• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPUAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Indonesia adalah salah satu negara di Asia Tenggara yang kemerdekaannya direbut melalui cucuran darah, keringat dan air mata. Tidak benar apabila ada yang menagtakan bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hadiah dari Jepang. Sebagai bukti adalah banyaknya korban jiwa sebagai akibat terjadinya pertempuran di seluruh pelosok tanah air daalm upaya merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Selanjutnya dalam upaya mmepertahankan kemerdekaan itu, ternyata para seniman mempunyai andil yang cukup besar. Terbukti dari peran serta dan keterlibatannya dalam ikut berjuang dalam pertempuran demi pertempuran yang berlangsung sejak tahun 1945 sampai dengan 1949 melawan tentara sekutu, dan tentara Belanda yang berusaha menjajah kembali bangsa Indonesia.

Seniman yang dimaksud adalah khususnya yang berjuang di Sumatera Timur, yang meliputi seniman lukis, sastera, teater, dan lagu. Masing-masing mereka telah mampu membangkitkan dan mengibarkan semnagat perjuangan melalui karya-karya seni heroik.

Kesenian Indonesia mulai berkembang pada masa pendudukan Jepang, tahun 1942-1945. Penanaman dan penyebaran kesenian dan kebudayaan Jepang merupakan sebuah propaganda yang dilancarkan oleh Jepang, untuk menarik simpati rakyat

Indonesia. Hal tersebut memberikan kesan bahwa pemerintah Jepang igin menjalin hubungan yang baik dengan rakyat Indonesia.

Propaganda yang dilakukan oleh Jepang itu berhasil memikat simpati rakyat Indonesia. Karya-karya kolaborasi antara Jepang dan Indonesia pun banyak yang tercipta. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama akibat kekalahan Jepang pada perang Asia Timur Raya dengan dibomnya kota-kota penting Jepang, pada tahun 1945.

Pada bulan September 1945 tentara Sekutu yang diwakili oleh tentara Inggris mendarat di Indonesia. Kedatangan Sekutu ini bertujuan untuk melucuti senjata tentara-tentara Jepang yang ada di Indonesia. Namun kedatangannya dibarengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration). NICA merupakan bentukan orang- orang Belanda yang menyelamatkan diri ke Australia pada saat Jepang menduduki Indonesia.

Kedatangan NICA tersebut sangat meresahkan masyarakat Indonesia. Bangsa indonesia tidak suka dengan kedatangan tentara Sekutu yang memboncengi NICA ini. Di Sumatera Timur, pasukan Sejutu ini mendarat pada tanggal 10 Oktober 1945 tepatnya di Belawan yang dipimpin oleh Ted Kelly. Setelah kedatangan tentara sekutu ini, maka NICA merencanakan suatu gerakan intrik militer untuk memancing tindakan dari pihak Inggeris dalam menindas gerakan kemerdekaan bangsa Indonesia. Untuk mencapai maksudnya itu, maka timbullah gerakan-gerakan propokatip yang

menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dan pertempuran-pertempuran. Sebagai akibatnya, diharapkan akan melahirkan tindakan tegas dari pihak Inggeris dan Jepang untuk menindas gerakan kemerdekaan Indonesia. Tindakan-tindakan inilah yang pada akhirnya menjadi prolog pecahnya pertempuran-pertempuran di Sumatera Timur seperti pertempuran di Jalan Bali dan pertempuran Siantar Hotel.

Pada 1946, di Sumatera Timur terjadi apa yang dinamakan Revolusi Sosial atau sering juga disebut dengan “Peristiwa Malam Berdarah” yang merupakan peristiwa pembunuhan terhadap raja-raja dan kaum bangsawan di Sumatera Timur. Peristiwa ini mengakibatkan meninggalnya salah seorang sastrawan kebanggaan Indonesia yaitu Amir Hamzah. Selanjutnya pada tahun 1947, bangsa Belanda melakukan serangan Agresi Militer yang pertama ke seluruh Republik Indonesia termasuk Sumatera Timur tepatnya pada tanggal 21 Juli 1947.

Dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, Rakyat sangat terpukul karena persiapan dan persenjataan yang dimiliki sangat minimalis. Rakyat hanya berjuang bermodalkan persenjataan yang sederhana tetapi dengan semangat juang yang tinggi. Demikian serangan demi serangan terjadi terhadap pasukan Republik, yang mana dalam Agresi Militer Belanda yang pertama ini, mereka berhasil menduduki daerah-daerah dan pelabuhan-pelabuhan penting di Jawa dan Sumatera.

Akhirnya setelah mendapat perintah dari dewan PBB (atas permintaan Australia dan India) agar menghentikan aksi tembak-menembak, pada tanggal 4

Agustus 1947 kedua Negara yang bertikai diumumkan untuk melakukan gencatan senjata. Dengan diumumkannya pengumuman ini, maka berakhirlah Agresi Militer I Belanda.

Penderitaan Indonesia ternyata belum selesai dengan berakhirnya Agresi Militer Pertama itu. Tahun 1948 bangsa Belanda kembali melakukan serangan Agresi Militer yang ke-2. Ini adalah peristiwa penyerangan Belanda terhadap Republik Indonesia untuk kedua kalinya. Pada tanggal 18 Desember 1948 tepatnya malam hari Tentara Belanda melancarkan aksi Militer terhadap daerah kekuasaan Republik Indonesia. Perjanjian Renville yang disepakati bersama antara Indonesia dengan Belanda yang ditandatangani di atas kapal Amerika Serikat Renville pada tanggal 18 Januari 1948, merupakan kemenangan politik dan militer bagi Belanda. Dari pihak Indonesia, sebenarnya tidak menerima pokok-pokok isi Perjanjian Renville tersebut, namun untuk menjamin posisi RI di mata Internasional maka perjanjian renville-pun diterima. Dengan diterimanya perjanjian tersebut berarti pasukan-pasukan RI harus mengosongkan daerah-daerah yang akan menjadi wilayah kekuasaan Belanda menurut isi perjanjian tersebut.

Dengan demikian paling lambat pada tanggal 7 Februari 1948, seluruh pasukan RI harus sudah keluar dari garis statusquo. Selanjutnya berlangsunglah pengunduran besar-besaran pasukan RI ke daerah Republik yang semakin sempit. Pelaksanaan perjanjian Renville yang oleh pemerintah RI dikatakan sebagai “perjuangan dari peluru ke suara rakyat “from the bullet to the ballot”, ternyata tidak

berjalan seperti yang diharapkan karena Belanda selalu megajukan tuntutan yang tidak mungkin diterima oleh pihak RI.

Peristiwa ini mengakibatkan banyak rakyat yang mengungsi meninggalkan perkampungan mereka. Dalam situasi yang semakin keruh itu, penderitaan rakyat semakin nyata. Salah satu peranan penting yang sangat berpengaruh dalam kemerdekaan Indonesia adalah peranan yang dilakukan oleh para seniman. Seniman lagu, sastera, teater, dan lukis telah mempersembahkan dharma baktinya sesuai dengan profesinya yang ternyata sangat menonjol dalam penggugahan dan pembinaan semangat merdeka itu. Lagu-lagu perjuangan yang muncul digaris depan Medan Area menghadapi Sekutu (Inggris), Belanda, NICA dan segala antek-anteknya telah dapat di rekam oleh seniman-seniman kita melalui karya-karya mereka.

Karya seni pada waktu itu, selain untuk memberikan penghiburan, karya- karya seni pada waktu itu juga dijadikan sebagai alat propaganda dan sebagai media komunikasi antara seniman dan masyarakat. Komunikasi yang dimaksud adalah berisi ajakan untuk turut serta mendukung mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang sebelumnya telah dicapai. Strategi in diambil oleh para seniman sesuai dengan cabang masing-masing.

Peranan yang dilakukan oleh seniman lukis diantaranya adalah pembuatan pamflet yang berisikan poster perjuangan maupun hanya sebuah coret-coretan perjuangan dan pendokumentasian peristiwa perjuangan diatas kanvas yang

menghasilkan lukisan. Sebagai contoh poster yang dibuat oleh Affandi atas usul

presiden Soekarno yang bertuliskan “Boeng Ajo Boeng”. Seniman lukis juga

mendokumentasikan peristiwa peperangan antara rakyat Indoneia dengan Belanda yang akan menjadi saksi sejarah.

Seni pertunjukan dimasa Indonesia belum merdeka sudah mulai berkembang, khususnya di Pulau Jawa yag dinamakan dengan Kethoprak. Kethoprak merupakan seni drama ataupu teater yang menggunakan bahasa Jawa, dan biasanya mengangkut nuansa kerajaan. Di era revolusi seni drama dan teater tersebut dikemas menjadi sebuah seni sandiwara yang disuguhkan untuk masyarakat. Seni sandiwara ini banyak dinminati oleh hampir semua kalangan masyarakat, baik dari pemain dan penikmatnya.

Seni musik merupakan bagian dari seni pertunjukan pada masa revolusi kemerdekaan karya yang dihasilkan oleh para seniman adalah lagu-lagu perjuangan. Contoh lagu yang dihasilkan adalah lagu Erkata Bedil, Mariam Tomong, Butet, O turang, dan lain-lain.

Strategi yang dilakukan oleh Djaga Depari dan teman-temannya adalah dengan keluar masuk kampung untuk mengadakan pertunjukan-pertunjukan sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan yang telah mereka ciptakan. Hal ini dilakukan untuk menebar semangat kepada rakyat melalui alunan lagu-lagu tersebut. Maka tidak heran mengapa syair lagu-lagu tersebut sangat simpel dan mudah diingat hanya

dengan sekali mendengar saja. Alasannya adalah agar mudah dihafal oleh masyarakat dan akan menjadi sebuah motivasi yang akan mendatangkan simpati masyarakat.

Para seniman sastera juga sangat berperan dalam perkembangan kesenian dan kebudayaan Indonesia. Karya yang dihasilkan adalah berupa sajak-sajak perjuangan, cerpen , novel dan lain-lain. Pada umumnya karya seniman tersebut berkaitan dengan perjuangan para pahlawan. Hasil kkaryanya juga tidak jarang yang merupakan dokumentasi tentang para pejuang yang telah gugur di medan perang, kondisi ataupun peristiwa yang terjadi pada saat revolusi.

Masing-masing cabang seni mempunyai peran dalam memasyarakatkan seni sebgai alat propaganda dalam rangka mendukung perjuangan mempaertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Yang dimaksud memasyarakatkan seni adalah menjadikan seni bukan sebagai satu hal yang tertutup yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, namun menjadikan seni dapat dinikmati oleh semua kalangan mulai dari bangsawan, hartawan, pemimpin, pegawai, buruh, tani, pelajar, mahasiswa dan anak-anak.

Tujuan penting dari seni ini adalah menjadikan seni sebagai alat propaganda untuk mempengaruhi pikiran dan mendorong tumbuhnya rasa nasionalisme antar suku bangsa. Di adalam menjalankan aksi propaganda tersebut para seniman juga memberikan bantuan materiil kepada para pejuang, yang merupakan hasil dari

pertunjukan-pertunjukan yang mereka lakukan dan semuanya itu disumbangkan kepada front-front perjuangan.

Peranan seniman pada masa revolusi fisik tidak bisa dipandang sebelah mata. Para seniman menjadi jembatan anatara pemerintah dengan masyarakat kecil. Alat komunikasi yang sangat terbatas ketika itu manjadikan setiap karya seniman adalah sebuah penerangan bagi masyarakat Indonesia. Dari karya-karya kecil yang mereka cipatakan itu, kini menjadi saksi sejarah yang dapat menggambarkan bagaimana kondisi revolusi pada tahun 1945-1949.

Terciptanya suatu kebudayaan nasional Indonesia juga merupakan usaha dari para seniman. Kesenian sebagai bagian dari kebudayaan menjadi salah satu daya tarik bagi Indonesia di mata dunia. Berdirinya sekolah-sekolah seni juga meruapakan hasil dari perjuangan para seniman dalam memmasyarakatkan kesenian pada masa-masa sebelumnya, khususnya di era revolusi Indonesia tahun 1945-1949.

6.2Saran

Dari penelitian ini kita dapat melihat bagaimana peristiwa yang terjadi pada tahun 1945-1949 di Sumatera Timur. Hal ini dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk generasi sekarang agar tetap menghargai setiap perjungan yang telah dilakukan untuk kemerdekaan bangsa kita yang seutuhnya. Oleh kerana itu kita dapat merekrontuksi sejarah peranan para seniman Sumatera Timur ini kedalam kehidupan kita dimasa yang akan datang.

Dari penelitian ini, maka jelaslah bahwa para seniman dalam masa revolusi mempertahankan kemerdekaan mereka memiliki partisipasi dan peranan yang besar dan bahkan ada yang terlibat secara langsung memngggul senjata di front pertempuran. Disamping mempunyai nilai-nilai seni yang heroik juga karya-karya seniamn tersebut mempunyai dampak yang besar dalam hal ikut mendorong, menggelorakan dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat dan tentara di front- front pertempuran. Selain itu juga berperan sebagai penghibur di sela-sela sengitnya perjuangan.

Mengingat jasa-jasa para seniman dalam masa revolusi dengan karya-karya seninya yang sangat berharga itu maka sudah sepantasnya apabila pemerinah memberikan penghargaan yang setimpal dengan bobot perjuangnnya. Disamping itu satu hal yang sangat penting adalah, menyelamatkan karya-karya seni tersebut dalm bentuk pendokumentasian yang baik. Selanjutnya hasil karya-karya seniman tersebut disebarluaskan di kalangan generasi muda khususnya dan masyyarakat luas pada umumnya. Dengan upaya tersebut bererti kita dapat melestarikan karya seni yang tak ternilai harganya dan sekaligus mengamalkan agar dapat dikaji dan dihayati oleh generi muda khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB II

GEOGRAFI DAN MASYARAKAT

2.1 Selayang Pandang Sumatera Timur

Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis penelitian ini adalah Daerah Sumatera Timur. Sumatera Timur terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis Lintang Utara 40.13 Letak Sumatera Timur sebagai yang sudah umum kita kenal dibatasi oleh Aceh di sebelah Barat Laut, kemudian Tapanuli di sebelah Barat Daya, Bengkalis di sebelah Tenggara, dan Selat Malaka di bagian Timur Laut.14 Luas wilayah Sumatera Timur meliputi 31.715 kilometer persegi atau sekitar 6,7% dari seluruh daerah Sumatera.

Ditinjau dari keadaan alamnya Sumatera Timur terdiri dari tiga bagian yaitu dataran rendah yang sangat luas, pegunungan, dan dataran tinggi tepatnya di Tanah Karo dan Simalungun. Di dataran rendah Sumatera Timur terdapat hutan-hutan payau (mangrove) yang banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon bakau dan nipah. Sungai-sungai di daerah ini banyak yang bermuara ke Selat Malaka. Di sepanjang aliran sungai-sungai tersebutlah tumbuh pepohonan Bakau serta nipah itu, terutama dibagian muaranya. Sungai-sungai yang berhulu di daerah dataran tinggi Karo dan

13 Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan , (Jakarta: Sinar Harapan, 1985), hlm. 44.

14

Simalungun membawa endapan-endapan tanah gembur liparitik15 dan debu-debu dan pasir halus, yang mengakibatkan daerah Pantai Timur bertambah luas masuk ke Selat Malaka sehingga tanah-tanah disepanjang Pantai Timur ini menjadi lahan yang subur untuk pertanian.16 Adapun beberapa sungai utama yang menjadi potensi Sumatera Timur ketika itu adalah sungai Kwis, Percut, Deli, Ular, Babura, Belawan, Tuntungan, Mencirim, Bingei, dan Begumit.

Selain dataran rendah, di Sumatera Timur juga terdapat Dataran Tinggi, yaitu Dataran Tinggi Karo dan Dataran Tinggi Simalungun. Di daearah Dataran Tinggi Karo didiami oleh suku Batak Karo, sedangkan Dataran Tinggi Simalungun didiami oleh suku Simalungun. Di kebanyakan daerah di Sumatera Timur, perkebunan- perkebunan tersebar ke pedalaman sampai ketinggian 300 meter. Dataran Tinggi Karo terletak di luar daerah perkebunan Sumatera Timur. Umumnya para pengusaha Onderneming pergi ke dataran tinggi Karo hanya untuk istirahat dan hiburan yang ditawarkan oleh iklimnya yang sejuk. Suku Batak Karo telah mempelajari cara-cara memanfaatkan lahan mereka untuk penanaman kentang dan berbagai jenis sayuran, kembang (bunga), dan Jeruk. Sebagai tempat penjualan, Medan dan tempat-tempat perkebunan menjadi pasar yang baik bagi mereka.

15Tanah Liparitik adalah enadapan tanah gembur dari lahan vulkanik yang berasal dari semburan gunung berapi dan memiliki tingkat keasaman yang tinggi.

16

Suprayitno, Mencoba (Lagi) Menjadi Indonesia, (Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2001), hlm. 17.

Sebelum tahun 1800 tidak ada satupun dari Negara Eropa yang benar-benar menaruh perhatian yang serius terhadap Sumatera Timur. Inggrislah yang pertama kalinya menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap Sumatera Timur. Bagian-bagian Sumatera yang sampai saat itu tidak diacuhkan, perlahan mulai berubah menjadi penting sejak awal tahun 1800. Sumatera dijadikan sebagai pasar bagi barang-barang ekspor, bahkan sebagai sumber barang-barang impor terutama lada. Kedatangan Anderson dan dibukanya perkebunan di Sumatera Timur merupakan awal yang baik bagi masyarakat dan perkembangan daerah Sumatera Timur.

Terletak diantara garis Khatulistiwa dan garis Lintang Utara, Sumatera Timur mempunyai iklim pantai tropik yang dipengaruhi juga oleh topografi yang dimiliki oleh daerah Sumatera Timur. Suhu di daerah pantai kira-kira 250 C, dengan maksimum 320 C. Sedangkan di daerah-daerah yang lebih tinggi, suhunya mencapai rata-rata 120 C, dan berkisar antara 5,50 C – 180 C. Penduduk asli Sumatera Timur adalah kelompok etnis Melayu, Batak Karo,dan Batak Simalungun. Mata pencaharian utama masyarakat Sumatera Timur adalah dengan mengelola tanah sebagai pertanian dan perkebunan yang kita kenal dengan perkebunan Tembakau.

Pada awalnya di daerah Sumatera Timur terdapat banyak Kerajaan, seperti; Kerajaan Melayu, Deli, Serdang, Asahan, Langkat, Kualuh, Bilah, Panai, Kota Pinang, Indrapura, Tanah Datar, Pesisir, Lima Puluh, Suka Dua, Pelalawan, Begadai, dan Padang. Kerajaan Rokan, termasuk Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Kuntur Dar

Es Salam dan Senggigi. Juga terdapat Lima Urung, yaitu Deli, Sinembah, Sunggal, Pertjoeut, dan Hamparan Perak. Di kawasan Dataran Tinggi Simalungun terdapat Kerajaan Dolok Silau, Silimakuta, Purba, Raya, Panei, Siantar, dan Tanah Jawa. Sedangkan di daerah Tanah Karo terdapat Sibayak-sibayak yang dinamakan Sibayak Kutabuluh, Sarinembah, Lingga, Suka, dan Barus Jahe.

Hubungan raja-raja Melayu dengan pemerintah Belanda mulai intensif ketika Pemerintah Belanda melancarkan politik ekspansinya ke Sumatera pada pertengahan abad ke-19. Pada pertengahan abad ke-19 Pemerintahan Kolonial masih menganggap kerajaan bumiputera seakan-akan suatu pemerintahan yang “berdaulat” sehingga

dibuatlah perjanjian “politik kontrak” dengan kerajaan yang dianggap kuat. Tetapi

sejak 1915 kekuasaan kerajaan bumiputera itu mulai derajatnya diturunkan atau

menjadi “protektorat” bahkan ada yang lebih rendah lagi yaitu dengan “korte verklaring” (peryataan pendek) yang hanya berisi 3 pasal saja yaitu:

1. Mengakui wilayah Kerajaan itu sebagai bagian dari Hindia-Belanda. 2. Tidak berhubungan dengan Pemerintahan Asing.

3. Patuh kepada keputusan Ambtenar Belanda disitu.

Dengan raja-raja di Sumatera Timur Belanda mengikat perjanjian selaku

protektoat dalam “politik kontrak” seperti Kerajaan Deli, Kerajaan Langkat, Kerajaan

Serdang, Kerajaan Asahan dan Kerajaan Kualuh serta Kerajaan Siak. Kerajaan-

perjanjian itu setiap penduduk asli dari Kerjaan itu, tunduk kepada kerapatan (peradilan) kerajaan. Kerajaan menguasai tanah dalam kerajaan itu dan bisa menyewakan tanahnya kepada investor asing dengan persetujuan Gubernur Hindia- Belanda. Kerajaan boleh mempunyai polisi dan bendera sendiri dan jaksa sendiri dimana sebagai hakim dalam kerapatan itu adalah raja yang didampingi oleh Kontelir Belanda sebagai penasihat dan KUHP dipakai sebagai pedoman dalam soal pidana. Hukuman buang dan hukuman mati haruslah dengan seizin Gubernur Jendral yang juga berhak memberikan grasi/amnesty.17

Memasuki abad ke-20 Pemerintah Belanda melakukan penaklukan ke wilayah Simalungun, Tanah Karo, Toba, dan Pak-Pak Dairi. Hasil dari ekspansi tersebut, maka pada tahun 1870-1942 wilayah dan penduduk dari 41 kerajaan di Sumatera Timur digabungkan ke dalam kekuasaan Hindia-Belanda. Kontrak politik yang telah ditandatangani telah mereduksi jumlah kerajaan itu menjadi 34 kerajaan. Kemudian kerajaan-kerajaan tersebut diberi batas-batas wilayah tertentu dan secara bersama- sama digabungkan sebagai residensi Sumatera Timur. Pada tahun 1915, Residensi Sumatera Timur membawahi lima afdeling, yaitu:

 Deli en Serdang ibu kotanya Medan.  Langkat ibu kotanya Binjai.

 Simalungun ibukotanya Siantar.

17

Tuanku Luckman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur, (Medan: Yayasan Kesultanan Serdang, 2006), hlm. i.

 Asahan ibukotanya Tanjung Balai.  Bengkalis ibu kotanya Bengkalis.

2.2. Masyarakat Sumatera Timur

Penduduk asli Sumatera Timur adalah suku bangsa Melayu, Batak Karo,18 dan Batak Simalungun. Suku bangsa Melayu banyak mendiami daerah Pantai Timur Sumatera.19 Suku Simalungun mendiami Dataran Tinggi Simalungun. Mereka juga sudah ada yang tinggal menetap di daerah-daerah kerajaan Melayu, bahkan sudah ada yang menjadi orang Melayu. Masyarakat Simalungun sudah memiliki lembaga pemerintahan kerajaan, dengan sistem pemerintahan kerajaan yang hampir mirip dengan pemerintahan kerajaan Melayu. Suku Batak Karo mendiami wilayah Dataran Tinggi Karo. Masyrakat etnis Karo belum mengenal sistem pemerintahan kerajaan.

Kedatangan Anderson, adanya perjanjian London, kemudian dibukanya lahan perkebunan di Sumatera timur telah membawa banyak perubahan bagi Sumatera Timur terutama pada perkembangan penduduknya. Ekspansi pertanian Onderneming di Sumatera Timur yang cepat sekali perkembangannya, mempunyai pengaruh menyolok terhadap pertumbuhan, penyebaran, dan komposisi penduduk. Dalam kurun waktu yang singkat, penduduk asli Sumatera Timur dapat dilampaui jumlahnya

18

Suprayitno, op. cit., hlm. 15.

19 Yang dimaksud dengan etnis Melayu adalah golongan bangsa yang menyatukan dirinya dalam pembauran ikatan perkawinan antar etnis serta memakai adat resan dan Melayu secara sadar dan kontinyu. Etnis Melayu mayoritas beragama Islam. Keahlian khas Raja-raja Melayu adalah kemampuannya menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan penduduk dari suku-suku lain tanpa mengorbankan identitas mereka.

oleh kaum pendatang yaitu orang-orang Cina dan Jawa yang didatangkan sebagai buruh di Perkebunan Sumatera Timur. Selain Cina dan Jawa, berkat adanya perkebunan itu juga telah menarik minat orang-orang dari Minangkabau, Mandailing dan Angkola. Pada tahun 1900 orang-orang Batak toba juga mulai memasuki Sumatera Timur.

Menjelang tahun 1930, penduduk asli Sumatera Timur menduduki peringkat paling sedikit diantara suku-suku pendatang lainnya. Yakni; Melayu yang merupakan suku asli dari penduduk Sumatera Timur hanya 15%, Karo 9%, dan Simalungun 6%. Selebihnya adalah penduduk Sumatera Timur yang terdiri dari orang-orang Indonesia lainnya, diantaranya terdapat orang-orang Jawa sebanyak 43%, dan Batak Toba 5%. Di antara orang-orang bukan Indonesia, Cina adalah penduduk paling banyak. Di Kota Medan tidak kurang dari 35% penduduknya adalah orang Cina. Orang-orang Eropa kurang dari 1% dari total seluruh penduduk Sumatera Timur, tetapi merupakan 5% dari penduduk Medan. Berikut ini merupakan tabel pembagian suku-suku di Sumatera Timur pada tahun 1930.

Tabel 2.1

Pembagian Suku-suku di Sumatera Timur Tahun 1930

Suku-suku di Sumatera Timur Banyak % Jumlah %

Eropa 11.079 0,7

Cina 192.822 11,4

India dan lainnya 18.904 1,1

Sub total non Indonesia 222.805 13,2

Jawa 589.836 35,5 Batak 74.226 4,4 Mandailing-Angkola 59.638 3,5 Minangkabau 50.677 3,0 Sunda 44.107 2,6 Banjar 31.226 1,9 Aceh 7.759 0,5 Lain-lain 24.646 1,5

Sub total kaum pendatang 882.189 52,3

Melayu 334.870 19,9

Batak Karo 145.429 8,6

Batak Simalungun 95.144 5,6

Lain-lain 5.436 0,3

Sub total pribumi Sumatera

Timur 580.879 34,5

Jumlah seluruhnya 1.685.873

100, 0 Sumber: Anthony Reid dalam Perjuangan Rakyat: Revolusi dan Hancurnya

Kerajaan di Sumatera, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1987, hlm. 85.

Dari tabel 2.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah suku terbanyak di Sumatera

Dokumen terkait