• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang Perbankan

PELAKSANAAN REORGANISASI PERUSAHAAN PERBANKAN DI INDONESIA

C. Ketentuan Reorganisasi Perusahaan di bidang Perbankan

Salah satu kebijakan pemerintah dalam program penyehatan perbankan yang selain pendirian BPPN dan Penyelesaian Aset adalah program merger, akuisisi, dan konsolidasi Bank. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

Atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan pada pasal 1 menyebutkan pengertian merger adalah penggabungan dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi. Konsolidasi adalah penggabungan dua bank atau lebih dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut dengan atau tanpa melikuidasi. Sementara itu, yang dimaksud dengan akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank.77

Pada dasarnya penerapan kebijakan merger, akusisi dan konsolidasi bank merupakan kebijakan yang dilakukan dalam rangka memperkuat faktor permodalan perbankan. Kebijakan ini dinilai cukup berhasil mengurangi jumlah bank di Indonesia.

Program dimaksud dilaksanakan pemerintah pada periode krisis adalah dalam rangka memperkuat struktur perbankan yang ada di Indonesia. Sehingga bank-bank yang tidak sehat maupun bank-bank yang sehat tetapi rapuh kondisinya diminta untuk melakukan merger, akuisisi maupun konsolidasi.

78

Selain kebijakan tersebut pemerintah melakukan penyehatan perbankan dengan pelaksanaan program rekapitalisasi bank-bank. Program ini merupakan salah satu langkah penting yang diambil pemerintah dalam rangka kebijakan restrukturisasi perbankan untuk memperbaiki kondisi keuangan bank dengan cara menambah modal bank karena industri perbankan mengalami kekurangan modal. 79

77 Kusumaningtuti SS, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009) hlm 107.

78 Ibid , hlm 107 79 Ibid, hlm 110

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

Dalam program ini, Pemerintah Indonesia memperkuat permodalan sejumlah bank yang dinilai patut beroperasi dengan cara menerbitkan surat utang negara (obligasi). Jumlah surat utang negara yang diterbitkan tersebut mencapai sekitar Rp.425,5 triliun, suatu jumlah yang besar dan merupakan utang domestik. Sebelum memutuskan pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan, pemerintah memiliki tiga alternatif, yaitu:

a. mengalihkan kepemilikan saham bank kepada para deposan dan kreditor;

b. likuidasi bank; dan c. rekapitalisasi perbankan.80

Apabila kebijakan likuidasi bank diterapkan, sudah pasti akan menimbulkan dampak yang negatif kepada keuangan pemerintah, jasa perbankan, sistem pembayaran, dan kebijakan ekonomi dan moneter nasional. Melalui program likuidasi, kewajiban bank termasuk kepada nasabah bank akan diselesaikan berdasarkan penjualan aset bank, sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan keresahan masyarakat termasuk karyawan bank yang diberhentikan terutama apabila hasil penjualan aset bank tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Sedangkan apabila pemerintah menempuh kebijakan rekapitalisasi, pemerintah tidak perlu membayar dana pihak ketiga maupun kewajiban bank yang dijamin pemerintah, sebab bank peserta rekapitalisasi masih beroperasi secara

80 Satrio Wibowo, Sonny Handoko, Mirza Yuniar dan I.M. Noviati, ”Kajian Mengenai

Efektivitas Kebijakan Obligasi Rekap” (Jakarta: Biro Stabilitas Sistem Keuangan, Direktorat

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

normal. Disamping itu biaya rekapitalisasi perbankan dianggap lebih rendah dari pada biaya likuidasi yang meliputi biaya mengatasi simpanan nasabah dan biaya pegawai.81

Program rekapitalisasi perbankan hanya bersifat sementara dan tidak dimaksudkan untuk mengambil alih kepemilikan (nasionalisasi) sektor perbankan. Dilihat dari aspek yuridis, program rekapitalisasi perbankan ini tidak diatur dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun Undang-undang No.23 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.4 Tahun 2003 tentang Bank Indonesia. Landasan operasional yang menjadi dasar pelaksanaan program rekapitalisasi perbankan hanyalah berupa Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, yaitu SKB No.53/KMK.017/1999 dan No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.

82

Dasar penerbitan kedua SKB tersebut merujuk kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum. Menurut Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 10, disebutkan bahwa materi muatan Peraturan

Sedangkan khusus untuk Bank Pembangunan Daerah melalui SKB No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.

81 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 111 82 Kusumaningtuti SS, Op.cit hlm 88.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-undang sebagaimana mestinya.83 Kalau dilihat dari butir ” Mengingat” dalam Peraturan Pemerintah tersebut memang ada menyebutkan : Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang No.13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998, dan Undang-undang No.1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Namun setelah diteliti masing-masing Undang-undang tersebut, tidak ada secara jelas dan tegas menyebutkan Program Rekapitalisasi, yang ada pada Pasal 28 dalam Undang-undang Perbankan hanya mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi Bank, yang ketentuannya ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah.84 Sedangkan pada Pasal 37 A Undang-undang Perbankan menyebutkan bahwa Badan khusus yang dibentuk Pemerintah dalam melakukan program penyehatan bank, mempunyai wewenang untuk melakukan penyertaan modal sementara pada bank secara langsung atau melalui pengkonversian tagihan badan khusus.85

83Lihat juga Pasal 7 Undang-undang No.10 Tahun 2004, yang menyebutkan bahwa : Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :

Sementara program rekapitalisasi

a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ;

c. Peraturan Pemerintah;

d. Peraturan Presiden;

e. Peraturan Daerah;

Penjelasan pasal 10 Undang-undang ini, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan sebagaimana mestinya adalah materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam Undang-undang yang bersangkutan.

84 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 28 ayat 1 menyebutkan: Merger, konsolidasi, dan akuisisi wajib terlebih dahulu mendapat izin Pimpinan Bank Indonesia.

85 Pada Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992, Pasal 37 A butir 2 huruf h

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

merupakan program peningkatan modal bank yang dilakukan dengan penyertaan saham pemerintah sebesar 80% dan pemegang saham pengendali bank sebesar 20% dari kekurangan modal bank untuk mencapai CAR yang ditentukan.86

1. Undang-undang No.10 Tahun 1998 tanggal 10 Nopember 1998 tentang Perubahan Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam undang- undang ini, dijelaskan mengenai pengertian atau definisi mengenai merger, konsolidasi, dan akuisisi. Sedangkan pasal yang mengatur hanya 1 (satu) pasal, yaitu pasal 28 ayat (1) dan (2), yang menyebutkan bahwa merger, konsolidasi dan akuisisi Bank wajib mendapat izin dari Pimpinan Bank Indonesia. Selanjutnya mengenai ketentuan lebih lanjut mengenai merger, konsolidasi dan akuisisi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Dari hasil penelitian penulis, terhadap ketentuan kerangka hukum yang berlaku, dapat diidentifikasi berbagai kebijakan dan pengaturan pokok, baik secara langsung maupun tidak langsung mengatur reorganisasi perbankan di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tanggal 5 Maret 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, mengatur mengenai merger dan akuisisi sebagai berikut :

86 Peraturan Pemerintah No.84 Tahun 1998 tentang Program Rekapitalisasi Bank Umum pasal 1 ayat 2 menyebutkan : Program Rekapitalisasi Bank Umum adalah upaya meingkatkan permodalan bank untuk mencapai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan .

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

a. Pelaksanaan merger dan akuisisi tidak boleh mengakibatkan monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat.

b. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat membatalkan merger dan akuisisi yang mengakibatkan terjadinya monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

c. Kepada pelaku usaha yang telah melakukan merger dan akuisisi sebelum berlakunya Undang-undang No.5 tahun 1999 yang mengakibatkan melanggar ketentuan diatas, diberi waktu untuk memperbaikinya sampai dengan waktu tanggal 5 September 2000.

Hal ini telah diadopsi oleh Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1992, sebagaimana dalam penjelasan pasal 28 yang menyebutkan : ” Dalam melakukan merger, konsolidasi dan akuisisi, wajib dihindarkan timbulnya pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat ”.

3. Undang-undang No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.

Padal Pasal 5 disebutkan bahwa salah satu tugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah menangani Bank Gagal yang berdampak sistemik maupun yang tidak berdampak sistemik. Untuk melakukan penyelamatan Bank Gagal tersebut LPS mempunyai wewenang melakukan reorganisasi perusahaan antara lain mengambil alih dan menjalankan segala kewenangan pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS, menguasai dan mengelola aset dan kewajiban bank

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

serta menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan debitur dan/atau kewajiban bank tanpa persetujuan kreditur.

2. Undang-undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab I Pasal 1 angka 9 sampai dengan 11 dan Bab VIII Pasal 122 sampai dengan 137.

Pasal 126 UU ini mengatur bahwa perbuatan hukum penggabungan (merger), pengambilalihan (akuisisi) atau pemisahan harus dilakukan dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas, karyawan/wati, kreditor dan mitra usaha lainnya serta masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1997 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1996 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank

6. Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank.

7. Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Peraturan ini pada dasarnya mengatur tata cara pembelian saham Bank Umum oleh WNA dan WNI.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1999 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke dalam Modal Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh,

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, Bank Pembangunan Daerah Bengkulu, Bank Pembangunan Daerah Lampung, Bank Pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur, Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Barat, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Utara, Bank Pembangunan Daerah Maluku, Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat, Dan Bank Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Timur Dalam Rangka Program Rekapitalisasi Bank Umum.

9. Peraturan Bank Indonesia No.8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia.

Kebijakan Kepemilikan Tunggal Perbankan mengharuskan kepada semua pemilik bank khususnya pemegang saham pengendali untuk mengonsolidasi kepemilikannya di bank-bank yang dalam satu grup usahanya dengan batas waktu hingga tahun 2010.87

a. Divestasi (penjualan saham-saham) miliknya,

Dalam kebijakan tersebut Bank Indonesia menawarkan 3 (tiga) opsi yakni :

b. Merger atau konsolidasi

c. Pembentukan perusahaan induk (Bank Holding)

87Johannes Ibrahim, Penerapan Single Presence Policy dan Dampaknya Bagi Perbankan Nasional , Jurnal Hukum Bisnis, Volume 27 No.2 Tahun 2008, hlm 5

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

10.Peraturan Bank Indonesia No.8/17/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Insentif dalam Rangka Konsolidasi sebagaimana telah diubah dalam Peraturan Bank Indonesia No.9/12/PBI/2007 tanggal 21 September 2007.

11.Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usahan No.1 Tahun 2009 tentang Pra- Notifikasi Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan tanggal 13 Mei 2009. Dalam rangka pengendalian terhadap penggabungan, peleburan dan pengambilalihan yang dapat mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat dan menjamin adanya kepastian hukum bagi pelaku usaha yang hendak melakukan penggabungan, peleburan dan pengambilalihan, maka pelaku usaha dapat memberitahukan maksudnya kepada Komisi untuk mendapat pendapat mengenai dampak yang dapat ditimbulkan dari rencana penggabungan, peleburan dan pengambilalihan tersebut. Hal ini menyahuti ketentuan perundang- undangan yang sudah terbit baik undang-undang anti monopoli, undang-undang perbankan dan undang-undang perseroan terbatas yang telah membatasi agar tindakan merger, konsolidasi dan akuisisi tidak menimbulkan praktek monopoli. 12.Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/50/KEP/DIR tanggal 14 Mei

1999 tentang Pembelian Saham Bank Umum. Pokok-pokok yang diatur adalah mengenai izin dan pelaporan atas pembelian saham Bank.

13.Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank Umum juncto Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.52/32/KEP/DIR

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger,Konsolidasi dan Akuisisi Bank Perkreditan Rakyat. Salah satu ketentuan pada Surat Keputusan tersebut mengatur bahwa apabila salah satu bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya dan tidak dapat melaksanakan perbaikan- perbaikan yang ditetapkan Bank Indonesia, maka Bank Indonesia dapat meminta kepada pemilik dan pengurus bank untuk meger atau konsolidasi dengan bank lain atau menjual sebagian atau seluruh sahamnya kepada bank atau pihak lain. 14.Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia

No.53/KMK.017/1999 dan No.31/12/KEP/GBI tanggal 8 Pebruari 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum.

15.Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia No.135/KMK.017/1999 dan No.32/1/KEP/GBI tanggal 9 April 1999 tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Pembangunan Daerah.

Didi Duharsa : Analisis Hukum Peranan Reorganisasi Perusahaan Dalam Menghindari Pembubaran (Studi Pada PT. BANK SUMUT), 2009.

USU Repository © 2009

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS