• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian, keterbatasan dalam penelitian, implikasi keterbatasan, serta saran bagi penelitian selanjutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK)

TABK merupakan perangkat dan teknik yang digunakan untuk menguji (baik secara langsung maupun tidak langsung) logika internal dari suatu aplikasi komputer yang digunakan untuk mengolah data (Mahyuni, 2007). Beberapa manfaat TABK menurut SA Seksi 327 PSA nomor 59 adalah sebagai berikut.

a. Tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak audit (audit trail) dapat mengharuskan auditor menggunakan TABK dalam penerapan pengujian pengendalian dan pengujian substantif.

b. Peningkatan efektivitas dan efisiensi prosedur audit.

Masih dalam SA Seksi 327 PSA nomor 59, TABK dapat digunakan dalam pelaksanaan berbagai prosedur audit berikut ini.

a. Pengujian rincian transaksi dan saldo seperti penggunaan perangkat lunak audit untuk menguji semua (suatu sampel) transaksi dalam file komputer. b. Prosedur review analitik seperti, penggunaan software atau perangkat lunak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id c. Pengujian pengendalian (test of control) atas pengendalian umum sistem

informasi komputer seperti penggunaan data uji untuk menguji prosedur akses ke perpustakaan program (program libraries).

d. Pengujian pengendalian atas pengendalian aplikasi sistem informasi komputer seperti, penggunaan data uji untuk menguji berfungsinya prosedur yang telah diprogram.

e. Mengakses file, yaitu kemampuan untuk membaca file yang berbeda record dan berbeda formatnya.

f. Mengelompokkan data berdasarkan kriteria tertentu.

g. Mengorganisasi file, seperti menyortasi dan menggabungkan. h. Membuat laporan, mengedit dan memformat keluaran.

i. Membuat persamaan dengan operasi rasional (AND; OR; =; < >; <; >; IF).

Dalam melaksanakan proses audit berbantuan komputer, auditor dapat memilih untuk menggunakan pendekatan yaitu antara melakukan pengujian aplikasi atau melakukan pengujian substantif. Untuk pelaksanaan pengujian aplikasi, terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan oleh auditor (Hall & Singleton, 2007) yaitu sebagai berikut.

a. Metode data audit (Test Data Method)

Digunakan untuk membentuk integritas aplikasi melalui pemrosesan rangkaian data input yang dibuat khusus melalui aplikasi produksi yang sedang dikaji. Hasil dari tiap pengujian akan dibandingkan dengan berbagai perkiraan yang yang telah ditetapkan untuk menghasilkan evaluasi yang objektif atas logika aplikasi dan efektivitas pengendaliannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Fasilitas uji terintegrasi (Integrated Test Facility-ITF)

Merupakan teknik otomatis yang memungkinkan auditor menguji logika aplikasi dan pengendaliannya dalam masa operasi normal. ITF adalah salah satu atau lebih modul yang didesain di dalam aplikasi selama proses pengembangan sistem yang basis datanya berisi dummy atau berbagai record

file master uji yang diintegrasikan dengan berbagai record yang sah.

c. Simulasin Paralel (Paralel Simulatin-PS)

Pendekatan ini mengharuskan auditor untuk menulis sebuah program yang menyimulasikan berbagai fitur atau proses utama dari aplikasi yang dikaji. Aplikasi yang disimulasi tersebut kemudian digunakan untuk memproses ulang berbagai transaksi yang sebelumnya diproses oleh aplikasi produksi.

Jika auditor lebih memilih untuk melakukan pengujian substantif, maka terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan oleh auditor, yaitu sebagai berikut.

a. Modul audit melekat (Embedded Audit Module-EAM)

Disebut juga sebagai audit berkelanjutan, yaitu pendekatan untuk mengidentifikasi berbagai transaksi penting ketika transaksi-transaksi tersebut diproses dan mengekstraksi salinan dan seluruh transaksi tersebut secara

real-time. EAM adalah modul yang diprogram khusus dan melekat pada aplikasi host untuk menangkap berbagai jenis transaksi yang telah ditentukan akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id b. Peranti lunak audit yang digeneralisasai (Generalized Audit Software-GAS)

Adalah pendekatan yang paling banyak digunakan untuk audit sistem informasi. GAS memungkinkan auditor untuk mengakses secara elektronik berbagai file data berkode dan melakukan berbagai operasi atas isinya. Pendekatan ini merupakan teknik yang paling populer karena relatif lebih mudah karena tidak diperlukan kemampuan teknik komputasi yang cukup mendalam.

Apabila dilihat dari sisi proses pengujian logika internal suatu aplikasi, maka pendekatan Test Data Method, ITF, PS dan EAM merupakan teknik-teknik pengujian logika internal aplikasi secara langsung sedangkan teknik GAS merupakan suatu teknik pengujian tidak langsung. GAS disebut dengan teknik pengujian tidak langsung karena lebih cenderung untuk mengambil output dari aplikasi untuk kemudian diolah kembali untuk diuji apakah output itu sesuai dengan kriteria pengujian yang ditentukan.

Ada banyak software GAS yang saat ini beredar dan digunakan oleh kantor-kantor akuntan publik di seluruh dunia. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut (Mahyuni, 2007).

a. ACL (Audit Command Language)

ACL for Windows dirancang khusus untuk menganalisa data dan menghasilkan laporan audit baik untuk pengguna biasa (common/

nontechnical users) maupun pengguna ahli (expert users). ACL for Windows

dapat mengakses data dalam berbagai macam format dan pada berbagai macam tipe media penyimpanan. ACL for Windows juga mampu menguji

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id output atas suatu aplikasi di mana data yang digunakan kurang meyakinkan, atau mungkin aplikasi tersebut tidak berjalan dengan benar. Selain itu,

software ini dapat digunakan untuk keperluan View, Explore, dan

menganalisa seluruh data serta membuat laporan atas hasil-hasilnya.

b. IDEA (Interactive Data Analysis Software)

Merupakan software audit yang dapat digunakan untuk membuat rekonsiliasi, investigasi kecurangan, internal/ operasional audit, pemindahan

file, mempersiapkan laporan manajemen dan analisis-analisis lainnya,

termasuk menelusuri security log. Software ini memungkinkan kita untuk mengimpor data dengan cepat, menyertakan, menganalisa, mengambil sampel dan mengekstrak data dari berbagai macam sumber, termasuk laporan yang dicetak dari sebuah file.

c. APG (Audit Program Generator)

APG memungkinkan tim audit mempersiapkan daftar perencanaan audit mereka, serta memungkinkan tim audit tersebut untuk menambah, menghapus atau melakukan modifikasi item-item individual dalam daftar perencanaan audit untuk menyesuaikan antara pekerjaan auditor dengan keperluan klien mereka. Kegunaan lain dari APG adalah dapat digunakan untuk meninjau daftar pengungkapan dan tingkat kepatuhan terhadap perpajakan. Hal ini dapat membantu auditor memastikan bahwa laporan keuangan memenuhi semua unsur pengungkapan dan bahwa perusahaan klien telah mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. Microsoft Excel

Dengan kemampuannya membaca file database seperti DBF dan MDB, serta ditambah dengan dukungan fungsi-fungsi/ formula-formula yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Microsoft Excel juga dapat dijadikan sebagai

software GAS. Dengan memilih menggunakan Microsoft Excel sebagai GAS,

maka berarti Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan telah melakukan efisiensi biaya.

Selain software-software tersebut, masih ada banyak lagi software yang telah beredar di pasaran, antara lain adalah AUDIT-Easy, EZ-R Stats, QSAQ,

Random Audit Assistant, RAT-STATS, Auto Audit, serta GRC on Demand. Tetapi

sayangnya keberadaannya masih kurang familier dan masih jarang digunakan.

2. Technology Acceptance Models (TAM)

Ada beberapa teori tentang penggunaan sistem teknologi informasi, antara lain Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior (TPB) dan

Technology Acceptance Model (TAM). Dari ketiga teori tersebut, Technology Acceptance Model (TAM) dianggap sebagai teori yang sangat berpengaruh dan

telah banyak digunakan untuk menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan sistem teknologi informasi.

Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan oleh Davis et.al

(1989) berdasarkan model TRA dan sudah diacu oleh beberapa penelitian dengan melakukan modifikasi. TAM dikembangkan dengan mengkhususkan pada bidang sistem informasi untuk memprediksi penerimaan dan penggunaan sistem informasi di pekerjaan individual pemakai. Berbeda dengan TRA, TAM

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menambahkan dua konstruk utama yaitu Perceived Usefulness (Kegunaan persepsian) dan Perceived Ease of Use (Kemudahan penggunaan persepsian) karena kedua komstruk tersebut dianggap menentukan penerimaan individual terhadap teknologi (Jogiyanto, 2007). Berikut adalah model TAM awal:

Gambar 2.1

Technology Acceptance Model (TAM) Sebelum Dimodifikasi

Sumber: Jogiyanto, 2007

Terdapat lima konstruk utama yang dikembangkan dalam TAM awal (sebelum adanya modifikasi dengan adanya variable eksternal) yaitu:

a. perceived usefulness (kegunaan persepsian)

Persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya. Dari definisi tersebut diketahui bahwa kegunaan persepsian merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id keputusan. (Jogiyanto, 2007). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konstruk ini berpengaruh positif dan signifikan terhadap penggunaan teknologi. Selain itu, konstruk ini paling banyak mempengaruhi signifikansi terhadap konstruk lain dalam model TAM tersebut.

b. perceived ease of use (kemudahan penggunaan persepsian)

Persepsi tentang kemudahan penggunaan sebuah teknologi didefinisikan sebagai didefinisikan sebagai suatu tingkat atau keadaan dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha apapun (Davis et.al dalam Tangke 2004). Maksudnya adalah bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan, maka dia akan menggunakannya. Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan terhadap kegunaan persepsian (perceived usefulness), sikap, minat dan penggunaan sesungguhnya.

c. attitude towards behavior (sikap terhadap perilaku)

Seperti pernyataan Davis et.al (1989) yang dikutip Jogiyanto (2007) sikap terhadap perilaku didefinisikan sebagai perasaan positif atau negatif dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Sementara Mathieson (1991), juga dalam Jogiyanto (2007) mendefinisikan sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konstruk sikap ini ada yang berpengaruh positif maupun yang negatif terhadap minat perilaku. Oleh karena itu beberapa penelitian yang menggunakan TAM tidak memasukkan variabel ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d. behavioral intention (minat perilaku)

Minat perilaku adalah kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi (Wibowo, 2008). Seseorang akan melakukan sesuatu, misalnya teknologi, jika mempunyai minat atau keinginan untuk melakukan. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa minat perilaku merupakan prediksi yang baik dari penerimaan teknologi dari pemakai sistem.

e. behavior (perilaku)

Merupakan kecenderungan perilaku untuk tetap menggunakan suatu teknologi. Dalam konteks sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi (Jogiyanto, 2007). Oleh karena penggunaan sesungguhnya ini tidak bisa diobservasi oleh peneliti, maka konstruk ini diganti dengan pemakaian persepsian (perceived

usage).

Gardner dan Amoroso (2004) mengembangkan TAM dengan menambah empat variabel eksternal untuk digunakan meneliti penerimaan sistem teknologi informasi. Empat variabel eksternal tersebut adalah gender, pengalaman (experience), kerumitan (complexity), dan kesukarelaan (voluntariness). Selain itu, banyak penelitian lain yang juga menambahkan variable eksternal dalam pemakaian model tersebut.

Berikut adalah model TAM setelah adanya modifikasi dengan penambahan variable eksternal:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.2

Technology Acceptance Model (TAM) Setelah Dimodifikasi

Sumber: Jogiyanto, 2007

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap Perceived Usefulness dan Attitude toward Behavior

Perceived ease of use telah terbukti memiliki pengaruh pada minat perilaku (intention behavior) melalui dua jalur kausal yaitu efek langsung pada minat, dan

efek tidak langsung pada minat melalui kegunaan yang dirasakan perceived

usefulness. Seorang pengguna teknologi TABK akan merasa mudah dalam

menggunakannya jika ia tidak menemui kesulitan ketika menggunakannya. Davis_et.al (1989) seperti yang dikutip Tangke (2004) mendefinisikan perceived usefulness sebagai suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan definisi tersebut dapat diartikan bahwa kemanfaatan dari penggunaan komputer dapat meningkatkan kinerja orang yang menggunakannya.

Apabila seseorang percaya bahwa teknologi TABK mudah digunakan, maka orang tersebut akan percaya bahwa menggunakan TABK akan meningkatkan kinerja mereka. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Davis et.al (1989) menunjukkan bahwa perceived ease of use merupakan penentu perceived

usefulness. Hasil penelitian Tangke (2004), Wibowo (2008), Park (2009), Yuadi

(2009), Yang, Hsu, dan Tan (2010), serta Chinyamurindi dan Louw (2010) yang juga menyatakan bahwa perceived ease of use berpengaruh positif terhadap

perceived usefulness.

Dalam penelitian Tangke (2004), Park (2009), Muhammad S.B. (2010), serta Yang, Hsu, dan Tan (2010) menyatakan bahwa perceived ease of use berpengaruh signifikan terhadap attitude toward behavior. Apabila seseorang beranggapan bahwa suatu teknologi mudah digunakan maka orang tersebut akan menggunakan teknologi tersebut dibandingkan dengan teknologi yang lebih sulit penggunaannya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dikembangkan hipotesis sebagai berikut.

H1 : Perceived Ease of Use berpengaruh terhadap Perceived Usefulness. H3 : Perceived Ease of Use berpengaruh terhadap Attitude toward Behavior.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2. Pengaruh Perceived Usefulness terhadap Attitude toward Behavior,

Behavioral Intention, dan Behavior

Semakin seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan meningkatkan kinerja pekerjaannya, maka secara logika orang tersebut akan semakin positif untuk menggunakan teknologi tersebut. Yang, Hsu, dan Tan (2010) menyatakan bahwa perceived usefulness signifikan terhadap attitude

toward behavior. Penelitian Adiwibowo, Huri, Sari (2007), Wibowo (2008), serta

Park (2009) juga mendukung pernyataan bahwa perceived usefulness merupakan konstruk yang cukup signifikan mempengaruhi attitude toward behavior.

Taylor & Todd (1995) dalam Felasufazain (2010) menemukan hasil bahwa

perceived usefulness merupakan penyebab utama dari behavioral intention untuk

pemakai yang kurang berpengalaman. Hasil penelitian Venkatesh dan Morish (2000) memperkuat pernyataan tersebut yang menunjukkan bahwa behavioral

intention ditentukan oleh perceived usefulness. Yuadi (2009) juga menyatakan

bahwa perceived usefulness merupakan konstruk yang cukup signifikan terhadap

behavioral intention.

Tangke (2004) serta Ndubisi (2008) menyatakan bahwa perceived

usefulness merupakan konstruk yang paling signifikan menentukan actual system usage atau behavior. Pernyataan tersebut diartikan bahwa persepsi kegunaan

seseorang sangat menentukan perilaku orang tersebut. Jadi, tingkat kepercayaan seseorang akan kegunaan suatu teknologi akan mempengaruhi perilaku orang tersebut untuk menggunakannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis berikut ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id H2 : Perceived Usefulness berpengaruh terhadap Attitude toward Behavior.

H5 : Perceived Usefulness berpengaruh terhadap Behavioral Intention. H7 : Perceived Usefulness berpengaruh terhadap Behavior.

3. Pengaruh Attitude toward Behavior terhadap Behavioral Intention

Dalam hubungan attitude toward behavior terhadap behavioral intention ada beberapa hasil penelitian yang menjelaskan bahwa sikap (attitude) berpengaruh positif terhadap behavioral intention. Penelitian yang mendukung pernyataan tersebut antara lain Adiwibowo, Huri, Sari (2007), Park (2009), Yuadi (2009), serta Yang, Hsu, dan Tan (2010). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan hipotesis berikut.

H4 : Attitude toward Behavior berpengaruh terhadap Behavioral Intention.

4. Pengaruh Behavioral Intention terhadap Behavior

Jogiyanto (2007) menyatakan bahwa seseorang akan melakukan sutu perilaku (behavior) jika di mempunyai keinginan atau minat (behavioral

intention) untuk melakukannya. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan jika

seseorang mempunyai minat terhadap suatu hal, maka orang tersebut akan melakukan hal tersebut. Hasil penelitian Venkatesh (2008), Yuadi (2009) serta Muhammad S.B. (2010) juga menunjukkan hasil yang sama. Dari pernyataan tersebut, maka dapat dinyatakan hipotesis sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Pengaruh Gender terhadap Perceived Ease of Use, Perceived Usefulness

dan Behavior

Penelitian yang telah dilakukan oleh Gefen dan Straub (1997) menyelidiki pengaruh perbedaan gender di model TAM. Mereka mengembangkan TAM dengan menambahkan konstruk-konstruk keberadaan sosial persepsian (perceived

social presence) dan kekayaan informasi (information richness). Mereka

menemukan bahwa wanita akan cenderung lebih dapat bekerja sama dan laki-laki cenderung untuk lebih berkompetisi. Dibandingkan dengan laki-laki, wanita memandang lebih tinggi nilai dari kegunaan persepsian (perceived usefulness). Sebaliknya dibandingkan dengan wanita, laki-laki lebih melihat ke kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) di dalam penggunaan komputer.

Penelitian lain dilakukan oleh Venkatesh & Morris (2000) tentang hubungan

gender dan masalah sosial terhadap penerimaan teknologi dan kebiasaan

penggunaannya. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Gefen dan Straub (1997), hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak dipengaruhi oleh pandangan mereka akan kegunaan (perceived usefulness) dari suatu teknologi baru, sedangkan wanita lebih banyak dipengaruhi oleh pandangan mereka akan perceived ease of use.

Wahid (2005) juga menguji dengan menggunakan TAM dengan mengkaji

gender dalam pengadopsian internet. Hasil penelitian Wahid menunjukkan bahwa gender berpengaruh pada adopsi internet. Dia menemukan bahwa laki-laki lebih

cepat dalam mengadopsi internet dan terdapat perbedaan faktor yang mempengaruhi keputusan mengadopsi internet antara laki-laki dan perempuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gefen dan Straub (1997) serta Wahid (2005) menyatakan hasil bahwa gender berpengaruh secara signifikan pada

perceived usefulness dan perceived ease of use. Penelitian Ndubisi (2008) dan

Chinyamurindi dan Louw (2010) juga mendukung adanya temuan tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gardner dan Amoroso (2004), gender dihubungkan dengan perceived usage atau behavior. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gender berpengaruh signifikan terhadap behavior. Hal ini diartikan bahwa terdapat perbedaan perilaku terhadap teknologi antara laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian Gefen dan Straub (1997) menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara gender dengan behavior. Dari uraian tersebut, dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H8 : Gender berpengaruh terhadap Perceived Ease of Use H9 : Gender berpengaruh terhadap Perceived Usefulness. H10 : Gender berpengaruh terhadap Behavior.

C. Kerangka Teori

Berdasarkan penelitian terdahulu, kerangka atau model penelitian yang akan digunakan adalah Model TAM dengan modifikasi penambahan variabel eksternal berupa gender. Model penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Gambar 2.3

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini akan menjelaskan pengaruh gender terhadap penerimaan Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) dengan menggunakan model TAM (Technology Acceptance Model). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau menetapkan perbedaan antar kelompok atau kebebasan (independensi) dua atau lebih faktor dalam suatu situasi. Pengujian hipotesis dilakukan untuk menelaah varians dalam variabel dependen atau untuk memperkirakan keluaran organisasi (Sekaran, 2006).

B. Populasi, Sample, dan Teknik Sampling

Populasi merujuk pada keadaan atau sesuatu yang menarik sehingga peneliti ingin mempelajari (Sekaran, 2006). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP).

Sampel adalah bagian populasi yang akan dipelajari secara detail (Sekaran, 2006). Dalam definisi lain sampel diartikan sebagai bagian dari jumlah dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling ini dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah auditor yang bekerja di KAP di wilayah Jawa Tengah dengan tidak membatasi pada KAP tertentu.

C. Instrumen Penelitian dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dalam pengumpulan data. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian data responden dan bagian pernyataan. Di bagian data, peneliti ingin mengetahui data usia dan jenis kelamin responden. Sementara dalam bagian pernyataan, responden diminta untuk memilih item yang sesuai dengan keadaannya. Item pernyataan tersebut diukur dengan skala likert. Skala likert yang digunakan dimodifikasi menjadi empat skala likert karena pada umumnya jika menggunakan lima skala likert dengan pilihan ragu-ragu atau netral, responden cenderung akan memilih pilihan tersebut. Kuesioner tersebut dibagikan kepada responden dengan menggunakan survei langsung kepada responden.

Variabel penelitian adalah konsep abstrak yang dapat diukur. Konsep abstrak yang langsung dapat diukur disebut variabel observed atau manifest. Sedangkan variabel yang tidak dapat diukur langsung disebut variabel unobserved atau sering disebut latent atau konstruk (Ghozali, 2008). Variabel eksogen adalah variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen, sedangkan variabel endogen adalah variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam sebuah model SEM, sebuah variabel latent dapat berfungsi sebagai variabel eksogen atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id variabel endogen secara sekaligus tergantung dari model penelitian yang ada (Santoso, 2011).

Pada penelitian ini digunakan satu variabel yang hanya menjadi variabel endogen, empat variabel yang berkedudukan sebagai variabel eksogen sekaligus endogen, dan satu variabel yang hanya menjadi variabel eksogen. Dalam model penelitian ini gender dikategorikan ke dalam observed variable yang hanya menjadi variabel eksogen. Hal ini dikarenakan gender dapat langsung diukur, yaitu laki-laki dan perempuan serta mempengaruhi variabel lainnya tanda adanya pengaruh dari variabel lainnya.

Variabel endogen yang digunakan adalah actual usage (penggunaan sesungguhnya) atau disebut sebagai variabel behavior (perilaku). Perilaku adalah tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam konteks sistem teknologi informasi, perilaku adalah penggunaan sesungguhnya (actual use) dari teknologi. Oleh karena penggunaan sesungguhnya ini tidak bisa diobservasi oleh peneliti, maka konstruk ini diganti dengan pemakaian persepsian (perceived usage). Igbaria et.al (1995) dalam Jogiyanto (2007) menggunakan perceived usage yang diukur dengan jumlah waktu yang digunakan untuk berinteraksi dengan suatu teknologi dan frekuensi penggunaannya.

Sedangkan keempat variabel eksogen yang juga berkedudukan sebagai variabel endogen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perceived Usefulness (Kegunaan Persepsian)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menggunakan sistem tertentu akan meningkatkan kinerjanya (Davis et.al, 1989). Persepsi Pengguna terhadap Kegunaan TABK (Perceived Usefulness) mempengaruhi penerimaan terhadap TABK dari dua arah yaitu secara langsung dan secara tidak langsung melalui Attittude towards Using.

2. Perceived Ease of Use (Kemudahan Penggunaan Persepsian)

Menurut Davis et.al (1989) dalam Tangke (2004), kemudahan penggunaan persepsian (Perceived Ease of Use) didefinisikan sebagai suatu tingkat atau keadaan dimana seseorang yakin bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha apapun (free of effort). Persepsi Pengguna terhadap Kemudahan dalam Menggunakan TABK mempengaruhi Penerimaan terhadap TABK secara tidak langsung melalui konstruk Persepsi Pengguna terhadap

Dokumen terkait