• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketentuan Salat Berjamaah 1. Syarat Menjadi Imam

Dalam melaksanakan salat berjamaah paling sedikit harus ada dua orang atau lebih. Satu orang menjadi imam dan yang lain menjadi makmum. Imam dalam salat adalah seseorang yang diangkat untuk memimpin pelaksanaan salat berjamaah.

Syarat untuk menjadi seorang imam pada dasarnya sama dengan syarat-syarat yang berlaku untuk sahnya salat seseorang, kecuali kefasihan membaca Al-Qur’an. Para fukaha berbeda pendapat dalam mengutamakan antara orang yang lebih baik bacaan Al-Qur’annya dan yang lebih baik pemahaman fikihnya. Menurut Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hambal, diutamakan orang yang lebih baik bacaan Al-Qur’annya. Imam Syafi’i berpendapat bahwa orang yang lebih dalam pengetahu-annya tentang fikih diutamakan menjadi imam salat.

Secara umum ketentuan untuk menjadi imam salat meliputi hal-hal berikut.

a. Imam hendaklah orang yang lebih dalam ilmu agamanya. b. Imam hendaklah orang yang lebih fasih bacaan Al-Qur’an

dan banyak hafalannya.

c. Imam hendaklah orang yang memahami hukum-hukum

salat.

d. Imam hendaklah berdiri di depan makmum.

e. Imam hendaklah orang yang berakhlak mulia sehingga tidak dibenci oleh makmum/kaumnya.

h. Imam laki-laki boleh memimpin makmum laki-laki, makmum perempuan, atau makmum laki-laki dan perempuan. Imam perempuan hanya boleh memimpin makmum perempuan. Laki-laki tidak boleh makmum dengan imam perempuan. Rasulullah saw. bersabda yang artinya:

Perempuan janganlah dijadikan imam, sedangkan

makmumnya laki-laki.” (H.R. Ibnu Ma-jah)

2. Syarat Menjadi Makmum

Makmum dalam salat berjamaah adalah orang yang dipimpin oleh seorang imam dan menjadi pengikut di dalam salat atau orang yang ikut salat di belakang imam.

Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi makmum dalam salat berjamaah sebagai berikut.

a. Makmum hendaklah berniat menjadi makmum.

b. Makmum hendaklah mengetahui gerak-gerik imam. c. Makmum hendaklah mengikuti gerak-gerik imam. d. Makmum tidak mendahului imam dalam gerakan salat.

e. Makmum hendaklah berada dalam satu tempat dengan

imam.

f. Tempat berdiri makmum tidak lebih maju ke depan daripada imam.

g. Makmum hendaklah melaksanakan salat yang sama dengan imam.

3. Macam-Macam Makmum

Dalam salat berjamaah, makmum dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

a. Makmum Muwa-fiq, yaitu makmum yang dapat mengikuti salatnya imam secara sempurna mulai dari rakaat pertama sampai akhir.

b. Makmum Masbu-q, yaitu makmum yang tertinggal minimal satu rakaat bersama imam. Beberapa ketentuan tentang makmum masbu-k sebagai berikut.

1) Jika makmum takbi-ratul ih.ra-m sewaktu imam belum rukuk, hendaklah makmum membaca Surah al-Fa-tih.ah [1] sedapat mungkin. Akan tetapi, jika belum selesai mem-baca Surah al-Fa-tih.ah [1] imam telah rukuk, makmum melakukan rukuk mengikuti imam.

2) Jika makmum mendapati imam sedang rukuk, hendaklah makmum takbi-ratul ih.ra-m kemudian melakukan rukuk mengikuti imam.

3) Makmum masbu-k yang dapat melakukan rukuk bersama imam dengan sempurna, salatnya dihitung mendapat satu rakaat.

4) Jika makmum mendapati imam sedang sujud, makmum (setelah takbi-ratul ih.ra-m) langsung melakukan sujud mengikuti imam. Hal yang demikian belum dapat dihitung satu rakaat. Dengan demikian, setelah imam membaca salam, makmum masbu-k berdiri lagi untuk menambah jumlah rakaatnya.

Sumber: Dokumen Penerbit

▲▲

▲Gambar 7.1

Dari Abdullah bin Qatadah dari ayahnya bercerita tentang seorang laki-laki yang terburu-buru untuk dapat segera ikut salat bersama Rasulullah. Rasulullah bersabda seperti berikut.

Artinya: Janganlah kamu melakukan itu, jika kamu mendatangi salat maka tenanglah, bagaimana keadaan iman ketika kamu dapati, hendaklah kamu ikuti, dan yang ketinggalan olehmu, hendaklah kamu sempurnakan. (H.R. Tirmiz.i-)

Halangan Salat Berjamaah

Salat berjamaah hukumnya sunah muakkad, tetapi seseorang diberi keringanan untuk tidak melak-sanakan salat berjamaah jika terjadi halangan-halangan sebagai berikut.

1. Hujan deras, sehingga menghalangi perjalan-an ke tempat berjamaah.

2. Angin topan atau udara terlalu dingin.

3. Sakit yang menyusahkan ke tempat salat berjamaah.

4. Lapar, sedangkan makanan telah dihidangkan. 5. Baru makan makanan yang baunya tidak

sedap. Misal, jengkol atau bawang. 6. Menahan buang air.

Dalam satu pekan, kamu mendapat libur satu hari. Apa yang kalian lakukan saat itu? Libur tidak berarti berhenti belajar, bukan? Liburan bisa dimanfaatkan sebagai laboratorium alam guna mempraktikkan materi pelajaran yang kalian peroleh dari bangku sekolah. Pada kegiatan ini kamu akan mengunjungi masjid besar di kotamu masing-masing atau bagi yang terlalu jauh cukup di masjid besar kecamatan. Datanglah dengan rombongan satu kelas sambil bersepeda bersama, tentu akan sangat mengasyikkan.

Sebelumnya, mintalah kepada Bapak/Ibu Guru untuk mengirim surat pengantar kepada takmir masjid. Tujuannya agar takmir dapat menemuimu pada hari itu. Mohon supaya waktu pertemuannya sekitar salat Zuhur. Mengapa? Pertama, supaya kamu dapat salat berjamaah dengannya. Kedua, setelah jamaah Zuhur, beliau akan memberikan ceramah perihal keutamaan salat berjamaah.

Sewaktu beliau menyampaikan ceramah, catatlah pada secarik kertas. Begitu selesai, minta tanda tangannya. Serahkan hasil ringkasanmu tersebut kepada guru untuk diperiksa dan dinilai sebagai bukti kalau kamu telah mengikuti kegiatan.

4. Saf Salat Berjamaah

Saf dalam salat berjamaah artinya barisan salat makmum di belakang imam. Sebelum salat berjamaah dimulai, saf harus ditata agar rapi dan tertib. Saf yang baik adalah saf yang lurus, rapat, dan tertib. Kesempurnaan salat berjamaah ditandai dengan saf yang lurus, rapat, dan tertib. Oleh karena itu, sebelum salat berjamaah dimulai, imam disunahkan untuk memerintahkan para makmum agar meratakan saf serta menutupi barisan yang masih lowong. Hadis dari Anas, katanya:

Artinya: Bahwa Nabi Muhammad saw. menghadap kepada kami sebelum takbir dan bersabda: ”Rapatkan barisanmu dan ratakan. (H.R. Bukha-ri- dan Muslim)

Artinya: Dari Anas bin Malik, Nabi saw. bersabda: ”Ratakanlah safmu, sebab sesungguhnya meratakan saf itu termasuk kesempurnaan salat.” (H.R. Bukha-ri-)

Ketentuan pengaturan saf salat berjamaah sebagai berikut. a. Jika makmum hanya seorang diri, ia berdiri di sebelah kanan

imam agak ke belakang.

b. Jika makmum terdiri atas dua orang laki-laki, ia berdiri di belakang imam, yang satu berdiri di sebelah kanan dan yang satunya berdiri di sebelah kiri.

c. Jika makmum terdiri atas laki-laki dan perempuan, saf perempuan berada di belakang saf laki-laki agak jauh jarak-nya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat jika ada jamaah laki-laki yang datang terlambat.

d. Jika makmum terdiri atas laki-laki, perempuan, dan anak-anak, saf diatur sebagai berikut.

1) saf paling depan untuk laki-laki dewasa, 2) saf di belakangnya untuk anak-anak laki-laki,

3) saf di belakangnya untuk anak-anak perempuan, dan 4) saf paling belakang untuk perempuan dewasa.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis, yang artinya, ”Bahwa Rasulullah saw. menempatkan kaum lelaki di depan anak-anak, sedang kaum wanita di belakang anak-anak itu.” (H.R. Ah.mad dan Abu- Da-ud)

Sumber: Ensiklopedi Islam untuk Pelajar

▲▲

▲Gambar 7.2

Dalam salat berjamaah, antara imam dan makmum tidak boleh ada pembatas yang menghalangi makmum mengetahui gerak dan mendengar bacaan imam. Seseorang dijadikan imam untuk diikuti oleh makmum dalam segala gerak perbuatannya. Selain itu, imam disunahkan untuk meringankan atau tidak terlalu berpanjang-panjang dalam melaksanakan salat. Pada rakaat pertama, disyariatkan agar imam memperpanjang bacaannya guna memberi kesempatan bagi jamaah yang datang terlambat untuk mendapatkan rakaat pertama.

Dalam salat berjamaah, jika imam selesai membaca Surah al-Fa-ti.hah [1] dengan nyaring dalam salat Magrib, Isya, dan Subuh, makmum membaca ”a-mi-n” dengan suara keras. Semua bacaan salat dibaca pelan oleh makmum, kecuali bacaan amin.

Selain itu, jika imam salah dalam salatnya, makmum dapat mengingatkan imam. Makmum laki-laki mengingatkan dengan mengucapkan sub.ha-nalla-h, sedangkan makmum perempuan dengan menepukkan tangan. Jika imam batal dalam salatnya, makmum yang berdiri di belakang imam maju selangkah untuk menggantikannya.

Bacaan Lirih (Sirran) dan Nyaring (Jahran)

Dalam salat berjamaah, sering kita mengetahui ada bacaan-bacaan salat yang dibaca dengan suara lirih (sirran), ada juga yang dibaca dengan suara nyaring (jahran).

Bacaan sirran artinya bacaan salat yang dibaca dengan suara lirih. Pada waktu membaca bacaan sirran, bibir bergerak tidak mengeluarkan suara, sehingga tidak terdengar oleh orang lain atau jamaahnya.

Bacaan jahran artinya bacaan salat yang dibaca dengan suara nyaring atau keras. Pada waktu membaca bacaan jahran suara dinyaringkan atau dikeraskan, sehingga terdengar oleh dirinya sendiri maupun orang lain atau jamaahnya.

Bacaan salat yang harus dibaca dengan suara lirih (sirran) sebagai berikut.

1. semua bacaan dalam salat Zuhur, 2. semua bacaan dalam salat Asar,

3. bacaan rakaat ketiga dalam salat Magrib, serta 4. bacaan rakaat ketiga dan keempat dalam salat

Isya.

Bacaan salat yang harus dibaca dengan suara nyaring (jahran) antara lain:

1. bacaan takbi-ratul ih.ra-m dan takbir intiqal; 2. bacaan Surah al-F-ati.hah [1] dan surah pilihan

pada salat Subuh;

3. bacaan Surah al-F-ati.hah [1] dan surah pilihan pada rakaat pertama dan kedua salat Magrib dan Isya;

4. bacaan Surah al-F-ati.hah [1] dan surah pilihan pada salat Jumat, idain, tarawih, dan witir; serta

5. bacaan a-mi-n setelah imam selesai membaca Surah al-F-ati.hah [1].

Praktik Salat Berjamaah dan