BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diambil dalam penelitia ini adalah studi kasus dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Studi kasus merupakan studi yang mendalam
hanya pada satu kelompok orang atau peristiwa. Teknik ini hanyalah sebuah
deskripsi terhadap individu. Sebuah studi kasus adalah sebuah puzzle yang harus
dipecahkan. (Bungin,2007)
Tujuan penelitian studi kasus membantu peneliti untuk mengadakan studi
medalam tentang perorangan, kelompok, program, organisasi, budaya, agama,
daerah atau bahkan Negara. Juga bertujuan untuk melihat suatu kasus secara
keseluruhan serta peristiwa-peristiwa atau kejadian yang nyata untuk mencari
kekhususannya, ciri khasnya.(Raco,2010)
Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan
yang diteliti sehingga diharapkan dapat mendapatkan data dan informasi dari apa
yang diamati. Pendekatan deskriptif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan, berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas
sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupa menarik
realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan,
kecamatan Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
Alasan peneliti memilih lokasi ini karena di daerah ini tingkat pernikahan dini,
nikah siri dan perceraian cukup tinggi.
3.3 Unit analisis dan informasi
3.3.1 Unit Analisis
Unit analisis adalah hal-hal tertentu yang di perhitungkan sebagai subjek
penelitian ( Bungin,2007:51-52). Adapun yang menjadi analisis dalam penelitian
ini adalah masyarakat yang melakukan pernikahan dini,nikah siri dan perceraian
di jorong Mawar.
3.3.2 Informan
Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek
penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian
(Bungin,2007:76). Teknik penetapan informan dalam penelitian ini menetapkan
informan dengan cara Snowball Sampling. Prosedur Bola Salju (Snowball) juga
dikenal sebagai prosedur “Rantai Rujukan” atau juga prosedur networking sering
dianggap pula jenis prosedur purposiv, namun sesungguhnya berbeda. Dalam
prosedur ini, dengan siapa peserta atau informan pernah dikontak atau pertama
kali bertemu dengan peneliti kepada orang lain yang berpotensi berpartisipasi atau
(Bungin,2007). Prosedur Snowball sering digunakan untuk mencari dan merekrut
“informasi tersembunyi” yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti
melalui strategi pengambilan informasi lainnya. Adapun informan dalam
penelitian ini adalah :
1. pelaku pernikahan dini di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan, kecamatan
Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
2. pelaku pernikahan siri di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan, kecamatan
Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
3. Pelaku perceraian di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan, kecamatan
Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
4. Tokoh masyarakat atau adat di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan,
kecamatan Lintau Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera
Barat.
5. Tokoh agama di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan, kecamatan Lintau
Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer merupakan bahan mentah yang menjadi inti bagi pengembangan
kegiatan penelitian yang sedang berlangsung. Data primer di peroleh langsung
dari tatap muka dan wawancara dengan informasi serta pengamatan selama di
lapangan.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Karena itu, observasi adalah
kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
panca-indra lainnya .(Bungin,2007)
2. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dan informan atau orang yang di wawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan
terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan
wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. (
Bungin,2007)
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data kedua setelah data primer dengan kata lain
data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data sekunder
dapat diperoleh dari sumber yang berada di luar lapangan penelitian seperti
mencari referensi dari buku-buku, skripsi, jurnal, dan karya ilmiah lain yang
berhubungan dengan permasalahan yang dikaji disini. Selain bahan bacaan cetak,
media elektronik dan sumber online juga membantu dalam penelitian ini untuk
3.5 Interpretasi Data
Interpretasi data adalah pencarian pengertian yang luas tentang data yang
telah di analisis dengan jalan bekerja oleh data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat di kelola, mensitetiskan, membuat
ikhtisarnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting untuk di
pelajar, dan memutuskan apa yang di ceritikan kepada orang lain. Disini peneliti
akan mengelompokkan data-data yang di peroleh dari hasil observasi., wawancara
dan sebagainya yang selanjutnya akan dipelajari dan ditelaah secara seksama agar
diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.
3.6 Keterbatasan Penelitian
Mengingat penelitian ini pernikahan dini dan perceraian (studi kasus pada
masyarakat Minang di jorong Mawar, nagari Lubuk Jantan, kecamatan Lintau
Buo Utara, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat ), ada beberapa
keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini antara lain :
1. Masyarakat jorong mawar yang melakukan pernikahan dini, nikah siri
dan perceraian yang kurang terbuka, membuat peneliti sulit menggali informasi
lebih dalam lagi
2. Lokasi penelitian yang terisolir membuat peneliti membatasi waktu
penelitian dari pagi sampai siang hari saja dikarenakan pada malam hari sangat
3. Komunikasi yang sulit sehingga peneliti harus didampingi oleh kepala
desa untuk menjelaskan beberapa pertanyaan peneliti yang kurang bisa di
mengerti oleh para informan.
BAB IV
TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian
4.1.1 Sejarah Desa
Pada zaman dahulu kala sarana transportasi yang utama adalah sungai,
maka tempat tinggal/pemukiman penduduk pada umumnya di pinggir-pinggir
sungai termasuk Nagari Lubuk Jantan. Ada sebuah tanjung yang disana banyak
tumbuh pohon Pauh/semacam Mangga, karena itu tempat tersebut dinamakan
Tanjung Pauh, letaknya tidak jauh dari pinggir sungai tetapi agak ketinggian,
disinilah tempat tinggal nenek moyang orang Lubuk Jantan. Sungai yang melalui
negeri ini bernama Batang Sinamar berasal dari Daerah Agam dan Luhak nan
Lima Puluh dan bermuara di Kuala Tungkal disebelah timur pulau Sumatera, dan
selanjutnya memudahkan hubungan ke Malaka, Tiongkok., Tiongkok Selatan,
India dan Timur Tengah.
Batang Sinamar ini ada yang dangkal dan ada pula yang dalam, bahagian
yang dalam ini dinamakan Lubuk. Di kawasan Tanjung Pauh ini ada sebuah
Lubuk yang pinggirnya ditumbuhi oleh sebatang pohon Beringin yang rimbun dan
rindang, dan diatas pohon Beringin berdiam bermacam-macam burung dan
binatang lainnya seperti Beruk, Kera, Siamang, Ungko, Bagau dan lain-lain yang
mempunyai kelainan dari binatang yang biasa kita lihat. Umpamanya : Siamang
biasanya bulunya hitam,tetapi disini terdapat Siamang yang bulunya putih. Oleh
keistimewaan/kesaktian pula jangankan ditebang, dipatahkan saja rantingnya
orang tersebut bisa sakit.
Pada suatu hari, seorang penjala/penangkap ikan menemukan sosok
manusia sedang terlungkup dan rambut pendek ditepi Lubuk Beringin Sakti tadi.
Setelah didekati oleh sipenjala, sosok manusia itu telah terbujur kaku/meninggal.
Lalu penjala itu memberi tahu kepada penduduk yang tinggal tidak jauh dari
lubuk tadi, maka berdatanganlah penduduk ke sana untuk menyaksikan dari dekat.
Anehnya setelah penduduk datang ke Lubuk itu, ditemukan mayat ini telah
ditunggui oleh Siamang Putih. Kemudian Siamang ini melompat ke atas pohon
Beringin, karena melihat orang banyak datang.
Setelah beberapa orang tua dari penduduk tadi bermufakat kalau mayat itu
dikuburkan tidak jauh dari Lubuk itu. Keanehan terjadi lagi karena esok harinya
mayat yang dikuburkan kemaren ditemukan lagi dalam Lubuk tadi, ini terjadi
berulang kali.
Akhirnya orang Tuo-tuo Tanjung Pauh ini bersepakat bahwa mayat ini
dikuburkan di sebuah bukit kecil yang tidak berapa jauh dari Tanjung Pauh dan
dari Lubuk ini berjarak ± 400 m. Beberapa hari kemudian, orang Tuo-tuo Tanjung
Pauh ini bermufakat memberi nama Lubuk Beringin Sakti ini dengan kata sepakat
memutuskan bahwa Lubuk itu adalah Lubuk Jantan. Alasannya karena mayat
yang ditemukan di Lubuk itu adalah orang Jantan (laki-laki).
Tahun berganti tahun, masa berjalan juga, penduduk taratak Tanjung Pauh
mencari pemukiman baru, karena kehidupan dipinggir sungai tidak begitu
menjanjikan dan menjamin masa depan. Sampai lah satu pemukiman baru yang
diberi nama Koto, setelah menelusuri Kapalo Rimbo. Orang yang mula-mula
merambah Kapalo Rimbo ini diberi gelar Perambah. Karena letak Koto sangat
baik dan tanahnya yang subur, sehingga perkembangan ekonomi penduduk
sangat cepat, dalam jangka tidak beberapa puluh tahun, akhirnya Koto sudah
dirasakan sempit dengan kata sepakat, maka diutuslah 12 orang pemuka
masyarakat/adat yang mewakili 4 suku masing-masing 3 orang sebagai berikut :
1. Dari Suku Mandahiling terdiri dari :
a. Datuak Mangkuto
b. Datuak Paduko Rajo
c. Datuak Bijo
2. Dari Suku Caniago terdiri dari :
a. Datuak Bijayo
b. Datuak Sinaro
c. Datuak Paduko Sinaro
3. Dari Suku Melayu terdiri dari :
a. Datuak Rajo Penghulu
b. Paduko Besar
c. Datuak Penghulu Besar
4. Dari Suku Kutianyir terdiri dari :
a. Datuak Permato Budi
c. Datuak Sangguno
Utusan ini berjalan ke arah Utara dari Koto ini, setelah berhari-hari
berjalan melalui hutan belantara, sampailah utusan ini ke suatu tempat yang
diperkirakan memungkinkan untuk dijadikan tempat pemukiman penduduk.
Setelah tempat ini dibersihkan sekedarnya, maka bermusyawarahlah pemuka
masyarakat adat datuk yang 12 orang tadi untuk memberi nama negeri yang sudah
sedemikian luasnya dari taratak Tanjung Pauh, Koto dan sampai ke tempat yang
baru ini, kesimpulan sampai lah datuk yang 12 orang ini memberi nama negeri ini
dengan nama Lubuk Jantan. Yang berasal dari Lubuk yang berada di taratak
Tanjung Pauh tempat asal datuk-datuk tersebut.
Pada zaman akhir-akhir ini, di zaman pemerintahan berdesa-desa, di
Lubuk Jantan ini terdapat Desa Nan Duo Baleh tempatnya di Balai Selasa, ini
berasal dari Datuak-Datuak Nan Duo Baleh yang sampai di tempat ini dan
disinilah dia bermusyawarah memberi nama negeri Lubuk Jantan dulunya.
Di kecamatan Lintau Buo Utara terdapat 5 nagari antara lain Batu Bulat,
Tanjung Bonai, Balai Tengah, Tepi Selo, dan Lubuk jantan. Nagari Lubuk jantan
yang mempunyai 11 jorong yang masing- masing mempunyai kepala jorong untuk
mengurus dan mengembangkan daerah masing-masing mempunyai tanggung
jawab yang sangat besar terhadap masyarakatnya karena untuk memanjukan suatu
daerah diperlukan sosok pemimpin yang bertanggung jawab dan tegas.
Jorong-jorong tersebut diantaranya Nusa Indah, cempaka, Melur, Dahlia, Kamboja,
4.1.2 Keadaan dan Geografis
I. Batas Wilayah
Sebelah Utara : Nagari Tepi Selo, Nagari Balai Tengah dan Tanjung
Bonai
Sebelah Selatan : Nagari Buo
Sebelah Barat : Nagari Tepi Selo
Sebelah Timur : Kecamatan Sumpur Kudus Kab Sijunjung
2. Luas Daerah : 7.894 Ha
3. Pembangunan Jalan : Jalan Kabupaten : 37.4 Km
Jalan Nagari : 34.1 Km
: 14.1 Km Masih Tanah
: 20 Km Rabat Beton
4. Ketinggian dari permukaan Laut : 750 – 900 meter
5. Sungai Mengalir : - Batang Sinamar
- Batang Tompo
II. Luas Wilayah Jorong di Nagari Lubuk Jantan Kecamatan Lintau Buo Utara
No. Jorong Luas (Ha) Ket
1. Nusa Indah 153
2. Cempaka 247
3. Seroja 330
4. Melur 166
5. Kamboja 177
6. Teratai 386
7. Kenanga 1251
8. Dahlia 1250
9. Mawar I 1692
10. Mawar II 1481
11. Melati 761
Jumlah 7894
4.1.3 Kependudukan
a. Perkembangan Penduduk dari tahun sebelumnya ( 2015) :
N0 JORONG
TAHUN 2015 TAHUN 2016
KK
PENDUDU
K TTL KK
PENDUDU
K TTL
LK PR LK PR
1 Nusa Indah 176 289 304 176 289 304
2 Cempaka 263 455 443 263 455 443
3 Melur 252 476 442 252 476 442
4 Dahlia 454 860 810 454 860 810
5 Kamboja 214 371 355 214 371 355
b. Penduduk menurut kelompok umur
1. 0-5 tahun : 129 orang
2. 5 – 10 tahun : 55 orang
3.10-25 tahun : 110 orang
4. 25-60 tahun : 417 orang
5. 60 keatas tahun : 112 orang
Jumlah : 823 orang
c. Penduduk menurut pendidikan yang ditamatkan :
1. Tidak tamat SD : 163 orang
2. Sekolah Dasar dan SLTP : 38 orang
3. SLTA : 25 orang
4. Akademi/ perguruan Tinggi : 0 orang
5. Belum Sekolah 129 orang
6. Jumlah : 355 orang
7 Melati 189 232 308 189 232 308
8 Teratai 168 255 282 168 255 282
9 Kenanga 154 274 263 154 274 263
10 Mawar I 293 602 568 293 602 568
11 Mawar II 223 420 382 223 420 382
4.1.4 Bahasa
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Lintau Bou Utara dan sekitarnya
yaitu bahasa Minang. Daerah Lintau Buo Utara belum masih memegang teguh
bahasa yang sudah ada sejak nenek moyang dan belum dipengaruhi oleh
daerah-daerah lain walaupun sekarang sudah banyak pendatang-pendatang
yang masuk kedaerah Lintau Buo Utara seperti pendatang dari jawa dan lain
sebagainya.
4.1.5 Kesenian
Di Lintau Buo Utara mempunyai beragam kesenian yang masih
dikembangkan hingga sekarang. Kesenian tersebut masih dilestarikaan oleh
masyarakat-masyarakat Lintau Buo Utara. Kesenian tersebut diantaranya yaitu
kesenian pencak silat, talempong, randai, hikayat padang, kasidah, dan diki
padang.
Itu semua kesenian yang ada di Kecamatan Lintau Buo Utara yang masih
dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat dan tidak hanya itu anak-anak generasi
sekarang diajarkan kesenian tersebut supaya kesenian tersebut tidak punah dan
diambil oleh daerah lain atau pun Negara lain maka dari itu banyak masyarakat
yang memegang teguh kesenian tersebut yang sudah ada sejak nenek moyang kita.
Kesenian yang ada di Lintau Buo Utara sudah dikenal di daerah-daerah
sekarang tidak hanya di Sumatra Barat saja kesenian tersebut dikenal tapi di luar
Sumatra Barat sudah mengenal kesenian-kesenian tersebut.
4.1.6 Sistem Religi
Sistem religi yang ada di Lintau Buo Utara tidak seperti dahulu yang
masih memengang kepercayaan hal-hal gaib seperti percaya terhadap
dukun-dukun tapi itu semua sudah tidak berlaku lagi dizaman yang sudah modern ini
sekarang. Mayoritas masyarakat Lintau Buo Utara beragama islam biasanya setiap
1 minggu sekali ibu-ibu mengadakan wirid yasin untuk mempererat silahturahmi
kesesama muslim tidak hanya anak-anak Lintau Buo Utara biasa nya mengadakan
didikan subuh sehabis solat subuh yang diadakan setiap hari minggu.
Sekarang warga Lintau Buo Utara tidak percaya terhadap hal-hal yang
mistis, sekarang masyarakatnya hanya percaya terhadap Allah dan selalu
menjalankan semua perintahnya dan menjahui larangannya.
4.1.7 Adat Kebiasaan
Menikah di usia muda sudah merupakan kebiasaan dan tradisi bagi
masyarakat di Jorong Mawar. Pada umur 13 atau 14 tahun anak-anak yang sudah
mendapatkan jodoh langsung dinikahkan oleh orang tuanya. Pernikahannya jarang
yang berlangsung lama. Dalam kurun waktu 2 tahun dan memiliki anak, mereka
memutuskan untuk bercerai dan menikah lagi. Gonta-ganti pasangan berlangsung
antara warga yang satu dengan warga yang lainnya. Sudah menjadi hal yang biasa
jika seorang teman menikah dengan mantan istri temannya, Anak teman atau cucu
yang menikah siri dan tidak mencatatkan secara resmi di Kantor Urusan Agama
(KUA) karena mereka merasa malu jika harus sering mencatatkan pernikahannya
di Kantor Urusan Agama (KUA). Fenomena pernikahan dini, nikah siri dan
perceraian pada daerah ini seakan sudah diizinkan baik orangtua maupun aparat
desa dengan alasan supaya tidak terjadi perzinahan maka lebih baik menikah dini.
Anak-anak Jorong Mawar jarang sekali yang bisa menamatkan pendidikan
sampai Ke Perguruan Tinggi, kebanyakan dari mereka adalah tamat SD bahkan
ada yang tidak tamat sekolah dasar (SD). Pendidikan memang bukan hal yang
terpenting bagi mereka, karena mereka merasa bahwa pada akhirnya anak
perempuan akan menikah dan hanya akan mengurus rumah tangga. Pandangan
seperti ini membuat masyarakat hanya memikirkan pernikahan saja. Bahkan
sekolah hanya dijadikan tempat untuk mendapatkan jodoh, jika sudah
mendapatkan pasangan, maka mereka menyegerakan menikah dan tidak
melanjutkan sekolah.
4.2 Karakteristik Informan
Informan merupakan sesuatu yang sangat penting di penelitian ini, yang
merupakan salah satu kunci bagi peneliti untuk memperoleh informan yang
diperlukan dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya, maka peneliti akan
4.2.1 karakteristik informan berdasarkan umur
Tabel no.1
Karakteristik informan berdasarkan umur
No Kategori umur Jumlah(n) Presentase (%)
1 <17 5 33,33%
2 >17 10 66,67%
Total 15 100%
Sumber: Hasil penelitian 2017(Data diolah)
Berdasarkan table no.1 memperlihatkan bahwa dari informan penelitian, 4
orang berumur dibawah 17 tahun (33,33%) dan 9 orang berumur diatas 17 tahun
(66,67%) sehingga myoritas informan berumur diatas 17 tahun.
4.2.2 Karakteristik informan berdasarkan jenis kelamin
Tabel no.2
Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
No Kategori jenis kelamin Jumlah(n) Presentase (%)
1 Perempuan 8 53,33%
2 Laki-laki 7 46,67%
Total 15 100 %
Sumber : hasil penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan table no.2 memeperlihatkan bahwa dari informan penelitian 8
orang berjenis kelamin perempuan (53,33%) dan 7 orang berjenis kelamin
4.2.3 Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
Table no.3
Karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah Persentase%
1 Tidak tamat SD 11 73,33%
2 Tidak tamat SMP 2 13,33%
3 Smp 1 6,67%
4 SMA 1 6,67%
Total 15 100%
Sumber : hasil penelitian 2017 (data diolah)
Berdasarkan table no.3 memperlihatkan bahwa informan penelitian
berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 11 orang tidak tamat SD (73,33%), tidak
tamat SMP ada 2 orang (13,33 %), tamat SMP 1 orang (6,67%), tamat SMA ada 1
orang (6,67%) sehingga mayoritas informan tingkat pendidikannya tidak tamat
SD.
4.2.4 karakteristik berdasarkan umur menikah
Table no.4
Karakteristik informan berdasarkan umur menikah
No Karakteristik umur menikah
Jumlah (n) Presentase %
1 <17 tahun 13 86,67%
2 >17 tahun 2 13,3%
Total 15 100 %
Berdasarkan table no.4 memperlihatkan bahwa informan penelitian
berdasarkan umut menikah, terdapat 13 orang menikah dibawah umur 17 tahun
(86,67%) dan 1 orang yang menikah diatas umur 17 tahun (13,3%), sehingga
mayoritas informan umur menikah dibawah 17 tahun.
4.3 Profil Informan
Dalam penelitian mengenai “Pernikahan Dini, Nikah Siri dan Perceraian
(Studi Kasus Pada Masyarakat Minang di Jorong Mawar, Nagari Lubuak Jantan,
Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat). Maka untuk
menjawab penelitian tersebut peneliti telah melakukan wawancara terhadap
beberapa orang informan. Adapun profil informan dapat dilihat dibawah ini
sebagai berikut :
1. Informan Pertama
Nama :Krisdayanti
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :15 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat Smp
Pekerjaa :Ibu Rumah Tangga
Pertama kali peneliti melakukan penelitian Di jorong Mawar, Peneliti
langsung diarahkan oleh Wali jorong Untuk mewawancarai seorang anak yang
baru beberapa bulan menikah. Setelah itu peneliti memperkenalkan diri dan
menjelaskan maksud dan tujuan berkunjung ke jorong Mawar. Informan pertama
Penelitian dilakukan pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB. Yanti merupakan
anak ke dua dari dua bersaudara atau anak bungsu di keluarganya. Kakak yanti
bernama Nova yang juga melakukan pernikahan dini. Dan telah mempunyai 2
anak, namun sekarang telah bercerai.
Yanti bertinggi badan 155 cm dan berat badan 40 kg ini memiliki kulit sao
matang, rambut panjang dan bertubuh kurus. Yanti juga dikenal pendiam dalam
keluarganya. Yanti sekarang telah putus sekolah. Terakhir yanti duduk dikelas 1
SMP, lalu setelah berniat ingin menikah yanti tidak Ingin bersekolah lagi. Yanti
memutuskan untuk berhenti sekolah dan Pekerjaan sehari-hari yang dilakukan
oleh yanti yaitu bercengkrama dengan tetangga atau teman-teman yang memiliki
nasib yang sama dengannya.
Pada saat yanti masih berada disekolah pun sosoknya dikenal sebagai
pendiam, ia tidak banyak berbicara. Prestasinya disekolah tidak terlalu buruk.
Namun, yanti sering tidak masuk sekolah dengan alasan jauh dan malas untuk
berangkat sekolah. Setelah yanti dilamar oleh pasangannya yang bernama Yendri,
Yanti langsung saja memutuskan untuk berhenti sekolah.
Informan memutuskan untuk menikah muda dengan alasan sudah siap
untuk menikah, dan orang tua Yanti pun juga menyetujuinya karena menurut
beliau, menjaga anak perempuan itu sangat susah, dan dari pada menanggung aib
karena pergaulan anak, lebih baik dinikahkan segera. Orang tua Yanti bekerja
sebagai petani karet. Selama ini dialah yang menamggung kedua anaknya dan
Semua menantu dari keluarga yanti, ditanggung kehidupannya oleh orang
tua Yanti dan itu sangat wajar di jorong Mawar ini. Menurut orang tua Yanti, di
desa Mawar sudah merupakan hal yang biasa “anak satu menjadi dua”,
maksudnya, jika kita menikahkan anak perempuan kita, suaminya juga merupakan
tanggungan orang tua dari pihak perempuan.
2. Infirman Kedua
Nama : Yendri
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Usia,Agama/suku :24 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaa :Petani
Yendri bekerja sebagai petani karet. Ia baru saja menikah dengan
Krisdayanti yang telah peneliti wawancarai. Informan menafkahi keluarganya
dengan mengandalkan kebun karet yang dia kelola orang tuanya. Informaan
menyambut kedatangan peneliti di rumahnya dengan ramah karena sebelumnya
peneliti sudah membuat janji dengan informan. Informan memiliki postur tubuh
yang tinggi dengan kulit sao matang, dia merupakan seorang petani yg melakukan
pernikahan di usia dini karena kemauan sendiri. Informan menikah dengan istri
pertamanya di usia 21 tahun dan itu bertahan selama 1 tahun dan belum memiliki
anak. Informan bercerai dengan isrtinya karena menurut Yendri istrinya sudah
tidak mengurus diri dan tidak memikirkan penampilannya. Yendri pulang
kerumah orang tuannya dengan tidak memberi tahu istrinya. Ia telah menasehati
apa telalu memikirkan penampilan. Karena itu semua, maka ia tergoda untuk
melihat gadis-gadis lain di kampungnya. Awalnya Yendri hanya berkunjung ke
rumah temannya yang terletak di kampung sebelah, Yendri melihat seorang
perempuan yaitu Krisdayanti yang membuatnya tertarik dengan penampilannya.
Setelah beberapa lama Yendri memberitahukan kepada temannya dan meminta
mengenalkan yanti itu kepada temannya. Setelah beberapa lama berkenalan
diapun memulai menjalin hubungan dengan Yanti ini selama beberapa bulan dan
sampai akhirnya menikahi Yanti. Mereka baru beberapa bulan menikah dan
pernikahan mereka dilakukan dengan pernikahan siri, karena umur yanti belum
cukup untuk menikah resmi di KUA.
3. Informan Ketiga
Nama : :Sakini
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :45 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaa :Ibu Rumah Tangga
Informan selanjutnya yang peneliti wawancarai adalah ibu Sakini. Beliau
adalah orang tua dari informan Yanti. Pada saat peneliti mewawacarai, informan
sedang berada dirumah dengan suami dan anaknya. Beliau merupakan warga asli
jorong Mawar yang sudah dari dulu tinggal di jorong Mawar. Informan sudah 2
kali menikah. pernikahan pertamanya pada saat beliau berumur 13 tahun. Pada
saat itu ia merasa sudah besar karena tidak sekolah. Beliau berkenalan dengan
memutuskan untuk menikah. Namun, pernikahan beliau kandas karena
pertengkaran yang terus menerus. Menurut beliau pertengkaran yang ia alami itu
sebenarnya permasalahan-permasalahan kecil yang masih bisa untuk diselesaikan.
Namun, karena usia yang sangat belia dan emosi yang belum stabil maka
pertengkaran itu menjadi hal yang besar. Beliau mengaku bahwa pada saat
pernikahan pertamanya beliau tidak mengerti tentang pernikahan. Ia tidak tau
tugas seorang istri karena pada saat itu ia baru berusia 13 tahun yang masih
senang bermain dengan teman-temannya. Ia juga tidak menyangka
pertengkaran-pertengkaran kecil yang mereka alami bisa berujung perceraian. Suami beliau
pergi meninggalkannya disaat tahun ketiga pernikahannya. Pada saat itu beliau
yang masih muda tidak mengerti tugas seorang istri, disaat suami pulang ke
rumah kadang ia tidak melayani suaminya seperti membuatkan minum, atau yang
lainnya yang bisa dilakukan istri. Ternyata hal seperti itu menjadi masalah yang
besar. Setelah beliau bercerai, beberapa bulan setelah itu barulah ia menikah lagi
dengan orang kampung mawar juga. Suami keduanya bernama Amsir. Ia menikah
siri dengan amsir karena beliau belum cukup umur untuk menikah resmi di KUA.
Sekarang beliau sudah menikah sekitar 19 tahun. Dari pernikahan itu ia memiliki
2 orang anak pertama beliau yang bernama Nova sudah memiliki 2 orang anak
juga dan sudah bercerai dan anak kedua beliau yang bernama Yanti baru beberapa
4. Informan Keempat
Nama : :Gina
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :16 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaan :Ibu Rumah Tangga
Informan selanjutnya yang peneliti wawancarai adalah Gina, pada saat
peneliti datang ke rumahnya Gina lagi bermain bersama
keponakan-keponakannya. Selanjutnya peneliti menjelaskan maksud kedatangan peneliti dan
informan juga cukup terbuka dalam meberikan informasi.
Pertama kali bertemu dengan Gina dia merupakan sosok yang sangat
pendiam dan tertutup, namun setelah melakukan beberapa kali pendekatan dan
beberapa kali bertemu gina mulai terbuka dan memberikan informasi mengenai
dirinya. Gina merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Salah satu saudaranya
adalah saudara tirinya karena dulunya orang tua gina sempat bercerai, namun
sebelumnya sudah mempunyai anak 1. Setelah bercerai ibunya menikah lagi dan
mempunyai anak 1, namun karena suami keduanya meninggal lalu ibu gina
kembali ke suami pertamanya dan mempunyai anak 2. Ayah gina bekerja sebagai
petani karet dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Gina telah putus sekolah
semenjak dirinya duduk di bangku sekolah dasar. Alasannya berhenti sekolah
karena sekolah yang cukup jauh dari rumah sehingga ia malas untuk berangkat
kakaknya telah bercerai dengan suami-suaminya. Sekarang semua
kakak-kakaknya bergantung ke orang tua gina.
Pada umur 15 tahun gina memutuskan untuk menikah dengan suami
pertamanya, yang bernama Deden dengan alasan kemauan sendiri dan karena
melihat teman-teman sebayanya juga sudah banyak yang menikah seumuran
dengannya, keduanya kenal karena merupakan teman satu kampung, Deden yang
pada saat itu berumur 23 tahun juga sudah pernah menikah sebelumnya dengan
perempuan satu daerahnya. Setelah 4 bulan menikah, deden berencana untuk
pulang sebentar kerumah orang tuannya namun pada saat itu deden tidak kunjung
kembali ke rumah Gina. Gina yang tidak tahu penyebabnya juga tidak mengerti
kenapa bisa terjadi seperti itu. Setelah di jemput oleh keluarga Gina, Deden
ternyata sudah pergi keluar dari desa tersebut. Tidak ada jalan keluar dan akhirnya
pihak dari keluarga Gina cuman bisa pasrah. Lalu 1 bulan kemudian Gina bertemu
lagi dengan pasangan keduanya di salah satu pasar malam yang di selenggarakan
di kampung tersebut. Dari perkenalan itu akhirnya mereka memutuskan untuk
menikah juga tanpa paksaan dari siapapun, memang karena keinginan mereka
berdua. Apalagi gina juga sudah pernah merasakan hidup berumah tangga. Namun
pernikahan tersebut juga kandas karena suaminya yang bernama Haikal
meninggalkan rumah dan tidak memberi tahu gina. Menurut gina, suaminya sudah
ada perasaan juga dengan temannya. Karena gina merasa haikal telah pergi dan
tidak kunjung datang maka gina mencoba untuk membuka diri lagi dengan
menikah untuk ke 3 kalinya. Pasangan Gina yang sekarang bernama Yudi,
merupakan seorang duda beranak 1. Sekarang suami ke 3 nya juga belum
mempunyai pekerjaan dan masih bergantung makan dari orang tua gina.
5. Informan Kelima
Nama : :Yudi
Jenis Kelamin :laki-laki
Usia,Agama/suku :25 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaan :pengangguran
Informan selanjutnya adalah Yudi, pada saat peneliti mewawancarai ,
informan sedang duduk-duduk di depan rumah, pada saat itu jam 20.00 WIB,
karena para laki-laki berada di rumah pada malam hari. Yudi adalah suami dari
gina. Pendidikan terakhir yudi tidak tamat SD, sekarang yudi tidak bekerja dan
sedang mencari pekerjaan. Saat ini yudi tinggal bersama kedua orang tua gina.
Yudi adalah suami dari gina yang sebelumnya sudah peneliti wawancarai.
Yudi bertinggi badan 167 cm dan berat 64 kg ini memiliki kulit sao matang.
Pertama kali yudi menikah pada umur 17 tahun. Pada saat itu ia menikah karena
terpengaruh oleh teman-temannya. Ia merasa iri dengan teman-temannya yang
telah mempunyai istri karena ada yang mengurusnya. Lalu ia berfikir jika
mempunyai istri, maka semua keperluannya bisa disiapkan oleh istrinya. Namun
yudi tidak memikirkan hal yang lebih jauh, seperti pekerjaannya yang pada saat
itu tidak ada, namun beliau merasa jika sudah menikah pasti ada saja jalan
rezekinya, karena menurutnya menikah itu sunah dan dikerjakan akan
sekali permasalahan yang terjadi dirumah tangganya. Ia pun masih sering bermain
dengan teman-temannya sampai lupa waktu, sehingga istrinya sering marah dan
sering bertengkar. Pekerjaannya pun juga serabutan, penghasilan yang tidak
menentu membuat bertambahnya masalah dalam pernikahannya Lalu, akhirnya ia
memutuskan untuk bercerai karena ketidak cocokan dengan istrinya, namun
mereka telah mempunyai 1 anak yang sekarang telah berusia 5 tahun. Namun yudi
tidak pernah menafkahi anaknya. Sebenarnya ia merasa rindu kepada anaknya,
namun yudi tidak bisa memberikan uang belanja kepada anaknya karena ia juga
tidak punya penghasilan. Sekarang yudi telah menikah lagi dengan gina,
perempuan yang telah 2 kali menikah dan baru berusia 16 tahun. Mereka menikah
secara siri karena umur istrinya tidak cukup untuk menikah di KUA. Sekarang
yudi baru beberapa minggu menikah dan sedang mencari pekerjaan. Awalnya
mereka berkenalan pada saat ada acara pasar malam di jorong ini lalu setelah
bertukar nomor telfon akhirnya mereka berniat menikah setelah 1 bulan
berkenalan. Sekarang yudi tidak mempunyai pekerjaan dan masih bergantung
kepada orang tua Gina.
6. informan Keenam
Nama :Fitri Derita
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :18 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Informan selanjutnya yang peneliti datangi adalah Fitri Derita, remaja
yang berumur 20 tahun. Perempuan yang biasa dipanggil Ita ini adalah anak ke 2
dari 4 bersaudara. Ita sudah 2 kali menikah. Informan sekarang hidup bersama
kedua orang tuannya. Dari pernikahan pertamanya ita dikarunia seorang anak
perempuan bernama Aulia yang sekarang berumur 6 tahun dan sekarang duduk
dibangku sekolah dasar. Namun akhirnya fitri bercerai dengan suami pertamanya
karena fitri diketahui selingkuh. Fitri sering terlihat berkomunikasi dengan
teman-teman di media sosial facebook. Sehingga karena desas-desus tetangga yang
mengatakan jika ita selingkuh sampai terdengar oleh pihak keluarga suaminya,
sehingga suaminya nya juga terhasut oleh keluarganya dan kembali ke rumah
orangtuanya. Semenjak pergi dari rumah ita dan anaknya tidak pernah dinafkahi
oleh suaminya. Setelah keluarga ita datang menyelesaikan masalah ke rumah
pihak suaminya, keluarga suaminya tidak mengizinkan lagi anaknya kembali ke
ita dan pada saat itu ita hanya pasrah. Pada saat itu ita berumur 14 tahun dan telah
mempunyai satu anak. Setelah 2 tahun menunggu akhirnya ita kembali menikah
lagi pada tahun 2015 dengan suami keduanya. Ia berkenalan lewat media sosial
facebook. Setelah berkomunikasi selama 2 bulan, sebelumnya mereka belum
pernah berjumpa, hanya lewat handphone saja. Pada saat suami ita mengajaknya
untuk menikah maka pada saat itu lah ita melihat wajah suaminya pada saat
suaminya datang kerumah ita untuk melamar. Akhirnya keduanya sepakat untuk
menikah dan sekarang telah mempunyai anak laki-laki bernama Mario umur 3
Pernikahan pertama Ita adalah pernikahan resmi namun karena
perceraiannya dengan pernikahan pertama tidak diurus maka ita tidak
mendapatkan surat cerai dan akhirnya menikah siri pada pernikahan keduanya.
7. informan Ketujuh
Nama :Rus
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Usia,Agama/suku : 26 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaan : Petani Karet
Informan selanjutnya yang peneliti wawancarai adalah Rus. Rus bukan warga
asli jorong Mawar, ia tinggal di kampung sebelah yang bernama Tanjung Bonai.
dia juga merupakan seorang petani karet di nagari Mawar. dia juga merupakan
seorang yang melakukan pernikahan dini, awalnya peneliti sudah mewanwancarai
istri dari informan yang bernama Ita. pada saat peneliti mendatangi rumah
informan peneliti tidak berjumpa dengan Rus karna pada saat itu Rus sedang
berada di kebun karetnya. Rus memiliki tubuh yang tinggi dan kulit sao matang
Rus menyambut kedatangan peneliti dengan ramah karena sebelumnya peneliti
sudah membuat janji dengan informan. Pada mulanya Rus menikah dengan
isrtinya yang pertama di usia 22 tahun dengan dikaruniai 1 orang anak
perempuanyang di beri nama Ratih. Pada saat itu rus belum bekerja, selama 2
tahun rus hidup dengan istrinya. Selama 2 tahun itu orang tua istri menuntut
kepada Rus untuk mencari pekerjaan karena Rus juga tidak mendapatan pekerjaan
isrti Rus juga menunntut Rus karena asutan dari orang tuanya akhirnya terjadi
perselisihan dan Rus memutuskan untuk pergi dari rumah istrinya, semenjak itu
Rus tidak pernah lagi mendatangi rumah istrinya untuk berkunjung. Tidak ada
juga kata-kata perceraian yg informan ucapkan, namun semenjak Rus pergi dari
rumah istrinya Rus memutuskan utuk bercerai dengan istrinya.
Dalam beberapa bulan kemudian Rus bertemu dengan isrti keduanya yang
telah informan wawancarai, pada saat itu dia sudah memiliki 1 orang anak
Perempuan yang bernama Aulia yang sudah berumur 5 tahun. Ia berkenalan di
jejaring sosial facebook, pada saat itu rus lah yang pertama kali mengirim pesan di
facebook kepada istrinya yang sekarang. Lalu ia berkenalan dan istrinya juga
membalas pesannya dengan sambutan baik. Lalu setelah itu mereka sering cerita
permasalahan masing-masing, karena sering tukar pikiran maka tumbuhlah
perasaan kepada istrinya, lalu ia malamar istrinya dan ternyata disetujui. Setelah
itu rus datang kerumah istrinya dan melamar. Setelah Rus menikah dengan
isrtinya Rus memutuskan untuk bekerja karena tidak mau mengulang kesalahan
yang telah dia lakukan sebelumnya. Rus memulai usahanya di kebun milik
keluarga istrinya dengan menanami pohon karet dan dari hasil karetnya itula Rus
memberi Nafkah kepada istrinya. Sekarang Rus dengan istrinya yang bernama
Fitri telah memiliki 1 orang anak yang baru berusia 3 bulan.
Pernikahan Rus dengan Fitri dilakukan dengan pernikahan siri, karena dari
pihak Fitri dan Rus sama-sama tidak mengurus surat cerai di pernikahan
sebelumnya, dan akhirnya karena tidak mendapatkan surat cerai maka mereka
8. informan Kedelapan
Nama :Saranun
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku : 40 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaa : Rumah Tangga
Informan selanjutnya yang peneliti datangi adalah ibu saranun. Pada saat
peneliti mewawancarinya, beliau sedang bersantai bersama anak dan cucunya. Ibu
saranun memang mengatakan bahwa fenomena nikah cerai di kampungnya
memang banyak terjadi. Namun beliau menyatakan bahwa ia tidak suka
gonta-ganti suami seperti warga lainnya. Selama masih bisa dipertahankan, beliau
usahan supaya rumah tangganya bisa bertahan lama. Beliau pertama kali menikah
pada umur 14 tahun, namun menurutnya diusianya tersebut sudah banyak yang
menikah. Menurut orang-orang dulu jika tidak sekolah dan sudah menstruasi
maka sudah dikatakan dewasa lalu jika sudah ada yang melamar maka disetujui
saja oleh orangtuannya. Keseharian beliau adalah ibu rumah tangga, sesekali ia
menolong suaminya bekerja di lahan karetnya yang tidak jauh dari rumahnya.
Sekarang beliau sudah memiliki 2 orang anak. Anak pertamanya yang bernama Ita
sudah 2 kali menikah dn sudah memiliki 1 anak dari suami pertamanya dan 1 anak
lagi dari penikahan keduanya. Dan anak keduanya laki-laki yang bernama Didi
belum menikah. Didi sekarang bekerja menjadi tani karet juga seperti ayahnya.
Sekarang Didi masih 17 tahun dan belum memikirkan untuk menikah. Ibu saranun
untuk menikah resmi, apalagi umur masih kecil. Ia dulunya berniat jika sudah
mempunyai modal baru ia mencatatkan pernikahannya, namun sampai saat ini ia
belum mengurus surat pernikahannya. Menurutnya, sepertinya itu sudah tidak
diperlukan lagi, apalagi dirinya yang sudah tua dan tidak perlu tentang surat
menyurat dalam pernikahan, dan anaknya pun sudah menikah dan yang satu lagi
juga telah bekerja menolong ayahnya.
9. informan Kesembilan
Nama :Selni Marlina
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :16 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaa :Ibu Rrumah Tangga
Informan selanjutnya yang peneliti datangi adalah selni. Informan adalah
anak ke 3 dari 4 bersaudara.. Pada saat berumur 10 tahun selni berhenti sekolah.
Alasannya karena sekolah jauh dan tidak berani pergi sendiri sehingga harus
ditemani oleh ibunya. Karena ibunya tidak bisa untuk setiap hari menemani selni
maka akhirnya ia memutuskan untuk berhenti sekolah.
Kakak perempuan selni juga sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak,
namun juga melakukan pernikahan siri karena pada saat menikah umurnya tidak
cukup yaitu pada umur 15 tahun, dan sekarang ia telah berumur 20 tahun dan
berniat untuk menikah ulang secara resmi namun karena keterbatasan biaya
Orang tua selni bernama rudanis (40 tahun) juga menikah muda pada
umur 14 tahun, beliau sudah 4 kali menikah dan telah mempunyai 4 orang anak
dari keseluruhan pernikahannya. Ayah selni bernama Masril (41 tahun). Namun
sekarang ibu selni menikah dengan suami ke empatnya bernama Eling. Semua
pernikahan beliau dilakukan dengan pernikahan siri. Alasan bercerai dengan
suami pertamanya karena suaminya meninggal. Lalu setelah beberapa bulan
menikah lagi dan bercerai karena alasan sudah tidak suka lagi dengan suaminya.
Setelah satu bulan berpisah dengan suami kedua lalu menikah lagi dan bercerai
lagi karena ditinggalkan oleh suami beliau. Suami yang ketiga ibu selni
diam-diam pergi dari rumah dan tidak kunjung kembali. Lalu setelah beberapa bulan
akhirnya kembali lagi dengan suami ketiganya.
Pada saat berumur 15 tahun selni memutuskan untuk menikah dengan
lelaki pilihannya. Suami selni juga orang kampung mawar. Mereka berkenalan
pada saat sekolah dulu. Suaminya bernama Asrul berumur 23 tahun. Asrul bekerja
sebagai petani karet. Selni tidak pernah memberitahu orang tuanya pada saat
mereka pacaran, namun karena tetangga sering melihat selni bergoncengan
dengan asrul pada saat pacaran, tetangga memberi tahu keluarganya karena jika
serius untuk menjalin hubungan ada baiknya selni segera menikah saja supaya
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Akhirnya selni menikah dan sekarang
telah mempunyai 1 orang anak.
Alasan lain yang membuat orang tua selni setuju menikahkan anaknya
yang baru berusia 15 tahun adalah karena keterbatasan ekonomi dan biaya untuk
nyaman untuk di rumah. Namun selni harus dirumah untuk mengerjakan
pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, masak dan lainnya bersama kakaknya.
karena alasan itu maka jika sudah ada teman dekat maka selni dan orang tuanya
setuju untuk menikahkan anaknya.
Walaupun berumur sangat muda pada saat melahirkan, selni tidak merasa
takut. Menurutnya semuanya hanya dijalankan saja. Apalagi yang menolongnya
untuk melahirkan adalah ibunya sendiri. Karena ibunya adalah bidan kampung
atau dukun beranak.
Menurut selni ia lebih menikmati perannya sebagai seorang istri dan ibu,
karena sekarang sudah ada yang memeprhatikannya dan menanggung jawabi
kehidupannya. Informan tidak pernah meminta lebih dari suaminya, malahan jika
bisa makan cukup setiap hari saja itu sudah bersyukur. Tidak harus dibelikan baju
atau barang-barang yang lain asalkan suaminya selalu bersamanya.
Sekarang keseharian selni adalah mengurus anaknya yang baru berusia 7
bulan. Selni juga tinggal satu rumah dengan semua saudaranya, ibu dan ayah
tirinya serta suami kakaknya dan suaminya.
10.informan Kesepuluh
Nama :Rudanis
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku :40 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Informan selanjutnya peneliti wawancarai adalah ibu Rudanis, ibu rudanis
adalah ibu kandung dari Selni yang sebelumnya diwawancarai. Ibu rudanis adalah
orang asli Jorong mawar. Keseharian ibu Rudanis adalah pekerjaan Rumah
tangga. Beliau sudah 4 kali menikah dan sudah memiliki 4 anak. masing-masing
suaminya memiliki satu anak darinya. Sekarang ibu rudanis baru menikah dengan
suami ke empatnya. Suami ke empatnya itu adalah orang Jawa yang bekerja di
Jorong mawar untuk memperbaiki jalan. Umur pertama Informan menikah adalah
13 tahun. Pertama kali beliau menikah karena di Jorong mawar umur 13 tahun
sudah merupakan hal wajar untuk menikah. Ia menikah dini dan melakukan
pernikahan siri juga Karena tidak punya biaya untuk menikah di KUA. Alasan
beliau menikah Karena, beliau tidak sekolah, tidak ada pekerjaan, hanya dirumah
saja membersihkan rumah. Sudah merupakan hal biasa di Jorong mawar menikah
cepat. Informan juga mengatakan keadaan kami dulunya sangat memprihatinkan.
Listrik tidak ada, kendaraan tidak punya, sekolah jauh. Jadi jika sudah ada yang
suka langsung dinikahkan saja. Fenomena menikah dini itu juga berlangsung
sampai sekarang dengan alasan yang berbeda- beda. Tidak semua orang menikah
karena kebiasaan di daerah ini, namun berbagai alasan, mulai dari karena
ekonomi, karena pendidikan, karena pergaulan, karena kemauan diri
sendiri,karena orang tua dan masih banyak lagi. Menurut beliau maklum saja di
daerah ini banyak yang menikah cepat. Pemikiran kami dengan orang-orang luar
juga sangat berbeda. Disini kami tidak memikirkan pendidikan, tidak seperti
putus sekolah di tengah jalan karena kemauan dari dirinya tidak ada dan orang tua
juga tidak menegaskan untuk sekolah.
Ibu rudanis sekarang tinggal bersama ke 4 anaknya dan 2 menantunya. Ke
2 anaknya yang sudah menikah juga menikah dini. Anak yang pertama menikah
pada umur 15 tahun dan anak yang kedua pada umur 16 tahun. Anak pertama
beliau sudah memiliki 2 anak dan anak ke tiga beliau yang sudah menikah juga
memiliki 1 anak.
11.informan Kesebelas
Nama :Susi Febriani
Jenis Kelamin :Perempuan
Usia,Agama/suku : 15 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SMP
Pekerjaa :Ibu Rrumah Tangga
Informan selanjutnya yang peneliti datangi adalah Susi yang berumur 16
tahun. Pada saat beliau datang kerumah informan, ia lagi duduk-duduk diteras
rumahnya, lalu peneliti menghampirinya. Informan Nampak sedikit takut untuk
ditanya-tanya, namun setelah peneliti menjelaskan maksud kedatangan dan juga
didampingi oleh kepala desa, ia bisa menerima dan mau untuk diajak berbicara. Ia
anak ke 2 dari 3 bersaudara. Kakak pertama susi sekarang berumur 21 tahun,
namun ia cacat dari lahir, ia tidak bisa berbicara dan sekarang tinggal bersama
susi dan kedua orangtuannya. Dan adik susi bernama iyur, ia sekarang berumur 10
tahun dan sudah tidak ingin bersekolah. Susi juga sudah berhenti sekolah karena
berambut panjang, dan berkulit kuning langsat, namun disayangkan ia terlalu
cepat untuk menikah, Ia memutuskan untuk menikah karena kemauan sendiri. Ia
merasa sudah dewasa untuk melakukan pernikahan, ia juga ingin meringankan
beban orang tua dengan menikah. Menurut susi, ia kasihan melihat orang tua cari
uang untuk menghidup dirinya dan kedua saudaranya, apalagi kakaknya yang
besar cacat, dan harus diurus selalu. Selai dari ayahnya tidak ada yang menafkahi
keluarganya. Remaja belia yang berparas cantik ini pun mengambil langkah
menikah dini karena keterbatasan ekonomi. Disamping itu ia juga melihat
teman-temannya juga sudah menikah. Seperti yanti yang telah peneliti wawancarai.
Mereka berdua adalah teman dari kecil, mereka sering melakukan apapun berdua,
sampai pada saat susi memutuskan menikah, yanti juga menikah. Mereka juga
sering bertukar pikiran dan termasuk meminta saran kepada yanti untuk
pernikahannya bersama suaminya. Setelah ia menikah, ia tidak sering lagi untuk
keluar bermain bersama teman-temannya. Ia lebih sering dirumah saja menunggu
suaminya pulang kerja. Suami Susi bekerja sebagai penjual buku
kesekolah-sekolah SD. Kadang ia melakukan bazaar-bazar dikesekolah-sekolah utuk menjual
buku-buku cerita anak-anak, buku-buku mewarnai, buku-buku legenda, dongeng dan sebagainya.
Ia mengungkapkan kalau dirinya lebih baik lagi setelah menikah. Ia merasa
mempunyai kehidupan baru yang harus dijalaninya, ia merasa bahagia mengurus
12.informan Keduabelas
Nama :Yul
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Usia,Agama/suku : 24 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Tidak Tamat SD
Pekerjaa : Berdagang
Informan selanjutnya yang peneliti wawancarai adalah Yul, informan
dalah suami dari Susi yang telah peneliti wawancarai sebelumnya. Peneliti
berjumpa dengan Yul dirumahnya pada sore hari setelah ia pulang bekerja. Pada
saat itu istrinya Susi sudah menjelaskan maksud kedatangan peneliti menemuinya.
Yul bertinggi badan 165 cm, dan berkulit sao matang. Ini adalah pernikahan ke 2
yul, sebelumnya ia menikah dengan gadis desanya yang tidak jauh dari jorong
mawar. ia menikah pada saat berumur 21 tahun. Pada saat itu ia mengaku menikah
karena kemauan sendiri. ia dulunya bekerja sebagai penjaga warung makan diluar
desanya, ia berkenalan dengan sesama pekerja diwarung makan tersebut.
Kebetulan mereka tinggal satu desa dan setiap hari yul menjemput dan mengantar
pulang temannya itu. Lalu ternyata karena kedekatan tersebut mereka akhirnya
berpacaran dan menikah. Orangtua pun merestui pernikahan mereka dan mereka
menikah secara siri karena malas mengurus surat pernikahan. Ia hanya menikah
dengan penghulu setempat. Setelah setahun menikah, yul merasa istrinya terlalu
cemburu kepadanya. Setelah menikah, istrinya tidak lagi bekerja, yul lah yang
bekerja, namun ia sering bertengkar karena istinya selalu cemburu dan curiga
istrinya. Setelah setahun bercerai baru lah yul menemukan pasangan kembali yang
bernama Susi, yang telah informan wawancarai. Ia bertemu dengan susi karena
pada saat itu ia melakukan bazar buku di sekolah Susi, pada saat itu susi duduk
dikelas 3 SMP. Ia menanyakan nama susi dan meminta nomor handphone susi
dan akhirnya dari situ mereka sering berbalas pesan. Lalu Yul dengan berani
mengajak Susi untuk menikah. Dan ternyata Susi menyetujuinya. Sekarang
mereka baru beberapa bulan menikah dan ia tampak masih bahagia dengan sikap
susi yang bisa memposisikan dirinya yang sudah menikah. Sampai saat ini ia
masih menyukai sikap susi yang tidak kekanak-kanakan. Ia menikah resmi dengan
susi atas pertolongan kepala desa yang mengupayakan untuk merubah umur
istrinya di kartu keluarga (KK), dan akhirnya ia bisa menikah resmi di KUA.
13.informan Ketiga belas
Nama : Ondrismon
Jenis Kelamin :Laki-laki
Usia,Agama/suku :37 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :Smp
Pekerjaan :Ustadz/ Petani
Informan selanjutnya peneliti jumpai adalah seorang ustadz yang mengajar
ngaji di jorong mawar. Pak ustadz tinggal di jorong mawar dengan istri dan 5
anaknya. 2 dari 5 anaknya berhenti sekolah dikarenakan tidak ingin bersekolah
lagi. Informan sudah sering memberikan nasehat kepada 2 anaknya, namun karena
Selain mengajar ngaji, memberikan ceramah, pak ustadz juga bekerja
sebagai petani padi. Pada saat peneliti datang mewawancarai informan, informan
sedang ada di sawah menggarap tanah untuk menanam padi. Disitu juga ada
anaknya yang baru pulang sekolah mengantarkan beliau nasi.
Beliau sangat menyayangkan dengan fenomena yang terjadi di desanya.
Namun beliau sesama warga tidak bisa terlalu mengikutcampuri urusan masalah
keluarga orang lain. Karena beliau juga sebagai guru ngaji dan ustadz di jorong
Mawar, maka beliau menyampaikan nasehat dalam bentuk Dakwah saja. Kadang
pada saat ia mengajar mengaji, ia juga menyempatkan untuk menasehati
anak-anak tersebut supaya tidak mengikuti jejak kakak-kakak nya yang menikah dini.
Beliau juga menyampaikan untuk mendahulukan pendidikan. Namun, tetap saja
kebiasaan dan budaya menikah dini itu sudah menjadi kebiasaan yang susah untuk
dihilangkan. Namun, beliau mengatakan pada tahun ini sudah berkurang
dibandingkan 5 tahun yang lalu. Anak-anak juga sudah banyak yang sekolah
walaupun hanya tamat SD. Namun, sudah ada perubahan dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya yang banyak tidak menamatkan SD.
14.Informan Keempat belas
Nama : Idrus / Datuak Patiah
Jenis Kelamin :Laki-laki
Usia,Agama/suku :65 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :tidak tamat SD
Informan selanjutnya yang peneliti datangi adalah Pemuka Adat di jorong
Mawar. Beliau sekarang sudah berusia 65 tahun. Pada saat Peneliti datang ke
rumah beliau, Informan dengan ramah menyambut dan Membuatkan minum
untuk Peneliti. Dari perbincangan Peneliti dengan bapak Datuak Patiah, Beliau
nampaknya malu menceritakan masalah yang terjadi di jorong Mawar. Beliau
Nampak menyembunyikan Sesuatu ketika ditanya dan mengelak jika dijorong ini
banyak terjadi pernikahan dini.
Informan telah 2 kali menikah. pernikahan pertama informan terjadi pada
saat beliau baru berusia 20 tahun, lalu beliau bercerai dengan istri pertamanya
karena alasan rumah tangga dan beliau tidak ingin menjelaskannya. Lalu setelah
beberapa lama kemudian, beliau menikah lagi dengan istri keduanya yang
bernama War. Dan dikarunia 2 anak yang bernama Ratna dan Ratni. Sekarang
beliau berhasil menyekolahkan anak keduanya sampai ke bangku perkuliahan.
Ratni sekarang duduk di bangku kuliah sekolah tinggi agama islam (STAIN)
Batusangkar dengan jurusan pendidikan paud yang terletak di kabupaten kota.
Jarak dari rumah ke tempat kuliah adalah sekitar 1 jam. Selama Ratni kulaih ia
kos disekitar tempat kuliahnya dan pulang setiap minggu.
Pak Datuak tidak ingin anaknya terpengaruh dengan pergaulan desa dan
anaknya menikah cepat. Menurutnya cukup beliau saja yang pernah merasakan
nikah dini yang berujung perceraian. Ia tidak ingin anaknya terjerumus seperti
yang banyak terjadi dikampung ini. Beliau berusaha memberikah bekal akhlak
dirinya. Alhasil anaknya sekarang sudah semester 6 dan masih aktif dalam
perkuliahan.
Ketika peneliti menanyakan pendapat beliau mengenai fenomena yang
terjadi di kampung mawar, beliau merasa tidak senang dan memberitahukan
supaya tidak ada lagi berita-berita seperti itu yang membuat orang luar
menganggap jorong Mawar disorot karena fenomena yang tidak enak seperti itu.
Beliau berpesan bahwa jika memang itu terjadi, fenomena menikah dini dan
perceraian itu banyak terjadi pada zaman mereka dulu. Beliau mengatakan pada
saat dulu disini memang sangat terpencil. Tidak ada akses jalan keluar kecuali
jalan kaki. Listrik belum masuk dan baru masuk 2 tahun yang lalu. Selama itu
beliau mengatakan bahwa di desa ini seperti tidak ada hiburan, gelap dan
orang-orang sini yang laki-lakinya pulang malam karena siangnya mereka ke kebun
karet untuk bertani. Karena semua hal itu maka banyak masyarakat disini yang
tidak mengenal KUA untuk menikah. Masyarakat menikah dengan penghulu
didesa ini atau ustadz dan bercerai dengan cara yang mudah dengan pergi saja dan
tidak kembali lagi. Menurut beliau lagi, wajar saja banyak terjadi pernikahan siri
disini karena didesa ini pendidikan sangat kurang sekali. Tidak ada yang mengerti
tentang hukum. Namun pada saat sekarang ini, walaupun itu terjadi namun tidak
separah pada 2 tahun yang lalu. Semenjak jalan dan akses keluar dibuat oleh
Bupati. Dan listrik masuk ke kampung ini, banyak masyarakat luar yang sering
masuk ke desa ini. Kendaraan juga sudah mulai ramai. Jadi untuk sekarang
memang masih ada fenomena itu. Namun beliau menegaskan, ia akan lebih
dini, nikah siri dan perceraian dan memberikan nasehat untuk anak dan
kemenakannya.
15.informan Kelima belas
Nama : Devi Hernandes
Jenis Kelamin :Laki-laki
Usia,Agama/suku :26 Tahun, Islam/Minang
Pendidikan Terakhir :SMA
Pekerjaan : Kepala Desa
Informan selanjutnya yang peneliti wawancarai adalah seorang kepala
desa jorong Mawar. Beliau sudah 3 bulan menjabat sebagai kepala desa atau
sebutan di jorong mawar yaitu pak wali jorong. Beliau tinggal di jorong Mawar
sudah dari kecil sebab kedua orangtuannya warga asli jorong Mawar . Beliau
sekarang sudah mempunyai 2 anak dari pernikahan pertamanya yang dilakukan
pada saat beliau lulus dari bangku SMA. Beliau memutuskan untuk cepat menikah
pada saat itu memang juga karna faktor masyarakat desa yang menikah rata-rata
sangat muda, sehingga menurut beliau menikah setelah lulus SMA sudah lebih
dewasa dibanding teman-temannya yang menikah sebelum SMA. Menurut
beliau, desa Mawar terkenal dengan fenomena menikah dini sudah dari dahulu.
Banyak masyarakat yang menikah dini dan nikah siri karena umurnya yang belum
cukup untuk meikah resmi di KUA. Beliau juga mengatakan bahwa masyarakat
yang menikah dini kebanyakan berujung pada perceraian, karena mereka belum
memiliki kesiapan untuk berumah tangga. Menurutnya remaja yang ingin
ia memutuskan untuk menikah. Beliau juga mengatakan semboyan anak remaja
dijorong mawar yaitu “ asalkan selalu berada disisimu” menurutnya remaja
-remaja jorong Mawar sudah sangat dewasa untuk berfikir jika dilihat dari usianya
yang masih kecil, belum sepantasnya mereka bersikap seperti itu. Remaja-remaja
tersebut memutuskan menikah karena takut apabila tidak ada status yang jelas
dengan pasangannya, ia takut akan ditinggalkan atau diambil oleh temannya. Dan
supaya itu tidak terjadi, maka ia rela melakukan apa saja termasuk menikah cepat
yang juga tidak akan berjalan lama. Beliau juga mengatakan bahwa remaja yang
menikah tersebut kebanyakan belum memiliki pekerjaan, sehingga setelah
menikah mereka masih bergantung hidup dengan orangtuanya. Beliau juga
mengatakan, banyak orang tua dari remaja yang menikah dini yang setuju-setuju
saja dengan keputusan anaknya karena memang di daerah itu sudah biasa dengan
pernikahan dini. Beliau juga mengungkapkan bahwa ia juga ikut andil dalam
pernikahan dini rema jorong Mawar. Karena berkat bantuan beliau remaja tersebut
bisa menikah. beliau mengaku ialah yang memalsukan umur dari remaja yang
belum bisa menikah di KUA. Ia juga mempunyai alasa kenapa melakukannya.
Jorong mawar sangat patuh terhadap aturan agama dan adat. Lebih baik menikah
dini dari pada remaja tersebut berpacaran dan akhirnya akan membuat aib bagi
keluarga. Karena alasan itu maka banyak anak-anak di jorong mawar yang
menikah dini. Alasan beliau juga berkaitan dengan kepercayaan tersebut. Menurut
beliau ia juga tidak bisa menjadi penghalang bagi remaja yang menikah cepat.
Karena jika ia menghalangi dan menundanya, ditakutkan akan terjadi hal-hal yang
Karena alasan itu makanya beliau ingin membatu remaja yang menikah dini
walaupun hanya menikah siri. Tapi ada pula yang beliau bantu untuk menikah
resmi di KUA. Menurut beliau, ia juga sudah membicarakan dengan keluarga
remaja tersebut. Ia meminta tolong dan beliau sebagai kepala desa juga tidak bisa
menjadi penghalang seseorang untuk mencari pahala dengan menikah.
4.4 Pernikahan Dini
Menurut BKKBN (2012) Pernikahan dini secara umum memiliki definisi
umum yaitu perjodohan atau pernikahan yang melibatkan satu atau kedua pihak,
Sebelum pihak wanita mampu secara fisik, fisiologi, dan psikologi untuk
menanggung beban pernikahan dan memiliki anak, dengan batasan umur umum
adalah di bawah 18 tahun.
Masyarakat jorong Mawar merupakan masyarakat yang banyak melakukan
pernikahan dini, seluruh masyarakatnya beragama islam. Masyarakat jorong
Mawar lebih menmatuhi dan mempercayai tokoh adat atau kebiasaan di daerah itu
dibandingkan dengan perundang-undangan. Secara otomatis pandangan dan
pemikiran masyarakat jorong mawar meangacu pada ajaran hukum islam dari
pada undang-undang Republik Indonesia. Karena, jelas tertulis bahwa hukum di
Indonesia membolehkan seseorang menikah pada umur yang ditentukan seperti
tertulis dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang memberi batasan usia
menikah seperti yang dituliskan pada pasal 7 ayat (1) perkawinan hanya diizinkan
apabila pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
saling mencintai dan dirasa sudah mampu secara lahir dan batin dan sudah tidak
ada halangan kawin menurut agama boleh menikah dan jangan menunda nunda
karena takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Pernikahan dini menjadi jalan keluar yang tepat dibandingkan melihat
remaja-remaja yang berpacaran dan pergi keluar berpasang-pasangan. Jika tokoh
adat atau ninik mamak melihat remaja-remaja yang berpacaran dan pergi
berpasang-pasangan, maka tokoh adat akan memberi tahu orang tua perempuan,
apakah sebaiknya dinikahkan saja supaya tidak terjadi hal yang lebih jauh.
Seperti pendapat pak datuak Patiah selaku tokoh adat, yaitu :
“Dari pado mancaliak anak-anak tu kalua baduo duo labiah ancaknyo di duduak an apo lai kan serius nan laki-laki. Jiko iyo lai kan serius, buek lah etongan lai, bia ndak terjadi fitnah”
“Dari pada melihat anak anak keluar berdua-duaan lebih baik didudukkan apakah serius yang laki-laki. Jika serius, lebih baik dinikahkan biar tidak terjadi fitnah”
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh adat, masyarakat lebih
menyukai menikah dini dibandingkan melihat anak-anak jorong Mawar yang
berpacaran dan berdua-duaan karena nantinya akan terjadi atau timbul fitnah yang
akan membuat malu nama keluarga.
Sama halnya dengan kepala desa yang mengatakan,
“Labiah ancak urang tu nikah capek, sedangkan SD jo lah pandai pacar-pacaran jo disiko, takuiknyo beko kalau ndak capek di nikahan, anak-anak ko lah jauah pangana nyo, umua jo nan ketek tapi pangana lah gadang”.
umur saja yang kecil tapi pikirannya sudah seperti orang dewasa”
Berdasarkan hasil wawanacara dengan kepala desa, menurut beliau
pernikahan dini merupakan jalan yang terbaik bagi anak-anak jorong mawar,
karena menurut beliau di jorong mawar anak SD saja sudah pandai
berpacar-pacaran, walaupun umurnya masih kecil tapi pikirannya sudah seperti orang
dewasa. Kalau tidak cepat dinikahkan dan diberitahu ke orang tuannya takutnya
akan timbul hal-hal yang tidak diinginkan yang akan merusak nama baik desa
Mawar.
4.4.1 Jumlah Masyarakat yang Melakukan Pernikahan Dini
Desa jorong Mawar terkenal dengan banyaknya masyarakat yang
melakukan pernikahan dini dengan alasan yang beragam. Ini membuktikan bahwa
undang-undang diindonesia tentang perkawinn belum terlaksana dengan baik di
jorong Mawar. Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan kematangan oleh
masyarakat jorong mawar membuat makna nikah dan kesakralan pernikahan
menjadi biasa saja, Sehingga dengan tidak mengertinya konsep nikah itu maka
dengan mudah masyarakat melakukan pernikahan. Jumlah masyarakat yang
melakukan pernikahan dini di jorong mawar hampir seluruh masyarakat jorong
mawar melakukan pernikahan dini,
Seperti yang diungkapan kepala desa pak Devi yaitu :
“Disini rata-rata semua orang nikah cepat, hampir 200 pasangan yang menikah dini, apalagi dulu , lebih parah lagi yang nikah cepat, umur 13 tahun sudah menikah”
Menurut kepala desa hampir dari keseluruhan jumlah penduduk jorong
mawar semuanya melakukan pernikahan dini, semua masyarakt rata-rata sudah
nikah cepat. Hampir dari 200 pasangan yang menikah dini.
4.4.2 Usia Pernikahan Dini
Usia pernikahan juga menjadi faktor keharmonisan atau bertahannya
sebuah hubungan. Menurut Jafizham (1977) dapat dijelaskan bahwa pernikahan
dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh pria yang belum dewasa yang belum
dapat menentukan pendapatnya di dalam persoalan pernikahan.
Masyarakat jorong mawar yang melakukan pernikahan dini banyak yang
melakukan pernikahan tanpa tau arti dan makna menikah itu sendiri. Anak-anak di
desa jorong mawar segera dinikahkan saja oleh orang tuanya supaya tidak terjadi
hal yang diinginkan. Namun, orang tua tidak memikirkan tentang masa depan
anaknya. Banyak sekali anak-anak jorong Mawar setelah menikah namun tetap
tinggal dan dibiayai oleh orang tuanya. Namun status saja yang sudah
berumahtangga. Tapi, untuk menanggung biaya hidup rumah tangga maka orang
tua lah yang harus memikirkannya. Karena usia anak-anak yang menikah muda
itu belum sepatutnya untuk menikah maka cara dan pola pikir mereka untuk
menanggung hidup keluarganya setelah menikah tidak mereka pikirkan.
Pemikiran mereka tentang arti berumah tangga belum sampai karena usia menikah