• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.4 MANFAAT PENELITIAN

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Menurut Djamarah (2010:99), kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Seorang guru harus memiliki berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai. Dengan pemilikan keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas.

Menurut Rusman (2013:80), keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui 9 keterampilan mengajar, yakni:

1) Keterampilan membuka pelajaran (set induction skills)

Menurut Rusman (2013:80), kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memulai pelajaran. Komponen membuka pelajaran menurut Usman (dalam Rusman, 2013:81) adalah sebagai berikut :

a. Menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran yang bervariasi.

b. Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memerhatikan minat atau interes siswa.

c. Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan beberapa pertanyaan.

d. Memberi apersepsi (memberi kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari), sehingga materi yang dipelajari merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

2) Keterampilan bertanya (questioning skills)

Menurut Sanjaya (2008:33), keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.

Komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi (Rusman, 2013:83): a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

b. Pemberian acuan. Guru dapat memberikan jawaban acuan sebelum masuk pada jawaban yang diinginkan.

c. Fokus pertanyaan. Pertanyaan harus terfokus pada pertanyaan yang diinginkan, apakah dalam bentuk pertanyaan terbuka, tertutup, pertanyaan luas atau pertanyaan sempit.

d. Pemindahan giliran.

e. Penyebaran. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu, sehingga semua siswa berpikir (memikirkan jawaban), setelah itu pertanyaan disebar untuk meberikan kesempatan pada semua siswa.

f. Pemberian waktu berpikir. g. Pemberian tuntunan.

3) Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills)

Guru yang baik harus selalu memberikan penguatan, baik dalam bentuk penguatan verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti seratus, exellent, bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali, dan sebagainya), maupun nonverbal (biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan, dan sebagainya, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatan yang baik sebagai suatu tindakan dorongan, sehingga perbuatan tersebut terus diulang. (Rusman, 2013:84)

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:227) ada beberapa jenis komponen keterampilan memberi penguatan antara lain:

a. Penguatan verbal. Berupa kata atau kalimat yang disampaikan guru, contoh:

“baik, bagus, seratus untuk kamu, itu baru jempol” dan lain sebagainya.

b. Penguatan gestural, diberikan dalam bentuk mimik, gerakan badan atau anggota yang dapat memberikan kesan positif terhadap siswa. Contohnya mengacungkan jempol, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, anggukan dan lain-lain.

c. Penguatan dengan cara mendekat ke arah siswa, misalnya berdiri atau duduk di samping siswa yang sedang berdiskusi, sedang praktik keterampilan dan lain-lain.

d. Penguatan dengan sentuhan, misalnya dengan menepuk-nepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, pada anak-anak kecil dapat dilakukan dengan mengusap rambut kepala siswa.

e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, misalnya siswa yang berhasil diminta untuk memimpin kegiatan, membantu rekan lain yang mengalami kesulitan belajar.

f. Penguatan berupa tanda atau benda, misal memberi tanda bintang (dapat dipajang di kelas), memberi komentar pujian pada buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS), buku PR siswa, atau buku rapor siswa.

4) Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)

Menurut Sanjaya (2008:38) variasi adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Ada tiga jenis variasi yang diberikan guru kepada siswa antara lain:

a) Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan pembelajaran, misalnya guru menggunakan variasi suara. Variasi suara diberikan pada saat siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, guru bisa mengeraskan atau memelankan suaranya atau meniru suara tokoh lain agar perhatian siswa fokus pada guru.

b) Variasi dalam menggunakan media atau alat bantu pembelajaran, misalnya guru menggunakan media visual, audio, maupun audio visual agar pesan atau materi yang diberikan guru dapat diterima dengan mudah oleh siswa.

c) Variasi dalam berinteraksi, guru perlu membangun interaksi yang multiarah secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Suyono dan Hariyanto (2011:229) menyebutkan beberapa variasi dalam gaya mengajar guru, antara lain:

a. Variasi suara: keras-lembut, cepat-lambat, tinggi-rendah, besar-kecil volume suara;

b. Pemusatan perhatian: secara verbal, isyarat atau dengan menggunakan model;

c. Kesenyapan, terutama jika anak-anak mulai bising dan hingar-bingar, tidak terkendali, guru dapat berdiri diam tanpa suara untuk beberapa saat sampai anak-anak hening kembali.

d. Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan hal-hal yang bersifat impersonal, pandanglah mata siswa dengan seksama dan lembut;

e. Gerakan badan, bahasa tubuh (body language) dan mimik seperti perubahan ekspresi wajah, gerakan kepala, badan untuk meningkatkan efektivitas komunikasi nonlisan;

f. Perubahan posisi guru, dari duduk menjadi berjalan mendekat dan sebagainya, hal ini harus dilakukan secara wajar dan tidak menimbulkan kesan mengancam atau menakut-nakuti siwa;

g. Perubahan metode mengajar misalnya dari gaya klasikal menjadi pengaktifan kelompok kecil, dari ceramah menjadi tanya-jawab dan sebagainya;

h. Variasi dalam membagi perhatian, artinya guru mampu membagi perhatiannya kepada sejumlah kegiatan pembelajaran yang berlangsung bersamaan.

i. Penggunaan selingan pemecah kebekuan (ice breaker) berupa humor-humor segar untuk mencairkan suasana.

Variasi dalam penggunaan media, sumber belajar dan bahan-bahan pembelajaran misalnya dengan menggunakan:

a. Media dan bahan pembelajaran yang dapat didengarkan (oral dan auditori) b. Media dan bahan pembelajaran yang dapat dilihat dan didengarkan (audio

visual)

c. Media taktil yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasikan seperti prototipe, model

d. Variasi multimedia dan sumber belajar.

5) Keterampilan menjelaskan (explaining skills)

Menurut Rusman (2013:86), keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara

sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lainnya, misalnya sebab akibat.

Komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan. Penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi materi dan aktivitas siswa itu sendiri.

b. Penyajian suatu penjelasan. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memerhatikan hal-hal seperti: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, penggunaan balikan.

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Rusman (2013:89) menjelaskan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara berkelompok.

Komponen-komponen dalam membimbing diskusi kelompok, yaitu: a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.

b. Memperjelas masalah untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam memimpin diskusi seorang guru perlu memperjelas atau menguraikan permasalahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi memperoleh pengertian yang lebih jelas.

d. Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian. e. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi.

f. Menutup diskusi.

g. Hal-hal yang perlu dihindarkan adalah mendominasi/monopoli pembicaraan dalam diskusi, serta membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi. 7) Keterampilan mengelola kelas

Menurut Usman (dalam Rusman, 2013:90), pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah :

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Teknik-teknik yang dapat dilakukan guru dalam mengelola kelas menurut Sanjaya (2011:45) adalah sebagai berikut :

Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar berada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran.

b. Menunjukkan sikap tanggap

Untuk memberikan kesan tanggap ini bisa dilakukan dengan berbagai cara di antaranya :

1) Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap perilaku siswa. Komentar yang bersifat positif dan bisa menggugah perhatian siswa sangat diperlukan untuk membangun suasana yang optimal.

2) Menjaga kontak mata artinya setiap saat guru memerhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus.

3) Gerak mendekat artinya guru perlu memberi perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.

c. Memusatkan perhatian

Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses berlangsung guru bisa mempertahankan konsentrasi belajar siswa. Teknik yang dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa adalah dengan memusatkan perhatian siswa secara terus-menerus. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:

1) Memberikan ilustrasi-ilustrasi secara visual, misalnya dengan mengalihkan pandangan dari satu kegiatan ke kegiatan lain tanpa

memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa.

2) Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.

d. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas e. Memberi teguran dan penguatan

Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegur di antaranya:

1) Menegur diarahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas dengan perilaku yang menyimpang.

2) Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan-peringatan yang kasar atau bertendensi menghina atau mengejek. 8) Keterampilan pembelajaran perseorangan

Menurut Rusman (2013:91), pembelajaran individual adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa. Sedangkan menurut Sutikno (2013:58), membelajarkan secara perseorangan ialah kegiatan guru menghadapi banyak siswa yang masing-masing mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan guru serta memperoleh bantuan dan bimbingan guru secara perseorangan.

Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam pembelajaran perseorangan adalah : (Rusman, 2013:91-92)

b. Keterampilan mengorganisasi.

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi.

d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Anitah (2009:8.56), ada beberapa cara guru yang dapat dilakukan dalam keterampilan mengadakan pendekatan secara perorangan, antara lain : a. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, baik

dalam kelompok kecil maupun perorangan.

b. Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan oleh siswa.

c. Memberikan respons positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukakan siswa.

d. Membangun hubungan saling mempercayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verbal maupun nonverbal.

e. Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan untuk mendominasi atau mengambil alih tugas siswa.

f. Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.

g. Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

9) Keterampilan menutup pelajaran (closure skills)

Rusman (2013:92) mengemukakan bahwa menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan

pembelajaran. Komponen menutup pelajaran menurut Usman (dalam Rusman, 2013:92) adalah sebagai berikut:

a. Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan penutupan adalah :

a. Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat kesimpulan pembelajaran.

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, pengayaan, layanan bimbingan, memberikan tugas baik individu maupun kelompok.

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan guru dalam pembelajaran merupakan kemampuan guru dalam melatih, mengajar, membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya untuk berkembang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan sekitarnya. Dengan menguasai sembilan keterampilan guru, guru akan dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih baik serta mendorong siswa agar lebih aktif dan partisipatif dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti memadukan 9 keterampilan dasar guru dengan langkah pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan media audio visual menjadi indikator keterampilan guru. Indikator keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual adalah :

1) Membuka pelajaran. (keterampilan membuka pelajaran)

2) Memberikan pertanyaan pada siswa seputar materi pelajaran. (keterampilan bertanya)

3) Memberikan penguatan pada siswa. (keterampilan memberi penguatan) 4) Guru mengadakan variasi (keterampilan mengadakan variasi)

5) Menjelaskan materi pelajaran menggunakan media audio visual. (keterampilan menjelaskan)

6) Membimbing siswa dalam diskusi kelompok (keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil)

7) Mengkondisikan kelas pada kegiatan pembelajaran yang efektif. (keterampilan mengelola kelas)

8) Membimbing siswa secara perorangan. (keterampilan pembelajaran perorangan)

Dokumen terkait