PENGARUH METODE LATIHAN BERVARIASI TERHADAP
KEMAMPUAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG
SISWA KELAS II MIN CIPUTAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
Elis Robiatul Adawiyyah
1111018300042
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis tegak bersambung siswa kelas II di MIN Ciputat, pada tahun pelajaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen dengan desain one group pretest posttest design.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes berupa penugasan dan angket respon siswa. Analisis data kelompok menggunakan uji-t diperoleh hasil t-hitung 12,294 dan t-tabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,571, maka dapat disimpulkan t-hitung>t-tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis huruf tegak bersambung siswa kelas II di MIN Ciputat. Hasil perhitungan N-Gain yang menunjukkan bahwa pengaruh metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis huruf tegak bersambung siswa kelas II MIN Ciputat sebesar 0,6 yang berada pada kriteria sedang. Respon siswa terhadap penggunaan metode latihan bervariasi terhadap pembelajaran menulis huruf tegak bersambung diperoleh hasil persentase sebanyak 88,46% yang artinya bahwa sebagian besar siswa menyatakan “Ya” bahwa metode latihan bervariasi dapat digunakan dalam pembelajaran menulis huruf tegak bersambung.
ii
ABSTRACT
Elis Robiatul Adawiyyah, "Effect of Exercise Methods Varies for The Ability to Writing Upright be Continued Grade II MIN Ciputat ". Thesis, Department of Islamic Elementary Teacher Education, Faculty of Science and Teaching Tarbiyah, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, in 2015.
This study aims to determine the effect of training methods vary with the ability to writing upright be continued grade II in MIN Ciputat, in the academic year 2015/2016. The research used is quasi-experiment design with one group pretest posttest design. Sampling was done by using purposive sampling technique. Data collection techniques used are in the form of test assignments and student questionnaire responses. Analysis of the data groups using t-test result 12.294 t-test and t-table at the 5% significance level of 2.571, it can be concluded t count> t-table. This shows that there are significant training method varies with the ability to beautiful writing grade II in MIN Ciputat. N-Gain calculation results which demonstrate that the effect of exercise methods vary ith the ability to rite letters upright concatenated in MIN Ciputat grade II of 0,6 which is the criteria for being. The response of students to use various training methods towards learning to write letters upright concatenated result as percentage of 88.46%, which means that most of the students stated "Yes" that varied training methods can be used in learning to beautiful writing.
iii
salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Saw yang telah memberi tuntunan
dan pedoman serta suri tauladan kepada umat-Nya.
Alhamdulillaahirrabbil‟aalamiin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Latihan Bervariasi Terhadap Kemampuan Menulis Huruf Tegak Bersambung Siswa Kelas II MIN Ciputat”.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M. A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. fauzan, M. A., selaku wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Khalimi, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islma
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Asep Ediana Latip, M. Pd., selaku sekretaris Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Rosida Erowati, M. Hum., selaku Dosen Pembimbing yang bersedia
meluangkan waktunya untuk senantiasa memberikan arahan, semangat,
dukungan, dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan ketulusan.
6. Nafia Wafiqni, M. Pd., selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama
iv
8. Dra. Hj. Ratu Rohimah, selaku Kepala Madrasah MIN Ciputat, yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan penelitian
di sekolah tersebut.
9. Galuh Ratnanggung, S. H., yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan kegiatan observasi pra penelitian sampai pada
penelitian dikelas tersebut.
10.Seluruh siswa-siswi kelas IIA, yang telah kooperatif selama penulis
melakukan penelitian.
11.Keluargaku tercinta, nenek, mamah, bapak, dan adik-adikku yang tidak
henti-hentinya memberikan doa yang sangat tulus, dukungan moril dan materil,
serta motivasi kepada penulis sampai saat ini.
12.Sahabat-sahabatku terkasih, Nayu Patmonowati, Mona Sylviana Dewi, Nur
Muti‟ah, Yuliana Sari Haluk, Fizia Aulia Rahma, dan Hana Fadillah. Terima kasih banyak telah menjadi sahabat dan keluarga baru, yang telah menemani,
membantu, memberikan motivasi, inspirasi, doa, serta memberikan cerita dan
pengalaman yang sangat luar biasa kepada penulis selama ini. Semoga
persahabatan kita tidak berhenti sampai di kampus ini.
13.Sahabat-sahabat sepembimbinganku, Mona Sylviana Dewi, Fitri Ratnasari,
Ana Pratiwi, Sarah Respati, dan Muhammad Arif yang telah membantu dan
memotivasi penulis.
14.Sahabat-sahabat PGMI angkatan 2011, yang telah membantu selama
perkuliahan dan sudah memberikan cerita dan pengalaman yang luar biasa
bagi penulis. Semoga kebersamaan dan silaturahmi kita akan terus berjalan
dan tidak akan pernah putus.
15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
memberikan bantuan, motivasi, dan informasi yang bermanfaat bagi penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga seluruh pihak yang telah ikhlas dan tulus membantu dapat
v
Jakarta, 04 Januari 2016
vi
A. Latar Belakang Masalah ……….
B. Identifikasi Masalah ………
1. Metode Latihan Bervariasi ...
a. Pengertian Metode Latihan Bervariasi ...
b. Tujuan Penggunaan Metode Latihan Bervariasi ...
c. Prinsip Penggunaan Metode Latihan Bervariasi ...
d. Komponen-Komponen dalam Mengadakan
Latihan ………..
e. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan
Metode Latihan Bervariasi ...
f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan
Bervariasi ...
g. Prosedur Pelaksanaan Metode Latihan
vii
c. Tujuan Menulis Tegak Bersambung ...
d. Pembelajaran Menulis Permulaan ...
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...
C. Kerangka Berpikir ...
E. Instrument Penelitian ...
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Sekolah ...
B. Deskripsi Data ...
1. Deskripsi Proses Pembelajaran ...
2. Deskripsi Hasil Penelitian ...
a. Deskripsi Data Pretest ... b. Deskripsi Data Posttest ... c. N-Gain ...
C. Pengujian Persyararan Analisis dan Pengujian Hipotesis ....
1. Uji Normalitas ...
2. Uji Homogenitas ...
3. Pengujian Hipotesis ...
4. Analisis Data Angket ...
D. Pembahasan ...
ix
Tabel 3.3 : Kisi-kisi Instrumen Menulis Tegak Bersambung ... 31
Tabel 3.4 : Rubrik Menulis Huruf Tegak Bersambung ... 32
Tabel 3.5 : Kriteria Penilaian Menulis Tegak Bersambung ... 32
Tabel 3.6 : Angket Respon Siswa ... 34
Tabel 4.1 : Data Hasil Pretest dan Posttest ... 46
Tabel 4.2 : Data Hasil Pretest ... 48
Tabel 4.3 : Tabel Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest ... 49
Tabel 4.4 : Data Hasil Posttest ... 51
Tabel 4.5 : Tabel Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Posttest ... 52
Tabel 4.6 : Data Nilai N-Gain Pretest dan Posttest ... 53
Tabel 4.7 : Tabel Frekuensi Kriteria N-Gain ... 54
Tabel 4.8 : Hasil Perhitungan Uji Normalitas dengan Chi Kuadrat ... 54
Tabel 4.9 : Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dengan Uji Fisher ... 55
Tabel 4.10
Tabel 4.11
: Analisis Hasil Data Angket Pernyataan Siswa merasa senang
menulis tegak bersambung ...
: Analisis Hasil Data Angket Pernyataan Dengan latihan yang
dibimbing guru, saya bisa lebih mudah menulis tegak
bersambung ... 57
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Diagram Batang Nilai Rata-Rata Pretest dan Posttest ... 48 Gambar 4.2 : Diagram Batang Distribusi Frekuensi Perolehan
Nilai Pretest ... 50 Gambar 4.3 : Diagram Batang Distribusi Frekuensi Perolehan
xi
Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 4 : Data Hasil Pretest
Lampiran 5 : Data Hasil Posttest
Lampiran 6 : Deskripsi Statistik Pretest
Lampiran 7 : deskripsi Statistik Posttes
Lampiran 8 : Deskripsi N-Gain
Lampiran 9 : Perhitungan Uji Normalitas
Lampiran 10 : Perhitungan Uji Homogenitas
Lampiran 11 : Perhitungan Uji Hipotesis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang dilalui setelah
pendidikan usia dini atau taman kanak-kanak. Sejak di sekolah dasar (SD),
siswa sudah semestinya dibekali dengan ilmu pengetahuan dan
keterampilan-keterampilan dasar. Banyak keterampilan-keterampilan yang diharapkan dimiliki siswa dari
sekolah dasar, Salah satunya adalah keterampilan berbahasa yang baik.
Keterampilan berbahasa pada siswa didapatkan dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa
adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan salah satu kegiatan berbahasa yang
sangat penting, sebab menulis merupakan kegiatan yang sifatnya
berkelanjutan. Artinya, menulis di SD merupakan kegiatan dasar sebagai bekal
belajar menulis di jenjang berikutnya. Selain itu, kemampuan menulis bagi
para siswa sangat bermanfaat dalam menyalin, mencatat, dan mengerjakan
tugas sekolah.
Salah satu materi bahasa yang diajarkan di sekolah pada kelas rendah
adalah menulis tegak bersambung. Menulis tegak bersambung adalah suatu
aktivitas yang menyambungkan huruf demi huruf. Menulis tegak bersambung
merupakan salah satu aspek perkembangan motorik halus, karena dalam
menulis huruf tegak bersambung dibutuhkan sekali ketelatenan, kesabaran,
dan kerapihan.
Menulis tegak bersambung di sekolah dasar sangat penting diajarkan terutama pada zaman sekarang. Mengingat perkembangan teknologi
yang semakin maju dan sudah dirasakan betul oleh anak didik kita. Kemajuan
teknologi, seperti gadget memang tidak dipungkiri manfaatnya yang sangat
besar sebagai alat yang memudahkan siswa untuk mencari pengetahuan,
hiburan ataupun permainan, tetapi yang harus diingat bahwa gadget juga dapat
Dengan gadget, aktivitas menulis anak menjadi lebih mudah. Hal inilah yang
akhirnya mempengaruhi koordinasi motorik halus anak menjadi kurang bagus
dan tulisan tangan anak pun menjadi jelek.1 Belajar menulis bersambung di sekolah mampu membuat siswa melatih gerak tangan menjadi luwes dan
membuat tulisan rapi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru kelas II
MIN Ciputat, permasalahan yang ditemukan dalam kemampuan menulis
adalah kemampuan menulis siswa dengan menggunakan huruf tegak
bersambung. Kemudian peneliti melakukan observasi di kelas dan melihat
permasalahan-permasalahan yang terdapat di kelas adalah bahwa masih
banyak kesalahan siswa dalam menulis tegak bersambung yang mencakup
kerapihan tulisan, ukuran dan bentuk huruf kecil maupun kapital, dan
kelengkapan huruf. Hal itu terlihat dengan adanya siswa yang menulis tidak di
garis kedua dalam buku garis tiga, penulisan huruf p dan r kecil sambung yang
masih seperti huruf lepas, penulisan huruf kapital dalam tegak bersambung,
kerapihan tulisan, dan penulisan tegak bersambung yang belum sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, dapat dikemukakan bahwa
proses pembelajaran menulis tegak bersambung di kelas II MIN Ciputat masih
kurang efektif. Dengan penggunaan metode latihan bervariasi dapat dijadikan
solusi dalam mengajarkan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung.
Melalui metode latihan, diharapkan siswa mampu menulis tegak bersambung
dengan baik dan mampu membedakan bentuk-bentuk huruf. Walaupun
memang awal mempelajari keterampilan menulis huruf tegak bersambung ini
memang masih sulit, namun dengan latihan lebih sering keterampilan itu akan
membaik. Untuk menghindari rasa kebosanan selama latihan berlangsung,
dapat dilakukan variasi dalam latihan. Variasi latihan ini dapat ditujukan
dengan adanya perubahan gaya mengajar, media dan sumber belajar, pola
interaksi antara guru dan siswa, maupun dalam hal variasi dalam kegiatan
1
3
latihan. Tujuan dari pemberian latihan yang bervariasi adalah selain untuk
menghilangkan kebosanan, juga akan mendorong siswa untuk belajar, karena
kehadiran latihan yang bervariasi yang dilakukan guru dapat memberikan
motivasi terhadap siswa yang kurang memberikan perhatiannya terhadap
materi pelajaran yang diberikan guru sehingga siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, dan penuh partisipasi dalam proses latihan yang
sedang berlangsung.
Dalam mengajarkan menulis huruf tegak bersambung bukanlah
pelajaran yang diajarkan melalui penjelasan guru saja, melainkan dibutuhkan
latihan secara langsung dengan bimbingan guru. Tanpa adanya proses berlatih,
tidak mungkin keterampilan menulis huruf tegak bersambung pada diri siswa
akan muncul dan dapat dikuasai dengan baik.
Berdasarkan masalah di atas, peneliti mengambil judul penelitian
yang berjudul “Pengaruh Metode Latihan Bervariasi Terhadap Kemampuan Menulis Huruf Tegak Bersambung Siswa Kelas II MIN Ciputat”.
B. Identfikasi Masalah
Dari uraian di atas penulis mengidentifikasi masalah dari
pembahasan tersebut yaitu:
1. Siswa kelas II MIN Ciputat kesulitan menulis huruf tegak bersambung.
2. Penulisan bentuk dan ukuran huruf tegak bersambung siswa kelas II MIN
Ciputat yang belum sesuai dengan aturan menulis tegak bersambung.
3. Siswa kelas II MIN Ciputat masih kesulitan menulis huruf kapital dalam
tegak bersambung.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas, maka perlu dilakukan
pembatasan masalah dalam penelitian ini agar persoalan penelitian dapat
dikaji dengan mendalam. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas II A MIN Ciputat.
2. Kegiatan menulis bersambung yang dilakukan peneliti adalah menulis
huruf, kata, dan kalimat dengan tegak bersambung.
3. Yang dimaksud aturan menulis tegak bersambung adalah bentuk setiap
huruf dan ukuran setiap huruf (ke atas dan ke bawah garis).
4. Metode yang digunakan adalah metode latihan bervariasi.
5. Pengaruh yang dimaksud adalah perbedaan kemampuan menulis tegak
bersambung siswa sebelum dan setelah menggunakan metode latihan
bervariasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Seberapa besar pengaruh metode latihan
bervariasi terhadap kemampuan menulis huruf tegak bersambung siswa kelas
II MIN Ciputat?
E. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
penggunaan metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis huruf
tegak bersambung siswa kelas II MIN Ciputat.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penggunaan
metode latihan bervariasi dalam mengajarkan menulis tegak
bersambung dalam proses pembelajaran.
b. Bagi siswa
5
c. Bagi peneliti
Bermanfaat untuk memberikan gambaran pengaruh metode latihan
bervariasi terhadap kemampuan menulis tegak bersambung.
2. Manfaat Teoretis
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya.
c. Dapat memberikan sumbangan kepada dunia pendidikan dalam
pengajaran bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan menulis
6 A. Deskripsi Teoretis
1. Metode Latihan Bervariasi
a. Pengertian Metode Latihan Bervariasi
Kata metode dalam bahasa Yunani “methodos” yang artinya jalan atau cara.1 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan.2 Menurut M. Sobry Sutikno, metode adalah suat cara yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.3 Menurut Abu Ahmadi, metode adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas, agar pelajaran dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa
dengan baik.4 Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam menyajikan bahan
pelajaran yang sudah direncanakan pada saat berlangsungnya pengajaran.
Untuk mengajarkan suatu materi pembelajaran, guru dapat memilih metode
pembelajaran yang efektif sehingga siswa dapat mencapai tujuan yang
diharapkan.
Metode berfungsi mengarahkan materi pembelajaran agar dapat
dipahami oleh siswa. Menurut Syaiful B. Djamarah dalam Pupuh
Fathurrohman dan Sobry, metode memiliki kedudukan, yaitu sebagai alat
1
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Berbagai Pendekatan, Metode, Teknik, dan Media Pengajaran, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), h. 20.
2
Depdiknas, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hlm. 952.
3
M. Sobry Sutikno, Metode dan Model-Model Pembelajaran Menjadikan Proses Pembelajaran Lebih Variatif, Aktif, Inovatif, Efektif dan Menyenangkan, (Lombok: Holistica, 2014), cet ke I, h. 33.
4
7
motivasi ekstrinsik siswa, untuk menyiasati perbedaan individual siswa, dan
untuk mencapai pendidikan.5
1) Sebagai alat motivasi ekstrinsik siswa
Motivasi belajar dapat berasal dari luar diri siswa. Salah satunya
adalah metode pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang baik
akan meningkatkan motivasi belajar siswa.
2) Untuk menyiasati perbedaan individual siswa
Dalam satu kelas terdiri dari berbagai macam karakteristik, minat
dan gaya belajar siswa. Untuk menyiasati keragaman siswa tersebut, guru
dapat menggunakan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran.
3) Untuk mencapai tujuan pembelajaran
Sebelum seorang guru memilih dan menentukan metode
pembelajaran, sebaiknya terlebih dahulu guru tersebut harus mengetahui
tujuan dari setiap kegiatan belajar yang akan dilakukan. Sebab metode
tunduk pada tujuan, bukan sebaliknya.6
Kata latihan berasal dari kata latih yang berarti belajar dan
membiasakan diri agar mampu melakukan sesuatu.7 Latihan adalah pendidikan untuk memperoleh kemahiran atau kecakapan.8 Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-ulang suatu hal sehingga terbentuk
kemampuan atau keterampilan yang diharapkan. Dengan berlatih,
keterampilan yang dimiliki oleh siswa dapat ditingkatkan dan
disempurnakan.9
5
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT Refika Aditama, 2009), cet ke III, h. 55.
6
Berikut ini pengertian metode latihan menurut para ahli:
(1) Menurut Roestiyah metode latihan dapat diartikan sebagai suatu cara
mengajar di mana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar
siswa memiliki keterampilan yang lebih tinggi.10
(2) Menurut Nana Sudjana, metode latihan adalah suatu kegiatan melakukan
hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan
untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu
keterampilan agar menjadi bersifat permanen.11
(3) Menurut Syaiful B. Djamarah dan Aswan juga menambahkan bahwa
metode latihan merupakan cara mengajar yang baik untuk memperoleh
suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.12
(4) Menurut Syaiful Sagala, metode latihan adalah suatu cara mengajar yang
baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu dan sebagai sarana
untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatam, kesempatan dan
keterampilan.13
(5) Menurut Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar, metode latihan adalah
suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara
berulang kepada siswa.14
Variasi berarti bentuk yang lain atau yang berbeda bentuk.15 Bervariasi adalah mempunyai variasi, mempunyai berbagai bentuk (rupa,
jenis, dll), ada selingannya.16 Bila situasi belajar itu diubah-ubah atau bervariasi, maka keterampilan akan lebih disempurnakan.
10
Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. ke VII, h. 125. 11
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), h.86. 12
Syaiful Bahri & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), cet. ke IV, h. 95.
13
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 21. 14
Nur Hamiyah dan Mohammad Jauhar, Strategi Belajar Mengajar di Kelas, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), h. 54.
15
Depdiknas, Op., cit, h. 1605 16
9
Jadi, metode latihan bervariasi merupakan cara mengajar yang
dilakukan guru dengan memberikan latihan yang bermacam-macam dengan
tujuan untuk menghilangkan rasa kejenuhan dan kebosanan selama kegiatan
latihan, sehingga siswa memperoleh kemampuan atau keterampilan tertentu.
b. Tujuan Penggunaan Metode Latihan Bervariasi
Metode latihan bervariasi digunakan agar siswa memiliki beberapa
kemampuan dan keterampilan sebagai berikut:17
(1) Memiliki kemampuan motoris/gerak, seperti menghafalkan kata-kata,
menulis, mempergunakan alat/membuat suatu benda, dan melaksanakan
gerak dalam olah raga.
(2) Mengembangkan kecakapan intelek, seperti mengalikan, membagi,
menjumlahkan, mengurangi, dan menarik akar dalam hitung mencongkak.
(3) Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu kejadian dengan hal
lain, seperti hubungan antara tanda huruf dan bunyi - ng – ny, penggunaan lambing/simbol di dalam peta, dan sebagainya.
Tujuan penggunaan variasi dalam metode latihan ditujukan terhadap
perhatian peserta didik, motivasi dan belajar siswa. Tujuan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:18
(1) Meningkatkan dan memelihara perhatian siswa.
Perhatian siswa selama latihan sangat penting karena mempengaruhi
keberhasilan tujuan yang akan dicapai. Dalam kelas dengan jumlah siswa
yang besar, sangat sulit sekali mempertahankan perhatian siswa agar tetap
fokus terhadap pelajaran yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, guru
sangatlah perlu memperhatikan penggunaan variasi dalam latihan agar
dapat memlihara perhatian siswa.
17
Roestiyah, Op., cit, h. 125 18
(2) Memberi kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi.
Berdasarkan timbulnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
motivasi yang timbul dari diri sendiri. Maksudnya adalah siswa belajar
bukan karena dorongan dari orang tua, guru, bahan pelajaran, ataupun
media dan metode pembelajaran yang menarik, melainkan atas kesadaran
sendiri. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat
dorongan dari luar dirinya. Maksudnya adalah saat dalam diri siswa tidak
ada motivasi untuk belajar, maka disinilah motivasi ekstrinsik diperlukan.
Peranan guru dituntut untuk berperan sebagai fungsi motivasi, yaitu
sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat. Disinilah perlunya
variasi latihan yang diberikan guru selama latihan.
(3) Membentuk sikap positif terhadap guru.
Seorang guru merupakan salah satu kunci dari keberhasilan belajar siswa
di kelas. Apabila guru mengajar dengan cara monoton, maka siswa
menjadi malas belajar, menjadi benci dengan pelajaran bahkan menjadi
tidak menyukai guru tersebut. Tetapi apabila guru yang mengajar dengan
variasi, maka akan timbul gairah belajar dalam diri siswa. Siswa menjadi
senang dengan pelajaran yang diajarkan dan guru pun menjadi disenangi
bahkan difavoritkan siswa.
(4) Mendorong anak didik untuk belajar
Seorang guru harus menciptakan lingkungan belajar yang mampu
mendorong siswa untuk mau belajar. Cara yang dapat dilakukan guru
adalah dengan mengembangkan variasi belajar, baik dalam gaya mengajar,
11
c. Prinsip Penggunaan Metode Latihan Bervariasi
Penggunaan variasi dalam metode latihan harus memperhatikan
prinsip-prinsip dalam penggunaannya, yaitu:19
(1) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan
dengan tujuan yang hendak dicapai.
(2) Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga
tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
(3) Variasi harus direncanakan dengan baik dan secara eksplisit dicatumkan
dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
d. Komponen-Komponen dalam Mengadakan Variasi
Menurut Taufik, komponen-komponen variasi mengajar
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu variasi gaya mengajar, variasi media dan
bahan, serta variasi interaksi.20 (1) Variasi Gaya Mengajar
Variasi dalam gaya mengajar dapat dilakukan dengan berbagai cara
sebagai berikut:
Variasi suara dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan.
Penekanan berfungsi memfokuskan perhatian siswa. Penekanan
biasanya dikombinasikan dengan gerakan anggota badan.
Pemberian waktu dengan membuat kesenyapan sejenak.
Kontak pandang. Dalam berbicara dan berinteraksi dengan siswa, sebaiknya guru mengarahkan pandangan ke seluruh kelas dan menatap
mata siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan
menghindari hilangnya kepribadian.
19
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke XXIII, h. 85.
20
Gerakan anggota badan. Variasi dalam mikmik, gerakan kepala atau
badan merupakan bagian yang penting dalam komunikasi.
Pindah posisi. Perpindahan posisi guru dalam kelas dapat membantu
menarik perhatian siswa dapat meningkatkan kepribadian guru.
(2) Variasi Media dan Bahan
Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu:
Variasi media visual
Penggunaan media visual dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan
bahan ajar khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe,
peta, film, slide, TV, radio, grafik, model, demonstrasi dan lain-lain.
Variasi media audio, berupa suara guru.
Variasi media interaksi memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
(3) Variasi Interaksi
Variasi dalam pola interaksi dapat dilakukan sebagai berikut:
Variasi dalam pengelompokkan siswa, yaitu klasikal, kelompok besar,
kelompok kecil, dan perorangan.
Variasi tempat kegiatan pembelajaran, yaitu di kelas dan di luar kelas.
Variasi dalam pola pengaturan guru, yaitu sorang guru dan tim.
Variasi dalam pengaturan hubungan guru dengan siswa langsung
(tatap muka) dan melalui media.
Variasi dalam struktur peristiwa pembelajaran, yaitu terbuka dan
tertutup.
Variasi dalam pengorganisasian pesan, yaitu deduktif dan induktif.
Variasi dalam pengelolaan pesan, yaitu expositorik dan heuristik atau
hipotetik.21
21
13
E. Mulyasa menambahkan komponen dalam variasi mengajar, yaitu
variasi dalam kegiatan pembelajaran. Variasi dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilakukan dalam penggunaan metode pembelajaran, media dan sumber
belajar, pemberian contoh dan ilustrasi, serta variasi dalam interaksi dan
kegiatan siswa.22
e. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Penggunaan Metode Latihan Bervariasi
Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan
metode latihan bervariasi menurut Nana Sudjana yaitu:23
1. Peserta didik harus diberi pengertian yang mandalam sebelum diadakan
latihan tertentu.
2. Latihan untuk pertama kalinya hendaknya bersifat diagnosis, meskipun
latihan pertama kurang berhasil, sebaiknya diadakan perbaikan agar
hasilnya lebih sempurna.
3. Latihan tidak perlu lama, yang terpenting rutin dilaksanakan.
4. Harus disesuaikan dengan taraf kemampuan peserta didik.
5. Proses latihan hendaknya mendahulukan hal-hal yang esensial dan
berguna.
6. Perhatikan kesalahan-kesalahan umum yang dilakukan peserta didik untuk
perbaikan secara klasikal sedangkan kesalahan perorangan, diperbaiki
secara perorangan pula.
f. Kelebihan dan Kelemahan Metode Latihan Bervariasi
Metode pembelajaran bermacam-macam. Setiap metode
pemebelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Begitu
22
E. Mulyasa, Op., cit, h. 80. 23
pula dengan metode latihan bervariasi. Berikut beberapa keuntungan
penggunaan metode latihan bervariasi dalam pembelajaran, yaitu:24
a. Membentuk kebiasaan yang dilakukan dan menambah ketepatan, serta
kecepatan.
b. Pembentukan kebiasaan-kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang
kompleks dan rumit menjadi lebih otomatis.
c. Menghindari rasa kebosanan dalam latihan, sehingga meningkatkan gairah
belajar.
Adapun kelemahan dari metode latihan bervariasi sebagai berikut: 25 a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa.
b. Siswa tidak mampu mengembangkan bakat.
c. Keterampilan siswa menetap/kaku.
d. Terjadi verbalisme.
g. Prosedur Pelaksanaan Metode Latihan Bervariasi
Adapun langkah-langkah/prosedur yang harus diperhatikan guru
dalam pelaksanaan metode latihan bervariasi, sebagai berikut:26 a. Menjelaskan maksud dan tujuan latihan terbimbing pada siswa.
b. Guru mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik
dan benar sesuai dengan konsep dan aturan tertentu. Pada bentuk belajar
verbal yang dipertunjukkan adalah pengucapan atau penulisan kata atau
kalimat.
c. Mengadakan latihan terbimbing sehingga timbul respon siswa yang
berbeda-beda untuk peningkatan keterampilan dan penyempurnaan
kecakapan siswa.
24
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Op., cit, h. 96. 25
M. Subana & Sunarti, Op,. cit, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), h. 203 26
15
d. Memberi waktu untuk mengadakan latihan yang singkat agar tidak
meletihkan dan membosankan dan guru perlu memperhatikan respon
siswa apakah telah melakukan latihan dengan tepat dan cepat.
e. Meneliti hambatan atau kesukaran yang dialami siswa dengan cara
bertanya kepada siswa.
f. Mengubah situasi latihan dengan menggunakan variasi dalam latihan
sehingga menimbulkan optimisme dan rasa gembira pada siswa yang
dapat menghasilkan keterampilan yang baik. Variasi dalam latihan yang
dapat dilakukan guru adalah variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam
penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam interaksi dan variasi
dalam kegiatan pembelajaran.
g. Variasi dalam latihan yang dilakukan peneliti dalam kegiatan menulis
tegak bersambung adalah:
Variasi dalam penggunaan media belajar, sumber belajar, dan kegiatan
pembelajaran, seperti:
1. Peneliti menggunakan lagu hasil ciptaan peneliti sendiri yang
berisikan tentang ukuran huruf kapitan dan huruf kecil dalam tegak
bersambung.
2. Peneliti menggunakan media berupa kertas berbentuk awan untuk
menulis huruf yang hilang dalam tegak bersambung.
3. Peneliti menggunakan media gambar untuk menulis kalimat
sederhana.
4. Bermain kartu kata. Maksudnya adalah guru membagikan kartu
bernomer kepada seluruh siswa. Guru menyiapkan kartu kata yang
nanti akan ditulis siswa dalam bentuk tegak bersambung di papan
tulis. Siswa yang nomornya keluar dalam kocokan maju ke depan
kelas, lalu mengambil kartu kata secara acak. Kemudian
2. Kemampuan Menulis Tegak Bersambung a. Pengertian Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang hampir dilakukan oleh semua
orang. Kemampuan menulis itu tidak timbul secar alamiah, melainkan sesuatu
yang harus dipelajari dan dilatih. Seperti yang dikatakan Ahmad Susanto,
menulis bukanlah bakat karena tidak semua orang mampu untuk menulis.27 Artinya, menulis bukanlah sebuah bakat bawaan atau bakat yang diturunkan,
melainkan suatu bakat yang dimiliki karena adanya proses belajar dan latihan.
Masih dalam buku yang sama, terdapat dua pengertian menulis, di
antaranya: 28
a. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis artinya: (1) membuat huruf dengan pena; (2) melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan; (3) menggambar, melukis; (4) membatik (kain) mengarang cerita, membuat surat, dan berkirim surat.
b. Menurut Rusyana, menulis adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam penyampaiannya secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan.
Tarigan menyebutkan bahwa menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut.29
Dari beberapa pengertian di atas, jelas sekali kalau menulis
merupakan jenis komunikasi secara tidak langsung. Karena menulis adalah
bentuk penyampaian penulis yang berupa pesan atau gagasan kepada
pembacanya. Artinya, komunikasi ini terjadi antara penulis dan pembaca
dengan perantara sebuah tulisan. Menurut Syafi‟ie, pesan yang ditransaksikan
17
itu dapat berwujud ide (gagasan), kemauan, keinginan, perasaan, ataupun
informasi.30
Dalam proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang
dapat dipandang sebagai sebuah proses, keterampilan, proses berpikir,
kegiatan informasi, dan kegiatan berkomunikasi.31
1. Sebagai sebuah proses artinya untuk mencapai sebuah tulisan itu perlu
melalui beberapa tahap. Mulai dari perencanaan, menulis draf, perbaikan
draf, penyuntingan, sampai pemublikasian hasil tulisan.
2. Sebagai sebuah keterampilan, menulis merupakan suatu kemampuan yang
didapat dari hasil belajar dan latihan. Dengan latihan yang
sungguh-sungguh maka akan dapat mencapai kemampuan menulis yang
diharapkan.
3. Sebagai sebuah proses berpikir, menulis merupakan kegiatan yang
membutuhkan penalaran.
4. Sebagai kegiatan informasi, menulis mampu menyampaikan informasi
yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca.
5. Sebagai kegitan berkomunikasi, menulis itu diajukan untuk pembaca.
Seorang penulis harus mempertimbangkan hal-hal yang akan ditulis agar
tulisan yang dihasilkan komunikatif.
b. Menulis Tegak Bersambung
Menulis tegak bersambung adalah menulis dengan menyambungkan
huruf-huruf sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Menulis tegak
bersambung merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa
sejak tingkat dasar. Dalam menulis sambung, siswa tidak hanya
30 Ahmad Susanto, Op., cit, h. 247. 31
menyambungkan huruf demi huruf melainkan juga harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut, yaitu:32
1. Bentuk setiap huruf harus benar.
2. Ukuran setiap huruf (ke atas dan ke bawah garis) harus tepat.
3. Huruf harus tegak lurus.
Pada awalnya memang tidak mudah bagi siswa untuk menulis huruf
tegak bersambung dengan baik, namun jika dilatih terus menerus, siswa pasti
akan semakin terampil. Menulis tegak bersambung membutuhkan sebuah
kesabaran dan ketekunan pada saat melakukannya.
Latihan menulis tegak bersambung dapat dilakukan dengan
menggunakan buku bergaris atau buku kotak.33 Selama latihan menulis huruf tegak bersambung, siswa menggunakan buku tulis halus garis tiga.34 Penggunaan buku tulis halus garis tiga sangat bermanfaat sekali bagi kelas
rendah atau permulaan, karena berfungsi sebagai media yang memudahkan
siswa untuk membedakan ukuran setiap huruf sehingga tulisan menjadi rapi,
indah dan mudah dibaca.
Sebelum latihan menulis huruf tegak bersambung dilakukan, peneliti
menjelaskan langkah-langkah menulis sambung di buku tulis garis tiga
sebagai berikut:
1. Mengenalkan jika menulis di buku garis tiga dimulai dari tepi bawah baris
ke-2.
32
Depdiknas, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1, 2, 3, (Jakarta: Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 37.
33
Solchan, dkk, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta: UT, 2011), cet ke XI, h. 6. 35.
34
19
2. Sebelum menulis, siswa harus bisa membedakan huruf mana yang
memiliki jambul atau ekor atau memiliki keduanya atau tidak memiliki
keduanya.
a. Huruf Kapital
1) Huruf yang panjangnya 2 baris, yaitu huruf A, B, C, D, E, H, I, K,
L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, dan Z.
2) Huruf yang panjangnya 3 baris, yaitu huruf F,G, J, dan Y.
b. Huruf Kecil
1) Huruf berjambul ada dua, yaitu huruf yang berjambul penuh,
seperti huruf b, h, k, l dan huruf yang berjambul setengah baris,
seperti huruf d, t.
2) Huruf berekor ada dua, yaitu huruf yang bereekor penuh, seperti
huruf g, j, y dan huruf yang berrkor setengan baris, seperti p, q.
3) Huruf yang berekor dan berjambul adalah huruf f.
4) Huruf yang tidak berjambul dan berekor adalah huruf a, c, e, i, o,
Berikut aturan menulis tegak bersambung dengan buku garis tiga:
Berikut contoh instrumen latihan menulis kalimat:
c. Tujuan Menulis Tegak Bersambung
Alasan siswa diberi pelajaran menulis huruf tegak bersambung
adalah sebagai berikut:35
1. Tulisan sambung dapat memudahkan anak dalam mengenal kata-kata
sebagai satu kesatuan.
35
21
2. Tidak memungkinkan anak menulis terbalik-balik.
3. Menulis dengan huruf sambung lebih cepat karena tidak ada gerakan
pensil yang terhenti untuk tiap huruf.
4. Mengembangkan motorik halus siswa, karena dalam menulis tegak
bersambung dibutuhkan koordinasi gerakan jari-jari tangan.36
d. Pembelajaran Menulis Permulaan
Pembelajaran menulis di sekolah dasar dikelompokkan ke dalam dua
bagian. Yaitu pembelajaran menulis permulaan dan pembelajaran menulis
lanjutan. Pembelajaran menulis permulaan didapatkan di kelas 1, 2, dan 3.
Sedangkan pembelajaran menulis lanjutan didapatkan di kelas 4, 5, dan 6.
Salah satu pembelajaran menulis permulaan yang diajarkan adalah
menulis tegak bersambung. Adapun beberapa indikator dari menulis tegak
bersambung adalah sebagai berikut:37
1. Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan huruf tegak
bersambung.
2. Menyalin puisis anak dengan huruf tegak bersambung.
3. Menulis kalimat sederhana yang didiktekan guru dengan menggunakan
huruf tegak bersambung dan memperhatikan penggunaan huruf kapital
dan tanda titik.
4. Menyalin puisi anak dengan huruf tegak bersambung.
36
Nafia Wafiqni dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia MI/SD, (Ciputat: UIN Press, 2015), h. 97.
37
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan ini digunakan sebagai bahan perbandingan
atas karya ilmiah yang sudah ada sebelumnya. Ada beberapa penelitian yang
relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti dengan penelitian terdahulu, yaitu:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Santi Pilomonu, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo pada tahun 2012 dengan judul
skripsi “Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Huruf Tegak Bersambung Melalui Metode Latihan Pada Siswa Kelas II SD Cokroaminoto Motongkad
Kecamatan Nuangan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur”. Adapun hasil penelitian yang didapat adalah bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi
dengan huruf tegak bersambung dapat ditingkatkan dengan menggunakan
metode latihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I mencapai
56,2%. Pada siklus II mencapai kriteria ketuntasan belajar sebesar 74,9%.
Adapun perbedaan penelitian Santi Pilomonu dengan peneliti adalah dari segi
metode penelitian. Santi Pilomonu menggunakan metode PTK dalam
penelitiannya, sedangkan peneliti menggunakan metode eksperimen.
Penelitian yang dilakukan oleh Santi Pilomonu adalah penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dalam tegak
bersambung dengan penggunaan metode latihan. Sedangkan penelitian yang
akan dikaji peneliti bertujuan untuk melihat adanya pengaruh atau tidak
penggunaan metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis tegak
bersambung siswa. Materi pembelajaran menulis tegak bersambung yang
dilakukan Santi Pilomonu adalah menulis puisi dengan tegak bersambung,
sementara peneliti dimulai dari menulis huruf, kata, sampai kalimat sederhana
dengan tegak bersambung. Sedangkan persamaan dari penelitian yang
dilakukan Santi Pilomonu dengan peneliti adalah penggunaan sampel. Sampel
yang digunakan oleh Santi Pilomonu dalam penelitiannya dengan sampel yang
digunakan peneliti memiliki persamaan, yaitu mengambil sampel kelas II
23
digunakan Santi Pilomonu dengan peneliti sama-sama menggunakan metode
latihan. Hanya saja peneliti menggunakan metode latihan yang bervariasi
dalam latihan menulis tegak bersambung.
2. Hasil penelitian yang dilakukan Pipih Nurlatifah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
“Penggunaan Metode Poster Comment Dalam Pembelajaran Menulis Tegak
Bersambung Siswa Kelas I MI Pasirangin 1 Sukabumi”. Berdasarkan hasil
keterampilan menulis siswa pada siklus I dan siklus II mengalami
peningkatan. Terlihat pada siklus I didapatkan nilai rata-rata yang diperoleh
adalah 72,54. Pada siklus II didapat nilai rata-rata yang diperoleh adalah
78,83. Hal ini membuktikan bahwa melalui metode poster comment dapat meningkatkan kemampuan menulis tegak bersambung siswa kelas I MI
Pasirangin 1 Sukabumi.
Adapun perbedaan penelitian Pipih Nurlatifah dengan skripsi ini adalah dari
segi metode penelitian. Pipih Nurlatifah menggunakan metode PTK dalam
penelitiannya, sedangkan peneliti menggunakan metode eksperimen.
Penelitian yang dilakukan oleh Pipih Nurlatifah adalah penelitian yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis tegak bersambung dengan
menggunakan metode poster comment. Sedangkan penelitian yang akan
dikaji peneliti bertujuan untuk melihat adanya pengaruh atau tidak dari
penggunaan metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis tegak
bersambung siswa. Perbedaan juga terlihat dari segi metode pembelajaran
yang digunakan. Pipih Nurlatifah menggunakan metode poster comment
dalam penelitiannya, sedangkan peneliti menggunakan metode latihan
bervariasi. Pengambilan sampel yang dilakukan antara Pipih Nurlatifah dan
peneliti pun berbeda. Pipih Nurlatifah mengambil sampel kelas I di MI
Pasirangin 1 Sukabumi, sementara penulis mengambil sampel kelas II di MIN
3. Hasil penelitian yang dilakukan Walim dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Siswa Menulis Huruf dan Kata Tegak Bersambung Melalui
LKS dengan Huruf Putus-Putus pada Kelas I Semester I di SDN Kebandingan
02 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal”. Adapun hasil penelitian
yang didapat adalah bahwa LKS dengan huruf putus-putus dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis huruf dan kata tegak
bersambung. Hal ini dapat dilihat dari hasil prasiklus hanya 4 siswa atau
30,76% siswa yang mengalami ketuntasan belajar, kemudian meningkat pada
siklus I sebanyak 8 siswa atau 61,53% dan pada siklus II meningkat menjadi
12 siswa atau 92,30% siswa yang mengalami ketuntasan belajar.
Adapun perbedaan antara penelitian yang dilakukan Walim dengan yang
dilakukan peneliti adalah dari segi metode peneilitian yang digunakan,
perlakuannya, dan pengambilannya sampelnya. Metode penelitian yang
digunakan oleh Walim menggunakan metode PTK yang bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan menulis huruf dan kata tegak bersambung siswa
di SDN Kebandingan 02 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal dengan
menggunakan LKS dengan huruf putus-putus. Sedangkan peneliti
menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk melihat adanya
pengaruh atau tidak penggunaan metode latihan bervariasi terhadap
kemampuan menulis tegak bersambung siswa di MIN Ciputat. Perlakuan yang
digunakan Walim dalam meningkatkan kemampuan menulis tegak
bersambung siswa adalah dengan menggunakan LKS dengan huruf
putus-putus, sedangkan peneliti menggunakan metode latihan bervariasi. Sampel
yang digunakan juga berbeda. Walim mengambil sampel kelas I di SDN
Kebandingan 02 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal, sedangkan
peneliti mengambil sampel kelas II MIN Ciputat.
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadijah, Fakultas Keguruan dan Ilmu
25
Sibaluton”. Berdasarkan hasil penelitiannya, didapatkan hasil bahwa metode
latihan mampu meningkatkan kemampuan menulis permulaan siswa kelas I
SDN Sibaluton. Hal ini terlihat dari peningkatan perolehan nilai pada siklus I
dan siklus II. Pada siklus I baru mencapai 60% siswa yang tuntas dan
meningkat pada siklus II menjadi 90% siswa yang tuntas.
Adapun perbedaan penelitian yang dilakukan Hadijah dengan yang dilakukan
peneliti adalah dari segi metode peneilitian yang digunakan. Metode
penelitian yang digunakan oleh Hadijah menggunakan metode PTK yang
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis permulaan siswa kelas I
di SDN Sibaluton dengan menggunakan metode latihan. Sedangkan peneliti
menggunakan metode eksperimen yang bertujuan untuk melihat adanya
pengaruh atau tidak penggunaan metode latihan bervariasi terhadap
kemampuan menulis tegak bersambung siswa di MIN Ciputat. Metode
pembelajaran yang digunakan Santi Pilomonu dengan peneliti sama-sama
menggunakan metode latihan. Hanya saja peneliti menggunakan metode
latihan yang bervariasi dalam latihan menulis tegak bersambung. Kemampuan
yang diukur oleh Hadijah adalah kemampuan menulis permulaan siswa kelas
I, sedangkan kemampuan yang peneliti ingin ukut adalah kemampuan menulis
tegak bersambung siswa kelas II. Menulis permulaan yang dimaksud Hadijah
adalah menulis huruf lepas, angka, dan kata. Sampel yang digunakan juga
berbeda. Hadijah mengambil sampel kelas I di SDN Sibaluton, sedangkan
peneliti mengambil smapel kelas II di MIN Ciputat.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kerangka teoretis di atas dapat dirumuskan kerangka
berpikir dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban sementara atas
permasalahan yang timbul. Kesulitan siswa dalam menulis tegak bersambung
membuat penurunan hasil belajar tidak tercapai. Keterampilan menulis tegak
tegak bersambung. Dalam mengajarkan menulis huruf tegak bersambung
bukanlah pelajaran yang diajarkan melalui penjelasan guru saja, melainkan
dibutuhkan latihan secara langsung dengan bimbingan guru. Metode latihan
bervariasi adalah cara mengajar siswa dengan memberikan latihan yang
bermacam-macam sehingga siswa memperoleh kemampuan atau keterampilan
tertentu.
Maka dari itu, peneliti membuat penelitian dengan cara menerapkan
metode latihan bervariasi dalam pembelajaran menulis tegak bersambung. Dengan
menggunakan metode latihan bervariasi, siswa dapat menirukan tulisan tegak
bersambung yang baik dan benar.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan
dan sekaligus keputusan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan
sebagai berikut:
Ho : Metode latihan bervariasi tidak berpengaruh terhadap kemampuan menulis
huruf tegak bersambung siswa kelas II MIN Ciputat.
Ha : Metode latihan bervariasi berpengaruh terhadap kemampuan menulis huruf
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian akan dilaksanakan di MIN Ciputat, Kota
Tangerang Selatan, Banten.
Penelitian ini akan dilakukan selama sepuluh bulan, mulai dari bulan
Februari sampai November tahun ajaran 2014/2015. Adapun jadwal kegiatan
penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan
Penelitian Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov
Pengajuan
Proposal
Persiapan
Perencanaan
Observasi
Kegiatan
Penelitian
Analisis Data
Laporan
B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.
Eksperimen merupakan cara praktis untuk mempelajari sesuatu dengan
mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lainnya.1 Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengetahui kemurnian pengaruh X
terhadap Y.2
Model desain penelitian eksperimen yang digunakan peneliti adalah
quasi experiment. Eksperimen ini disebut quasi experiment, karena eksperimen ini dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya.3
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan one group pretest and posttest design. Desain penelitian ini adalah model eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. Pada desain ini,
peneliti melakukan pretest terlebih dahulu sebelum memberikan perlakuan. Setelah diberikan perlakuan dengan melakukan pembelajaran dengan
menggunakan metode latihan, barulah diberikan posttest.4 Jadi, pada desain ini peneliti hanya melihat perubahan yang terjadi pada kelompok setelah
perlakuan diberikan.5
1
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 68.
2
Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, (Malang: UIN Malang Press, 2008), cet ke I, h. 210.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013), cet ke XV, h. 123.
4
Posttest ini bisa sama persis dengan pretest atau yang seperti/setaraf pretest. Kasiram, Op., cit, h. 215.
5
29
Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian6
Pretest Treatment Posttest
T1 X T2
Keterangan:
T1 : Pretest (tes awal) sebelum perlakuan diberikan
X : Perlakuan berupa metode latihan
T2 : Posttest (tes akhir) setelah perlakuan diberikan
Adapun langkah-langkah dari desain ini adalah:7
1. Berikakan pretest (T1) sebagi tes awal pada subjek sebelum diberikan
perlakuan. Kemudian hitung rata-rata untuk menentukan prestasi awal
siswa.
2. Kenakan perlakuan (X), yaitu pengajaran berprogram pada subjek yang
diberikan pretest selama jangka waktu tertentu.
3. Berikan posttest (T2) sebagai tes akhir dan hitung rata-ratanya untuk
menentukan prestasi siswa setelah mendapatkan perlakuan.
4. Bandingkan rata-rata hitung siswa antara pretest dan posttest untuk
melihat perbedaan prestasi atau pengaruh yang ditimbulkannya.
5. Gunakan tes statistik untuk melihat apakah perbedaan itu signifikan atau
tidak pada tingkat signifikansi tertentu.
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 214.
7
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.8 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II MIN Ciputat yang
terdiri dari tiga kelas.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.9 Sampel dari penelitian ini adalah satu kelas (IIA) dari keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dengan menggunakan purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Untuk menentukan sampelnya yaitu berdasarkan
rekomendasi dari guru.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes.
Tes terdiri dari pretest dan posttest, sedangkan non tes terdiri dari angket. Tes yang digunakan adalah dengan menggunakan lembar penugasan.
1. Tes
Tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegansi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok.10 Tes diberikan pada saat pretest (tes awal) dan
posttest (tes akhir). Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis tegak bersambung siswa sebelum diberikan perlakuan. Sedangkan posttest
dilakukan untuk mengetahui kemampuan menulis tegak bersambung siswa
setelah diberikan perlakuan, yaitu penggunaan metode latihan. Soal yang
digunakan pada pretest (tes awal) sama dengan soal yang digunakan pada
posttest (tes akhir). Tes ini digunakan untuk melihat perbedaan kemampuan menulis tegak bersambung siswa sebelum dan sesudah diberikan metode
latihan.
8
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013), cet ke-XVI, h. 117.
9
Ibid., h. 118
10
31
2. Angket
Angket adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
teknik komunikasi tak langsung, artinya responden secara tidak langsung
menjawab daftar pertanyaan tertulis.11
Angket yang peneliti gunakan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran menulis tegak bersambung dengan menggunakan
metode latihan bervariasi.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan data yang dikumpulkan dalam penelitian untuk
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan.12 Karena data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan,
data yang dikumpulkan haruslah data yang benar. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen tes dan non tes yang berupa angket.
1. Tes
Instrumen tes yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
menyalin kalimat ke dalam huruf tegak bersambung. Tes dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa
dalam menulis huruf tegak bersambung. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian
yang digunakan.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Menulis Huruf Tegak Bersambung13
Variabel Indikator BentukSoal
(ke atas dan ke bawah
garis) harus tepat
3.Huruf harus tegak lurus
Penilaian kemampuan siswa dalam menulis huruf tegak bersambung
meliputi beberapa indikator, diantaranya penulisan huruf kapital, penulisan
huruf kecil, kesesuaian ukuran tulisan, dan kerapiahan. Berikut tabel skor
penilaian menulis huruf tegak bersambung:
Tabel 3.4
Rubrik Penilaian Menulis Huruf Tegak Bersambung14 No Aspek yang Dinilai SkorMaksimal
1 Penulisan huruf kapital 15
2 Penulisan huruf kecil 15
3 Kesesuaian ukuran tulisan 30
4 Kerapihan 25
5 Kelengkapan huruf 15
Jumlah Skor 100
Tabel 3.5
Kriteria Penilaian Menulis Tegak Bersambung15 1. Kerapihan
Skor Kriteria Penilaian
22-25 Sangat baik : Tulisan rapi, bersih, dan mudah dibaca.
18-21 Baik : Sebagian tulisan rapi, bersih, mudah dibaca.
11-17 Cukup : Beberapa kalimat ditulis kurang rapi, kotor, dan Namun, ada sedikit modifikasi terhadap aspek yang dinilai dalam rubrik tersebut. Peneliti menghilangkan aspek penilaian penggunaan tanda baca dan menggantinya dengan penulisan huruf kecil. Ibid, h. 127.
15
33
5-10 Kurang : Beberapa kalimat ditulis tidak rapi, kotor, dan tidak
jelas dibaca.
2. Kesesuaian ukuran tulisan
Skor Kriteria Penilaian
27-30 Sangat baik : Semua ukuran huruf tepat.
22-26 Baik : Terdapat sedikit kesalahan ukuran huruf.
17-21 Cukup : Terdapat beberapa kesalahan ukuran huruf.
13-16 Kurang : Terdapat banyak kesalahan ukuran huruf.
3. Penggunaan huruf kapital
Skor Kriteria Penilaian
13-15 Sangat baik : Penggunaan dan bentuk huruf kapital semua
benar
10-12 Baik : Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan bentuk
huruf kapital
7-9 Cukup : Terdapat sejumlah kesalahan dalam penulisan
bentuk huruf kapital
5-6 Kurang : Terdapat banyak kesalahan dalam penulisan bentuk
huruf kapital
4. Penggunaan huruf kecil
Skor Kriteria Penilaian
13-15 Sangat baik : Penggunaan dan bentuk huruf kecil semua
benar
10-12 Baik : Terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan bentuk
huruf kecil
7-9 Cukup : Terdapat sejumlah kesalahan dalam penulisan
bentuk huruf kecil
huruf kecil
5. Kelengkapan huruf
Skor Kriteria Penilaian
13-15 Sangat baik : Sempurna (huruf lengkap)
10-12 Baik : Terdapat sedikit huruf yang tidak lengkap
7-9 Cukup : Terdapat sejumlah huruf yang tidak lengkap
5-6 Kurang : Terdapat banyak huruf yang tidak lengkap
Skor Akhir =
2. Angket
Angket digunakan peneliti untuk mengetahui respon siswa terhadap
penggunaan metode latihan bervariasi terhadap kemampuan menulis tegak
bersambung. Berikut instrument angket yang digunakan peneliti.
Tabel 3.6
Angket Respon Siswa
No Pernyataan Ya Tidak
1. Saya merasa senang menulis tegak
bersambung.
2. Dengan latihan yang dibimbing guru, saya
bisa lebih mudah menulis tegak bersambung.
Untuk mengolah angket, penelitian menggunakan rumus sebagai berikut:16
P = x 100%
16
35
Keterangan:
P : Persentase frekuensi dari tiap jawaban responden
F : Frekuensi jawaban tiap responden
n : Jumlah responden
Dengan tafsiran penilaian sebagai berikut:
0 % : tidak ada
Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah tes menulis
tegak bersambung. Validitas yang digunakan adalah pengujian validitas
konstruk. Validitas konstruk dilakukan dengan pendapat para ahli (judgment experts).17 Setelah instrument yang dibuat peneliti dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan dengan landasan teori tertentu, selanjutnya
dikonsultasikan dengan ahli. Tidak ada hitungan matematis yang digunakan
untuk menghitung bagaimana suatu tes dikatakan valid secara pasti pada
validitas ini. Dalam hal ini, ahli yang dimintai pendapatnya adalah dosen
pembimbing Ibu Rosida Erowati, M.Hum.
G. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisis untuk meneliti
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tes awal dan tes akhir.
Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:
17
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
diteliti berdistribusi normal atau tidak. Untuk penelitian yang menguji satu
perlakuan pada satu kelompok sampel menggunakan uji normalitas dengan
uji Chi Square.18 Tes uji normalitas menggunakan uji kai kuadrat (chi Square) dengan rumus χ2 = ∑
Adapun langkah-langkah yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan Rata-rata ( ̅)
b. Menentukan Standar Deviasi (Sd)
c. Membuat Daftar Frekuensi Observasi dan Frekuensi Ekspektasi
Rumus banyak kelas interval
K = 1 + 3,3 log (n) dengan n banyak subjek.
Rentang = skor terbesar – skor terkecil
Panjang kelas interval (P) =
Batas kelas = skor terendah – 0,5
Batas kelas kedua = batas kelas pertama + panjang kelas
Dan seterusnya.
Menentukan z batas kelas dengan rumus z = ̅
Menentukan luas Z tabel masing-masing kelas dengan rumus: a. Kelas pertama = luas Z tabel batas kelas atas – luas Z tabel
batas kelas bawah
b. Kelas kedua = luas Z tabel batas kelas atas – luas Z tabel batas kelas bawah
Dan seterusnya.
Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) = n x luas Z tabel
Menentukan frekuensi observasi, yaitu banyaknya data yang
termasuk pada suatu kelas interval.
18
37
Jika x2hitung<x2tabel, maka dinyatakan data berdistribusi normal.
Jika x2hitung>x2tabel, maka dinyatakan data berdistribusi tidak
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji terhadap kesamaan
(homogenitas) beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya varian
sampel yang diambil dari populasi yang sama. Uji homogenitas yang
digunakan yaitu uji fisher, dengan rumus sebagai berikut:19
F =
=
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan varians dari pretest dan posttest dengan rumus:
Varians (S2) = ̅
b. Menentukan varians terbesar dan terkecil
c. Menentukan dk pembilang (varians terbesar) dan dk penyebut (varians
d. Menentukan nilai Fhitung
e. Menentukan Ftabel
Kriteria uji homogenitas:
Jika Fhitung<Ftabel, maka dinyatakan kedua hasil belajar homogen.
Jika Fhitung>Ftabel, maka dinyatakan kedua hasil belajar tidak homogen.
3. N-Gain
Rumus N-gain digunakan untuk mengetahui perbandingan nilai
pretest dan posttest serta peningkatan yang diraihnya. Adapun cara
Ideal Pretest : Skor maksimal ideal – skor pretest
b. Menentukan kriteria interpretasi, yaitu:
Tinggi, jika G > 0,7
Sedang, jika 0,3 < G ≤ 0,7 Rendah, jika G ≤ 0,3
c. Menghitung sigma (jumlah) dari skor pretest, posttest, gain (d), dan N-Gain.
d. Menghitung mean (rata-rata) dari skor pretes, posttest, gain (d), dan N-Gain. Adapun rumus dari masing-masingnya adalah sebagai berikut:
Rata-rata Pretest =