• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketawang Puspawarna

MAKNA SIMBOL GENDING DALAM UPACARA PENGANTIN JAWA

B. Ketawang Puspawarna

Puspa berarti kembang atau bunga. Warna berarti berwarna-warna, bermacam-macam. Ketawang Puspawarna berarti kisah atau cerita tentang bunga yang beraneka ragam. Gending ini biasanya diputar untuk mengiringi pengantin putri keluar dari ruang rias (tepas wangi) menuju kursi pelaminan (sasana

rinengga). Berikut ini makna gending Puspawarna

menurut nara sumber.

Puspawarna adalah jenis gending yang biasanya untuk penganten mijil/ke pelaminan. Ketawang berarti cerita. Puspawarna berarti bermacam bunga atau rangkaian bunga. Berbagai bunga itu berbau harum. Gending ini bermaksud supaya mereka harum dan serasi dalam segala hal sehingga mereka dapat membina keluarga yang bahagia (A5.04).

Puspawarna adalah gending yang berisi cerita tentang beragam bunga. Gending ini berisi cerita keindahan berbagai bunga yang mewakili kecantikan pengantin putri. Gending yang diciptakan Raja Mangkunegara IV ini pernah dipilih menjadi lagu yang dibawa oleh astronot untuk diperdengarkan di luar angkasa

Makna T

at

a S

imbol dalam Upac

ar

a P

eng

antin Jaw

a

Gending ketawang Puspa Warna ini biasanya diputar untuk mengiringi pengantin putri keluar dari ruang rias (tepas wangi) menuju kursi pelaminan (sasana

rinengga). Gending ini menggambarkan suasana dan

keadaan pengantin putri yang memasuki arena upacara. Pengantin putri digambarkan bagaikan bunga yang beraneka ragam yang menebarkan aroma wangi ke seluruh penjuru ruangan. Makna yang dikandung adalah supaya pengantin berdua harum dan serasi dalam segala hal sehingga mereka dapat membina keluarga yang bahagia.

Ketika pengantin putri mulai berjalan keluar dari ruang hias menuju kursi pelaminan, pewara berkomentar sebagai berikut.

Binarung swaraning ketawang puspawarna, ana ganda arum lumrang banjaran sari hangebeki jroning sasana wiwaha. Nulya kawuryan ana teja hangenguwung mawa praba. Tuhu punika tedjaning penganten putri ingkang mijil saking sasana tepas wangi tumuju mring wisma wiwaha (Permadani 2, tt: 2).

Gending Puspawarna berisi tentang indahnya bunga yang beraneka ragam yang menebarkan aroma wangi. Ini selaras dengan gambaran pengantin putri yang dihias dengan baju prameswari berhiaskan rangkaian aneka bunga yang semerbak mewangi. Kehadiran pengantin putri telah membuat suasana upacara semerbak mewangi. Ini merupakan simbol bahwa pengantin diharapkan mampu membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia dan membuat senang siapa saja yang ada di sekelilingnya. Berikut ini syair gending Puspawarna.

Kembang kencur, kacaryan anggung cinatur Sedhet kang sarira, gandhes ing wiraga

Makna T

at

a S

imbol dalam Upac

ar

a P

eng

antin Jaw

a

Kewes yen ngandika, angengayut jiwa Kembang blimbing, pinethik bali ing tebing Maya-maya sira, wong pindha mustika Ratuning kusuma, patining wanodya Kembang duren, sinawang sinambi leren nDalongop kang warna, sumeh semunira Luwes pamicara, angengayut driya

Kembang aren, tumungkul aneng pang duren Sadangune kula, mulat ing paduka

Anganggit puspita, temahan wiyaga

Kembang gedhang, manglung maripat balumbang Patute wong ika, tedhaking ngawirya

Semune jatmika, solahe prasaja Kembang jati, sinebar ngubengi panti Anjanggleng kawula, ngentosi paduka Sewu datan nyana, lamun nimbangana Kembang jambe, megar ngambar wayah sore Kemayangan kula, tamuwan paduka

Pangajabping karsa, paringa nugraha

C. Ilir-Ilir

Ilir-ilir berarti kipas-kipas. Gending ini digunakan untuk mengiringi Subamanggala mengambil kembar mayang dari pelaminan menuju tempat pengantin putra dihias. Jalannya subamanggala seolah semilir bagaikan angin yang ditiupkan oleh kipas. Makna ilir-ilir menurut nara sumber adalah sebagai berikut.

Makna T

at

a S

imbol dalam Upac

ar

a P

eng

antin Jaw

a

supaya menjadi sejuk. Peruangan itu memerlukan pengorbangan. Mereka diajak untuk bangkit dari hal-hal yang melemahkan diri (A5.06).

Ilir-ilir berisi nasehat untuk kita semua agar menjalani hidup dengan baik sesuai perintah Tuhan dan selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak (A5.07).

Selanjutnya, Ilir-ilir berarti kipas-kipas. Kipas kipas bisa memiliki beberapa tujuan. Misalnya, api dikipasi supa menyala. Hawa panas dikipasi supaya sejuk. Dengan ilir-ilir diharapkan pengantin mampu menyalakan api semangat untuk untuk berjuang membina keluarga yang bahagia. Selain itu, pengantin juga diharapkan mampu meredam amarah yang membuat suasana rumah tangga menjadi panas. Dengan menyalanya semangat berjuang membina keluarga yang bahagia dan terpadamkannya amarah, keluarga akan terasa sejuk, tenteram, nyaman, dan bahagia. Berikut ini syair gending ilir-ilir:

Lir ilir lir ilir tandure wis sumilir

Dak ijo royo-royo dak sengguh penganten anyar Cah angon-cah angon penekno belimbing kuwi Lunyu-lunyu penekno kanggo masuh dhodhot ira Dhodhot ira dhodhot ira kumitir bedhah ing pinggir Dondomana jlumatana kanggo seba mengko sore

Mumpung jembar kalangane mumpung padhang rembulane

Ya suraka surak hore

Ilir-ilir juga berisi tentang pentingnya pendidikan agama sedini mungkin. Selain itu ilir-ilir juga berisi nasehat untuk kita semua agar menjalani hidup dengan

Makna T

at

a S

imbol dalam Upac

ar

a P

eng

antin Jaw

a

baik sesuai perintah Tuhan dan selalu berusaha mencapai kehidupan yang lebih baik agar mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Makna ini dapat dipahami dari penggunaan metafora “bocah

angon-bocah angon penekna blimbing kuwi, luyu-luyu penekna kanggo seba mengko sore (anak gembala

panjatlah belimbing itu, meskipun licin panjatlah untuk bekal nanti sore)”. Kata “panjatlah”, “belimbing”, “licin”, dan “untuk bekal nanti sore” merupakan metafora dari hidup sesuai tuntunan agama yang meskipun sulit harus tetap kita diusahakan agar kita hidup bahagia di akhir nanti (akhirat). Kata “belimbing” berarti rukun Islam yang lima karena belimbing memiliki lima sisi. “Panjatlah belimbing” berarti usahakanlah untuk menjalankan rukun Islam yang lima. “Nanti sore” merupakan metafora yang digunakan untuk menunjukkan kehidupan masa senja, yakni masa kita akan kembali mengahadap Tuhan Yang Mahakuasa.

Pada saat Subamanggala mengambil sekar kembar mayang, ada juga Pewara yang mengiringi dengan lagu Dhandhanggula yang berisi deskripsi tentang kembar mayang. Berikut ini lagu Dhandhanggula tersebut.

Ana kayu apurwa sejati

Wit bawana apang keblat papat Agodhong mega rumembe Apadrapa kekuwung

Kembang lintang salaga langit Sari andaru kilat

Woh surya lan tengsu Asirat bun lan lawan udan

Makna T

at

a S

imbol dalam Upac

ar

a P

eng

antin Jaw

a

Oyote bayu bajra.

Kembar mayang iku wus ngarani Kembar padha mayang iku sekar Anenggih sekaring jambe Rinakit adiluhung Dadya pepinginan rineki Manten estri lan pria Amrih guyub rukun

Pinarcaya ing Hyang Sukma

Pinaringan mongmongan jalu lan estri Satemah bagya mulya.

Dokumen terkait