KAJIAN PUSTAKA A.Landasan Teori
3. Keterampilan Menulis Tegak Bersambung a.Pengertian Menulis Tegak Bersambung a.Pengertian Menulis Tegak Bersambung
Menulis tegak bersambung merupakan bagian dari materi menulis. Materi menulis tegak bersambung merupakan salah satu aktivitas menulis permulaan. Menurut Mulyana (dalam Delmawati, 2015) menulis tegak bersambung merupakan
18
kegiatan menghasilkan huruf yang saling bersambung satu dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Pendapat Mulyana sependapat dengan Tompkins (1991: 480), “Cursive handwriting are joined together the letters to form a word with
continuous movement”, artinya Menulis tegak bersambung akan menggabungkan huruf membentuk kata dengan gerakan berkelanjutan.
Senada dengan Mulyana dan Tompkins, Elis (dalam Ayun, dkk, 2016) menyebutkan menulis tegak bersambung adalah menulis dengan menyambungkan huruf-huruf sesuai dengan aturan yang berlaku. Hasil tulisan dari menulis tegak bersambung tersebut, hendaknya rapi, dapat terbaca dan saling bersambung setiap hurufnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan menulis tegak bersambung merupakan salah satu keterampilan menulis dengan menggabungkan huruf-huruf yang saling bersambung dengan cara tanpa mengangkat alat tulis dan memperhatikan aturan yang berlaku.
b. Tujuan Menulis Tegak Bersambung
Menulis tegak bersambung merupakan kegiatan yang mempersyaratkan kematangan membentuk atau membuat huruf di samping mengenal apa yang dilambangkan oleh huruf tersebut. Awalnya merangkai beberapa huruf dengan menyatukan setiap hurufnya menjadi sebuah kata, sehingga akan terbentuk menjadi kalimat yang disatukan menjadi sebuah paragraf. Dua hal penting dalam kegiatan menulis tegak bersambung yaitu keterbacaan dan kelancaran. Hal ini diperkuat
19
menulis tegak bersambung adalah agar siswa dapat menulis dengan tepat, terbaca dan rapi.
Berdasarkan pendapat di atas, menulis tegak bersambung bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dalam menulis. Tulisan yang akan dihasilkan akan tepat rapi serta siswa mampu memahami kata-kata yang menjadi satu kesatuan. Hasil tulisannya akan memiliki nilai seni tersendiri sesuai kreativitasnya.
c. Manfaat Menulis Tegak Bersambung
Kegiatan menulis tegak bersambung memiliki berbagai manfaat dibandingkan dengan menulis biasa. Manfaat tersebut menurut Muba (2017) antara lain (1) merangsang kerja otak lebih kreatif, (2) melatih motorik halus, (3) menulis lebih cepat, (4) daya seni, dan (5) menulis lebih cepat. Kelebihan tersebut diperkuat dengan pendapat Abdurahman (2012: 83), ada berbagai alasan yang digunakan dalam pemberian materi menulis tegak bersambung di kelas II SD, yaitu:
1) tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan,
2) menulis tegak bersambung tidak memungkinkan menulis terbalik, dan 3) menulis tegak bersambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti
tiap huruf.
Dapat diartikan menulis tegak bersambung bermanfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek menulis dengan huruf tegak bersambung merupakan aktivitas yang meningkatkan kecerdasan secara umum, sedangkan dalam jangka panjang, kemampuan menulis tegak bersambung akan sangat membantu dalam hubungannya dalam pekerjaan yang menggunakan tulisan tangan.
20
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahu menulis memiliki berbagai manfaat. Manfaat dari menulis tegak bersambung tersebut antara lain: (1) menulis lebih cepat dan rapi, (2) merangsang kemampuan otak dalam berkreativitas, dan (3) mengembangkan motorik halus siswa.
d. Tahap-Tahap Menulis Tegak Bersambung
Bagi seorang guru, memberikan pengajaran menulis tegak bersambung tidaklah mudah. Terdapat berbagai tahapan dalam membelajarakan menulis tegak bersambung kepada siswa. Menurut Cox (1998: 413-414) ada lima tahapan untuk memperkenalkan siswa mengenai menulis tegak bersambung yaitu:
1) demonstrate writing position, 2) introduce manuscript letter forms,
3) demonstrate transition from manuscript to cursive, 4) introduce cursive writing,
5) name game, and 6) creating codes.
Intinya, dalam mengajarkan menulis tegak bersambung, hendaknya guru mengenalkan huruf cetak, kemudian transisi dari huruf cetak menjadi huruf sambung. Pendapat Cox tersebut diperkuat dengan pendapat Tompkins (1991: 480-487), menulis tegak bersambung memiliki tiga tahapan sesuai kelasnya. Tiga tahapan tersebut adalah: (1) menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade), (2) menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade), dan (3) menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grade).
1) Menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade)
Tulisan siswa akan berkembang melalui kegiatan menggambar. Melalui kegiatan menggambar, siswa akan terlatih motoric halusnya.
21
2) Menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade)
Di kelas awal siswa akan mempelajari huruf lepas atau huruf balok. Kemudian dilanjutkan dengan merangkai kata menggunakan huruf lepas.
3) Menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grade) Siswa dikenalkan dengan huruf tegak bersambung. Setelah mampu memahami bentuk huruf tegak bersambung, kemudian siswa merangkai setiap huruf menjadi kata dan dilanjutkan menjadi kalimat.
Jadi, tahap menulis tegak bersambung dikenalkan dari sebelum kelas awal hingga kelas lanjut. Setiap tahapan memiliki kegiatan tersendiri sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini diawali dengan memperkenalkan kepada siswa huruf cetak atau balok, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana menulis huruf tegak bersambung dengan merangkaikannya.
e. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung
Pembelajaran menulis tegak bersambung merupakan bagian dari menulis tangan atau handwriting. Menulis tangan dapat disebut juga dengan menulis permulaan. Sebelum melakukan pembelajaran menulis tegak bersambung, Depdiknas (2009: 37) menghendaki untuk kegiatan pramenulis terlebih dahulu. Langkah kegiatan pramenulis, yaitu: (1) melemaskan lengan dengan gerakan menulis di udara, (2) memegang pensil dengan benar, dan (3) melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, dan melatih dasar menulis (garis tegak, garis miring, garis lurus, dan garis lengkung).
Tidak hanya mempersiapkan diri siswa dalam kegiatan pramenulis, namun sebagai pembimbing hendaknya menguasai prinsip menulis tegak bersambung.
22
Menurut Depdiknas (2009: 37-38) terdapat tiga prinsip dalam pembelajaran menulis tegak bersambung. Tiga prinsip tersebut dapat dijabarkan di bawah ini. 1) Bentuk setiap huruf harus benar. Setiap huruf tegak bersambung memiliki
bentuk yang berbeda-beda.
2) Ukuran setiap huruf harus tepat. Ukuran yang dimaksud seperti lengkung atau garis baik yang ke atas maupun ke bawah hendaknya tepat
3) Huruf harus tegak lurus.
Ketiga prinsip tersebut menjadi bekal seorang pembimbing dalam membimbing siswa menulis tegak bersambung. Bentuk tulisan yang baku menurut Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 094/C/Kep/I.83 tanggal 7 Juni 1983 dan Penegasan Ukuran Tulisan Tangan No. 052.C2/U.88 tanggal 7 Juni 1988 sebagai berikut ini.
23
Gambar 1. Bentuk Huruf Lepas dan Huruf Sambung (Sumber: Djuanda, 2006)
Siswa sebelum menulis tegak bersambung hendaknya bisa membedakan huruf mana yang memiliki jambul atau ekor atau memiliki keduanya atau tidak memiliki keduanya.
a) Huruf Kapital panjangnya 3 baris, baik tiga baris keatas maupun kebawah. b) Huruf Kecil.
1) Huruf berjambul ada dua, yaitu huruf berjambul penuh , seperti b, h, k, l dan huruf yang berjambul tidak penuh, seperti d dan t.
24
2) Huruf berekor ada dua, yaitu berekor penuh, seperti huruf g, j, y dan huruf yang berekor tidak penuh, seperti p dan q.
3) Huruf yang berekor dan berjambul adalah huruf f.
4) Huruf yang tidak berjambul dan berekor adalah huruf a, c, e, I, o, m, n, o, r, s, u, v, w, x, san z.
Penulisan huruf tegak bersambung di atas, diperkuat dengan pendapat
D’Nealian melalui arah huruf penulisan huruf tegak bersambungnya seperti di bawah ini.
Gambar 2. Arah Penulisan Huruf Tegak Bersambung (Sumber: Tompkins, 1991: 476)
Dalam penelitian ini, penulisan huruf tegak bersambung menggunakan huruf tegak bersambung yang telah ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar
25
dan Menengah karena terkait dengan tegak hurufnya. Namun dalam proses pemberian contoh huruf, arah penulisan huruf disesuaikan dengan huruf tegak
bersambung dari D’Nealian.
Depdiknas (2009: 37-47) menjabarkan langkah-langkah dalam menulis tegak bersambung sesuai dengan tiga prinsip menulis tegak bersambung sebagai berikut ini.
1) Siswa memegang pensil dengan benar. Pensil dipegang dengan tegak dan tidak miring.
2) Siswa menuliskan huruf dengan benar. Huruf yang dituliskan sesuai dengan bentuk huruf tegak bersambung. Misalnya bagaimana bentuk huruf aa, bb, cc, dst.
Gambar 3. Bentuk Huruf Kapital Tegak Bersambung. (Sumber: Depdiknas, 2009: 46)
26
3) Ukuran setiap hurufnya (ke atas dan ke bawah garis) ditulis dengan tepat. Misalnya huruf yang mempunyai kaki seperti huruf f, g, j, dan y ditulis sampai menyentuh garis bawah. Huruf yang mempunyai leher seperti huruf b, h, k, l ditulis sampai dengan menyentuh garis atas.
Gambar 4. Bentuk Huruf Tegak Bersambung di Buku Halus (Sumber: Depdiknas, 2009: 38)
4) Siswa menuliskan huruf dengan tegak lurus (tidak miring ke kanan atau ke kiri). Penulisan huruf tegak bersambung yang benar tidak miring ke kana atau ke kiri. 5) Siswa menuliskan kata-kata dasar di bukunya masing-masing. Kata dasar yang
dicontohkan haruslah kata dasar yang sudah dikenal siswa.
Gambar 5. Contoh Kata Dasar (Sumber: Depdiknas, 2009: 38)
27
6) Siswa menuliskan kata berimbuhan di bukunya masing-masing. Kata berimbuhan hendaknya yang telah dikenal siswa, sederhana dan bernilai rasa baik. Misalnya kata belajar, membaca, menyirami dan menulis.
Gambar 6. Contoh Kata Berimbuhan (Sumber: Depdiknas, 2009: 39)
7) Siswa menuliskan kalimat-kalimat sederhana di bukunya masing-masing. Kalimat-kalimat sederhana yang dituliskan siswa, hendanya memperhatikan beberapa hal berikut.
(a) Panjang kalimat terdiri dari 3-5 kata.
(b) Kata-kata yang digunakan hendaknya kata-kata baku yang dikenal siswa dan bernilai baik.
28
Gambar 7. Contoh Kalimat Sederhana (Sumber: Depdiknas, 2009: 40)
8) Siswa belajar menulis kalimat sederhana dengan memperhatikan huruf kapital pada awal kalimat serta tanda titik. Adapun tanda titik yang digunakan cukup tanda titik pada akhir kalimat.
Gambar 8. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kalimat dan Tanda Baca Titik
29
9) Siswa berlatih menulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal kata nama orang dan nama tempat.
Gambar 9. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Orang (Sumber: Depdiknas, 2009: 47)
Gambar 10. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Tempat (Sumber: Depdiknas, 2009: 47)
10) Setelah siswa mahir dalam menulis kalimat sederhana dengan menggunakan huruf tegak bersambung, kemudian dapat dilakukan kegiatan mendiktekan kalimat dengan memperhatikan huruf kapital serta tanda titik di akhir kalimat. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendiketakan kalimat, yaitu: (a) setiap kalimat terdiri dari 3 - 5 kata,
30
(b) kata-kata yang digunakan hendaknya kata-kata baku yang dikenal siswa dan bernilai baik,
(c) pengucapan setiap kata saat mendiktekan harus jelas, (d) pemberian jeda setiap kata,
(e) suara saat mendiktekan harus keras agar terdengar keseluruh siswa, (f) pengulangan kalimat yang didiktekan, dan
(g) pemberian jeda antar kalimat. Apabila lebih dari satu kalimat, kalimat sebelumnya harus sudah selesai terlebih dahulu.
Sejalan dengan Depdiknas, Dwi (2013) menuliskan langkah-langkah pembelajarn menulis tegak bersambung adalah sebagai berikut.
1) Siswa hendaknya menguasai huruf cetak terlebih dahulu.
2) Siswa merangkai titik-titik yang disambung akan membentuk huruf tegak bersambung.
Gambar 11. Bentuk Rangkaian Titik-titik Huruf Tegak Bersambung (Sumber: Dwi, 2013)
31
3) Siswa menulis tegak bersambung dengan cara menjiplak setiap huruf, baik huruf kecil maupun huruf kapital.
4) Siswa menulis tegak bersambung dengan memperhatikan ketentuan perbandingan tinggi huruf melalui media buku halus. Siswa terlebih dahulu diperkenalkan bentuk baris-baris serta cara menulis dimulai dari tepi bawah baris ketiga.
Gambar 12. Bentuk Garis dalam Buku Halus (Sumber: Dwi, 2013)
Gambar 13. Proporsi Huruf Tegak Bersambung terhadap Huruf Cetak (Sumber: Tompkins, 1991: 489)
32 5) Siswa menulis huruf tegak bersambung.
Gambar 14. Aturan Huruf Tegak Bersambung (Sumber: Dwi, 2013 )
33
6) Siswa menulis kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung.
Gambar 15. Contoh Instrumen Menulis Kata (Sumber: Dwi, 2013)
7) Siswa menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung.
Gambar 16. Contoh Instrumen Menulis Kalimat (Sumber: Dwi, 2013 )
34
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan di atas, kegiatan pembelajaran menulis tegak bersambung hendaknya berproses dari yang paling sederhana hingga ke yang kompleks. Siswa dilatih untuk menulis huruf tegak bersambung terlebih dahulu dengan memperhatikan aturan penulisan pada setiap baris. Selanjutnya siswa menulis kata dasar yang diketahui siswa dengan merangkai setiap huruf menjadi kata. Kemudian siswa menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Setiap kata dan kalimat yang dituliskan siswa, harus memiliki makna yang baik serta diketahui siswa.
f. Penilaian Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung
Penilaian pada pembelajaran menulis tegak bersambung menggunakan pedoman penilaian menulis permulaan. Penyusunan pedoman penilaian juga harus memperhatikan berbagai prinsip yang mendasari. Terdapat delapan prinsip penilaian secara garis besar yang dapat diutarakan penjelasannya di bawah ini. 1) Prinsip kesinambungan, yaitu kegiatan penilaian hendaknya dilakukan secara
terus-menerus dengan sistematis dan terencana. Dari hasil evaluasi tersebut, akan diketahui bagaiamana kondisi siswa yang sebenarnya
2) Prinsip komprehensif (menyeluruh), yaitu kegiatan evaluasi dilakukan mengenai keseluruhan aspek untuk memperoleh informasi tentang kemampuan belajar siswa
3) Prinsip objektif, yaitu alat evaluasi yang digunakan hendaknya terbebas dari subjektivitas. Baik dari penyusunan alat evaluasi maupun pemeriksaan hasil pekerjaan siswa
35
4) Prinsip keterandalan (reliable), yaitu alat evaluasi hendaklah memiliki tingkat keterandalan yang tinggi
5) Prinsip kesahihan (validitas), yaitu alat yang digunakan sebagai alat penilai benar-benar mengukur apa yang hendaknya diukur
6) Prinsip penggunaan kriteria, yaitu jenis pendekatan evaluasi yang dipakai harus mencerminkan tercapainya tujuan instruksional serta penguasaan materi belajar 7) Prinsip kegunaan, yaitu evaluasi yang dilakukan haruslah kegiatan yang
memiliki manfaat serta menunjang kegitan belajar mengajar
8) Prinsip kooperatif, yaitu evaluasi harus dilakukan secara bersama-sama oleh staf pengajar untuk menentukan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu (Depdiknas, 2009: 116-120).
Depdiknas (2009: 127) menyebutkan lima aspek dalam penilaian pembelajaran menulis tegak bersambung yaitu:
1) kerapian,
2) kesesuaian ukuran tulisan, 3) penggunaan huruf kapital, 4) penggunaan tanda baca, dan 5) kelengkapan huruf.
Ahmad Rofi’uddin dan Zuchdi (1999: 81) menyatakan penilaian menulis tegak bersambung dilakukan secara holistic dan per aspek. Penilaian holistic artinya penilaian dilakukan secara utuh berdasarkan kesan penulis. Sedangkan penilaian per aspek artinya penilaian dilakukan dengan cara menilai setiap aspek penulisan, seperti bentuk huruf, ukuran huruf, tebal tipisnya penulisan huruf dan kerapihan tulisan dan tanda baca.
36
Ahmad Rofi’uddin dan Zuchdi (1999: 272-274) menambahkan jika penilaian menulis tegak bersambung dilakukan setiap aspek, maka pedoman yang dapat digunakan, yaitu (1) menentukan aspek-aspek yang akan dinilai dan (2) menentukan bobot yang diberikan untuk setiap aspek yang akan dinilai. Setiap aspek tersebut menggunakan penyekoran. Penyekoran didasarkan pada pedoman penyekoran dengan memuat kriteria penyekoran.
Sejalan dengan pendapat Ahmad Rofi’uddin dan Zuchdi, Aspek
kemampuan menulis permulaan siswa menurut Ribut dan Arif (2007: 90), yaitu: (1) kerapihan, (2) ketepatan, (3) penguasaan teknik, dan (4) kreativitas. Aspek tersebut diperkuat dengan pendapat Barbe (dalam Tompkins, 1991: 487-489) yang menyatakan aspek kemampuan menulis tegak bersambung ada enam yaitu:
1) komponen huruf (letter formation) yang saling menyambung. Setiap huruf tegak bersambung memiliki komposisi garis miring, bulatan dan garis lengkung,
2) bentuk dan ukuran huruf (size and proportion) tak terkecuali besar kecilnya ukuran huruf disertai dengan bagaiaman setiap huruf tersambung,
3) jarak (spacing) antara setiap huruf maupun setiap kalimat,
4) kemiringan (slant) setiap huruf diharuskan untuk tetap tegak lurus, tidak diperbolehkan miring baik kekanan maupun kekiri,
5) kesejajaran (aligment) setiap huruf harus menyentuh garis bawah dan ukurannya harus sama, dan
6) Kualitas barisan (line quality) akan terukur dari kecepatan dalam menulis dan memegang alat tulis secara benar dan kuat.
37
Berdasarkan pemaparan di atas, penilaian menulis tegak bersambung dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Barbe dan Depdiknas, yang meliputi: (1) kebersihan dan kerapian, (2) bentuk dan ukuran huruf, (3) penggunaan huruf kapital, (4) penggunaan tanda baca, (5) jarak, (6) kualitas barisan, (7) kemiringan, dan (8) kelengkapan huruf.
Depdiknas (2009:127) menyatakan aspek penilaian dalam menulis tegak bersambung beserta penskorannya yang tersaji pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Tegak Bersambung
No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal
1. Penggunaan huruf kapital 15
2. Penggunaan tanda baca 15
3. Kesesuaian ukuran tulisan 30
4. Kelengkapan huruf 15
5. Kerapian 25
Jumlah 100
Barbe (dalam Tompkins, 1995: 491) menyatakan aspek penilaian menulis tegak bersambung beserta penskorannya yang tersaji pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Pedoman Keterampilan Menulis Tegak Bersambung
No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal
1. Bentuk dan ukuran huruf 25
2. Jarak 20
3. Kesejajaran dan kualitas barisan 10
4. Kemiringan 15
5. Komponen huruf 30
Jumlah 100
Berdasarkan pedoman penskoran Depdiknas dan Barbe di atas, pedoman penilaian menulis tegak bersambung dalam penelitian ini diperoleh modifikasi antara kedua sumber di atas yaitu: (1) kebersihan dan kerapian, (2) bentuk dan
38
ukuran huruf kapital maupun huruf kecil, (3) penggunaan huruf kapital, (4) penggunaan tanda baca, (5) jarak, (6) kualitas barisan, (7) kemiringan, dan (8) kelengkapan huruf.
4. Strategi Menulis Terbimbing