• Tidak ada hasil yang ditemukan

15. informan Kelima belas

4.6 Nikah Sir

4.6.3 Faktor Penyebab Terjadiya Nikah Sir

4.6.3.1 Kesulitan Ekonom

Alasan kesulitan ekonomi merupakan alasan paling mendasar yang bisa saja dimaklumi. Atas dasar inilah, biasanya masyarakat golongan bawah (miskin) yang tidak memiliki harta sehingga tidak sanggup untuk mengurus proses pernikahan secara resmi dan dicatat melalaui pejabat yang berwenang. Bagi mereka, yang penting pernikahan secara syariat agama bisa dilangsungkan dan mereka bisa hidup bersama, tidak lagi dianggap sebagai pasangan kumpul kebo, tetapi sudah sah secara hukum agama,meskipun belum sah menurut hukum Negara (Susanto,2007)

Kehidupan penduduk di daeah-daerah tertentu memang berbeda-beda. Bagi para penduduk yang kurang mampu, biaya nikah di KUA dirasa sangat mahal, jadi mereka memilih menikah dengan penghulu dikampung tersebut tanpa mengurus di KUA, dikarenakan biaya yang relatif jauh lebih murah. Seperti masyarakat jorong mawar yang menikah siri karena berbagai faktor. Diantaranya yaitu karena ekonomi. Biaya nikah siri relatif lebih murah dibandingkan mengurus di KUA. Sehingga banyak masyarakat yang melakukan nikah siri karena keterbatasan ekonomi. Namun, jika nantinya mempunyai dana yang cukup, maka mereka bisa melakukan isbat atau mencatatkan kembali pernikaha mereka tanpa harus menikah ulang.

Seperti kisah ibu rudanis, ia melakukan nikah siri karena menurutnya jauh lebih murah biaya nikah siri dibandingkan harus mengurus di KUA.

“Dulu kami ndak ado nan nikah di KUA tu do. Maha soalnyo. Kehidupan kami mode ko lah. Alah lumayan lamak kini. Kalau dulu ndak ado piti untuak pai menikah tu do. Jadi banyak masyarakat yang nikah siri. Intinyo saling picayo jo samo pasangan awak walaupun ndak dilindungi undang-undang”.

“Dulu kami tidak ada yang nikah di KUA. Mahal soalnya. Kehidupan kami saja sudah seperti ini. Udah lumayan sekarang. Kalau dulu tidak ada uang untuk pergi menikah. jadi banyak masyarakat yang nikah siri. Intinya, saling percaya aja sama pasangan kita walaupun tidak dilindungi undang-undang”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu rudanis, beliau mengatakan bahwa menikah di KUA lebih mhal dibanding menikah siri. Tidak punya modal nikah merupakan alasan masyrakat. Menurutnya sekarang lebih lumayan

kehidupan meningkat dibandingkan dulu. Intinya menurut beliau adalah saling percaya kepada pasangan walaupun tidak dilindungi undang-undang.

Sama seperti yang dilakukan oleh Saranun, yaitu :

“Ibuk dulu ndak punyo biaya untuak pai ka KUA, tu dek ndak cukuik modal nikah resmi di kantua KUA, tapaso nikah siri jo kami. Jika bisuak lah punyo piti labiah baru lah kami rencananyo untuak mancatatkan pernikahan, tapi ndak kunjuang tajadi do, kini ibuk lah gaek lo, raso ndak paralu mancatatan lai, anak lah gadang, ciek lah balaki, ciek lai nolong apaknyo karajo”

“ ibuk dulu tidak punya biaya untuk pergi nikah ke KUA, tapi karena tidak cukup modal nikah resmi di kantor KUA, terpaksa nikah siri saja kami. Jika besok sudah punyauang lebih baru lah kami rencananyo untuaak mancatakan pernikahan, tapi tidak kunjung kesampaian, sekarang ibuk sudah tua, ibuk rasa tidak perlu mencatatkannya lagi, apalagi anak sudah besar, yang satu lai juga sudah menolong ayahnya kerja”

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu saranun , beliau memilih untuk menikah siri karena pada saat itu ia tidak mempunyai uang untuk menikah resmi, apalagi umur masih kecil. Ia dulunya berniat jika sudah mempunyai modal baru ia mencatatkan pernikahannya, namun sampai saat ini ia belum mengurus surat pernikahannya. Menurutnya, sepertinya itu sudah tidak diperlukan lagi, apalagi dirinya yang sudah tua dan tidak perlu tentang surat menyurat dalam pernikahan, dan anaknya pun sudah menikah dan yang satu lagi juga telah bekerja menolong ayahnya.

4.6.3.2 Pernikahan Dini

Nikah di usia dini merupakan hal yang biasa pada berbagi daerah tertentu termasuk jorong Mawar. Dikarenakan pernikahan dini sudah membudaya, sedangkan Negara mengatur syarat-syarat untuk seseorang melakukan pernikahan. Jadi seandainya seseorang ingin melakukan pernikahan walaupun seseorang itu belum mampu memenuhi syarat yang diajukan pemerintah maka tidak ada solusi lain selain melakukan nikah siri.

Seperti yang terjadi di jorong mawar, banyak masyarakat yang menikah siri karena faktor usia, jadi dilangsungkan pernikahan walaupun dengan pernikahan siri. Seperti kisah Yanti, ia melakukan pernikahan siri karena keterbatasan usia yang belum bisa menikah resmi karena baru berumur 15 tahun.

“ Saya nikah siri dek alum cukuik umua untuak nikah di KUA kak. Jadi caro nyo yo dengan nikah siri jo dulu. Disiko banyak kawan-kawan awak yang nikah siri lo” “saya nikah siri karena umur belum cukup untuk nikah di KUA kak. Jadi caranya ya dengan nikah siri saja dulu. Disini banyak kawan-kawan saya yang nikah siri juga”

Berdasarkan wawancara dengan yanti yang juga melakukan pernikahan siri, ia mengatakan bahwa ia melakukan nikah siri karena umur yang belum cukup untuk mencatatkan pernikahannya di KUA. Ia juga mengatakan bahwa banyak masyarakat disini yang juga melakukan nikah siri.

Berbeda dengan gina yang sudah 3 kali menikah. di pernikahan pertama dan keduanya ia melakukan pernikahan siri karena baru menginjak umur 15 tahun, namun dipernikahan ketiganya yang baru menginjak umur 16 tahun ia bisa melakukan pernikahan resmi. Seperti yang ia jelaskan,

“ waktu nikah paratmo jo kaduo awak iyo mamiliah nikah siri kak karano umua alum cukuik tapi yang katigo ko awak melakukan nikah resmi di KUA, memang kini ko umua wak masih 16 tahun, tapi awak mintak tolong ka pak jorong untuak mambantu manaikan umua di surek-surek supayo bisa nikah resmi.

“waktu nikah pertama dan kedua saya memang memilih nikah siri kak karena umur saya memang masih belum cukup. Tapi yang ketiga ini saya melakukan nikah resmi di KUA. Memang sekarang umur saya masih 16 tahun dan masih belum cukup namun saya meminta tolong kepada pak jorong untuk membantu menaikan umur saya di surat- surat suapaya bisa nikah resmi”

Berdasarkan wawancara dengan Gina, ia melakukan pernikahan dini juga karena umur belum cukup untuk menikah resmi, di kedua pernikahannya ia melakukan pernikahan siri. Namun, di pernikahan ke tiganya ia melakukan pernikahan resmi di KUA walaupun umurnya tetap masih belum bisa utuk mencatatkan pernikahannya di KUA. Namun, ia meminta bantuan kepada kepala desa untuk menaikan umurnya di kartu keluarag (kk )supaya bisa nikah remi.

Yendri juga menikh siri karena istrinya belum cukup umur untuk mencatakan pernikahan di KUA,

“ Bini ambo masih 15 tahun, alum cukuik untuak nikah di KUA, jadi untuak kini nikah secaro agamo jo lah dulu”

“Istri saya masih 15 tahun, belum cukup untuk nikah di KUA, jadi untuk sekarang nikah secara agama saja dulu”

Menurut Yendri, ia melakukan nikah siri karena umur istrinya belum cukup untuk mencatatkan pernikahan di KUA dan untuk sekarang hanya nikah secara agama saja.

4.6.3.3 Faktor Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu hak yang sangat penting bagi setiap individu. Jorong mawar merupakan daerah yang kurang memperdulikan tentang pendidikan. Anak-anak yang sekolah maksimal hanya sampai SMP. Meskipun ada beberapa yang bisa menamatkan SMA. Pendidikan yang rending khususnya perempuan, membuat mereka hanya memikirkan tentan pernikahan. Orang tua calon pengantin dan bahkan pengantinnya sendiri tidak mengetahui akan pentingnya surat nikah, terutama bagi kelanjutan masa depannya kelak. Karena didaerah ini juga jarang yang bisa menikah sampai ber bertahun-tahun. Ini terbukti dengan banyaknya perceraian disetiap tahunya di daerah ini. Rendahnya kesadaran masyarakat jorong mawar atas pencatatan pernikahan berkaitan dengan pendidikan di suatu daerah. Jika perangkat desa atau pemerintah tidak memberitahukan atau melakukan penyuluhan kepda warganya maka masyarakat juga tidak akan mengetahui pentingnya pencatatan pernikahan. Akibatnya adalah seperti yang terjadi di jorong mawar.

Ternyata ada banyak masyarakat yang perkawinannya tidak tercatat oleh KUA setempat. Seperti yang terjadi dengan salah satu informan peneliti yaitu Selni. Ia tidak mengetahui bahwa pencatatan pernikahan itu perlu.

“Disiko kalau nikah yo nikah kak. Ado penghulunyo ado saksinyo. Seperti baa biasonyo urang menikah. kalau urusan surek manyurek untuak nikah tu yo awak ndak tau menau do kak. Itu urusan urang tuo awak yang mengurus. banyak lo kawan-kawan yang nikah siri disiko tanpa surek- surek kak. Itu cuman formalitas jo mungkin kan kak. Yang peting secara agama awak lah sah samo suami awak. Dan tingga awak jo yang menjalani keluarga awak lai”.

“Disini kalau nikah ya nikah kak. Ada penghulunya, ada saksinya. Gimana baisanya orang menikah. kalau urusan surat menyurat untuk nikah itu ya saya tidak tau menau kak. Itu urusan orang tua saya yang mengurus. banyak juga kawan-kawan yang nikah siri disini tanpa surat-surat kak. Itu cuman formalitas saja mungkin kan kak. Yang penting seacra agama, saya sudah sah dengan suami saya. Dan tinggal saya yang menjalani dan mengurus keluarga saya.

Berdasarkan wawancara dengan selni, ia tidak tau menau dengan surat surat pernikahan. Yang ia tau, bagaiman selayaknya orang-orang menikah. ada penghulu, ada saksi. Jika ditanya tentang surat menyurat pernikahan itu urusan orang tua yang mengurusnya. Menurut selni, yang penting ia bersama suami sudah sah secara agama

Sama halnya dengan .

Dokumen terkait