga Berasa tidak sama dengan marga Si Onom Hudon atau

Parna, karena selama ini banyak orang mengatakan Berasa masuk ke marga Parna.

Sewaktu Mpu Mada tinggal di Barus dia bersama-sama dengan Mpu Bada (marga Sigalingging) dan menikahi boru Pohan yang merupakan kakak beradik. Inilah sebabnya selama ini orang mengatakan bahwa marga Berasa masuk ke Parna.

Dokumen terkait