• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA KUALITATIF

IV.3.6 Kesimpulan Temuan Data Informan III

Temuan data dari observasi dan wawancara mendalam menyimpulkan bahwa Usman boleh dikatakan sedikit berbeda dari teman-temannya. Dia termasuk anak yang sangat pendiam, suka menyendiri, pemalas dan tidak memiliki prestasi yang bisa dibanggakan di kelasnya. nilai pelajarannya biasa-biasa saja.

Dia juga memiliki perilaku yang agak menyimpang. Dulu dia suka mencampak-campakkan buku-bukunya bila ia sedang belajar di kelas, sehingga mengganggu teman-temannya. Ketika ditanya mengapa dia bertingkah laku jahat seperti itu, ia menjawab kalau ia merasa bosan. Memang diakui Usman kalau dia memiliki kesulitan dalam belajar. Mata pelajaran yang paling rendah nilainya adalah matematika. Dia juga mengakui bahwa kalau dia dipanggil menjumpai konselor pasti masih tetap membicarakan perilakunya tersebut di atas yakni pemalas. Tapi dia berusaha untuk terus berusaha untuk tidak malas lagi, dan dia merasa ada sedikit perubahan.

Dalam proses komunikasi konseling antara Usman dengan konselor terdapat hubungan yang akrab dan Usman merasa nyaman. Menurutnya suster itu ramah dan terkadang membujuknya untuk dapat mengungkapkan permasalahannya. Atas semua permasalahan yang dikemukakan Usman, si konselor selalu memberikan perhatian dengan terus memantaunya, seperti yang diungkapkan Usman: “....suster itu melihat ada perkembangan, dan terus

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan komunikasi layanan konseling individual antara konselor yakni Suster Flaviana dan Suster Mauritsia dengan Usman memiliki peran yang sangat besar dalam proses membentuk konsep diri Usman walaupun prosesnya lama berhubung karena kepribadian Usman yang memang pendiam.

IV.4 Informan IV IV.4.1 Identitas Informan

1. Nama : Risalia Laia 2. Nama panggilan : Risa

3. Umur : 19 tahun 4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Anak ke : 2 dari 6 bersaudara 6. Agama : Katholik

7. Suku bangsa : Nias

8. Tingkatan kelas : Kelas 1 SLTP SLB/A Karya Murni 9. Penyebab cacat netra : Sakit campak umur 4 bulan

10. Jenis cacat netra : Partially sighted (low vision/kurang lihat) 11. Usia dan tahun masuk : 13 tahun, tahun 2002

panti asuhan Karya Murni

12. Asal daerah : Desa Sisobahili, Kecamatan Amandraya, Nias 13. Pekerjaan ayah : Petani

14. Pekerjaan ibu : Petani 15. Pendidikan ayah : SD 16. Pendidikan ibu : SD

17. Hobi : Menari, menyanyi, dengar musik, olah raga 18. Cita-cita : Wiraswasta (membuka salon anak tunanetra)

IV.4.2 Interpretasi Data

Temuan data dari observasi dan wawancara mendalam menunjukkan bahwa Risa adalah seorang siswi yang lincah, pemberani, rajin dan lebih tanggap. Hal ini dikarenakan karena kedua matanya tidak separah bila dibandingkan dengan teman-temannya, walaupun dia menyandang partially sighted (low vision/kurang lihat). Risa dapat melihat benda-benda di depannya dengan jarak yang lebih jauh dan lebih baik dibandingkan dengan teman-temannya sesama low vision. Bahkan ia bisa membaca tulisan awas (tulisan abjad biasa), karena dulunya ia sempat sekolah di sekolah awas (sekolah anak normal) walaupun hanya sampai kelas 2 SD. Di keluarganya hanya Risa yang menyandang cacat netra.

Ketika ditanya tentang cita-citanya, sebenarnya dia bercita-cita ingin menjadi seorang dokter mata. Tetapi ia merasa itu tidak mungkin karena menyadari realitas sebenarnya. Sehingga dia berpikiran kelak ia bisa membuka lapangan pekerjaan dengan membuka salon khusus untuk anak-anak tunanetra.

Proses masuknya Risa ke panti asuhan Karya Murni ini adalah cukup panjang. Awalnya kepala desa setempat mengumumkan kepada warganya untuk membawa anaknya yang memiliki kecacatan/kekurangan ke kecamatan karena di sana ada sukarelawan yakni dokter dan bidan yang akan mengobati mereka. Karena orang tua Risa sangat ingin anaknya dapat melihat normal, maka bergegaslah dia diantar ke sana. Kemudian bidan itu mengatakan kepada kedua orang tua Risa kalau dia bisa melihat normal kalau dibawa keluar pulau Nias. Awalnya kedua orang tuanya sempat keberatan, tetapi oleh karena bujuk rayu bidan tersebut serta keinginan orang tuanya yang amat besar agar Risa dapat

sembuh, maka direlakanlah dia dibawa oleh Suster Chrisanty ke panti asuhan Karya Murni.

Selama itu tidak ada komunikasi antara Risa dengan kedua orang tuanya karena dia tidak memiliki nomor yang bisa dihubungi, begitu juga sebaliknya. Hingga pada tahun 2006 lalu, akhirnya Risa mendapatkan alamat jelas kedua orang tuanya di Nias dan bertemu dengan mereka. Kedua orang tuanya sangat terkejut sekaligus senang, sebab mereka pikir selama ini Risa sudah meninggal atau sudah dijual ke luar negeri (child trafficking).

Pertama kali Risa tiba di panti asuhan ini, ia mengalami banyak kesulitan diantaranya karena ia belum bisa berbahasa Indonesia. Yang ia tahu hanya bahasa Nias. Selain itu, ia sering menangis karena tidak kuat mental ketika ia dimarahi oleh suster pengasuh dan disuruh bekerja. Hal itu terjadi karena dulunya ia adalah anak yang manja - jarang disuruh bekerja di rumah dan jarang dibentak/dimarahi.

Risa mengakui kalau ia tidak pernah menyalahkan kedua orang tuanya akibat kecacatan yang dideritanya, bahkan ia merasa bangga terhadap mereka karena sampai sekarang pun mereka tetap berupaya mencari cara yang terbaik agar Risa dapat melihat normal. Risa juga tidak begitu berharap bisa sembuh. Mengenai hal ini dia berkata: “...karena aku tahu kalau jalan hidup seseorang

itu berbeda-beda, dan aku sudah menerima apa adanya, dan kita tidak tahu apa

rencana Tuhan...”.

Titik balik Risa berubah menjadi seorang yang tegar dan termotivasi untuk hidup mandiri adalah ketika ia melihat ada seorang temannya yang walaupun buta total tetapi dia bisa pergi ke sana kemari sendiri. Kemudian Risa berkata:

“...sedangkan yang buta total saja bisa seperti itu, apalagi aku yang masih bisa

melihat. Mengapa aku tidak bisa menjadi lebih baik...”.

IV.4.3 Analisis Variabel Komunikasi Layanan Konseling Individual a. Keikutsertaan dalam berkonseling

Menurut Risa, ia memiliki minat yang tinggi untuk ikut serta berkonseling, walaupun sebenarnya ia mengakui tidak proaktif untuk menjumpai konselor. Lebih lanjut menurutnya, suster (konselor) itu yang mendatanginya duluan karena memang ada masalah yang menyangkut diri Risa. Menurut Risa, kalau ada masalah ia selesaikan sendiri. Risa juga mengatakan kalau ia tidak memiliki jadwal khusus untuk berkonseling.

b. Suasana sewaktu berkonseling

Suasana yang terjadi ketika berkomunikasi antara Risa dan konselor adalah sangat dekat dan bersifat kekeluargaan.

c. Cara penyampaian pesan

Menurut Risa, si konselor dalam menyampaikan pesannya adalah melalui komunikasi lisan (berupa kata-kata). Berhubung karena Risa dapat melihat sedikit, ia juga mengatakan bahwa ia dapat melihat ketulusan si konselor dalam menasehatinya (tidak ada kepura-puraan) melalui mimik wajah yang terlihat (bahasa tubuh).

d. Umpan balik

Menurut Risa, ada umpan balik yang terjadi di antara mereka. Hubungannya dengan konselor ketika berkomunikasi adalah sangat akrab, memiliki makna,

bahkan ia sudah menganggap si konselor bisa sebagai seorang mama, teman, dan pemimpin.

e. Pemahaman akan pesan

Menurut Risa, dia sangat paham akan apa yang disampaikan konselornya. Tidak ada ditemukan kesulitan yang berarti. Selanjutnya giliran dia yang harus mempraktekkan nasehat-nasehat dan bantuan-bantuan apa yang telah ditawarkan si konselor.

Masalah yang sering dibicarakan Risa (sebagai klien tunanetra) dengan konselornya adalah masalah untuk mengenali dirinya lebih baik lagi. Adapun bentuk solusi yang diberikan konselor adalah berupa kata-kata nasehat, yakni: a) “Jadilah dirimu sendiri”.

b) ”Janganlah kau anggap dirimu rendah”.

c) “Kau punya kelebihan, jadi pergunakanlah itu”.

d) “Jangan mudah tersinggung dan putus asa”.

Masalah lain yang pernah dikonselingkan adalah masalah pertemanan (bagaimana membina hubungan dengan teman) berhubung Risa sudah menginjak masa-masa remaja atau Anak Baru Gede (ABG).

IV.4.4 Analisis Variabel Pembentukan Konsep Diri a. Terbuka pada pengalaman

Menurut Risa, dia sadar dengan kekurangannya. Mengenai rencana masa depan ia berkata: “sebenarnya kak aku ingin menjadi dokter mata. Aku tertarik

di situ karena aku cacat juga dan ku rasa aku lebih ngerti cara mengobatinya,

angan-angan. Jadi aku inginnya suatu saat membuka salon khusus untuk anak

tunnaetra atau berwiraswasta”.

b. Tidak bersikap defensif

Menurut Risa setelah mengikuti kegiatan konseling, perubahan sikapnya semakin lebih baik. Ia semakin terbuka, bahkan ia berkata: ”...aku ini kak bisa

dibilang orang yang terbuka, lincah, dan rajin”.

c. Kesadaran yang cermat

Mengenai percaya diri, sampai sekarang Risa sudah memiliki rasa percaya diri dan menganggap dirinya cukup berarti baik di panti maupun di sekolah. Dia sadar dengan kekurangannya.

d. Penghargaan diri tanpa syarat

Dalam pelajaran sekolah, Risa mengakui kalau ia belum mampu mendapat rangking 1 di kelas. Hal itu karena dalam pengetahuan umum ia ketinggalan, karena ia memiliki daya tangkap yang kurang dibandingkan dengan teman-temannya. Menurutnya dia lebih berbakat di bidang olah raga, daripada di bidang pengetahuan.

e. Menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain

Risa sudah menganggap seluruh penghuni panti sebagai saudaranya sendiri. Dia juga memiliki rasa tanggung jawab dalam menjaga dan memperhatikan penghuni panti apalagi terhadap adik-adiknya yang lebih muda.

IV.4.5 Analisis Data (Matriks)

Untuk memudahkan analisis temuan-temuan data diatas dapat dirangkum dalam tabel (matriks) berikut :

Tabel 7

Rangkuman Temuan Penelitian Informan III Variabel Komunikasi Layanan

Konseling Individual dengan Konselor

Analisis

a. Keikutsertaan dalam berkonseling Berminat untuk berkonseling walaupun tidak proaktif untuk berkonseling.

b. Suasana sewaktu berkonseling Sangat dekat dan bersifat kekeluargaan.

c. Cara penyampaian pesan Dengan komunikasi lisan (pesan verbal) yakni berupa nasehat serta bahasa tubuh.

d. Umpan balik Ada umpan balik dan hubungan yang sangat akrab, bermakna dan bahkan sudah menganggap si konselor sebagai mama,teman dan sekaligus pemimpin.

e. Pemahaman akan pesan Sangat paham akan pesan yang disampaikan. Variabel Pembentukan Konsep Diri Analisis

a. Terbuka pada pengalaman Menerima diri apa adanya dan optimis akan masa depan.

b. Tidak bersikap defensif Ya, tidak bersikap defensif (tertutup).

c. Kesadaran yang cermat Bersikap percaya diri dan menyadari bakat yang terpendam dalam dirinya.

d. Penghargaan diri tanpa syarat Memiliki prestasi di bidang olah raga. e. Menjalin hubungan yang harmonis

dengan orang lain

Dapat bergaul dengan orang lain walaupun merasa biasa saja terhadap semua penghuni panti asuhan, tidak ada sesuatu yang istimewa.

Dokumen terkait