• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG SISWA KELAS II A SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG SISWA KELAS II A SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL."

Copied!
205
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG

SISWA KELAS II A SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh :

Aprilia Dina Widiyawati NIM 13108241145

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEGAK BERSAMBUNG

SISWA KELAS II A SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL Oleh :

Aprilia Dina Widiyawati NIM 13108241145

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penerapan strategi menulis terbimbing terhadap keterampilan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen dan desain yang digunakan adalah quasi eksperimen design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Pedes yang terdiri dari kelas II A sejumlah 21 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas II B sejumlah 19 siswa sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut relatif sama atau setara. Objek penelitian ini adalah keterampilan menulis tegak bersambung. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Instrument penelitian yang digunakan berupa tes yang telah dikonsultasikan kepada expert judgment dan diujicobakan. Setelah diujicobakan soal yang valid sebanyak 6 soal. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu mendeskripsikan rata-rata, median, modus, simpangan baku, skor maksimum dan skor minimum.

Hasil penelitian ini ditunjukkan dengan strategi menulis terbimbing memberikan pengaruh terhadap keterampilan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes. Hal ini ditunjukkan rata-rata pretest padakelompok eksperimen 61,94 dan pada kelompok kontrol adalah 61,07. Sedangkan rata-rata posttest kelompok eksperimen adalah 80,17 dan kelompok kontrol adalah 61,09 dan selisihnya sebesar 19,08. Dari selisih tersebut dapat diartikan bahwa hasil posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol, sehingga disimpulkan bahwa strategi menulis terbimbing memberikan pengaruh positif terhadap keterampilan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul.

(3)

iii

THE INFLUENCE OF GUIDED WRITING STRATEGIES

IMPLEMENTATION TOWARDS CURSIVE HANDWRITING SKILLS ON THE STUDENTS OF CLASS II A

SD NEGERI 1 PEDES SEDAYU BANTUL By :

Aprilia Dina Widiyawati NIM 13108241145

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the influence of guided writing strategies application cursive handwriting skills on the students of Class II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul.

This research is an experimental research and design used was quasi experiment design. The population of this research was the students of Class II SD Negeri 1 Pedes which consist of 21 students from Class II A as the experimental group and 19 students from Class II B as the control group. Both groups are relatively the same or equal. The object of this research was cursive handwriting skills. The data collection technique used in this research was test. The research instruments were in the form of tests that had been consulted to the expert judgment and had been tested. After being tested, there were a 6 valid questions. The data analysis techniques used was descriptive statistics which describe the mean, median, modus, standard deviation, maximum score and minimum score.

(4)
(5)
(6)
(7)

vii MOTTO

Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata Aku tidak dapat! Melenyapkan rasa berani. Kalimat Aku mau! Membuat kita mudah mendaki puncak gunung.

(Raden Adjeng Kartini / Raden Ayu Kartini)

Tak cukup hanya memikirkan dan banyak berbicara, tetapi tulislah sesuatu yang indah dan memiliki makna yang indah pula.

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

1. Orang tuaku tercinta Bapak Suharno dan Ibu Rini Esti Widiyawati yang selalu memperjuangkan dan mendoakan kesuksesan putrinya.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian

persyaratan guna mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan dengan judul “Pengaruh

Strategi Menulis Terbimbing terhadap Keterampilan Menulis Tegak Bersambung

Siswa Kelas II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Bapak/Ibu di bawah ini.

1. Dr. Enny Zubaidah, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar dan ikhlas membimbing serta memberikan dorongan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Dra. Murtiningsih, M.Pd., selaku validator intrumen penelitian TAS yang memberikan saran dan masukan perbaikan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai dengan tujuan.

3. Dr. Enny Zubaidah, M.Pd., Suyatinah, M.Pd., dan Dr. Harun M.Pd., selaku Ketua Penguji, Sekertaris Penguji dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap TAS ini.

4. Drs. Suparlan M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan PSD yang telah memberi kelancaran administrasi dalam penyelesaian tugas akhir skripsi.

5. Dr. Haryanto, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Banu Setyo Adi, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam kegiatan perkuliahan.

(10)

x

8. Wajiman S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul yang telah memberikan ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

9. Anatasia Samirah, S.Pd., dan Anik Susilawati, selaku guru kelas II A dan II B SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul yang telah membantu penulis dalam penelitian.

10. Guru SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul, yang telah membantu dalam penelitian ini.

11. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan TAS ini.

Akhirnya semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 05 Mei 2017 Penulis,

(11)

xi

3. Keterampilan Menulis Tegak Bersambung ... 17

a. Pengertian Menulis Tegak Bersambung ... 17

b. Tujuan Menulis Tegak Bersambung ... 18

c. Manfaat Menulis Tegak Bersambung ... 19

d. Tahap-Tahap Menulis Tegak Bersambung ... 20

e. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung ... 21

f. Penilaian Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung ... 34

4. Strategi Menulis Terbimbing ... 38

a. Pengertian Menulis Terbimbing ... 38

b. Langkah-langkah Menulis Terbimbing ... 39

c. Kelemahan dan Kelebihan Strategi Menulis Terbimbing ... 41

5. Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung melalui Strategi Menulis Terbimbing ... 43

6. Karakteristik Siswa Kelas II Sekolah Dasar ... 46

B. Kerangka Pikir ... 48

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 75

3. Kesimpulan Hasil Perlakuan Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 84

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... 92

B. Implikasi ... 92

C. Keterbatasan Penelitian ... 92

(13)

xiii

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Tegak

Bersambung ... 37

2. Tabel 2. Pedoman Keterampilan Menulis Tegak Bersambung ... 37

3. Tabel 3. Alokasi Waktu Penelitian ... 55

4. Tabel 4. Pembagian Kelompok ... 58

5. Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Tes Menulis Tegak Bersambung .. 66

6. Tabel 6. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Tegak Bersambung ... 66

13. Tabel 13. Hipotesis Nol dan Hipotesis Alternatif Penelitian ... 74

14. Tabel 14. Jadwal Kegiatan Kelompok Eksperimen ... 75

15. Tabel 15. Skor Nilai Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ... 76

16. Tabel 16. Hasil Statistik Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen . 77

17. Tabel 17. Skor Nilai Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ... 78

18. Tabel 18. Hasil Statistik Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen. 78 19. Tabel 19. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 79

25. Tabel 25. Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 84

26. Tabel 26. Rata – Rata Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 85

(15)

xv

8. Gambar 8. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kalimat dan Tanda Baca Titik ... 28

9. Gambar 9. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Orang ... 29

10. Gambar 10. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Tempat ... 29

11. Gambar 11. Bentuk Rangkaian Titik-titik Huruf Tegak Bersambung ... 30

12. Gambar 12. Bentuk Garis dalam Buku Halus ... 31

13. Gambar 13. Proporsi Huruf Tegak Bersambung terhadap Huruf Cetak ... 31

14. Gambar 14. Aturan Huruf Tegak Bersambung ... 32

15. Gambar 15. Contoh Instrumen Menulis Kata ... 33

16. Gambar 16. Contoh Instrumen Menulis Kalimat ... 33

17. Gambar 17. Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung ... 50

18. Gambar 18. Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design ... 53

19. Gambar 19. Grafik Histogram Statistik Awal (Pretest) Kelompok Eksperimen ... 77

20. Gambar 20. Grafik Histogram Statistik Akhir (Posttest) Kelompok Eksperimen ... 78

21. Gambar 21. Grafik Histogram Statistik Awal (Pretest) Kelompok Kontrol ... 82

22. Gambar 22. Grafik Histogram Statistik Akhir (Posttest) Kelompok Kontrol ... 83

23. Gambar 23. Grafik Rata – Rata Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 86

(16)

xvi

4. Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ... 104

5. Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol . 124

6. Lampiran 6. Hasil Dokumentasi Pretest Kelompok Eksperimen . 133

7. Lampiran 7. Hasil Dokumentasi Perlakuan (Treatment) 1 ... 139

8. Lampiran 8. Hasil Dokumentasi Perlakuan (Treatment) 2 ... 145

9. Lampiran 9. Hasil Dokumentasi Perlakuan (Treatment) 3 dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 151

10. Lampiran 10. Hasil Dokumentasi Pretest Kelompok Kontrol ... 157

11. Lampiran 11. Hasil Dokumentasi Posttest Kelompok Kontrol ... 162

12. Lampiran 12. Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 167

13. Lampiran 13. Nilai Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 173

14. Lampiran 14. Studi Dokumentasi Kelompok Eksperimen ... 179

15. Lampiran 15. Studi Dokumentasi Kelompok Kontrol ... 181

16. Lampiran 16. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ... 182

17. Lampiran 17. Surat Keterangan Uji Instrumen ... 185

18. Lampiran 18. Surat Ijin Penelitian ... 186

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengemukakan Pendidikan Nasional merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pemaparan di atas jelas pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan potensi diri atau kualitas individu. Semakin baik penyelenggaraan proses pendidikan, akan baik pula hasil yang dicapai. Pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 juga disebutkan Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta perdaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari pemaparan di atas jelas pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan potensi diri atau kualitas individu. Artinya, semakin baik penyelenggaraan proses pendidikan, akan baik pula hasil yang dicapai.

Menurut Hadisusanto, dkk, 1995 (dalam Siswoyo, 2013: 20) menyebutkan fungsi pendidikan adalah serangkaian tugas yang diemban dan harus dilaksanakan oleh pendidikan. Dalam melaksanakan serangkain tugas tersebut perlu adanya bahasa pengantar.

(18)

2

mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006: 5). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia diperlukan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Berbagai kurikulum yang telah diterapkan di Indonesia, mewajibkan pembelajaran Bahasa Indonesia diterapkan dari jenjang Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi (PT).

Kurikulum saat ini, merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Di kurikulum Sekolah Dasar, siswa diharus memiliki kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berhitung. Tiga kemampuan dasar tersebut sangatlah penting sebagai dasar dalam mempelajari ilmu-ilmu lainnya, sehingga jatah waktu dalam mempelajari tiga kemampuan ini mendapatkan jatah paling banyak. Salah satunya melalui pembelajaran Bahasa Indonesia. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia menurut Nurvianti (2007: 1) merupakan program yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.

(19)

3

Menulis menurut Susanto (2013: 247), mengemukakan menulis merupakan kegiatan seseorang menempatkan sesuatu pada sebuah dimensi ruang yang masih kosong, setelah itu hasilnya yang berbentuk tulisan dapat dibaca dan dipahami isinya. Aktivitas menulis tersebut memiliki berbagai cakupan yang termasuk didalamnya. Beberapa cakupannya menurut Yusuf, dkk (2003:105), yaitu:

1) memegang alat tulis,

2) menggerakkan alat tulis ke atas dan ke bawah, 3) menggerakkan alat tulis untuk melingkar, 4) menyalin huruf,

5) menyalin nama sendiri dengan huruf balok, 6) menulis nama sendiri,

7) menyalin huruf balok dari jarak jauh,

8) menyalin huruf, kata, dan kalimat dengan tulisan bersambung, dan 9) menyalin tulisan bersambung dari jarak jauh.

Aktivitas menulis merupakan aktivitas multisensori yang menggabungkan dari aktivitas melihat, mendengar, meraba dan merasakan. Di dalam aktivitas menulis, Wassid dan Sunendar (2008: 58) menyebutkan saat menulis terjadi suatu proses yang rumit karena melibatkan berbagai modalitas, mencakup gerakan tangan, lengan jari, mata, koordinasi, pengalaman belajar, dan kognisi, semua modalitas itu bekerja secara terintegrasi. Bahkan siswa merasa menulis suatu aktivitas yang sangat rumit dan melelahkan, tak jarang ada anak yang menolak untuk menulis terlalu banyak dan sering dijumpai anak yang mengalami kesulitan dalam menulis.

(20)

4 1) terlalu lambat dalam menulis,

2) salah arah pada penulisan huruf dan angka, 3) terlalu miring,

4) jarak antar huruf tidak konsisten, 5) tulisan kotor,

6) tidak tepat dalam mengikuti garis horizontal, 7) bentuk huruf atau angka tidak terbaca, 8) tekanan pensil tidak tepat,

9) ukuran tulisan terlalu besar atau terlalu kecil, dan 10) bentuk terbalik.

Kesulitan belajar menulis pada umumnya merupakan bentuk proses keterampian menulis yang salah. Menurut Yusuf, dkk (2003: 11) menyatakan empat perkembangan keterampilan menulis dan strategi pembinaannya, yaitu tahap kesiapan menulis, menulis balok, tahap transisi, dan menulis tegak bersambung. Sehingga mulai dari kesiapan anak untuk menulis perlu diperhatikan. Penyebab anak mengalami kesulitan menulis sering dikaitkan dengan cara memegang pensil saat menulis. Hornsby (dalam Abdurrahman, 1998: 228) mengemukakan empat macam cara anak memegang pensil yang terindikasi mengalami kesulitan belajar, antara lain: (1) sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3) menggenggam pensil (seperti mau meninju), dan (4) menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret. Indikasi kesulitan tersebut harus diketahui secara lebih dini dengan cara menumbuhkan kesiapan anak dalam hal menulis.

(21)

5

atau handwriting; mengeja dan menulis ekspresif. Tompkins (1991: 473) menyatakan “writing is the substance of composition; handwriting is the formation

of alphabetic symbols on paper”. Penulisan dengan menulis tangan berbeda.

Menulis dengan tangan disebut juga dengan menulis permulaan.

Kegiatan dan latihan dalam menulis permulaan ditekankan pada cara memegang pensil, cara menulis huruf biasa atau balok, menyalin huruf dan kata, menjiplak dan menulis tegak bersambung. Sehingga dalam pembelajaran menulis permulaan, pemakaian pensil dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan dalam menulis tegak bersambung. Jika terdapat kesalahan penulisan huruf maupun kata, akan dengan mudah tulisan yang salah tersebut dapat dihapus. Oleh karena itu, penelitian ini siswa diminta untuk menulis dengan menggunakan pensil.

Berbeda dengan menulis permulaan, menulis lanjut difokuskan pada pengungkapan perasaan, ide, pikiran, gagasan secara tertulis dengan merangkai kata-kata menjadi kalimat yang akan disatukan menjadi paragraf. Sasaran pembelajaran menulis permulaan tersebut pada siswa kelas I dan II Sekolah Dasar serta menulis lanjut untuk siswa kelas III hingga VI.

(22)

6

dengan menggunakan huruf kapital untuk awal kalimat, nama orang, nama tempat serta penggunaan tanda baca pada kalimat.

Menurut Mulyana (dalam Delmawati, 2015) menulis tegak bersambung merupakan kegiatan menghasilkan huruf yang saling bersambung satu dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Hasil tulisan dari menulis tegak bersambung tersebut, hendaknya rapi, dapat terbaca dan saling bersambung setiap hurufnya.

Menulis permulaan kelas II, khususnya menulis tegak bersambung tercantum pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar baik semester I maupun semester II. Adapun indikator dari menulis tegak bersambung tersebut sebagai berikut.

1. Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan huruf tegak bersambung dengan memperhatikan penggunaan huruf kapital serta tanda titik.

2. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.

Pembelajaran menulis tegak bersambung memiliki berbagai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan menulis biasa. Kelebihan-kelebihan-kelebihan tersebut antara lain merangsang kerja otak lebih kreatif, melatih motorik halus, melatih daya seni, dan menulis lebih cepat. Kelebihan tersebut diperkuat dengan pendapat Mulyono Abdurahman (2012, 183), ada berbagai alasan yang digunakan dalam pemberian materi menulis tegak bersambung di kelas II SD, yaitu:

1) tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan,

2) menulis tegak bersambung tidak memungkinkan menulis terbalik, dan 3) menulis tegak bersambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti

(23)

7

Dapat diartikan menulis tegak bersambung bermanfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek menulis dengan huruf tegak bersambung merupakan aktivitas yang meningkatkan kecerdasan secara umum. Sedangkan dalam jangka panjang, kemampuan menulis tegak bersambung akan sangat membantu dalam hubungannya dalam pekerjaan yang menggunakan tulisan tangan.

Namun kenyataannya, saat ini masih banyak siswa kelas II Sekolah Dasar yang mengalami kesulitan dalam menulis tegak bersambung. Kesulitan tersebut tampak dari penulisan bentuk, ukuran dan arah tulisan belum sesuai dengan tulisan yang baku. Hal ini terbukti tidak lebih dari 5 siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk menulis tegak bersambung. Padahal pembelajaran di kelas tersebut dinyatakan tercapai

apabila ≥ 75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM, dimana nilai KKM pada

pembelajaran menulis tegak bersambung adalah 75. Selain itu, peneliti menguraikan data sebagai berikut.

1. Sebagian besar siswa mengalami kesulitan menentukan huruf kapital di awal kalimat dan penulisan nama tempat.

2. Siswa mengalami kesulitan dalam menentukan tanda baca pada kalimat. 3. Dalam menulis kalimat sederhana dengan menggunakan huruf tegak

bersambung, terdapat beberapa siswa yang menuliskannya tidak sesuai garis yang ditentukan.

(24)

8

Disamping itu, pada saat peneliti melakukan wawancara terhadap Guru Kelas II A tanggal 26 Oktober 2017, strategi yang digunakan guru belum bervariasi. Misalnya strategi menulis terbimbing belum pernah dipergunakan guru saat proses pembelejaran. Guru cenderung menggunakan metode ceramah meskipun guru sudah memberikan contoh cara penulisan huruf tegak bersambung yang benar dipapan tulis akan tetapi kurang memotivasi siswa untuk aktif menulis tegak bersambung, akibatnya hasil tulisannya kurang maksimal. Pembelajaran menulis tegak bersambung hanya sebatas pembelajaran di kelas, tidak ada penekanan untuk selalu memperhatikan tentang cara menulis tegak bersambung Siswa juga kurang memperhatikan teknik-teknik yang benar seperti penggunaan huruf kapital, kurang memperhatikan panjang pendeknya huruf dan penggunaan tanda baca saat menulis di buku halus.

Melihat kenyataan tersebut, pemberian contoh menulis tegak bersambung di papan tulis maupun dengan mempergunakan media pembelajaran hendaknya dilakukan dengan rutin. Jika siswa sudah terlatih menulis tegak bersambung, secara tidak langsung akan membiasakan siswa untuk aktif menulis tegak bersambung.

Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan menulis tegak bersambung, guru perlu mengembangkan pembelajaran yang dapat membimbing siswa dalam menulis tegak bersambung. Artinya, guru mampu menciptakan pengalaman belajar bagi siswa dengan memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien.

(25)

9

internal dan eksternal yang menekankan pada lingkungan sosial dalam belajar. Selanjutnya, ditambahkan Vygotsky (dalam Beckley, 2012: 27) dengan scaffolding dalam konsep Zone of Proximal Deplovement (ZPD),

”Children’s progress could be supported by interactions with

knowledgeable others, capable peers or adults. Zone of Proximal Development as the difference between children’s actual development level and their potential level when guided by others. Interactions suported the

child’s learning and development is considered in terms of a child’s

potential, rather than a point which they reach.”

Intinya anak akan belajar berinteraksi sosial dengan orang yang kemampuan intelektualnya di atas kemampuannya. Saat proses pembelajaran menulis tegak bersambung, guru akan berperan aktif sebagai pembimbing dan pengarah kegiatan siswa serta memberikan suatu dorongan untuk belajar secara mandiri. Bila siswa telah mampu menulis tanpa bimbingan guru, secara perlahan-lahan segala bentuk bimbingan dikurangi. Apabila guru membimbing siswa dalam menulis tegak bersambung, siswa akan merasa dibimbing secara langsung serta siswa juga akan merasa senang ketika mendapat perhatian dari guru untuk setiap individunya. Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran, guru membutuhkan kreativitas dan keterampilan dalam memilih strategi dan media yang tepat untuk diterapkan sesuai dengan karakteristik siswanya.

(26)

10 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, masalah penelitian ini sebagai berikut.

1. Kemampuan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes belum baik.

2. Guru kurang memberikan tugas dalam melatih kemampuan menulis tegak bersambung.

3. Siswa belum pernah diberlakukan cara menulis tegak bersambung melalui strategi menulis terbimbing.

4. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan ejaan seperti huruf kapital dan tanda baca pada kalimat.

5. Guru cenderung menggunakan metode ceramah yang berakibat pada kebosanan siswa, walaupun metode ceramah yang digunakan guru disertai contoh dalam menjelaskan di papan tulis.

6. Pembelajaran menulis tegak bersambung hanya sebatas pembelajaran di kelas, tidak ada penekanan untuk selalu memperhatikan tentang cara menulis tegak bersambung.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari nomor satu hingga enam,

permasalahan dibatasi pada masalah nomor tiga yaitu “siswa belum pernah

diberlakukan cara menulis tegak bersambung melalui strategi menulis tegak

(27)

11 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimana pengaruh penerapan strategi menulis terbimbing terhadap keterampilan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh penerapan strategi menulis terbimbing terhadap keterampilan menulis tegak bersambung siswa kelas II A SD Negeri 1 Pedes Sedayu Bantul. F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Secara Teoritis

Penelitian ini, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait mata pelajaran Bahasa Indoensia khususnya keterampilan menulis tegak bersambung dengan menggunakan strategi menulis terbimbing.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai pengalaman dan bekal menjadi pendidikan dalam menerapkan strategi dan media pembelajaran, khususnya keterampilan menulis tegak bersambung.

b. Bagi Guru

(28)

12

2) Hasil penenlitian ini dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa mereka dalam menulis tegak bersambung.

c. Bagi Siswa

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk membantu siswa agar hasil tulisan siswa dalam menulis tegak bersambung menjadi lebih baik.

d. Bagi Pembaca

(29)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar

Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar menurut Depdikbud (dalam Kristiantari, 2004:106) dibedakan menjadi dua tingkatan yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Pada pembelajaran menulis permulaan, kegiatan dan latihan dalam menulis ditekankan pada cara memegang pensil, cara menulis huruf biasa atau balok, menyalin huruf dan kata, menjiplak dan menulis tegak bersambung. Penggunaan pensil dalam pembelajaran menulis permulaan dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan dalam menulis tegak bersambung.

Berbeda dengan menulis permulaan, menulis lanjut difokuskan pada pengungkapan perasaan, ide, pikiran, gagasan secara tertulis dengan merangkai kata-kata menjadi kalimat yang akan disatukan menjadi paragraph dan terakhir akan dijadikan sebuah wacana (Solchan, 2008: 9.4). Sasaran pembelajaran menulis permulaan tersebut pada siswa kelas I dan II Sekolah Dasar serta menulis lanjut untuk siswa kelas III hingga VI.

Pernyataan Depdikbud ternyata juga diperkuat dengan pendapat Lovitt (dalam Abdurrahman, 1998: 226), pengajaran menulis meliputi: menulis dengan tangan atau handwriting; mengeja dan menulis ekspresif. Tompkins (1991: 473) menyatakan “writing is the substance of composition; handwriting is the formation

of alphabetic symbols on paper”. Penulisan dengan menulis tangan berbeda.

(30)

14

Aktivitas menulis permulaan dimulai dari kegiatan mengenal huruf yaitu pada kelas I Sekolah Dasar. Jenis huruf yang diperkenalkan pada siswa ada dua yaitu, huruf latin dan huruf tegak bersambung. Berbeda dengan Kelas I Sekolah Dasar, di kelas II Sekolah Dasar, pembelajaran menulis permulaan sudah mengalami penambahan materi berupa penulisan huruf tegak bersambung dengan menggunakan huruf kapital untuk awal kalimat, nama orang, nama tempat serta penggunaan tanda baca pada kalimat.

Sejalan dengan pendapat di atas, Pappas (dalam Solchan, 2008: 9.4-9.5) mengemukakan pembelajaran bahasa (termasuk menulis) dilandasi oleh beberapa prinsip sebagai berikut.

a. Anak-anak adalah pembelajar yang konstruktif. Mereka terus-menurus akan berpikir tentang dunia mereka sebagai dasar yang mereka pelajari dan mereka susun.

b. Bahasa adalah sistem makna yang dikomunikasikan dalam kehidupan sosial. Karena bahasa digunakan untuk bermacam-macam tujuan maka makna tersebut diekspresikan dengan cara yang bermacam-macam. Bahasa tidak dapat dipahami, diintepretasikan dengan cara yang bermacam-macam. Bahasa tidak dapat dipahami, diintepretasikan, dan dievaluasi tanpa dihubungkan dengan konteks sosial tempat bahasa itu digunakan. Bahasa dipelajarai melalui penggunaan actual. Pola-pola bahasa yang bervariasi dipelajari dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan dan berbagai konteks sosial.

c. Anak-anak pada dasarnya sudah mempunyai pengetahuan. Itu diorganisasikan dan disusun melalui interaksi sosial. Pengetahuan itu secara tiba-tiba akan berubah dalam kehidupan mereka dan dibangun dengan representasi mental yang didasarkan atas pengalaman individual. Selanjutnya, pengetahuan itu selalu dimodifikasi dan bersifat tentative dan sementara. Pengetahuan itu tidak bersifat statis dan absolut dalam menyikapi objek. Karena anak-anak hidup dalam lingkungan sosial maka mereka akan selalu menyikapi budaya yang di lingkungannya dan keadaan sosial yang selalu berubah serta peristiwa-peristiwa sejarah.

(31)

15

kegiatan yang rumit dan membosankan. Apalagi di kelas II Sekolah Dasar, materi menulis sudah semakin kompleks, seperti menulis tegak bersambung. Pemberian materi tersebut juga disesuaikan dengan perkembangan siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pembelajaran menulis tegak bersambung di kelas I dan II termasuk dalam pembelajaran menulis permulaan. Pembelajaran menulis tegak bersambung ditekankan pada kemampuan siswa dalam merangkai huruf, penggunaan huruf kapital serta penggunaan tanda baca pada kalimat. Menulis tegak bersambung hendaknya menuliskan kalimat yang disesuaikan situasi nyata dan sesuai dengan pengalaman siswa.

2. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis merupakan aktivitas yang menghasilkan produk atau karya. Produk tersebut berupa tulisn. Menurut Semi (2007: 14) menulis merupakan suatu kreatif memindahkan gagasan dalam lambang-lambang tulisan. Dalam pengertian ini menulis mempunyai tiga aspek utama sebagai berikut.

a. Adanya tujuan atau maksud tertentu yang hendak dicapai. b. Adanya gagasan atau maksud tertentu yang hendak dicapai.

c. Sistem pemindahan gagasan itu yaitu berupa sistem bahasa atau penyajian.

Kegiatan menulis memiliki berbagai tujuan. O’Malley dan Pieres (dalam

Kristiantari, 2004: 101) mengemukakan tujuan menulis ada tiga.

a. Tujuan Informatif: seseorang akan menggunakan tujuan informative untuk berbagai pengetahuan dan informasi, memberi petunjuk atau mengungkapkan gagasan.

b. Tujuan Ekspresif: tujuan ekspresif digunakan seseorang jika ingin menulis suatu cerita esai.

(32)

16

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hartig (dalam Tarigan, 2008: 25) tujuan menulis secara umum adalah (1) tujuan penugasan (assignment purpose), (2) tujuan altruistik (altruistic purpose), (3) tujuan persuasif (persuasive purpose), (4) tujuan informatif (informational purpose), (5) tujuan pernyataan (self-expressive purpose), (6) tujuan kreatif (creative purpose), (7) tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose). Tujuan menulis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Tujuan Penugasan (assignment purpose)

Penulis tidak memiliki tujuan apapaun selain karena tugas menulis yang dibebankan kepada penulis.

b. Tujuan Altruistik (altruistic purpose)

Penulis memiliki tujuan untuk menghibur pembaca, menyenangkan pembaca, danmenghindarkan kedukaan pembaca.

c. Tujuan Persuasif (persuasive purpose)

Tulisan dari penulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan pendapatan atau gagasan yang dikemukakan .

d. Tujuan Informasional (informational purpose)

Tulisan yang bertujuan untuk memberikan infomasi kepada pembaca. e. Tujuan Pernyataan (self-expressive purpose)

Tulisan bertujuan untuk memperkenalkan diri penulis kepada pembaca. f. Tujuan Kreatif (creative purpose)

(33)

17

Tulisan bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi penulis.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat dikemukakan aktivitas menulis seseorang memiliki berbagai tujuan, diantaranya menginformasikan, menghibur, serta mengekspresikan. Tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Menginformasikan, seseorang menulis memiliki tujuan memberikan suatu informasi kepada orang lain.

b. Menghibur, seseorang menulis memiliki tujuan untuk menghibur orang lain dengan tulisannya.

c. Mengekspresikan, seseorang menulis memiliki tujuan untuk menuangkan apa yang ada didalam pikirannya.

d. Menugasi, seorang penulis dapat disebabkan oleh tugas yang dibebankan. e. Menambah kreativitas, seorang penulis memiliki tujuan untuk mencapai artistik

dalam seni.

Tujuan menulis yang diacu dalam penelitian ini adalah tujuan penugasan dan tujuan kreativitas. Pemilihan tujuan tersebut dikarenakan dalam menghasilkan tulisan siswa perlu adanya penugasan terlebih dahulu. Dari hasil tulisan, akan terlihat bagaimana kesenian siswa dalam menuangkan kreativitasnya pada sebuah tulisan.

3. Keterampilan Menulis Tegak Bersambung a. Pengertian Menulis Tegak Bersambung

(34)

18

kegiatan menghasilkan huruf yang saling bersambung satu dilakukan tanpa mengangkat alat tulis. Pendapat Mulyana sependapat dengan Tompkins (1991: 480), “Cursive handwriting are joined together the letters to form a word with

continuous movement”, artinya Menulis tegak bersambung akan menggabungkan

huruf membentuk kata dengan gerakan berkelanjutan.

Senada dengan Mulyana dan Tompkins, Elis (dalam Ayun, dkk, 2016) menyebutkan menulis tegak bersambung adalah menulis dengan menyambungkan huruf-huruf sesuai dengan aturan yang berlaku. Hasil tulisan dari menulis tegak bersambung tersebut, hendaknya rapi, dapat terbaca dan saling bersambung setiap hurufnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan menulis tegak bersambung merupakan salah satu keterampilan menulis dengan menggabungkan huruf-huruf yang saling bersambung dengan cara tanpa mengangkat alat tulis dan memperhatikan aturan yang berlaku.

b. Tujuan Menulis Tegak Bersambung

Menulis tegak bersambung merupakan kegiatan yang mempersyaratkan kematangan membentuk atau membuat huruf di samping mengenal apa yang dilambangkan oleh huruf tersebut. Awalnya merangkai beberapa huruf dengan menyatukan setiap hurufnya menjadi sebuah kata, sehingga akan terbentuk menjadi kalimat yang disatukan menjadi sebuah paragraf. Dua hal penting dalam kegiatan menulis tegak bersambung yaitu keterbacaan dan kelancaran. Hal ini diperkuat

(35)

19

menulis tegak bersambung adalah agar siswa dapat menulis dengan tepat, terbaca dan rapi.

Berdasarkan pendapat di atas, menulis tegak bersambung bertujuan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dalam menulis. Tulisan yang akan dihasilkan akan tepat rapi serta siswa mampu memahami kata-kata yang menjadi satu kesatuan. Hasil tulisannya akan memiliki nilai seni tersendiri sesuai kreativitasnya.

c. Manfaat Menulis Tegak Bersambung

Kegiatan menulis tegak bersambung memiliki berbagai manfaat dibandingkan dengan menulis biasa. Manfaat tersebut menurut Muba (2017) antara lain (1) merangsang kerja otak lebih kreatif, (2) melatih motorik halus, (3) menulis lebih cepat, (4) daya seni, dan (5) menulis lebih cepat. Kelebihan tersebut diperkuat dengan pendapat Abdurahman (2012: 83), ada berbagai alasan yang digunakan dalam pemberian materi menulis tegak bersambung di kelas II SD, yaitu:

1) tulisan sambung memudahkan siswa untuk mengenal kata-kata sebagai satu kesatuan,

2) menulis tegak bersambung tidak memungkinkan menulis terbalik, dan 3) menulis tegak bersambung lebih cepat karena tidak ada gerakan berhenti

tiap huruf.

(36)

20

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahu menulis memiliki berbagai manfaat. Manfaat dari menulis tegak bersambung tersebut antara lain: (1) menulis lebih cepat dan rapi, (2) merangsang kemampuan otak dalam berkreativitas, dan (3) mengembangkan motorik halus siswa.

d. Tahap-Tahap Menulis Tegak Bersambung

Bagi seorang guru, memberikan pengajaran menulis tegak bersambung tidaklah mudah. Terdapat berbagai tahapan dalam membelajarakan menulis tegak bersambung kepada siswa. Menurut Cox (1998: 413-414) ada lima tahapan untuk memperkenalkan siswa mengenai menulis tegak bersambung yaitu:

1) demonstrate writing position, 2) introduce manuscript letter forms,

3) demonstrate transition from manuscript to cursive, 4) introduce cursive writing,

5) name game, and 6) creating codes.

Intinya, dalam mengajarkan menulis tegak bersambung, hendaknya guru mengenalkan huruf cetak, kemudian transisi dari huruf cetak menjadi huruf sambung. Pendapat Cox tersebut diperkuat dengan pendapat Tompkins (1991: 480-487), menulis tegak bersambung memiliki tiga tahapan sesuai kelasnya. Tiga tahapan tersebut adalah: (1) menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade), (2) menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade), dan (3) menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grade).

1) Menulis tangan sebelum kelas awal (handwriting before first grade)

(37)

21

2) Menulis tangan di kelas awal (handwriting in the primary grade)

Di kelas awal siswa akan mempelajari huruf lepas atau huruf balok. Kemudian dilanjutkan dengan merangkai kata menggunakan huruf lepas.

3) Menulis tangan di kelas lanjut (handwriting in the middle and upper grade) Siswa dikenalkan dengan huruf tegak bersambung. Setelah mampu memahami bentuk huruf tegak bersambung, kemudian siswa merangkai setiap huruf menjadi kata dan dilanjutkan menjadi kalimat.

Jadi, tahap menulis tegak bersambung dikenalkan dari sebelum kelas awal hingga kelas lanjut. Setiap tahapan memiliki kegiatan tersendiri sesuai dengan tahapan perkembangannya. Hal ini diawali dengan memperkenalkan kepada siswa huruf cetak atau balok, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana menulis huruf tegak bersambung dengan merangkaikannya.

e. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung

Pembelajaran menulis tegak bersambung merupakan bagian dari menulis tangan atau handwriting. Menulis tangan dapat disebut juga dengan menulis permulaan. Sebelum melakukan pembelajaran menulis tegak bersambung, Depdiknas (2009: 37) menghendaki untuk kegiatan pramenulis terlebih dahulu. Langkah kegiatan pramenulis, yaitu: (1) melemaskan lengan dengan gerakan menulis di udara, (2) memegang pensil dengan benar, dan (3) melemaskan jari dengan mewarnai, menjiplak, menggambar, dan melatih dasar menulis (garis tegak, garis miring, garis lurus, dan garis lengkung).

(38)

22

Menurut Depdiknas (2009: 37-38) terdapat tiga prinsip dalam pembelajaran menulis tegak bersambung. Tiga prinsip tersebut dapat dijabarkan di bawah ini. 1) Bentuk setiap huruf harus benar. Setiap huruf tegak bersambung memiliki

bentuk yang berbeda-beda.

2) Ukuran setiap huruf harus tepat. Ukuran yang dimaksud seperti lengkung atau garis baik yang ke atas maupun ke bawah hendaknya tepat

3) Huruf harus tegak lurus.

(39)

23

Gambar 1. Bentuk Huruf Lepas dan Huruf Sambung (Sumber: Djuanda, 2006)

Siswa sebelum menulis tegak bersambung hendaknya bisa membedakan huruf mana yang memiliki jambul atau ekor atau memiliki keduanya atau tidak memiliki keduanya.

a) Huruf Kapital panjangnya 3 baris, baik tiga baris keatas maupun kebawah. b) Huruf Kecil.

(40)

24

2) Huruf berekor ada dua, yaitu berekor penuh, seperti huruf g, j, y dan huruf yang berekor tidak penuh, seperti p dan q.

3) Huruf yang berekor dan berjambul adalah huruf f.

4) Huruf yang tidak berjambul dan berekor adalah huruf a, c, e, I, o, m, n, o, r, s, u, v, w, x, san z.

Penulisan huruf tegak bersambung di atas, diperkuat dengan pendapat

D’Nealian melalui arah huruf penulisan huruf tegak bersambungnya seperti di

bawah ini.

Gambar 2. Arah Penulisan Huruf Tegak Bersambung (Sumber: Tompkins, 1991: 476)

(41)

25

dan Menengah karena terkait dengan tegak hurufnya. Namun dalam proses pemberian contoh huruf, arah penulisan huruf disesuaikan dengan huruf tegak

bersambung dari D’Nealian.

Depdiknas (2009: 37-47) menjabarkan langkah-langkah dalam menulis tegak bersambung sesuai dengan tiga prinsip menulis tegak bersambung sebagai berikut ini.

1) Siswa memegang pensil dengan benar. Pensil dipegang dengan tegak dan tidak miring.

2) Siswa menuliskan huruf dengan benar. Huruf yang dituliskan sesuai dengan bentuk huruf tegak bersambung. Misalnya bagaimana bentuk huruf aa, bb, cc, dst.

(42)

26

3) Ukuran setiap hurufnya (ke atas dan ke bawah garis) ditulis dengan tepat. Misalnya huruf yang mempunyai kaki seperti huruf f, g, j, dan y ditulis sampai menyentuh garis bawah. Huruf yang mempunyai leher seperti huruf b, h, k, l ditulis sampai dengan menyentuh garis atas.

Gambar 4. Bentuk Huruf Tegak Bersambung di Buku Halus (Sumber: Depdiknas, 2009: 38)

4) Siswa menuliskan huruf dengan tegak lurus (tidak miring ke kanan atau ke kiri). Penulisan huruf tegak bersambung yang benar tidak miring ke kana atau ke kiri. 5) Siswa menuliskan kata-kata dasar di bukunya masing-masing. Kata dasar yang

dicontohkan haruslah kata dasar yang sudah dikenal siswa.

(43)

27

6) Siswa menuliskan kata berimbuhan di bukunya masing-masing. Kata berimbuhan hendaknya yang telah dikenal siswa, sederhana dan bernilai rasa baik. Misalnya kata belajar, membaca, menyirami dan menulis.

Gambar 6. Contoh Kata Berimbuhan (Sumber: Depdiknas, 2009: 39)

7) Siswa menuliskan kalimat-kalimat sederhana di bukunya masing-masing. Kalimat-kalimat sederhana yang dituliskan siswa, hendanya memperhatikan beberapa hal berikut.

(a) Panjang kalimat terdiri dari 3-5 kata.

(44)

28

Gambar 7. Contoh Kalimat Sederhana (Sumber: Depdiknas, 2009: 40)

8) Siswa belajar menulis kalimat sederhana dengan memperhatikan huruf kapital pada awal kalimat serta tanda titik. Adapun tanda titik yang digunakan cukup tanda titik pada akhir kalimat.

Gambar 8. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kalimat dan Tanda Baca Titik

(45)

29

9) Siswa berlatih menulis dengan menggunakan huruf kapital pada awal kata nama orang dan nama tempat.

Gambar 9. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Orang (Sumber: Depdiknas, 2009: 47)

Gambar 10. Contoh Penggunaan Huruf Kapital pada Awal Kata Nama Tempat (Sumber: Depdiknas, 2009: 47)

(46)

30

(b) kata-kata yang digunakan hendaknya kata-kata baku yang dikenal siswa dan bernilai baik,

(c) pengucapan setiap kata saat mendiktekan harus jelas, (d) pemberian jeda setiap kata,

(e) suara saat mendiktekan harus keras agar terdengar keseluruh siswa, (f) pengulangan kalimat yang didiktekan, dan

(g) pemberian jeda antar kalimat. Apabila lebih dari satu kalimat, kalimat sebelumnya harus sudah selesai terlebih dahulu.

Sejalan dengan Depdiknas, Dwi (2013) menuliskan langkah-langkah pembelajarn menulis tegak bersambung adalah sebagai berikut.

1) Siswa hendaknya menguasai huruf cetak terlebih dahulu.

2) Siswa merangkai titik-titik yang disambung akan membentuk huruf tegak bersambung.

(47)

31

3) Siswa menulis tegak bersambung dengan cara menjiplak setiap huruf, baik huruf kecil maupun huruf kapital.

4) Siswa menulis tegak bersambung dengan memperhatikan ketentuan perbandingan tinggi huruf melalui media buku halus. Siswa terlebih dahulu diperkenalkan bentuk baris-baris serta cara menulis dimulai dari tepi bawah baris ketiga.

Gambar 12. Bentuk Garis dalam Buku Halus (Sumber: Dwi, 2013)

(48)

32 5) Siswa menulis huruf tegak bersambung.

(49)

33

6) Siswa menulis kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung.

Gambar 15. Contoh Instrumen Menulis Kata (Sumber: Dwi, 2013)

7) Siswa menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung.

(50)

34

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah di paparkan di atas, kegiatan pembelajaran menulis tegak bersambung hendaknya berproses dari yang paling sederhana hingga ke yang kompleks. Siswa dilatih untuk menulis huruf tegak bersambung terlebih dahulu dengan memperhatikan aturan penulisan pada setiap baris. Selanjutnya siswa menulis kata dasar yang diketahui siswa dengan merangkai setiap huruf menjadi kata. Kemudian siswa menulis kalimat dengan menggunakan huruf tegak bersambung. Setiap kata dan kalimat yang dituliskan siswa, harus memiliki makna yang baik serta diketahui siswa.

f. Penilaian Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung

Penilaian pada pembelajaran menulis tegak bersambung menggunakan pedoman penilaian menulis permulaan. Penyusunan pedoman penilaian juga harus memperhatikan berbagai prinsip yang mendasari. Terdapat delapan prinsip penilaian secara garis besar yang dapat diutarakan penjelasannya di bawah ini. 1) Prinsip kesinambungan, yaitu kegiatan penilaian hendaknya dilakukan secara

terus-menerus dengan sistematis dan terencana. Dari hasil evaluasi tersebut, akan diketahui bagaiamana kondisi siswa yang sebenarnya

2) Prinsip komprehensif (menyeluruh), yaitu kegiatan evaluasi dilakukan mengenai keseluruhan aspek untuk memperoleh informasi tentang kemampuan belajar siswa

(51)

35

4) Prinsip keterandalan (reliable), yaitu alat evaluasi hendaklah memiliki tingkat keterandalan yang tinggi

5) Prinsip kesahihan (validitas), yaitu alat yang digunakan sebagai alat penilai benar-benar mengukur apa yang hendaknya diukur

6) Prinsip penggunaan kriteria, yaitu jenis pendekatan evaluasi yang dipakai harus mencerminkan tercapainya tujuan instruksional serta penguasaan materi belajar 7) Prinsip kegunaan, yaitu evaluasi yang dilakukan haruslah kegiatan yang

memiliki manfaat serta menunjang kegitan belajar mengajar

8) Prinsip kooperatif, yaitu evaluasi harus dilakukan secara bersama-sama oleh staf pengajar untuk menentukan kemajuan siswa dalam kurun waktu tertentu (Depdiknas, 2009: 116-120).

Depdiknas (2009: 127) menyebutkan lima aspek dalam penilaian pembelajaran menulis tegak bersambung yaitu:

1) kerapian,

2) kesesuaian ukuran tulisan, 3) penggunaan huruf kapital, 4) penggunaan tanda baca, dan 5) kelengkapan huruf.

(52)

36

Ahmad Rofi’uddin dan Zuchdi (1999: 272-274) menambahkan jika

penilaian menulis tegak bersambung dilakukan setiap aspek, maka pedoman yang dapat digunakan, yaitu (1) menentukan aspek-aspek yang akan dinilai dan (2) menentukan bobot yang diberikan untuk setiap aspek yang akan dinilai. Setiap aspek tersebut menggunakan penyekoran. Penyekoran didasarkan pada pedoman penyekoran dengan memuat kriteria penyekoran.

Sejalan dengan pendapat Ahmad Rofi’uddin dan Zuchdi, Aspek

kemampuan menulis permulaan siswa menurut Ribut dan Arif (2007: 90), yaitu: (1) kerapihan, (2) ketepatan, (3) penguasaan teknik, dan (4) kreativitas. Aspek tersebut diperkuat dengan pendapat Barbe (dalam Tompkins, 1991: 487-489) yang menyatakan aspek kemampuan menulis tegak bersambung ada enam yaitu:

1) komponen huruf (letter formation) yang saling menyambung. Setiap huruf tegak bersambung memiliki komposisi garis miring, bulatan dan garis lengkung,

2) bentuk dan ukuran huruf (size and proportion) tak terkecuali besar kecilnya ukuran huruf disertai dengan bagaiaman setiap huruf tersambung,

3) jarak (spacing) antara setiap huruf maupun setiap kalimat,

4) kemiringan (slant) setiap huruf diharuskan untuk tetap tegak lurus, tidak diperbolehkan miring baik kekanan maupun kekiri,

5) kesejajaran (aligment) setiap huruf harus menyentuh garis bawah dan ukurannya harus sama, dan

(53)

37

Berdasarkan pemaparan di atas, penilaian menulis tegak bersambung dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Barbe dan Depdiknas, yang meliputi: (1) kebersihan dan kerapian, (2) bentuk dan ukuran huruf, (3) penggunaan huruf kapital, (4) penggunaan tanda baca, (5) jarak, (6) kualitas barisan, (7) kemiringan, dan (8) kelengkapan huruf.

Depdiknas (2009:127) menyatakan aspek penilaian dalam menulis tegak bersambung beserta penskorannya yang tersaji pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Tegak Bersambung

No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

1. Penggunaan huruf kapital 15

2. Penggunaan tanda baca 15

3. Kesesuaian ukuran tulisan 30

4. Kelengkapan huruf 15

5. Kerapian 25

Jumlah 100

Barbe (dalam Tompkins, 1995: 491) menyatakan aspek penilaian menulis tegak bersambung beserta penskorannya yang tersaji pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Pedoman Keterampilan Menulis Tegak Bersambung

No. Aspek yang Dinilai Skor Maksimal

1. Bentuk dan ukuran huruf 25

2. Jarak 20

3. Kesejajaran dan kualitas barisan 10

4. Kemiringan 15

5. Komponen huruf 30

Jumlah 100

(54)

38

Menulis Terbimbing (Guided Writing) merupakan salah satu komponen dari pendekatan Whole Language. Menulis terbimbing sering disebut dengan writing workshop. Strategi menulis terbimbing adalah salah satu strategi yang dapat diterapkan pembelajaran menulis. strategi ini dikembangkan oleh Eanes (dalam Sabarun, 2008: 114-115), ia mengatakan:

Directed Writing Strategy is a strategy for developing writing skills and

using the writing process to enhance content area learning… This strategy

can be used at almost any grade level and in any content area. It is an instructional framework that allows for considerable flexibility in terms of the types of writing assignment you choose

“Strategi menulis terbimbing adalah suatu strategi untuk mengembangkan

keterampilan menulis dan menggunakan proses menulis untuk

meningkatkan pengajaran… strategi ini dapat digunakan pada hamper

semua jenjang. Strategi ini merupakan kerangka instruksional untuk segala

bentuk tugas mengarang yang dipilih”

(55)

39

menulis yang seluas-luasnya dengan bimbingan dari guru, sehingga siswa akan merasa memiliki dan bertanggung jawab atas tulisannya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi menulis terbimbing, fungsi guru menurut Abbas (2006: 137-138) yaitu sebagai mitra bertukar pendapat, motivator, narasumber dalam proses menulis. Sehingga guru tidak hanya terkesan sebagai pemrakarsa materi saja, melainkan juga mempunyai fungsi lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Anang Santoso, yaitu guru berfungsi sebagai fasilitator, pendorong, pemberi saran, bukan pengatur, bukan pemeberi petunjuk. Guru memonitoring kegiatan siswa saat proses menulis.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan strategi menulis terbimbing merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan proses menulis untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Strategi menulis terbimbing memberi kesempatan siswa untuk menulis dengan seluas-luasnya, namun masih dalam bimbingan dan pengawasan guru. Hal ini memungkinkan siswa menulis tegak bersambung secara lengkap dan pembelajaran menulis tegak bersambung dapat tersampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

b. Langkah-langkah Menulis Terbimbing

Strategi menulis terbimbing adalah strategi yang berbasis pada pendekatan proses. Sehingga dalam menerapakan strategi ini memiliki berbagai langkah dalam penerapannya. Askov, dkk (dalam Tompkins, 1991: 484-485) menyebutkan lima langkah strategi dalam strategi menulis terbimbing dalam menulis, yaitu:

(56)

40

2) students describe the skill and step for executing it as the teacher or a classmate demonstrates the skill again,

3) the teacher reviews the specific handwriting skill, summarizing the steps involved in executing the skill,

4) students practice the skill using pencils, pens, or other writing instrumens. As they practice the skills, students softly repeat the steps involved in executing it, and the teacher circulates, providing assistance as needed, and

5) students apply the skill they have learned in their writing. To check that they have learned the specific skill, students can review their writing over a period of several days and mark example of correct use.

1) Guru menunjukkan secara khusus keterampilan menulis tangan, sedangkan siswa mengamati. Selama menunjukkan, guru menjelaskan langkah-langkah dalam pelaksanaannya.

2) Siswa menggambarkan keterampilan tersebut dan langkah mengeksekusi sebagai guru atau teman sekelas menunjukkan keterampilan yang lebih. 3) Guru mengulas keterampilan menulis tangan, meringkas langkah yang

terlibat dalam pelaksanaan.

4) Siswa berlatih menggunakan pensil, pulpen atau alat tulis lainnya. Saat mereka berlatih, secara perlahan mengulangi langkah-langkah dalam pelaksanaan tersebut, guru memberikan bantuan yang diperlukan. 5) Siswa menerapkan keterampilan yang telah dipelajari kedalam tulisan

mereka. Untuk memeriksa bahwa mereka telah belajar keterampilan secara spesifik, siswa dapat meninjau tulisan selama beberapa hari dan menandai koreksiannya.

(57)

41

penerapan, guru mengurangi bimbingan dalam menulis. Kelima, siswa mengaplikasikan keterampilan menulis tegak bersambung yang telah dipelajari, sedangkan siswa lain maupun guru dapat mengkoreksi hasilnya.

c. Kelemahan dan Kelebihan Strategi Menulis Terbimbing

Penerapan Strategi Menulis Terbimbing dalam pembelajaran memiliki berbagai kelemahan dan kelebihan. Kelemahan dalam penerapan strategi menulis terbimbing, menurut Rahayu (2007) adalah sebagai berikut.

1) Guru memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses pembelajaran 2) Guru mengalami banyak kesulitan dalam membimbung siswa yang

memerlukan bimbingan

3) Kelas yang banyak siswanya akan sangat memerlukan guru dalam memberikan bimbingan belajar.

Kelebihan penerapan strategi menulis terbimbing menurut Rahayu (2007) adalah sebagai berikut.

1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan ide yang ada pada dirinya

2) Memupuk daya nalar siswa

3) Mengembangkan sikap berpikir kritis dan kreatif 4) Siswa dapat lebih aktif dalam belajar

5) Meringankan beban guru dalam mengajar

6) Menciptakan kegiatan pembelajaran yang memotivasi siswa, agar siswa tidak bosan.

7) Meningkatkan terjadinya interaksi dua arah saat proses multisensori berlangsung.

8) Mengembangakan dan memupuk pengalaman belajar siswa dalam beraktivitas.

(58)

42

tidak semua siswa sabar dalam menunggu bimbingan dari guru, dan (4) jika siswa yang dibimbing terlalu banyak akan merepotkan guru dalam membimbingnya. Kelebihan tersebut adalah siswa: (1) aktif dalam kegiatan belajar, (2) memahami bahan belajar dan masalah yang akan ditulis, karena materi tulisan dari siswa sendiri, (3) menimbulkan rasa puas, karena siswa mengalami peningkatan kemampuan dalam tulisannya, dan (4) siswa lebih bersemangat dalam berusaha agar hasilnya lebih meningkat.

Adanya kelemahan dan kelebihan tersebut di atas, menjadikan seorang pembimbing dapat memahami siswa secara bijaksana. Karena pada hakekatnya penulis pemula membutuhkan bimbingan yang intensif agar hasil tulisannya baik. Dengan demikian pembimbing hendaknya meluangkan banyak waktu, tenaga serta pikiran yang cukup, agar siswa mampu memahami apa yang disampaikan saat proses menulis.

(59)

43

5. Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung melalui Strategi Menulis Terbimbing

Strategi menulis terbimbing merupakan suatu strategi dalam mengambangkan keterampilan menulis dengan menggunakan suatu proses menulis sebagai peningkatan pengajaran. Strategi menulis terbimbing erat kaitannya dengan kegiatan menulis tegak bersambung di kelas awal. Guru akan mengawali bimbingan dengan menyusun suatu perencanaan dalam memberikan pembelajaran menulis tegak bersambung. Guru akan mengenalkan bagaimana bentuk huruf cetak atau balok kepada siswa. Apabila siswa sudah mengenali huruf cetak, selanjutnya siswa dikenalkan dengan huruf tegak bersambung. Akan tetapi, perlu ada penjelasan dari guru bagaimana transisi dari huruf cetak menjadi huruf tegak bersambung. Kemudian siswa dibimbing untuk menuliskan kata dengan menggunakan huruf tegak bersambung, bahkan dari penulisan kata tersebut dilanjutkan penulisan kalimat. Guru berperan sebagai pengawas kegiatan siswa. Kegiatan yang dilakukan siswa harus direncanakan secara terstruktur.

Melalui strategi menulis terbimbing ini, siswa diharapkan memahami proses penulisan huruf tegak bersambung secara tepat. Tidak hanya siswa, guru juga diharapkan mampu memberikan pengalaman belajar bagi siswa.

(60)

44

yang diinginkan dalam kegiatan pembelajaran menulis”. Suardi (2009: 85)

menambahkan “Dampak dari bimbingan yang terarah ini, proses belajar siswa

dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran menulis menjadi lebih mudah karena ada yang membimbingnya kearah yang benar, dan pada akhirnya hasil

belajar menjadi lebih baik”.

Ahli lain (dalam Zubaidah, 2012) berpendapat teknik menulis terbimbing adalah upaya penyajian materi ajar menulis yang dilakukan guru kepada siswa dengan cara membimbing siswa kearah proses dan hasil yang menulis yang diharapkan. Melalui upaya ini siswa akan lebih mudah menyerap isi pesan yang disampaikan sebagai materi ajar menulis yang harus dikuasinya setelah proses

pembelajaran berlangsung”.

Goodman mengistilahkan menulis terbimbing dengan writing workshop. Ungkapan Goodman tentang writing workshop yaitu “the writing workshop is way of learning and teaching that requires students ant teacher much of that thinking

will, necessarily being change”, artinya menulis terbimbing merupakan cara belajar

dan mengajar yang dibutuhkan siswa dan guru jauh dari kemauan berpikir, selalu menjadi berubah.

(61)

45

untuk mencapai hasil setiap tahapan harus dicapai secara bertahap dan terus menerus.

Beranjak dari beberapa pendapat yang telah diuraikan, menulis terbimbing dapat diaplikasikan kedalam pembelajaran menulis tegak bersambung kelas awal. Alasan peneliti memilih strategi ini yaitu, penyajian materi menulis tegak bersambung dapat dilakukan dengan bimbingan guru secara bertahap sesuai dengan langkah-langkahnya. Hal ini sejalan dengan Vygotsky (dalam Beckley, 2012: 27) dengan scaffolding dalam konsep Zone of Proximal Development (ZPD), anak akan belajar berinteraksi sosial dengan orang yang kemampuan intelektualnya di atas kemampuannya, sehingga guru akan berperan aktif selama pembelajarn sebagai pembimbing dan pengarah kegiatan siswa serta memberikan suatu dorongan untuk belajar secara mandiri.

(62)

46

mengaplikasikan keterampilan menulis tegak bersambung yang telah dipelajari, sedangkan siswa lain maupun guru dapat mengkoreksi hasilnya.

Jika siswa telah mampu menulis tanpa bimbingan guru, maka secara perlahan-lahan segala bentuk bimbingan akan dikurangi. Hingga akhirnya siswa akan dilepas secara perlahan-lahan dari bimbingan guru untuk mandiri.

6. Karakteristik Siswa Kelas II Sekolah Dasar

Pengembangan metode pembelajaran disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan siswa. Pola serta tahap perkembangan yang disesuaikan dengan umur akan bersifat hierarkis, yaitu harus dilalui berdasarkan urutan tertentu.

Berdasarkan psikologi perkembangan terdapat masa perkembangan peserta didik yang memiliki ciri-ciri khasnya sendiri-sendiri yang disebut karakteristik anak. Menurut Izzaty (2013: 114-115), masa perkembangan dibagi menjadi dua masa, yaitu:

a) masa kelas-kelas rendah sekolah dasar yang berlangsung antara usia 6/7 tahun – 9/10 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 1, 2, dan 3 Sekolah Dasar, dan

b) masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar yang berlangsung antara usia 9/10 tahun – 12/13 tahun, biasanya mereka duduk di kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar.

Izzaty (2013: 115) juga mengungkapkan ciri-ciri anak masa kelas-kelas rendah Sekolah Dasar, yaitu:

a) ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b) suka memuji diri sendiri,

c) kalau tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaannya dianggapnya tidak penting,

d) suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya, dan

(63)

47

Menurut Piaget (Budiningsih, 2005: 36-37) terdapat beberapa tahap perkembangan kognitif. Piaget menyebutkan empat tahap, yaitu tahap sensori motori (umur 0-2 tahun), tahap praoperasional (umur 2-7 tahun), tahap operasional konkrit (umur 7-11 tahun) dan tahap operasional (umur 11-18 tahun).

Pernyataan dari Piaget juga diperkuat oleh pernyataan Yusuf (2012: 12) yang mengemukakan anak usia Sekolah Dasar (6-11 tahun) mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas belajar yang menuntut kemampuan kognitif (membaca, menulis dan berhitung). Kemudian macam-macam tugas-tugas pada tahap perkembangan anak usia enam hingga dua belas tahun menurut Havighurst dalam Juntika (dalam Susanto, 2013: 72) adalah sebagai berikut.

a. Belajar keterampilan fisik untuk pertandingan biasa sehari-hari.

b. Membentuk sikap yang sehat terhadao dirinya sebagai organisme yang sedang tumbuh kembang.

c. Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.

d. Belajar peranan sosial yang sesuai sebagai pria atau wanita.

e. Mengembangkan konsep-konsep yang perlu bagi kehidupan sehari-hari. f. Mengembangkan kata hati, moralitas, dan suatu skala nilai-nilai. g. Mencapai kebebasan pribadi.

h. Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok dan institusi-institusi sosial

(64)

48 B. Kerangka Pikir

Pembelajaran menulis tegak bersambung dipelajari dikelas awal. Menulis tegak bersambung membutuhkan ketelitian dan kesabaran lebih dalam merangkaikan setiap hurufnya. Pada dasarnya, melalui materi pembelajaran menulis tegak bersambung siswa dapat melatih kemampuan berpikir dan melatih kemampuan motorik halusnya. Selanjutnya tujuan menulis tegak bersambung adalah untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi melalui menulis. Tulisan yang dihasilkan bisa rapi dan dapat dibaca oleh orang lain. Berdasarkan kenyataan saat ini, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam merangkai huruf tegak bersambung. Misalnya dalam hal penulisan huruf kapital dan tanda baca pada kalimat, siswa masih mengalami kesulitan. Bahkan guru cenderung menggunakan metode ceramah saat proses pembelajaran, meskipun telah memberikan contoh huruf tegak bersambung yang benar dipapan tulis, siswa tidak memperhatikan. Masalah tersebut harus segara mendapatkan penanganan. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis tegak bersambung adalah strategi menulis terbimbing.

(65)

49

(66)

50

Gambar 17. Skema Kerangka Pikir Pembelajaran Menulis Tegak Bersambung Keadaan Awal

Proses Pembelajaran dan Hasil Menulis Tegak Bersambung 1. Kemampuan menulis tegak bersambung siswa belum baik.

2. Siswa masih kesulitan dalam merangakaian dan menggabungkan huruf tegak bersambung

3. Siswa masih kesulitan dalam menggunakan ejaan seperti huruf kapital dan tanda baca. 4. Siswa belum diberikan tugas dalam melatih kemampuan menulis tegak bersambung. 5. Siswa belum pernah diberlakukan cara menulis tegak bersambung melalui strategi

menulis terbimbing sehingga kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. 6. Siswa belum terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis tegak bersambung.

Perlakuan

Pembelajaran menulis tegak bersambung melalui strategi menulis terbimbing

Proses Pembelajaran dan Hasil Menulis Tegak Bersambung yang Diharapkan 1. Kemampuan menulis tegak bersambung siswa lebih baik.

2. Siswa mampu merangkaikan dan menggabungkan huruf tegak bersambung.

3. Siswa mampu menggunakan ejaan seperti huruf kapital dan tanda baca dalam menulis tegak bersambung.

4. Siswa mampu melatih kemampuan menulis tegak bersambung melalui tugas yang diberikan.

5. Siswa dapat bersemangat menulis tegak bersambung melalui strategi menulis terbimbing.

(67)

51 C. Hipotesis Penelitian

(68)

52 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode Penelitian Pendidikan menurut Sugiyono (2015: 6) yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Jadi penelitian pendidikan yang baik hendaknya memiliki data yang valid untuk dapat dibuktikan dan dikembangkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka. Sementara itu Sugiyono (2015: 107) menjelaskan penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen dengan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) karena menurut Sugiyono (2015: 114) dalam desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Gambar

Gambar 1. Bentuk Huruf  Lepas dan Huruf Sambung (Sumber: Djuanda, 2006)
Gambar 2. Arah Penulisan Huruf Tegak Bersambung
Gambar 3. Bentuk Huruf  Kapital Tegak Bersambung. (Sumber: Depdiknas, 2009: 46)
Gambar 4. Bentuk Huruf Tegak Bersambung di Buku Halus (Sumber: Depdiknas, 2009: 38)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut. Proses pembelajaran keterampilan menulis yang belum efektif. Guru belum

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah: Apakah metode

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah , maka masalah pada penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut: “ Adakah peningkatan kemampuan menulis

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, masalah dalam penelitian ini dibatasi pada upaya meningkatkan keterampilan menulis narasi ekspositoris

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah umum penelitian ini adalah belum ada model perangkat pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis legenda

Hasil penelitian terhadap keberhasilan dalam upaya peningkatam keterampilan menulis tegak bersambung dengan pemanfaatan media buku tulis halus pada siswa kelas I SDB

Setelah mengobservasi pada pembelajaran menulis, ditemukan ada beberapa masalah yang mengakibatkan hasil keterampilan menulis siswa kelas III SD Negeri 1 Grenggeng

Tahap kegiatan pada siklus-siklus tersebut, hasil yang dicapai adalah: 1 Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung, 2 Guru dapat merancang dan menerapkan