• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA SEMARANG"

Copied!
291
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS

MELALUI MODEL RECIPROCAL TEACHING

DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA

KELAS IV SDN PUDAKPAYUNG 02 KOTA

SEMARANG

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SHIMA INDAH ROSITA NIM 1401411472

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Shima Indah Rosita

NIM : 1401411472

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau tulisan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 1 Juni 2015

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi atas nama Shima Indah Rosita, NIM 1401411472, dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota

Semarang” telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk diajukan ke Sidang

Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Selasa tanggal : 14 Juli 2015

Semarang, Juni 2015

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

(4)

iv

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi atas nama Shima Indah Rosita, NIM 1401411472, dengan judul

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota

Semarang” telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada :

hari : Jumat

tanggal : 21 Agustus 2015

Panitia Ujian Skripsi

Sekretaris

Penguji Utama

Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd NIP. 196203121988032001

Penguji I,

Dr. Eko Purwanti, M.Pd. NIP.195710261982032001

Penguji II,

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.

(Aristoteles)

Pendidikan bukanlah sesuatu yang diperoleh seseorang, tapi pendidikan adalah sebuah proses seumur hidup. (Gloria Steinem)

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga. (H. R Muslim)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (QS. Al Insyirah : 6)

(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya lah peneliti dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model

Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN

Pudakpayung 02 Kota Semarang” dengan baik. Skripsi ini merupakan syarat

akademis dalam menyelesaikan pendidikan SI Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian.

3. Dra. Hartati, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada penyusun untuk melakukan penelitian

4. Drs. Jaino, M.Pd. Dosen pembimbing yang telah sabar memberikan bimbingan, arahan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Dra. Kurniana Bektiningsih, M.Pd. Dosen penguji utama yang telah

memberikan saran dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi. 6. Dr. Eko Purwanti, M.Pd. Dosen penguji I yang telah memberikan saran dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

7. Toriyah, S.Pd, M.Si. Kepala SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang yang telah memberikan ijin penelitian.

(7)

vii

9. Seluruh siswa kelas IVA SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian.

10. Adikku Rully Artika dan Muhammad Rofi’Usy Syani yang telah memberikan dukungan dalam menyusun skripsi ini.

11. Teman-teman yang kusayangi Manggih Kingkin U., Tri Wahyuni, Umi Mahfundoh, Aminah Imanisatya P., Evi Septianawati, Saifa Dini D., Yoselyn Kristika, dan Suharmanto yang telah memberikan semangat dan dorongan dalam menyusun skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat berkah yang berlimpah dari Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan untuk semua pihak.

Semarang, 1 Juni 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Rosita, Shima Indah. 2015. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang. Skripsi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Jaino, M. Pd. 394 halaman.

Berdasarkan refleksi di kelas IVA SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang, ditemukan permasalahan yaitu pembelajaran IPS yang kurang optimal, model dan media pembelajaran kurang inovatif, siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan rendahnya hasil belajar IPS dengan ketuntasan klasikal sebanyak 21,7%. Salah satu solusi untuk memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah melalui model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar.

Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IVA. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik tes dan non tes. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan meningkatnya (a) keterampilan guru pada siklus I pertemuan I skor 19 (baik), pertemuan II skor 25 (baik), siklus II pertemuan I skor 31 (sangat baik), pertemuan II skor 34 (sangat baik); (b) aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I rata-rata skor 17,24 (cukup), pertemuan II rata-rata skor 21,5 (baik), pada siklus II pertemuan I rata-rata skor 23,7 (baik), pertemuan II rata-rata skor 24,2 (baik); (c) ketuntasan klasikal hasil belajar siklus I pertemuan I sebanyak 54,55%, pertemuan II sebanyak 63,64%. Pada siklus II pertemuan I sebanyak 68,18% dan pertemuan II sebanyak 81,82%.

Simpulan penelitian ini yaitu model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas IVA. Saran peneliti sebaiknya guru menerapkan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dalam kegiatan pembelajaran IPS.

(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR DIAGRAM ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Kajian Teori ... 12

2.1.1 Hakikat Belajar ... 12

(10)

x

2.1.3 Kualitas Pembelajaran ... 14

2.1.3.1 Keterampilan Guru ... 16

2.1.3.2 Aktivitas Siswa ... 29

2.1.3.3 Hasil Belajar ... 31

2.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

2.1.4.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 38

2.1.4.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial ... 39

2.1.4.4 Pembelajaran IPS di SD ... 40

2.1.4.5 Karakteristik Pembelajaran IPS ... 41

2.1.4.5.1 Materi Ilmu Pengetahuan Sosial ... 41

2.1.4.5.2 Strategi penyampaian pembelajaran IPS ... 44

2.1.5 Model Reciprocal Teaching ... 44

2.1.5.1 Pengertian Model Reciprocal Teaching ... 44

2.1.5.2 Sintaks Model Reciprocal Teaching ... 45

2.1.5.3 Kelebihan Model Reciprocal Teaching ... 46

2.1.6 Teori Belajar yang Mendukung Model Reciprocal Teaching ... 47

2.1.6.1 Teori Konstruktivisme ... 47

2.1.6.2 Teori Vygotsky ... 48

2.1.7 Media Pembelajaran ... 49

2.1.8 Implementasi Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Pembelajaran IPS di SD ... 53

(11)

xi

2.3 Kerangka Berfikir ... 58

2.4 Hipotesis Tindakan ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 62

3.1 Rancangan Penelitian ... 62

3.1.1 Perencanaan ... 63

3.1.2 Pelaksanaan Tindakan ... 63

3.1.3 Observasi ... 64

3.1.4 Refleksi ... 64

3.2 Siklus Penelitian ... 65

3.2.1 Siklus Pertama ... 65

3.2.1.1 Pertemuan I ... 65

3.2.1.2 Pertemuan II ... 68

3.2.2 Siklus Kedua ... 72

3.2.2.1 Pertemuan I ... 72

3.2.2.2 Pertemuan II ... 76

3.3 Subyek Penelitian ... 79

3.4 Lokasi Penelitian ... 79

3.5 Variabel Penelitian ... 79

3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 80

3.6.1 Sumber Data ... 80

3.6.2 Jenis Data ... 81

3.6.3 Teknik Pengumpulan Data ... 81

(12)

xii

3.7.1 Kuantitatif ... 83

3.7.2 Kualitatif ... 85

3.8 Indikator Keberhasilan ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

4.1 Hasil Penelitian ... 91

4.1.1 Kondisi Pra Siklus ... 91

4.1.2 Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 93

4.1.2.1 Perencanaan Siklus I Pertemuan I ... 93

4.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan I ... 94

4.1.2.3 Observasi Proses Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 97

4.1.2.4 Refleksi Siklus I Pertemuan I ... 114

4.1.2.5 Revisi Siklus I Pertemuan I ... 116

4.1.3 Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 118

4.1.3.1 Perencanaan Siklus I Pertemuan II ... 118

4.1.3.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pertemuan II ... 119

4.1.3.3 Observasi Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 122

4.1.3.4 Refleksi Siklus I Pertemuan II ... 139

4.1.3.5 Revisi Siklus I Pertemuan II ... 141

4.1.4 Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 142

4.1.4.1 Perencanaan Siklus II Pertemuan I ... 143

4.1.4.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan I ... 144

4.1.4.3 Observasi Proses Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 147

(13)

xiii

4.1.4.5 Revisi Siklus II Pertemuan I ... 166

4.1.5 Deskripsi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 167

4.1.5.1 Perencanaan Siklus II Pertemuan II ... 167

4.1.5.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pertemuan II ... 168

4.1.5.3 Observasi Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ... 171

4.1.5.4 Refleksi Siklus II Pertemuan II ... 186

4.1.5.5 Revisi Siklus II Pertemuan II ... 187

4.1.6 Rekapitulasi Data Hasil Pelaksanaan Tindakan ... 188

4.2 Pembahasan ... 195

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 195

4.2.1.1 Hasil Observasi Peningkatan Keterampilan Guru ... 195

4.2.1.2 Hasil Observasi Peningkatan Aktivitas Siswa ... 203

4.2.1.3 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 208

4.2.2 Uji Hipotesa ... 211

4.2.3 Implikasi Hasil Penelitian ... 212

BAB V PENUTUP ... 214

5.1 Simpulan ... 214

5.2 Saran ... 216

DAFTAR PUSTAKA ... 218

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Kelas IV Semester I ... 42

Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kelas IV Semester II ... 43

Tabel 3.1 SK, KD, Indikator Siklus I Pertemuan I ... 66

Tabel 3.2 SK, KD, Indikator Siklus I Pertemuan II ... 69

Tabel 3.3 SK, KD, Indikator Siklus II Pertemuan I ... 73

Tabel 3.4 SK, KD, Indikator Siklus II Pertemuan II ... 76

Tabel 3.5 Kriteria Keberhasilan Siswa ... 84

Tabel 3.6 KKM SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang ... 84

Tabel 3.7 Kualifikasi Kriteria Keberhasilan Keterampilan Guru ... 86

Tabel 3.8 Kualifikasi Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa ... 87

Tabel 3.9 Kualifikasi Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Ranah Afektif ... 88

Tabel 3.10 Kualifikasi Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... 89

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan I ... 98

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 104

Tabel 4.3 Analisis Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan I ... 108

Tabel 4.4 Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan I ... 109

Tabel 4.5 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan I ... 112

Tabel 4.6 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan II ... 123

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ... 128

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan II ... 133

(15)

xv

Tabel 4.10 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan II ... 137

Tabel 4.11 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan I ... 147

Tabel 4.12 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ... 153

Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan I ... 158

Tabel 4.14 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan I ... 160

Tabel 4.15 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan I ... 162

Tabel 4.16 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan II ... 172

Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ... 176

Tabel 4.18 Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan II ... 181

Tabel 4.19 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan II ... 182

Tabel 4.20 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan II ... 185

Tabel 4.21 Rekapitulasi Data Siklus I dan Siklus II ... 188

Tabel 4.22 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 191

Tabel 4.23 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Afektif Siswa ... 192

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Hasil observasi keterampilan guru siklus I pertemuan I ... 98

Diagram 4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 105

Diagram 4.3 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Data Awal dan Siklus I Pertemuan I ... 108

Diagram 4.4 Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan I ... 110

Diagram 4.5 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan I ... 112

Diagram 4.6 Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan II ... 124

Diagram 4.7 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ... 129

Diagram 4.8 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I Pertemuan I dan Siklus I Pertemuan II ... 133

Diagram 4.9 Hasil Belajar Afektif Siklus I Pertemuan II ... 135

Diagram 4.10 Hasil Belajar Psikomotor Siklus I Pertemuan II ... 137

Diagram 4.11 Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan I ... 148

Diagram 4.12 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ... 154

Diagram 4.13 Perbandingan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I Pertemuan I dan Siklus I Pertemuan II ... 159

Diagram 4.14 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan I ... 160

Diagram 4.15 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan I ... 163

Diagram 4.16 Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan II ... 172

Diagram 4.17 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ... 177

(18)

xviii

Diagram 4.19 Hasil Belajar Afektif Siklus II Pertemuan II ... 183

Diagram 4.20 Hasil Belajar Psikomotor Siklus II Pertemuan II ... 185

Diagram 4.21 Perolehan Skor Keterampilan Guru ... 189

Diagram 4.22 Perolehan Skor Aktivitas Siswa ... 190

Diagram 4.23 Rekapitulasi Persentase Data Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II ... 192

Diagram 4.24 Rekapitulasi Data Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II ... 193

(19)

xix

DAFTAR GRAFIK

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Penelitian ... 222

Lampiran 2 Perangkat Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ... 236

Lampiran 3 Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan I ... 266

Lampiran 4 Perangkat Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ... 276

Lampiran 5 Hasil Pengamatan Siklus I Pertemuan II ... 299

Lampiran 6 Perangkat Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ... 309

Lampiran 7 Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan I ... 331

Lampiran 8 Perangkat Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ... 341

Lampiran 9 Hasil Pengamatan Siklus II Pertemuan II ... 360

Lampiran 10 Data Hasil Belajar Siswa ... 370

Lampiran 11 Hasil Catatan Lapangan ... 373

Lampiran 12 Bukti Fisik Hasil Belajar Siswa Nilai Terendah dan Nilai Tertinggi ... 378

Lampiran 13 Surat-surat Penetapan KKM, Ijin Penelitian, dan Keterangan Penelitian ... 383

(21)

1

1.1

LATAR BELAKANG MASALAH

Pelaksanaan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa, baik potensi dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Pertama (SMP) berusaha memberikan wawasan secara komprehensif tentang peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu-isu sosial.

(22)

Menurut Sapriya (2012:7), IPS merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Sama halnya dengan Sapriya (2012:7), Trianto (2007:124) menyatakan bahwa IPS merupakan integrasi dari cabang ilmu-ilmu sosial seperti : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdislipiner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya).

Kedudukan IPS yang penting tersebut jelas memiliki tujuan untuk mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada para siswa di sekolah untuk mengembangkan diri sesuai bakat, minat, kemampuan dan mampu memahami fenomena sosial di sekitar lingkungannya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006, tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

(23)

Pasal 1 Ayat (1), standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dalam meningkatkan proses pembelajaran salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Etzioni (dalam Daryanto 2010:57) kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya.

(24)

kisi-kisi tes, bukan menekankan pembelajaran yang bermakna. Sebagai hasil praktik pendidikan tersebut, siswa hanya akan menerima nilai tes yang baik sehingga tingkat kesiapan siswa untuk aktif masih kurang.

Berdasarkan refleksi peneliti pada saat mengajar kelas IVA di SDN Pudakpayung 02 kualitas pembelajaran IPS belum maksimal. Hal ini terlihat dari pembelajaran IPS di kelas IVA SDN Pudakpayung 02 masih Teacher Centered. Guru sudah menggunakan media yang menunjang siswa dalam kegiatan belajar tetapi belum dapat menarik perhatian siswa secara penuh. Guru belum dapat mengembangkan model pembelajaran yang menarik. Selain itu guru kurang melibatkan siswa selama pembelajaran. Guru juga kurang mengkondisikan siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok.

Dari segi siswa, pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang kurang memperhatikan guru. Siswa lebih banyak yang bercerita sendiri dengan temannya. Siswa juga kurang aktif pada saat proses pembelajaran, hal ini dapat dilihat dari masih banyak siswa yang kurang berminat untuk bertanya seputar materi pelajaran yang kurang dipahami.

(25)

18 siswa (78,26%) belum tuntas atau nilainya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai terendah dari data yang diperoleh adalah 25 dan nilai tertinggi 95 dengan rata-rata kelas yaitu 56,26. Dengan melihat data hasil belajar, pelaksanaan mata pelajaran tersebut perlu proses pembelajaran untuk ditingkatkan kualitasnya, agar siswa lebih antusias dan aktif dalam pembelajaran IPS sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.

Melihat permasalahan tersebut, untuk meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa diperlukan solusi yang tepat. Adapun solusi tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan media audio visual pada saat pembelajaran IPS. Hasil yang

(26)

penemuan. Dengan menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang sedang dibahas, siswa akan lebih mudah dalam mengingat suatu konsep. Selain menggunakan model pembelajaran, kegiatan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching perlu memanfaatkan media audio visual.

Penggunaan media audio visual ini sangat efektif untuk kegiatan pembelajaran, karena media audio visual mengandung unsur suara dan gerak. Sehingga siswa dapat dengan mudah memahami isi dari pelajaran. Selain itu media audio visual juga dapat menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dari awal hingga akhir. Menurut Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2007:16) audio visual mempunyai manfaat 3 ranah pemikiran yaitu dari aspek kognitif (menambah rasa ingin tahu), afektif akan membentuk sikap anak didik dan psikomotor (memberikan berbagai pelatihan). Media ini sangat cocok untuk anak usia SD yakni pada tahap operasional kongkrit (antara 7 sampai 11 tahun) karena pada masa-masa ini anak akan tertarik dengan hal-hal baru dan kemampuan untuk berfikir secara logis mulai berkembang.

Pemilihan model pembelajaran Reciprocal Teaching juga didasari oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Mahardika yang diterbitkan dalam jurnal

(vol. 1 tahun 2013) dengan judul penelitian “Penerapan Metode Reciprocal Teaching Berbantuan Kartu Angka untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

(27)

Penerapan Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pelajaran IPS di Kelas IV SD”. Berdasarkan hasil kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan selama II siklus dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Ariestyawati dalam penelitiannya yang diterbitkan dalam jurnal (vol. 3, no.

1, tahun 2014) dengan judul “Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan Media Audiovisual pada Siswa Kelas II” mengatakan bahwa dengan menggunakan media audio visual, dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Siswa sudah berani bertanya dengan bahasa yang baik dan mengeluarkan tanggapan-tanggapan yang dinilai sudah baik.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar

siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti akan

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Melalui Model Reciprocal Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang”.

1.2

RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan, kita dapat mengetahui penyebab kurang berhasilnya proses pembelajaran IPS. Oleh karena itu, yang menjadi fokus perumusan masalah yang akan peneliti kemukakan

(28)

model Reciprocal Teaching dengan media audio visual pada siswa kelas IV SDN

Pudakpayung 02 Kota Semarang?“

Adapun rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut :

1. Apakah dengan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang?

2. Apakah dengan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang?

3. Apakah dengan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang?

1.2.2 Pemecahan Masalah

Dengan melihat keterampilan guru yang rendah, aktivitas siswa dalam pembelajaran IPS belum maksimal, serta hasil belajar yang masih rendah maka perlu diambil tindakan melalui model Reciprocal Teaching dengan media audio visual, adapun langkah-langkah tindakan tersebut adalah :

1. Siswa mengamati video melalui media audio visual.

2. Siswa membuat pertanyaan tentang video yang diamati. (Questioning) 3. Siswa membuat prediksi mengenai materi yang sedang dibahas.

(Predicting)

(29)

5. Siswa secara berkelompok mendiskusikan materi yang telah diberikan guru dan menjelaskan materi yang dipelajari kepada siswa lain.

6. Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang belum dipahami siswa. (Clarifying)

7. Siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) secara berkelompok.

8. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

9. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil dari kegiatan diskusi. (Summarizing)

1.3

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1.3.1 Tujuan Umum

Mendeskripsikan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang melalui model Reciprocal Teaching dengan media audio visual.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang melalui model Reciprocal Teaching dengan media audio visual.

(30)

3. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Pudakpayung 02 Kota Semarang melalui model Reciprocal Teaching dengan media audio visual.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini ada dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Secara terperinci akan dijelaskan sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik, di antaranya dapat memberikan solusi nyata untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik untuk menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran IPS atau mata pelajaran lain. Penelitian ini juga dapat dijadikan bahan referensi atau pendukung teori untuk kegiatan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPS. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di pendidikan sekolah dasar.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

(31)

b. Bagi Guru

Penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching dengan media audio visual sebagai sarana bagi guru untuk mampu mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, menjadikan guru dapat memecahkan masalah-masalah dalam proses pembelajaran, dan membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat menjadi panduan bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang ada di sekolah, khususnya pada mata pelajaran IPS. d. Bagi Peneliti

(32)

62

2.1 KAJIAN TEORI

2.1.1 Hakikat Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru. (Rusman 2013:83)

Menurut Surya (dalam Rusman 2013:85), belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Sutikno (2013:3), belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:2) adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

(33)

pengetahuan atau keterampilan melalui instruksi. Instruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru. (Susanto, 2014:1-2). Sedangkan E.R. Hilgard dalam Susanto (2014:3) mengemukakan belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Sementara Hamalik menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. (Susanto, 2014:3-4)

Dari penjelasan mengenai belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan yang baru melalui pengalamannya sendiri dengan lingkungan di sekitarnya. 2.1.2 Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). (Susilana dan Riyana, 2009:1)

(34)

cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara-cara mengorganisasikan materi pelajaran, menyampaikan materi pelajaran, dan mengelola pembelajaran. (Sutikno 2013:31-32)

Menurut Rusman (2013:93), pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran. Sedangkan menurut Warsita (dalam Sutikno, 2013:93) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Pembelajaran itu menunjukkan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru.

Menurut Hamalik (2008:57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pendapat-pendapat di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi antara guru dengan siswa supaya terjadi kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar.

2.1.3 Kualitas Pembelajaran

(35)

2004:7). Sedangkan menurut Uno (2011:153) kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula.

Sementara itu menurut Etzioni (dalam Daryanto 2010:57) kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau keefektifan. Secara definitif, efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. (Daryanto 2010:57)

Indikator kualitas pembelajaran dapat dilihat antara lain dari perilaku pembelajaran pendidik guru (teacher educator’s behavior), perilaku dan dampak belajar siswa (student teacher’s behavior), iklim pembelajaran (learning climate), materi pembelajaran, media pembelajaran, dan sistem pembelajaran (Depdiknas 2004:7)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran adalah tingkat pencapaian pembelajaran yang berupa peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

(36)

dalamnya. Dalam penelitian ini, dari ketujuh komponen masuk dalam 3 variabel yaitu keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar. Berikut ini peneliti membahas lebih lanjut komponen kualitas pembelajaran yaitu:

2.1.3.1 Keterampilan Guru

Menurut Djamarah (2010:99), kedudukan guru mempunyai arti penting dalam pendidikan. Seorang guru harus memiliki berbagai keterampilan yang diharapkan dapat membantu dalam menjalankan tugasnya dalam interaksi edukatif. Keterampilan dasar mengajar adalah keterampilan yang mutlak harus guru punyai. Dengan pemilikan keterampilan dasar mengajar ini diharapkan guru dapat mengoptimalkan peranannya di kelas.

Menurut Rusman (2013:80), keterampilan dasar mengajar pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara terencana dan profesional. Keterampilan dasar mengajar guru secara aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui 9 keterampilan mengajar, yakni:

1) Keterampilan membuka pelajaran (set induction skills)

(37)

a. Menarik perhatian siswa dengan gaya mengajar, penggunaan media pembelajaran, dan pola interaksi pembelajaran yang bervariasi.

b. Menimbulkan motivasi, disertasi kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, dan memerhatikan minat atau interes siswa.

c. Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan mengajukan beberapa pertanyaan.

d. Memberi apersepsi (memberi kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari), sehingga materi yang dipelajari merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak terpisah-pisah.

2) Keterampilan bertanya (questioning skills)

Menurut Sanjaya (2008:33), keterampilan bertanya, bagi seorang guru merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai. Sebab melalui keterampilan ini guru dapat menciptakan suasana pembelajaran lebih bermakna.

Komponen-komponen keterampilan bertanya meliputi (Rusman, 2013:83): a. Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat.

b. Pemberian acuan. Guru dapat memberikan jawaban acuan sebelum masuk pada jawaban yang diinginkan.

(38)

d. Pemindahan giliran.

e. Penyebaran. Idealnya pertanyaan diberikan ke kelas terlebih dahulu, sehingga semua siswa berpikir (memikirkan jawaban), setelah itu pertanyaan disebar untuk meberikan kesempatan pada semua siswa.

f. Pemberian waktu berpikir. g. Pemberian tuntunan.

3) Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills)

Guru yang baik harus selalu memberikan penguatan, baik dalam bentuk penguatan verbal (diungkapkan dengan kata-kata langsung seperti seratus, exellent, bagus, pintar, ya, betul, tepat sekali, dan sebagainya), maupun nonverbal

(biasanya dilakukan dengan gerak, isyarat, sentuhan, elusan, pendekatan, dan sebagainya, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas perbuatan yang baik sebagai suatu tindakan dorongan, sehingga perbuatan tersebut terus diulang. (Rusman, 2013:84)

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:227) ada beberapa jenis komponen keterampilan memberi penguatan antara lain:

a. Penguatan verbal. Berupa kata atau kalimat yang disampaikan guru, contoh:

“baik, bagus, seratus untuk kamu, itu baru jempol” dan lain sebagainya.

(39)

c. Penguatan dengan cara mendekat ke arah siswa, misalnya berdiri atau duduk di samping siswa yang sedang berdiskusi, sedang praktik keterampilan dan lain-lain.

d. Penguatan dengan sentuhan, misalnya dengan menepuk-nepuk pundak siswa, menjabat tangan siswa, pada anak-anak kecil dapat dilakukan dengan mengusap rambut kepala siswa.

e. Penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan, misalnya siswa yang berhasil diminta untuk memimpin kegiatan, membantu rekan lain yang mengalami kesulitan belajar.

f. Penguatan berupa tanda atau benda, misal memberi tanda bintang (dapat dipajang di kelas), memberi komentar pujian pada buku Lembar Kegiatan Siswa (LKS), buku PR siswa, atau buku rapor siswa.

4) Keterampilan mengadakan variasi (variation skills)

Menurut Sanjaya (2008:38) variasi adalah keterampilan guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik perhatian, tidak membosankan sehingga siswa menunjukkan sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah dan berpartisipasi aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Ada tiga jenis variasi yang diberikan guru kepada siswa antara lain:

(40)

b) Variasi dalam menggunakan media atau alat bantu pembelajaran, misalnya guru menggunakan media visual, audio, maupun audio visual agar pesan atau materi yang diberikan guru dapat diterima dengan mudah oleh siswa.

c) Variasi dalam berinteraksi, guru perlu membangun interaksi yang multiarah secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa yang berinteraksi dengan lingkungannya.

Suyono dan Hariyanto (2011:229) menyebutkan beberapa variasi dalam gaya mengajar guru, antara lain:

a. Variasi suara: keras-lembut, cepat-lambat, tinggi-rendah, besar-kecil volume suara;

b. Pemusatan perhatian: secara verbal, isyarat atau dengan menggunakan model;

c. Kesenyapan, terutama jika anak-anak mulai bising dan hingar-bingar, tidak terkendali, guru dapat berdiri diam tanpa suara untuk beberapa saat sampai anak-anak hening kembali.

d. Kontak pandang: untuk meningkatkan hubungan dengan siswa dan menghindarkan hal-hal yang bersifat impersonal, pandanglah mata siswa dengan seksama dan lembut;

(41)

f. Perubahan posisi guru, dari duduk menjadi berjalan mendekat dan sebagainya, hal ini harus dilakukan secara wajar dan tidak menimbulkan kesan mengancam atau menakut-nakuti siwa;

g. Perubahan metode mengajar misalnya dari gaya klasikal menjadi pengaktifan kelompok kecil, dari ceramah menjadi tanya-jawab dan sebagainya;

h. Variasi dalam membagi perhatian, artinya guru mampu membagi perhatiannya kepada sejumlah kegiatan pembelajaran yang berlangsung bersamaan.

i. Penggunaan selingan pemecah kebekuan (ice breaker) berupa humor-humor segar untuk mencairkan suasana.

Variasi dalam penggunaan media, sumber belajar dan bahan-bahan pembelajaran misalnya dengan menggunakan:

a. Media dan bahan pembelajaran yang dapat didengarkan (oral dan auditori) b. Media dan bahan pembelajaran yang dapat dilihat dan didengarkan (audio

visual)

c. Media taktil yang dapat disentuh, diraba, atau dimanipulasikan seperti prototipe, model

d. Variasi multimedia dan sumber belajar.

5) Keterampilan menjelaskan (explaining skills)

(42)

sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu dengan yang lainnya, misalnya sebab akibat.

Komponen-komponen dalam keterampilan menjelaskan adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan. Penjelasan yang dilakukan guru perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi materi dan aktivitas siswa itu sendiri.

b. Penyajian suatu penjelasan. Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memerhatikan hal-hal seperti: kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, penggunaan balikan.

6) Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil

Rusman (2013:89) menjelaskan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memfasilitasi sistem pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa secara berkelompok.

Komponen-komponen dalam membimbing diskusi kelompok, yaitu: a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topik diskusi.

b. Memperjelas masalah untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam memimpin diskusi seorang guru perlu memperjelas atau menguraikan permasalahan, meminta komentar siswa, dan menguraikan gagasan siswa dengan memberikan informasi tambahan agar kelompok peserta diskusi memperoleh pengertian yang lebih jelas.

(43)

d. Meningkatkan urunan siswa, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, memberikan contoh dengan tepat, dan memberikan waktu untuk berpikir dan memberikan urun pendapat siswa dengan penuh perhatian. e. Memberikan kesempatan untuk berpartisipasi.

f. Menutup diskusi.

g. Hal-hal yang perlu dihindarkan adalah mendominasi/monopoli pembicaraan dalam diskusi, serta membiarkan terjadinya penyimpangan dalam diskusi. 7) Keterampilan mengelola kelas

Menurut Usman (dalam Rusman, 2013:90), pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian perilaku siswa yang memindahkan perhatian kelas, memberikan ganjaran bagi siswa yang tepat waktu dalam menyelesaikan tugas atau penetapan norma kelompok yang produktif.

Komponen-komponen dalam mengelola kelas adalah :

a. Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal.

b. Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Teknik-teknik yang dapat dilakukan guru dalam mengelola kelas menurut Sanjaya (2011:45) adalah sebagai berikut :

(44)

Menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar berada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran.

b. Menunjukkan sikap tanggap

Untuk memberikan kesan tanggap ini bisa dilakukan dengan berbagai cara di antaranya :

1) Memberikan komentar baik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari maupun terhadap perilaku siswa. Komentar yang bersifat positif dan bisa menggugah perhatian siswa sangat diperlukan untuk membangun suasana yang optimal.

2) Menjaga kontak mata artinya setiap saat guru memerhatikan siswa melalui pandangan secara terus-menerus.

3) Gerak mendekat artinya guru perlu memberi perhatian khusus baik kepada individu maupun kepada kelompok.

c. Memusatkan perhatian

Kondisi belajar mengajar akan dapat dipertahankan manakala selama proses berlangsung guru bisa mempertahankan konsentrasi belajar siswa. Teknik yang dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa adalah dengan memusatkan perhatian siswa secara terus-menerus. Pemusatan perhatian dapat dilakukan dengan:

(45)

memutuskan kontak pandang baik terhadap kelompok maupun terhadap individu siswa.

2) Memberikan komentar secara verbal melalui kalimat-kalimat yang segar tanpa keluar dari konteks materi pelajaran yang sedang dibahas.

d. Memberikan petunjuk dan tujuan yang jelas e. Memberi teguran dan penguatan

Teguran diperlukan sebagai upaya memodifikasi tingkah laku. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menegur di antaranya:

1) Menegur diarahkan kepada siswa yang benar-benar mengganggu kondisi kelas dengan perilaku yang menyimpang.

2) Menegur dilakukan secara verbal dengan menghindari peringatan-peringatan yang kasar atau bertendensi menghina atau mengejek. 8) Keterampilan pembelajaran perseorangan

Menurut Rusman (2013:91), pembelajaran individual adalah pembelajaran yang paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa. Sedangkan menurut Sutikno (2013:58), membelajarkan secara perseorangan ialah kegiatan guru menghadapi banyak siswa yang masing-masing mendapat kesempatan untuk bertatap muka dengan guru serta memperoleh bantuan dan bimbingan guru secara perseorangan.

Komponen-komponen yang perlu dikuasai guru dalam pembelajaran perseorangan adalah : (Rusman, 2013:91-92)

(46)

b. Keterampilan mengorganisasi.

c. Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar, yaitu memungkinkan guru membantu siswa untuk maju tanpa mengalami frustasi.

d. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Anitah (2009:8.56), ada beberapa cara guru yang dapat dilakukan dalam keterampilan mengadakan pendekatan secara perorangan, antara lain : a. Menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan siswa, baik

dalam kelompok kecil maupun perorangan.

b. Mendengarkan secara simpatik gagasan yang dikemukakan oleh siswa.

c. Memberikan respons positif terhadap buah pikiran/perasaan yang dikemukakan siswa.

d. Membangun hubungan saling mempercayai yang dapat diciptakan oleh guru dengan berbagai cara, baik verbal maupun nonverbal.

e. Menunjukkan kesiapan untuk membantu siswa tanpa kecenderungan untuk mendominasi atau mengambil alih tugas siswa.

f. Menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian dan keterbukaan.

g. Berusaha mengendalikan situasi hingga siswa merasa aman, penuh pemahaman, merasa dibantu, serta merasa menemukan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi.

9) Keterampilan menutup pelajaran (closure skills)

(47)

pembelajaran. Komponen menutup pelajaran menurut Usman (dalam Rusman, 2013:92) adalah sebagai berikut:

a. Meninjau kembali penguasaan materi pokok dengan merangkum atau menyimpulkan hasil pembelajaran.

b. Melakukan evaluasi antara lain dengan cara mendemonstrasikan keterampilan, mengaplikasikan ide baru pada situasi lain, mengeksplorasi pendapat siswa sendiri, dan memberikan soal-soal tertulis.

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan bahwa yang dilakukan guru dalam kegiatan penutupan adalah :

a. Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat kesimpulan pembelajaran.

b. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, pengayaan, layanan bimbingan, memberikan tugas baik individu maupun kelompok.

e. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

(48)

dengan lingkungan sekitarnya. Dengan menguasai sembilan keterampilan guru, guru akan dapat melaksanakan pembelajaran yang lebih baik serta mendorong siswa agar lebih aktif dan partisipatif dalam pembelajaran.

Dalam penelitian ini, peneliti memadukan 9 keterampilan dasar guru dengan langkah pembelajaran model Reciprocal Teaching dengan media audio visual menjadi indikator keterampilan guru. Indikator keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS menggunakan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual adalah :

1) Membuka pelajaran. (keterampilan membuka pelajaran)

2) Memberikan pertanyaan pada siswa seputar materi pelajaran. (keterampilan bertanya)

3) Memberikan penguatan pada siswa. (keterampilan memberi penguatan) 4) Guru mengadakan variasi (keterampilan mengadakan variasi)

5) Menjelaskan materi pelajaran menggunakan media audio visual. (keterampilan menjelaskan)

6) Membimbing siswa dalam diskusi kelompok (keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil)

7) Mengkondisikan kelas pada kegiatan pembelajaran yang efektif. (keterampilan mengelola kelas)

8) Membimbing siswa secara perorangan. (keterampilan pembelajaran perorangan)

(49)

2.1.3.2 Aktivitas Siswa

Menurut Sardiman (2012:99) dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Menurut Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2012:101) menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, dan melihat pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain : melakukan

(50)

7) Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, seperti misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.

Berdasarkan konsep tentang aktivitas belajar siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku pada diri siswa. Aktivitas dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual yang meliputi visual avtivities, oral activities, listening activities, writing activities, motor activities, emotional ectivities, dan mental activities. Sedangkan indikator

keberhasilan aktivitas siswa yang akan dikembangkan menjadi instrumen penelitian dalam pembelajaran menggunakan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual meliputi :

1) Mempersiapkan diri untuk menerima pelajaran. (emotional activities)

2) Memperhatikan penjelasan guru. (Listening activities)

3) Menyimak materi pelajaran yang ditayangkan dengan media audio visual. (visual activities)

(51)

5) Bertanya tentang materi yang sedang dibahas. (oral activities dan emotional activities)

6) Menanggapi jawaban atau pendapat teman. (oral activities) 7) Mengerjakan evaluasi. (writing activities)

2.1.3.3 Hasil Belajar

Menurut Susanto (2014:5), hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Anni dan Rifa’i (2009:85) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kesulitan belajar. Sedangkan menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2012:5-6) hasil belajar berupa :

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bahasa, baik secara lisan maupun tertulis

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif

4) Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otoatisme gerak jasmani

(52)

Sudjana (2012:22) mengemukakan bahwa dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klarifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ketiga ranah tersebut adalah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Ranah Kognitif

Uno dan Mohammad (2011:56) mengungkapkan bahwa kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:6), menyebutkan pada ranah kognitif dari taksonomi Bloom revisi memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Berikut ini adalah dimensi proses kognitif berisikan 6 kategori yang terdiri dari:

a. Mengingat, proses mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah karena pengetahuan tersebut dipakai dalam tugas yang lebih kompleks.

(53)

c. Mengaplikasikan, berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

d. Menganalisis, proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antar setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

e. Mengevaluasi, membuat keputusan berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria yang digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi.

f. Mencipta, melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren atau fungsional. (Anderson dan Krathwohl, 2010:99-128)

2) Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks. (Sudjana,2012:30) :

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima

(54)

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

Menurut Fitri (2012:40) ada 18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam menentukan keberhasilan pendidikan karakter, yaitu: (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; (18) tanggung jawab.

(55)

a. Jujur dengan deskriptor meliputi tidak menyontek atau memberi contekan saat mengerjakan soal evaluasi, mengerjakan tugas dengan benar, menegur teman yang berbuat curang, dan mengerjakan soal evaluasi secara mandiri.

b. Disiplin dengan deskriptor siswa hadir tepat waktu, tertib selama mengikuti pembelajaran, mengumpulkan tugas dengan tepat waktu, dan menjaga ketertiban kelas.

c. Komunikatif dengan deskriptor yang meliputi tidak membeda-bedakan teman saat diskusi kelompok, mengerjakan tugas bersama dengan anggota kelompok, mengeluarkan pendapat/pertanyaan, dan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.

d. Tanggung jawab dengan deskriptor meliputi mengerjakan tugas dengan baik, mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama, mengerjakan LKS, dan mengerjakan soal evaluasi

3) Ranah Psikomotorik

Sudjana (2012:30) mengemukakan bahwa hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.

(56)

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan.

e) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu tujuan dalam pembelajaran yang terdapat aspek-aspek yaitu aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Adapun indikator hasil belajar dalam pembelajaran IPS menggunakan model Reciprocal Teaching dengan media audio visual adalah sebagai berikut :

Ranah Kognitif

1. Menjelaskan pengertian teknologi

2. Mengidentifikasi macam-macam teknologi produksi

3. Membandingkan teknologi produksi masa kini dengan masa terdahulu 4. Menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi

5. Mengidentifikasi macam-macam teknologi komunikasi

6. Menjelaskan kegunaan teknologi komunikasi dalam kehidupan sehari-hari 7. Membandingkan teknologi komunikasi masa kini dengan masa terdahulu 8. Menjelaskan perkembangan teknologi transportasi

9. Mengidentifikasi macam-macam teknologi transportasi

(57)

12. Menjelaskan kelebihan teknologi 13. Menjelaskan kekurangan teknologi

Ranah afektif 1. Jujur

2. Disiplin 3. Komunikatif 4. Tanggung jawab

Ranah Psikomotorik

1. Membuat bagan alur proses produksi.

2. Membuat bagan perkembangan teknologi komunikasi. 3. Membuat bagan perkembangan teknologi transportasi. 4. Membuat bagan kelebihan dan kekurangan teknologi. 2.1.4 Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

2.1.4.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Susanto (2014 : 137) ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah.

(58)

Sama halnya dengan Trianto, Taneo (2010:1.8) IPS adalah fusi dari disiplin ilmu-ilmu sosial. Pengertian fusi disini berati bahwa IPS merupakan suatu bidang studi utuh yang tidak terpisah-pisah dalam kotak-kotak disiplin ilmu yang ada. Artinya, bahwa bidang studi IPS tidak lagi mengenal adanya pelajaran geografi, ekonomi, sejarah secara terpisah, melainkan semua disiplin tersebut diajarkan secara terpadu.

Menurut Depdiknas (2007) IPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditunjukkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya yang berhubungan langsung dengan manusia dan kehidupan sosialnya.

2.1.4.2 Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Menurut Taneo (2010:1.26) tujuan mempelajari ilmu pengetahuan sosial di Indonesia untuk memberikan pengetahuan yang merupakan kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali atau mengenal ide-ide atau penemuan yang telah dialami dalam bentuk yang sama atau dialami sebelumnya.

(59)

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Tujuan pengajaran IPS menurut Sumaatmadja dalam (Taneo, 2010:1.28-1.29) adalah :

1. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

2. Membekali anak didik dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan dengan berbagai keilmuan serta berbagai keahlian. 3. Membekali anak didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan integralnya.

4. Membekali anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan masyarakat, perkembangan ilmu dan teknologi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPS bertujuan agar siswa mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat sehingga bermanfaat bagi perkembangan siswa dalam hidup bermasyarakat di masa sekarang dan yang akan datang.

2.1.4.3 Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial

(60)

sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi dan aspek politik, dan ruang lingkup kelompoknya, meliputi keluarga, rukun tetangga, rukun kampung, warga desa, organisasi masyarakat, sampai ke tingkat bangsa. Ditinjau dari ruangnya, meliputi tingkat lokal, regional sampai ke tingkat global. Sedangkan dari proses interaksi sosialnya, meliputi interaksi dalam bidang kebudayaan, politik, dan ekonomi.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS dalam Standar isi dan Standar Kompetensi Lulusan meliputi aspek-aspek sebagai berikut manusia, tempat, dan lingkungan; waktu, keberlanjutan, dan perubahan; sistem sosial dan budaya; perilaku ekonomi dan kesejahteraan (Depdiknas, 2007).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS adalah kehidupan manusia di masyarakat dalam konteks sosial dengan ada berbagai macam aspek, ruang, dan proses interaksi sosialnya.

Materi yang peneliti ambil dalam penelitian ini yaitu tentang “Teknologi

Produksi, Komunikasi dan Transportasi” masuk ke dalam ruang lingkup manusia, waktu, dan perubahan.

2.1.4.4 Pembelajaran IPS di SD

Menurut Savage dan Armstrong (dalam Sapriya, 2009:80) empat pendekatan untuk mendorong siswa mengembangkan kemampuan berfikir dalam IPS ialah kemampuan berfikir kreatif (creative thinking), berfikir kritis (critical thingking), kemampuan memecahkan masalah (problem solving), dan kemampuan

(61)

menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD agar siswa mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan kehidupan sosial.

c) Mempunyai komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.

2.1.4.5 Karakteristik Pembelajaran IPS

Menurut Hidayati, dkk (2008:26) bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Kata terpadu mengandung arti bahwa materi IPS diambil dari ilmu-ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu. IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial, jadi dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yaitu dari segi materi, strategi penyampaian, dan objek yang dikaji berbeda dengan bidang studi lainnya. Karakteristik pembelajaran IPS di Sekolah Dasar dapat dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya:

2.1.4.5.1 Materi Ilmu Pengetahuan Sosial

(62)

sebagai sumber dan obyeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan.

Adapun lima sumber materi Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut:

1) Segala sesuatu atau apa saja ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

2) Kegiatan manusia, misalnya mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.

3) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai terjauh.

4) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang luar biasa.

5) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi dari makanan, pakaian, permainan dan keluarga.

[image:62.595.103.519.637.741.2]

Adapun materi IPS kelas tinggi khususnya kelas IV adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Standar Kompetensi Kelas IV Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di

Gambar

Tabel 2.1 Standar Kompetensi Kelas IV Semester I
Tabel 2.2 Standar Kompetensi Kelas IV Semester II
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembuangan limbah industri yang mengandung logam berat dapat mencemari lingkungan perairan.. Pengolahan limbah logam berat dapat dilakukan dengan metode

Penelitian ini di lakukan pada kelas VIII SMP satu atap dengan jumlah siswa 224 orang dan sampel 64 orang dengan menggunakan Interactive Multi Media Instruction (IMMI)

pada butir a dan butir b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan tentang Bentuk, Spesifikasi, Pencetakan, dan Pendistribusian

a. Mempersiapkan diri dalam menerima pelajaran, memperoleh skor 120 dengan rata-rata 3,15.. bisa mengikuti pelajaran dengan disiplin. Siswa yang memperoleh skor 2 yaitu FAN, AC,

“Eksperimentasi Model Pembelajaran Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together dengan Pendekatan Matematika Realistik Pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang

Terlihat pada blok diagram di atas bahwa sistem catu daya digital ini terdiri dari beberapa subsistem, yaitu rangkaian buck converter, mikrokontroler Arduino Mega 2560,

[r]

TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR BOYOLALI..