• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. PROFIL PERUSAHAAN

2.6. Ketenagakerjaan

Pabrik Kopi Banaran yang merupakan milik PT. Perkebunan Nusanatara IX (Persero) memiliki total jumlah karyawan sebanyak 288 orang. Jumlah karyawan tersebut terdiri dari beberapa jenis karyawan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Karyawan yang bekerja banyak berasal dari lingkungan sekitar pabrik kopi banaran, tetapi juga ada beberapa karyawan yang berasal dari luar kota. Karyawan yang berasal dari luar kota mendapatkan fasilitas dari perusahaan berupa mess atau tempat tinggal.

Tabel 1. Perincian Jumlah Karyawan Pabrik Kopi Banaran, Semarang

No. Karyawan Bagian Teknik / Pengolahan Jumlah

1. Karyawan Pelaksana 13

2. Karyawan Pembantu Pelaksana 21

3. Karyawan Harian Lepas 19

4. Karyawan Lepas Lain-lain 35

5. Karyawan Lepas Borong 200

Total 288

Sumber : Buku Manual Lingkungan Pabrik Kopi Banaran, Semarang (2012).

Hari kerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) dari hari Senin sampai Sabtu, bisa juga hari Minggu termasuk hari kerja tetapi masuk dalam hari lembur. Hari Senin sampai Sabtu karyawan masuk pada pukul 06.00-14.00 WIB dan istirahat dari jam 09.00-10.00 WIB, sedangkan pada hari Jumat karyawan masuk pukul 06.00-12.00 WIB dan istirahat dari jam 09.00-09.30 WIB. Pada masa panen kopi, karyawan yang bekerja di bagian raung pulper, pengeringan, dan penjagaan mesin dibagi menjadi 2 shift, sedangkan bagian lainnya termasuk jam lembur. Shift 1 dari jam 00.00-12.00 WIB dan shift 2 dari jam 12.00-00.00 WIB.

Karyawan juga mendapatkan beberapa fasilitas-fasilitas yang diberikan Pabrik kopi Banaran, antara lain:

 Tunjangan di luar tunjangan kebutuhan pokok

Karyawan selain karyawan lepas borong diberi Asuransi Tenaga Kerja (ASTEK).

Asuransi tersebut bertujuan agara karyawan mendapatkan keselamatan kerja.

Karyawan beserta keluarganya mendapatkan jaminan kesehatan berupa pengobatan

dan perawatan dari poliklinik perusahaan. Karyawan pembantu dan pelaksana dapat berobat ke rumah sakit umum, sedangkan karyawan lepas dapat berobat ke rumah sakit tanpa biaya apapun apabila terjadi kecelakaan di pabrik.

 Cuti karyawan

Karyawan pembantu dan pelaksana mendapat cuti sebanyak 12 hari untuk setiap tahunnya, sedangkan untuk karyawan wanita yang sedang hamil akan diberikan cuti melahirkan selama 3 bulan yakni 1,5 sebulan sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan. Karyawan yang mendapatkan cuti akan tetap mendapatkan gaji.

 Fasilitas yang menyangkut hak karyawan

Karyawan pembantu, pelakasana, dan lepas mendapatkan seragam kerja atau pakaian kerja. Karyawan yang pensium pada umur 55 tahun atau yang meninggal akan mendapatkan dana pensiun yakni yayasan Dana Pensiun (Yadapen).

 Fasilitas keagamaan

Seluruh karyawan diberikan kesempatan untuk melakukan ibadah sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Karyawan pelaksana, pembantu, dan lepas diberikan berikan hak untuk melaksanakan ibadah haji tanpa adanya pemotongan gaji.

Karyawan juga diberikan tunjangan hari raya atau THR berupa gaji 1 bulan, misal nya pada hari raya Idul Fitri, Natal, dan lain-lain.

10 3.1. Jenis Produk

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) menghasilkan komoditi ekspor yakni salah satunya adalah kopi, selain kopi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) juga mengelola teh, karet, dan tebu. Ada beberapa jenis kopi yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yakni kopi Robusta, kopi Arabika, dan Kopi Luwak. Ketiga jenis kopi tersebut diproses pada lokasi yang berbeda. Kopi yang paling banyak diproduksi adalah kopi Robusta lalu kopi Arabika, sedangkan untuk kopi Luwak hanya diproduksi dalam jumlah yang lebih sedikit daripada jenis kopi lainnya. Pabrik Kopi Banaran khusus untuk memproduksi kopi Robusta. Pengolahan kopi robusta di Pabrik Kopi Banaran ada 2 macam yakni Robusta Wet Process (RWP) atau bisa juga disebut pengolahan basah dan Robusta Dry Process (RDP) atau bisa juga disebut pengolahan kering.

Kopi wose atau kopi beras merupakan biji kopi yang telah kering dan telah terlepas dari dari daging buah, kulit tanduk, dan kulit arinya, sedangkan kopi bubuk adalah kopi yang sudah menjadi halus serta telah melalui proses peyangraian dan penggilingan. Kopi wose atau kopi beras langsung dikemas dalam karung goni dengan ukuran 60 kg dan 80 kg. Kopi wose atau kopi beras yang dikemas dengan karung goni ukuran 60 kg digunakan untuk pengiriman ke luar negeri atau ekspor, sedangkan ukuran 80 kg digunakan untuk pengiriman ke dalam negeri. Kopi wose atau kopi beras yang dihasilkan memiliki beberapa ukuran dan pengelompokan mutu. Kopi wose atau kopi beras memiliki daya umur simpan 1,5 tahun tergantung dari tempat penyimpanan dan pengemasannya.

Kopi bubuk yang dihasilkan akan dikemas dengan berat yang bermacam-macam dengan pengemas yang berbeda-beda. Kopi bubuk yang dihasilkan juga memiliki cita rasa yang berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena adanya pencampuran dari beberapa jenis kopi.

Pencampuran antara robusta dengan arabika juga memiliki persentase yang bervariasi, sehingga persentasi pencampuran tersebut dapat mempengaruhi cita rasa kopi bubuk

yang dihasilkan. Berikut ini merupakan tabel jenis produk biji kopi yang dihasilkan oleh PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Produk Biji Kopi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero)

Produk Berat Jenis Kemasan

Biji kopi

60 kg

RWP 1L

Karung goni RWP 1M

RWP 1S

80 kg

RWP 4L RWP 4M

RWP 4S RWP Lokal

RDP 1L RDP Lokal

Kopi bubuk yang dihasilkan oleh Pabrik Kopi Banaran dapat dilihat pada gambar-gambar dibawah ini:

Gambar 1. Biji Kopi RWP Gambar 2. Biji Kopi RDP

Gambar 4. Kopi Bubuk Banaran Plus Gula

(25gram) Gambar 3. Kopi Bubuk Banaran 9

(7gram)

Gambar 5. Kopi Bubuk Original 100 gram

Gambar 6. Kopi Bubuk Original 250 gram

Gambar 7. Kopi Bubuk

Classic 200 gram Gambar 8. Kopi

Bubuk Premium 120 gram

Berdasarkan gambar-gambar diatas, kopi bubuk banaran 9 (7gram) dibuat khusus untuk biji kopi yang telah melalui proses pembersihan, pengeringan, penyangraian, dan penggilingan.

3.2. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yakni Pabrik Kopi Banaran sangatlah dipengaruhi oleh hasil panen, permintaan konsumen, dan harga jualnya. Di Pabrik Kopi Banaran kapasitas produksi kopi beras lebih tinggi daripada

Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran dapat dilihat secara jelas pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Produksi Kopi Beras PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran

URAIAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Produksi (kg) Produksi (kg) Produksi (kg) Produksi (kg) Merah 1,589,300 2,005,432 1,495,048 289,936

Hijau 15,465 9,146 3,345 3,365

Jumlah 1,604,765 2,014,578 1,498,393 293,301

% 22.09 22.09 23 23

Pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa hasil panen buah kopi merah lebih banyak daripada buah kopi hijau. Hasil panen buah kopi merah dari tahun 2013 ke tahun 2014 mengalami kenaikan, sedangkan pada tahun berikutnya hingga tahun 2016 mengalami penurunan. Hasil panen buah kopi merah tersebut mempengaruhi hasil kopi beras RWP.

Hasil panen buah kopi hijau dari tahun 2013 hingga 2015 mengalami penurunan, sedangkan dari tahun 2015 ke 2016 mengalami kenaikan hasil panen tetapi hanya sedikit. Hasil panen buah kopi hijau mempengaruhi hasil kopi beras RDP.

3.3. Daerah Pemasaran karung goni 80 kg. Mutu yang dikirim ke luar negeri kebanyakan RWP 1L dan RWP 1M, sedangkan untuk dalam negeri biasanya mutu 4 hingga lokal dengan ukuran sesuai dengan permintaan konsumen. Italia, Hongkong, Jepang, Taiwan, Itali, Singapura merupakan negara yang memesan kopi beras dari Pabrik Kopi Banaran. Pemasaran kopi beras dalam negeri biasanya kepada perusahaan-perusahaan yang memakai kopi beras sebagai bahan baku.

Kopi bubuk Pabrik Kopi Banaran dipasarkan dengan cara dikirimkan ke supermakerket, café-café, hotel-hotel daerah Semarang, resort Banaran, hingga dikiriman ke seluruh outlet Banaran yang ada di Indonesia. Pembelian kopi bubuk secara langsung juga dapat dilakukan ke Café Banaran 9. Pabrik Kopi Banaran menerima pesanan khusus, seperti kopi luwak dan kopi luwak tidak diproduksi setiap hari tetapi hanya akan dibuat jika ada pemesanan saja, hal tersebut terjadi karena kopi luwak memliki harga yang sangat mahal atau tinggi. Pabrik Kopi Banaran juga menerima pemesanan khusus lainnya, seperti kopi beras yang telah disangrai saja dan warna kopi yang disangrai juga dapat disesuaikan dengan permintaan pelanggan. Pemesanan kopi bubuk dan kopi beras dapat dilakukan melalui kantor pusat yang ada di Semarang, tetapi juga dapat langsung ke Pabrik melalui via telpon. Pemesanan langsung ke Pabrik tetap harus melaporkan ke kantor pusat karena membutuhkan surat pengiriman yang berasal dari kantor pusat.

16 4.1. Pemanenan dan Persiapan Bahan Baku

PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) memproduksi 3 jenis kopi yakni kopi robusta kopi arabika, dan kopi luwak, tetapi kopi yang lebih dominan dikelola adalah kopi robusta. Pabrik Kopi Banaran merupakan tempat pengolahan kopi yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusanatara IX (Persero) khususnya untuk mengolah kopi robusta.

Pabrik Kopi Banaran mengolah dari buah kopi hingga menjadi kopi beras dan kopi bubuk. Buah kopi robusta yang diolah di Pabrik Kopi Banaran berasal dari kebun Getas, kebu Ngobo, dan kebun Sukamangli.

Persiapan bahan baku itu dimulai dengan tahap pemetikan. Tahap pemetikan dilakukan di ketiga kebun yang sudah disebutkan. Pemetikan buah kopi hanya terjadi 1 kali dalam setahun yakni pada bulan Juli sampai September. Pada bulan-bulan tersebut merupakan bulan panen raya. Pemanen buah kopi dilakukan oleh para pekerja borongan yang telah mengetahui cara memanen dan pemanenan tersebut tetap diawasi oleh mandor.

Pertama-tama para pekerja melakukan pembersihan disekitar pohon yang akan dipanen, seperti kotoran dan daun-daun kering. Pembersihan tersebut dilakukan guna mempermudah dan mempercepat proses pemanenan. Setelah itu terpal dipasang, terpal tersebut digunakan sebagai tempat buah kopi yang terjatuh agar tidak langsung bersentuhan ke tanah. Buah kopi yang dipanen adalah buah kopi yang sudah berwarna merah dan telah berumur 14 hari setelah berbunga. Buah kopi yang matang atau belom siap dipanen berwarna hijau.

Gambar 11. Buah Kopi

Ada beberapa tahap dalam dalam proses pemanenan buah kopi, hal itu terjadi karena adanya proses pematangan yang tidak merata. Berikut ini adalah tahapan pemanenan buah kopi di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero):

1. Pemanenan Onclong

Pemanenan ini dilakukan dengan cara memetik buah kopi yang telah mengalami pematang yang telah mencapai 10%. Pemanenan ini biasanya dilakukan pada bulan April dan pemanenan ini berguna agar mengurangi jumlah buah kopi yang terlalu masak atau matang.

2. Pemanenan Raya

Pemanenan ini merupakan panen besar. Buah kopi banyak yang telah mengalami pematangan hingga 60-70%. Panen ini biasanya terjadi pada bulan Juli sampai Agustus. Proses pemanenan ini juga dapat berlangsung selama 1 bulan.

3. Pemanenan Rampasan atau Racutan

Pemanenan ini dilakukan setelah panen raya telah selesai secara keseluruhan. Pada panen ini, dilakukan pemetikkan sisa-sisa buah kopi yang tertinggal dipohon atau yang tidak dipanen pada saat panen raya, baik buah kopi merah, hijau, hitam dan yang kering.

Setelah proses pemetikan selesai, buah kopi dikumpulkan menjadi satu dan dilakukan proses sortasi. Pada saat proses sortasi ini, buah kopi merah, hijau serta kotoran yang lainnya dipisahkan. Proses sortasi ini secara manual dan dilakukan oleh pekerja borongan. Setelah selesainya proses sortasi tersebut, buah kopi merah dan buah kopi hijau langsung dikemas dengan karung secara terpisah. Kemudian dilakukan penimbangan dan pencatatan, lalu langsung dikirim langsung ke Pabrik Kopi Banaran menggunakan truk. Berikut ini adalah kriteria buah kopi yang diolah di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero):

 Terbebas kontaminasi dari mikroorganisme.

 Memiliki keseragaman dalam pematangannya.

 Memilki tampilan luar yang baik atau tanpa cacat.

 Memilki kondisi yang masih segar.

4.2. Proses Pengolahan

Buah kopi yang diolah di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran akan menjadi kopi beras dan kopi bubuk. Kopi beras akan menjadi produk primer, sedangkan kopi bubuk akan menjadi produk sekunder. Pengolahan buah kopi menjadi kopi beras dibagi menjadi 2 yakni pengolahan basah (Robusta Wet Process) dan pengolahan kering (Robusta Dry Process). Pengolahan basah menggunakan buah kopi merah, sedangkan pengolahan kering menggunakan buah kopi hijau. Kedua jenis pengolahan tersebut menghasilkan kopi dengan kualitas yang berbeda yakni kualitas baik (superior) dihasilkan dari pengolahan basah, sedangkan kualitas rendah (inferior) dihasilkan dari pengolahan kering. Berikut ini dapat dilihat diagram proses pengolahan basah dan pengolahan kering di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran.

Gambar 12. Diagram Alir Proses Pengolahan Basah dan Pengolahan Kering

4.2.1. Robusta Wet Process (Pengolahan Basah)

Pengolahan basah ini menggunakan kopi robusta berwarna merah dan hasilnya akan disebut RWP (Robusta Wet Process). Prinsip dari pengolahan ini menggunakan adalah menggunakan air. Air tersebut digunakan untuk mencuci dan membantu pengupasan kulit buah dan daging buah. Pengolahan ini juga sangat membutuhkan banyak air serta menghasilkan limbah cair yang banyak akibat terjadi pencucian dalam skala besar. Ada beberapa tahap dalam proses pengolahan kopi secara basah di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran:

4.2.1.1. Bak Penerimaan

Buah kopi glondong yang datang dari kebun langsung ditimbang terlebih dahulu dan dilakukan pengecekan beratnya. Setelah selesai pengecekan, buah kopi dimasukkan ke dalam bak penerimaan. Kapasitas dari bak penerimaan ini sebesar 70 ton. Jika jumlah yang buah kopi yang datang melebihi kapasitas tersebut maka dapat disimpan atau didiamkan lebih dahulu sampai bak penerimaan kosong. Pada bak penerimaan ini buah kopi gelondong dicuci dengan air mengalir dan dibersihkan dari kotoran-kotoran lainnya. Air bekas pencucian ini langsung dialirkan ke tempat penampungan limbah cair yang berada dibelakang pabrik. Buah kopi yang sudah bersih langsung dialirkan ke bak sypon untuk diproses lebih lanjut.

Gambar 13. Bak Penerimaan

4.2.1.2. Bak Sypon (Sortasi Basah)

Buah kopi gelondong yang sudah dicuci dari bak penerimaan langsung dialirkan ke bak sypon menggunakan air bertekanan. Buah kopi gelondong tersebut masuk melewati celah yang sudah tersedia dan langsung masuk ke dalam bak sypon. Dalam bak sypon

buah kopi gelondong terpisah dengan antara superior dan inferior. Bak sypon ini menggunakan prinsip densitas dalam memisahkannya. Buah kopi yang superior atau kualitas tinggi tenggelam, sedangkan inferior atau kualitas rendah mengapung. Buah kopi gelondong yang mengapung dimasukkan ke dalam bak kambangan yang berada disebelah bak sypon. Pemisahan tersebut berfungsi agar saat masuk ke raung pulper tidak tercampur antara superior dan inferior. Dalam bak sypon juga dilakukan untuk penghilangan kotoran-kotoran yang masih tertingal. Buah kopi gelondong tersebut, nantinya masuk ke dalam raung dengan bantuan pompa melewati pipa-pipa yang sudah tersedia. Kopi gelondong dengan kualitas rendah lanjut diproses dengan metode pengolahan kering.

Gambar 14. Bak Sypon Gambar 15. Bak Kambangan

4.2.1.3. Raung Pulper (Pulping)

Buah kopi gelondong yang sudah melewati sortasi basah langsung masuk ke raung pulper dengan bantuan pompa. Buah kopi gelondong inferior dan superior langsung masuk ke dalam raung pulper yang berbeda. Proses ini sering disebut dengan pulping atau pengupasan. Buah kopi gelondong yang sudah masuk ke dalam raung pulper dikupas dari daging buah dan kulit buahnya. Proses ini juga berguna agar proses pengeringan dapat berjalan lebih cepat dengan prinsip memperbesar luas permukaannya. Raung pulper berbentuk seperti drum dan didalamnya ada sebuah tabung. Prinsip dari raung pulper adalah pengupasan dengan menggunakan bantuan air bertekanan dan proses pemutaran, sehingga buah kopi tergesek dan dapat terkelupas dari daging buah dah kulit buah. Selain itu, air juga berfungsi untuk pencucian,

mendorong kulit buah dan daging buah yang sudah terkelupas serta biji kopi keluar dari raung pulper. Biji kopi yang keluar dari raung pulper sering disebut kopi bugil. Daging buah dan kulit buah yang sudah terkelupas langsung dialirkan ke tempat penampungan limbah, sedangkan kopi bugil dialirkan ke tempat pengeringan yakni viss dryer ataupun masson dryer menggunakan solid pump. Jika tempat pengeringan sudah terisi penuh, maka kopi bugil ditampung terlebih dahulu di bak pelecetan. Bak ini berfungsi sebagai tempat penampungan kopi bugil untuk sementara waktu jika tempat pengeringan tidak mencukupi.

Gambar 16. Raung Pulper Gambar 17. Solid Pump

Gambar 18. Bak Pelecetan Gambar 19. Penampungan Limbah

4.2.1.4. Penuntasan

Sebelum kopi bugil masuk ke tahap pengeringan, kopi bugil langsung dialirkan melalui pipa-pipa terlebih dahulu ke tempat penuntasan. Dalam tahap ini kopi bugil dikurangi kadar airnya dengan cara seperti disaring karena alasnya memilki bolong-bolong dan bolong-bolong tersebut adalah tempat air keluar. Tahap ini berguna agar proses pengeringan dapat lebih optimal dan tidak mengurangi kalori panas pada mesin pengering. Penuntasan biasanya berlangsung kurang lebih 2 jam sebelum masuk dalam tahap pengeringan.

Gambar 20. Tempat Penuntasan

4.2.1.5. Pengeringan

Kopi bugil yang sudah melalui tahap penuntasan langsung disalurkan ke tempat pengeringan. Pengeringan kopi bugil di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Pabrik Kopi Banaran Kopi ada 2 macam yakni menggunakan Viss Dryer dan Masson Dryer.

Pengeringan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air kopi bugil dari 40-50% menjadi 9-12%. Pengurangan kadar air yang tinggi harus dilakukan agar kopi tidak ditumbuhi oleh jamur yang dapat merusak kualitasnya. Pada proses pengeringan, pengontrolan suhu sangat perlu diperhatikan karena mempengaruhi kualitas yang dihasilkan serta kecepatan pengeringan. Kadar air biasanya diukur menggunakan alat yang bernama ceratester.

Viss Dryer yang dimiliki Pabrik Kopi Banaran berjumlah 4 dengan kapasitas yang berbeda-beda. Viss I & II berkapasitas sebanyak 18 ton, Viss III sebanyak 15 ton, dan Viss IV sebanyak 8 ton. Pengeringan dengan viss dryer biasanya dipergunakan untuk mengeringkan kopi bugil dengan kualitas rendah atau inferior, tetapi bisa juga digunakan untuk mengeringkan kopi bugil kualitas tinggi atau superior jika kapasitas pengeringan masson dryer sudah penuh. Viss dryer berbentuk seperti rumah pengering yang bertingkat 2. Pada tingkat yang pertama digunakan sebagai tempat pipa-pipa yang mengalirkan udara panas akibat hasil pembakaran kayu bakar, sedangkan lantai kedua terdiri dari plat besi berlubang yang berfungsi sebagai tempat untuk memaparkan kopi bugil yang akan dikeringkan. Pada lantai pertama juga terdapat ventilasi udara yang berguna sebagai tempat pertukaran udara, ventilasi tersebut harus terletak dibawah pipa

dikarenakan agar udara yang masuk dapat langsung bersentuhan dengan pipa sehingga terbentuk udara panas yang nantinya bergerak ke atas untuk mengeringkan kopi bugil.

Setiap viss dryer terdapat tungku dan tungku tersebut adalah tempat pembakaran kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar dan hasil pembakaran tersebut langsung mengalir langsung ke pipa-pipa. Kayu bakar yang digunakan berasal dari pohon karet milik PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang sudah tidak dapat memproduksi karet lagi dan sudah berusia sangat tua. Saat proses pengeringan di viss dryer berlangsung kopi bugil hanya diperbolehkan dipaparkan maksimal setinggi 20 cm, hal tersebut dilakukan agar pengeringan dapat berjalan optimal. Selain itu, pengontrolan suhu juga dilakukan secara manual yakni menggunakan tenaga pekerja untuk proses pembalikan atau pengadukan kopi bugil. Pembalikan kopi ini dilakukan setiap jam sekali dan terjadi hingga proses pengeringan selesai. Pengeringan menggunakan viss dryer dapat memakan waktu sekitar 38-40 jam dengan adanya 4 kali pengaturan suhu yakni 40℃-80℃ selama 8 jam, 80℃-110℃ selama 20 jam, 80℃-40℃ selama 8 jam, dan 60℃-40℃ selama 2 jam.

Gambar 21. Tungku Pembakaran Gambar 22. Ventilasi Udara

Gambar 23. Lantai Pertama Viss Dryder Gambar 24. Lantai Kedua Viss Dryer

Pengeringan dengan masson dryer biasanya digunakan untuk mengeringkan kopi bugil kualitas tinggi atau superior karena pengeringan dapat lebih cepat dan lebih merata.

Pabrik Kopi Banaran memiliki 4 buah masson dryer yang berbahan bakar solar dan kayu bakar. Kapasitas dari 1 masson dryer adalah 15 ton dan dalam sekali proses pengeringan biasanya membutuhkan waktu 18-20 jam. Masson dryer berbentuk seperti drum dengan prinsip cara kerjanya adalah rotary system.

Setelah kopi bugil telah masuk ke dalam masson dryer, masson dryer berputar terlebih dahulu kurang lebih selama 2 jam. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi air yang masih terbawa akibat dari proses sebelumnya agar pengeringan dapat lebih optimal.

Setelah itu, masson dryer tetap berputar hanya saja pemutarannya ditambahkan udara panas atau uap panas melalui pipa-pipa yang ada didalamnya yang dihasilkan oleh blower. Proses pengeringan menggunakan masson dryer lebih efektif daripada menggunakan viss dryer. Hal tersebut bisa di buktikan karena masson dryer lebih bersifat otomatis dan lebih canggih. Pengontrolan suhu dilakukan dengan bantuan thermometer yang sudah terpasang di bagian depan. Selama 18 hingga 20 jam ada 6 kali pengaturan suhu yang dilakukan yaitu 40℃ selama 2 jam, 70℃ selama 2 jam, 90℃

selama 2 jam, 100℃ selama 2 jam, 110℃ selama 2 jam, 120℃ selama 10 jam. Kopi hasil dari proses pengeringan biasanya disebut dengan kopi HS atau kopi horn skin.

Gambar 25. Masson Dryer

4.2.1.6. Bordes Kering (Pendinginan)

Setelah melalui proses pengeringan yang menggunakan viss dryer ataupun masson dryer, kopi HS langsung dimasukkan ke dalam karung dan diletakkan dalam ruang penampung. Proses pendinginan ini berlangsung kurang lebih 24 jam sebelum proses penggerbusan. Proses pendinginan bertujuan untuk menyeragamkan suhu dan kadar air dari kopi HS agar saat proses penggerbusan kopi HS tidak mengalami pecah biji.

Gambar 26. Proses Pendinginan

4.2.1.7. Penggerbusan

Kopi HS yang sudah melalui proses pendinginan kurang lebih selama 24 jam langsung dimasukkan ke mesin huller untuk melakukan proses penggerbusan. Proses

Dokumen terkait