Status pemerintahan dibedakan menjadi empat, yaitu 1) desa, 2) kelurahan, 3) UPT/SPT, dan 4) lainnya.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa).
Desa memiliki pemerintahan sendiri dan hak untuk mengatur wilayahnya yang lebih luas. Dalam perkembangannya, sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan. Desa yang berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa serta Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Kelurahan adalah suatu wilayah yang dipimpin oleh seorang lurah sebagai perangkat
daerah kabupaten dan atau daerah kota di bawah kecamatan (UU No. 32 Tahun 2004). Lurah diangkat oleh bupati/walikota.
Unit Permukiman Transmigrasi UPT adalah satuan permukiman transmigrasi yang
berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat usaha transmigran yang sejak awal direncanakan untuk membentuk suatu desa atau bergabung dengan desa setempat. Organisasi UPT merupakan kelembagaan yang bersifat sementara dibentuk sekurang-kurangnya 2 bulan sebelum transmigran ditempatkan dan paling lama 5 tahun (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER.22/MEN/IX/2007).
Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) adalah satuan permukiman potensial yang
ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan ekonomi pada wilayah yang sudah ada atau sedang berkembang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 246 Tahun 2003 tentang Prosedur dan Kriteria Penyiapan Lokasi Permukiman Transmigasi).
Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah
tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan filosofi adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) dan atau berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat (PP No. 72 Tahun 2005).
Penjelasan:
• Sampai saat ini, keberadaan UPT masih ada, seperti UPT Buket Ceurana di Kabupaten Bireuen, UPT II PD Harapan di Kab. Aceh Selatan, dsb.
• Bila dilihat dari data Podes 2008 - 2011, sudah ada UPT yang berubah menjadi desa seperti di Kab. Gayo Lues, UPT Aih Selah (Podes 2008) menjadi Desa Aih Selah (Podes 2011).
Rincian 302: Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan
Rincian ini ditanyakan untuk setiap desa/kelurahan, apakah sudah terbentuk Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan.
302 Badan Permusyawaratan Desa/Lembaga Musyawarah Kelurahan : Ada – 1 Tidak ada – 2
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah lembaga permusyawaratan/
permufakatan yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, terdiri dari ketua RW, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya (PP No. 72 Tahun 2005).
Pedoman Pencacah Podes 2014 41
Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) adalah lembaga musyawarah pada tingkat
kelurahan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. LMK merupakan lembaga musyawarah pada tingkat kelurahan yang bertujuan untuk membantu lurah sebagai mitra dalam penyelenggaraan pemerintahan dan untuk menampung aspirasi serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Anggota LMK adalah satu orang perwakilan tokoh masyarakat yang dipilih secara demokratis pada tingkat RW (Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 5 Tahun 2010).
Badan Permusyawaratan Nagari yang selanjutnya disebut Bamus Nagari adalah
lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah nagari sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan nagari (Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2007).
Keanggotaan Bamus Nagari adalah sebagai berikut :
1. Anggota Bamus Nagari terdiri dari unsur minik mamak/tokoh adat /kepala suku, alim ulama/tokoh agama, cadiak pandai/cendikiawan, bundo kanduang/tokoh perempuan dan komponen masyarakat lainnya yang tumbuh dan berkembang dalam nagari bersangkutan dengan mempertimbangkan representasi jorong yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
2. Masa jabatan anggota Bamus Nagari adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
3. Pimpinan Bamus Nagari dipilih dari dan oleh anggota Bamus Nagari.
4. Jumlah anggota Bamus Nagari ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan nagari.
5. Tata cara penetapan calon, pemilihan calon dan pemilihan anggota Bamus Nagari diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah kabupaten/kota.
Rincian 303: Batas wilayah desa/kelurahan yang dinyatakan dalam bentuk peta desa/ kelurahan dan telah ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota
Rincian pertanyaan digunakan untuk mengetahui keberadaan batas wilayah desa/kelurahan (dalam bentuk peta desa/kelurahan) yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota. Jika desa/kelurahan memiliki peta batas wilayah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode ‘1’ dan jika tidak ada, isikan kode ‘2’.
Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, salah satu unsur penataan desa adalah adanya batas wilayah desa yang dinyatakan dalam bentuk peta desa yang telah ditetapkan dalam peraturan bupati/walikota.
Rincian 304: Satuan Lingkungan Setempat (SLS) di bawah desa/kelurahan (urutkan dari yang terkecil)
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai jumlah SLS terkecil dan jenjang SLS di bawah desa/kelurahan. Pengisian jenjang SLS dimulai dari SLS terkecil.
Satuan Lingkungan Setempat (SLS) adalah bagian wilayah di bawah desa/kelurahan
yang merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa/kelurahan. Syarat-syarat pembentukannya harus memperhatikan faktor jumlah penduduk, luas wilayah, letak geografis, prasarana, dan sarana serta kondisi kemampuan ekonomi masyarakat. Pada kenyataannya, nama SLS di setiap desa/kelurahan sangat beragam, di antaranya RT, RW/RK, korong, kampung, banjar, dusun, dsb. Khusus untuk Sumatera Barat, SLS di bawah nagari dapat berupa jorong/korong/ kampung.
Tingkatan SLS merupakan struktur atau hierarki SLS di bawah desa/kelurahan. Nama SLS merupakan tingkatan SLS di bawah desa yang dimulai dari SLS terkecil.
• Rukun Tetangga (RT)/Rukun Warga (RW)/Rukun Keluarga (RK) adalah
organisasi masyarakat yang diakui dan dibina oleh pemerintah untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia yang berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan serta untuk membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan masyarakat di desa/kelurahan. Dari segi ukuran luas wilayah dan jumlah keluarga, RT lebih kecil dari RW/RK. Jumlah keluarga di dalam RT biasanya lebih kecil dari 30 keluarga untuk desa dan 50 keluarga untuk kelurahan. Dari setiap RW/RK biasanya terdiri dari paling sedikit 2 RT di desa dan 3 RT di kelurahan (Permendagri No.5 Tahun 1981 tentang Pembentukan Dusun dan Lingkungan dalam Kelurahan, pasal 4).
• Selain RT/RW/RK, ada beberapa nama SLS lainnya, misal di Medan dikenal dengan sebutan lingkungan, di Sumatera Barat dan Bengkulu disebut Jorong. Pada umumnya di Bali SLS terkecil disebut dengan Banjar. Banjar yang dimaksud adalah Banjar Dinas. Rincian 304.a, ditanyakan untuk mengetahui keberadaan SLS di bawah desa/kelurahan, maka jika ada isikan kode ‘1’. Jika tidak ada, isikan kode ‘2’ dan lanjutkan ke R.305.
Rincian 304.b akan terisi jika Rincian 304.a berkode ‘1’. Isikan jumlah SLS (Rincian 304.b
kolom (4)) di desa/kelurahan. Misalnya, suatu desa memiliki Rukun Tetangga (RT) sebagai SLS
terkecil sebanyak 5, maka rincian ini diisi jumlah RT yang ada di seluruh desa/kelurahan. Contoh:
Kelurahan Mekarsari di Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur terdiri dari 15 RW dan 75 RT, maka pengisian pada Rincian 304 sebagai berikut:
Pedoman Pencacah Podes 2014 43
Rincian 305: Letak wilayah dan topografi desa/kelurahan
Rincian ini ingin memperoleh informasi mengenai letak wilayah desa/kelurahan yang meliputi jumlah dan nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada, serta bentuk topografi wilayah desa/kelurahan.
Rincian 305.a: Letak Wilayah Desa/Kelurahan
Isikan banyaknya pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada dan pindahkan isian pada kotak yang tersedia.
Pulau adalah massa daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi air dan selalu
berada di atas permukaan pasang tertinggi (pasal 121 dalam Unclos, 1982). Mangrove tidak termasuk sebagai pulau karena tidak memenuhi kriteria di atas.
Penjelasan :
• Jika suatu desa/kelurahan berada di lebih dari 1 pulau, maka R305.a.1 berisi jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada. Kemudian, R305.a.2 diisi dengan nama-nama pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada secara berurutan dimulai dari pulau yang paling banyak dihuni warga desa/kelurahan atau mempunyai luas wilayah yang paling besar.
• Penulisan nama pulau menggunakan huruf kapital.
• Jika jumlah pulau di mana wilayah desa/kelurahan berada lebih dari 4, maka tuliskan nama pulau berikutnya di blok catatan. Aplikasi pengolahan akan dibuat secara dinamis untuk menampung kemungkinan penambahan pulau tersebut.
Rincian 305.b: Topografi wilayah desa/kelurahan
Topografi desa/kelurahan dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa/ kelurahan, dibedakan menjadi:
1. Lereng adalah bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai
lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung).
2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak di antara dua pegunungan atau dua
gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan.
3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan
membentang.
Rincian 306: Keberadaan, lokasi, dan ketinggian kantor kepala desa/lurah
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui keberadaan, lokasi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut.
Kantor kepala desa/lurah adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan
secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi.
Rincian 306.a: Keberadaan dan lokasi kantor kepala desa/lurah
Isian lokasi kantor kepala desa/lurah:
• Kantor kepala desa/lurah berada di dalam wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode ‘1’.
• Kantor kepala desa/lurah berada di luar wilayah desa/kelurahan, maka isikan kode ‘2’.
Pedoman Pencacah Podes 2014 45
Rincian 306.b: Lokasi kantor kepala desa/lurah berada di pulau…….
Rincian ini dimaksudkan untuk mengetahui nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada.
Penjelasan:
- Di beberapa wilayah, kantor kepala desa/lurah juga dikenal dengan istilah balai desa. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua balai desa merupakan kantor kepala desa/lurah. Yang dicatat di sini adalah bangunan aset desa/kelurahan yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan yang tidak dimiliki oleh pribadi.
- Isikan nama pulau di mana kantor kepala desa/lurah berada. Pastikan konsistensi isian R306.b dengan R 305.a.2.
Rincian 306.c: Koordinat dan ketinggian kantor kepala desa/lurah
Rincian pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui titik koordinat geografi dan ketinggian letak kantor kepala desa/lurah. Isikan titik koordinat lintang (latitude) dan bujur (longitude) pada kotak yang tersedia. Titik koordinat kantor kepala desa/lurah diperoleh dari BPS Kabupaten/Kota.
Penjelasan:
- Jika BPS Kabupaten/Kota telah melakukan pengukuran titik koordinat ini pada saat Sensus Penduduk 2010, maka untuk kegiatan Podes 2014 dapat menyalinnya.
- Jika pada saat pencacahan belum ada informasi mengenai titik koordinat dan ketinggian suatu desa/kelurahan, maka BPS Kabupaten/Kota harus melakukan pengukuran (tracking) dengan menggunakan GPS receiver/altimeter yang telah tersedia di BPS Kabupaten/Kota. BPS Kabupaten/Kota diminta memastikan akurasi koordinat posisi dan ketinggian kantor kepala desa/lurah.
- Jika tidak ada kantor kepala desa/lurah, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan yang digunakan untuk kegiatan operasional pemerintahan desa/kelurahan.
- Jika tidak ada bangunan khusus untuk operasional pemerintahan desa/kelurahan, maka titik koordinat dan ketinggian mengacu pada bangunan di wilayah desa/kelurahan yang diperkirakan tidak akan berubah selama 10 tahun.
Titik koordinat adalah titik potong antara garis lintang (latitude) dan garis bujur
(longitude) suatu daerah. Kedua garis lintang dan bujur inilah yang menentukan diperolehnya suatu nilai derajat dari suatu titik yang diukur. Secara umum, cara penulisan titik koordinat terdiri atas dua macam yaitu Decimals Degrees (DD) dan Degrees Minutes Seconds (DMS). Dalam Podes 2014, penulisan titik koordinat menggunakan Decimals Degrees (DD.
Misalnya: Koordinat kantor kepala desa Malaya yaitu 6,2251o LS dan 107,51o BT. Maka cara pengisian adalah sebagai berikut:
0 6 , 2 2 5 1 LU/LS*
1 0 7 , 5 1 0 0 BT
Ketinggian (altitude) kantor kepala desa/lurah dari permukaan laut adalah
ketinggian kantor kepala desa/lurah dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter.
Rincian 307.a: Wilayah desa/kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut
Wilayah desa yang berbatasan langsung dengan laut adalah wilayah desa yang
bersinggungan langsung dengan laut, baik berupa pantai maupun tebing karang.
Penjelasan:
- Jika wilayah desa/kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode ‘1’.
- Sebaliknya jika wilayah desa/kelurahan tidak berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut, isikan kode ‘2’.
Rincian 307.b.1: Pemanfaatan laut untuk:
Jika desa/kelurahan kelurahan berbatasan/bersinggungan langsung dengan laut (R307.a
berkode ‘1’), tanyakan mengenai pemanfaatan laut tersebut. Pemanfaatan laut adalah segala
aktivitas/kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat untuk memanfaatkan laut (baik warga desa/kelurahan setempat maupun warga desa/kelurahan lain), seperti: perikanan (tangkap dan budidaya), tambak garam, wisata bahari maupun transportasi umum.
1. Perikanan tangkap (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
menangkap dan mengumpulkan ikan (pisces) ataupun biota laut lain (misalnya rumput laut, mollusca, udang-udangan) yang hidup secara alamiah dengan alat atau cara apa pun.
Pedoman Pencacah Podes 2014 47 2. Perikanan budidaya (mencakup seluruh biota laut) adalah kegiatan untuk
memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan atau biota perairan laut lain (misalnya rumput laut) serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkan.
3. Tambak garam adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh
pematang (galengan/saluran) untuk menahan/menyalurkan air laut dengan maksud agar garam yang terkandung di dalam air laut tetap berada dalam tambak untuk selanjutnya dipanen oleh petani.
4. Wisata bahari adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan olahraga air,
termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut dan pantai. Contoh: Pantai Ancol, Parangtritis, Pangandaran, Bunaken, Wakatobi, Kepulauan Seribu, Pulau Anyer dan sebagainya.
5. Transportasi umum adalah jasa transportasi (memindahkan orang atau barang dari
satu tempat ke tempat lain), penumpang diharuskan membayar ongkos.
Rincian 307.b.2: Keberadaan tanaman mangrove di wilayah desa/kelurahan
Kata “mangrove” berkaitan sebagai tumbuhan tropis yang komunitas tumbuhnya didaerah pasang surut dan sepanjang garis pantai (seperti: tepi pantai, muara laguna/danau dipinggir laut dan tepi sungai) yang dipengaruhi oleh kondisi pasang surut air laut. Menurut FAO (1952) definisi mangrove adalah pohon dan semak – semak yang tumbuh dibawah ketinggian air pasang tertinggi. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang, terumbu karang dan di pulau – pulau kecil.
Di Indonesia diperkirakan terdapat 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis paku yang terbagi meknadi 2 kelompok yaitu mangrove sejati (true mangrove) dan mangrove ikutan (asociate). Tanaman mangrove umumnya tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan. Zonasi yang terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana dan zonasi yang kompleks tergantung pada kondisi lingkungan mangrove yang bersangkutan.
Tumbuhan yang sering tumbuh di hutan mangrove, dengan jenis antara lain: bakau, api-api, pedada, tanjang, nyirih, dan nipah. Jika di desa/kelurahan tersebut terdapat tanaman mangrove, maka isikan kode ‘1’. Jika tidak, isikan kode ‘2’.
Tanaman Bakau Tanaman Api-Api
Tanaman Pedada Tanaman Tanjang
Gambar 5.1. Berbagai Contoh Tanaman Mangrove
Rincian 308: Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan
Rincian ini ditanyakan untuk mengetahui lokasi desa/kelurahan terhadap hutan. Lokasi desa yang berada di dekat hutan dikhawatirkan akan merambah ke hutan.
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
a Lokasi wilayah desa/kelurahan terhadap hutan, dibedakan ke dalam:
1. Di dalam hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya terletak di
tengah/dikelilingi hutan.
2. Di tepi/sekitar hutan adalah desa/kelurahan yang wilayahnya berbatasan
langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan.
3. Di luar hutan adalah desa/kelurahan yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan
Pedoman Pencacah Podes 2014 49
b Dalam Podes 2014, fungsi hutan dibedakan ke dalam :
• Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai
fungsi pokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Kawasan hutan konservasi terdiri dari Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Darat, Kawasan Hutan Suaka Alam dan Pelestarian Alam Perairan serta Taman Buru.
• Hutan Lindung menurut UU RI No. 41 Tahun 1999 adalah kawasan hutan yang
mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah.
• Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok untuk
memproduksi hasil hutan. Hutan Produksi terdiri dari Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Produksi Terbatas (HPT), dan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK).