• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERANGAN PEMERINTAH ATAS KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2016

Disampaikan oleh : Andi Akmal Pasluddin No. Anggota : A-122

Dapil : Sulawesi Selatan II

Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Selamat siang; dan

Salam sejahtera untuk kita semua.

Pimpinan dan Anggota DPR RI, Saudara Menteri beserta jajaran, serta Hadirin yang kami hormati.

Dalam menyikapi kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2016 yang telah disampaikan Pemerintah kepada DPR pada Rapat Paripurna DPR RI tanggal 20 Mei 2015, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera memandang perlu memberi beberapa catatan penting.

Secara umum, Fraksi Partai Keadilan Sejahtera memandang bahwa penyusunan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal Tahun 2016 masih membutuhkan peningkatan kebijakan dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, meningkatkan lapangan kerja, mendorong pemerataan ekonomi nasional, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23 Ayat (1).

Hadirin yang kami muliakan,

Kondisi perekonomian nasional saat ini cukup mengkhawatirkan akibat pelambatan pertumbuhan ekonomi, meningkatnya angka pengangguran dan tergerusnya daya beli rakyat akibat kenaikan harga-harga. Selain itu, kita juga menghadapi tekanan likuiditas global serta lesunya sektor riel. Pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2015 yang hanya mencapai 4,71% adalah peringatan keras bagi pemerintahan baru. Hal ini berdampak kepada pengangguran terbuka yang bertambah sebesar 300 ribu orang menjadi 7,45 juta orang atau sebesar 5,81% dari total angkatan kerja.

Penurunan pertumbuhan terjadi akibat merosotnya seluruh komponen pertumbuhan konsumsi rumah tangga, investasi dan belanja Pemerintah serta ekspor mengalami kelesuan. Perlambatan konsumsu domestik dan investasi juga terjadi akibat ketatnya kebijakan moneter yang dijalankan oleh Bank Indonesia dalam rangka mengurangi resiko defisit transaksi berjalan dan potensi bank di beberapa sektor.

Indikator-indikator makro ini sejalan dengan pelemahan iklim usaha yang terjadi di sektor riil. Pelemahan investasi tergambar dari indek tendensi bisnis pada triwulan pertama tahun 2015 sebesar 96,30 yang menurun tajam dari triwulan sebelumnya sebesar 104,07. Penurunan drastis indeks tendensi bisnis adalah indikasi dari pesimisme para pengusaha dan investor terhadap prospek perekonomian yang mengancam keberlangsungan bisnis.

Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor eksternal yaitu perlambatan ekonomi global, sinyal kenaikan suku bunga The Fed serta pelemahan harga-harga komoditas adalah kondisi yang tidak menguntungkan bagi Indonesia. Namun bagaimana pun sebagai nahkoda ekonomi negara, Pemerintah semestinya bisa membaca kemana arah angin akan berhembus, sehingga strategi kebijakan dan langkah taktis yang akan diambil bisa menjaga agar perekonomian di Indonesia tidak lesu, bahkan tetap melaju kencang.

Sayangnya perencanaan ekonomi yang dilakukan Pemerintah nampak tidak komprehensif dan kurang tajam membaca realitas lapangan. Kegagalan tersebut tercermin dari kebijakan pengalihan subsidi BBM dan melepasnya ke kisaran harga

pasar. Kebijakan ini telah memperlemah daya beli masyarakat karena dampak inflasi yang ditimbulkan. Akibatnya, konsumsi dalam negeri menurun. Titik krusialnya adalah Pemerintah gagal memitigasi secara sturktural dampak kenaikan tersebut terhadap fluktuasi harga-harga, sehingga kebijakan BBM ini melemahkan agregad demand secara cukup serius.

Selain itu, penyesuaian harga BBM tiap bulan menyebabkan ketidakpastian usaha sehingga pengusaha memilih untuk menahan diri. Fluktuasi harga bbm dapat menimbulkan efek psikologis sticky prices dimana saat harga pemicu inflasi naik, maka harga-harga lain ikut naik. Namun saat harga BBM turun, penjual enggan menurunkannya karena mereka mengantisipasi jika BBM akan nail lagi. Di sisi lain, kebijakan harga BBM floating ini menyebabkan pelaku usaha sulit menghitung harga pokok produksinya.

Iklim usaha yang tidak kondusif ini diperburuk dengan turunnya kepercayaan pasar Pemerintah, Pemerintah dipandang tidak bisa konsisten dalam menjamin stabilitas politik dan keamanan serta kepastian hukum. Faktor-faktor non ekonomi ini terlihat mulai dari konflik internal di partai-partai dan dipertajam oleh Menteri Hukum dan HAM, hingga konflik antar lembaga penegak hukum. Padahal kredibilitas adalah kata kunci untuk menjamin kepastian serta menjaga kegairah para pelaku ekonomi. Kombinasi antara faktor ekonomi dan non ekonomi inilah yang menggerus dunia perusahaan, melemahnya pertumbuhan ekonomi, rendahnya kualitas pertumbuhan serta memburuknya ekspektaksi atas prospek ekonomi selama ini telah menyebabkan berkurangnya kesempatan untuk menurunkan angka kemiskinan pengangguran dan kesenjangan saat ini dan masa depan.

Hadirin yang kami hormati,

Dalam kerangka ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 diasumsikan dalam rentang 5,8 sampai 6,2%. Fraksi PKS memandang penetapan target ini tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2015-2019 dimana target 2016 adalah sebesar 6 sampai 6,6% dan semakin menjauh untuk mencapai pertumbuhan 7% di tahun 2019. Fraksi PKS memandang bahwa potensi ekonomi nasional sesungguhnya memungkinkan untuk dapat tumbuh lebih tinggi dan lebih berkualitas. Pertumbuhan yang lebih tinggi dan lebih berkualitas sangat dibutuhkan untuk menjawab kebutuhan lapangan kerja baru, pengurangan kemiskinan serta peningkatan pemerataan dan kesejahteraan rakyat.

Potensi ekonomi nasional untuk tumbuh lebih berkualitas dan lebih tinggi sangat mungkin dicapai dengan dukungan utama potensi dan pasar domestik yang besar. Kontribusi konsumsi masyarakat yang selalu di atas level 60% telah menjadi jangkar penting. Untuk itu, kebijakan yang dapat menjaga daya beli rakyat menjadi sangat penting. Ke depan, pertumbuhan juga akan lebih baik jika peran konsumsi modal Pemerintah semakin optimal. Pemerintah perlu mencari terobosan agar konsumsi modal Pemerintah mampu menjadi stimulus pertumbuhan.

Ke depan, Pemerintah juga perlu terus menjaga dan mengoptimalkan investasi sebagai sumber pertumbuhan penting. Terkait ekspor, Pemerintah perlu

mendesain arah pembangunan industri nasional yang kokoh dan terintegrasi.

Pemerintah juga perlu secara sungguh-sungguh membenahi infrastruktur energi dan sistem logistik nasional agar lebih efisien dan kokoh.

Fraksi PKS mendesak Pemerintah agar memiliki dan menjalankan strategis industrialisasi hulu ke hilir terpadu, berbasis bahan baku lokal dan sekaligus pembangun basis pertumbuhan baru. Industri yang memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis secara luas dan dapat memberdayakan potensi ekonomi domestik secara optimal adalah industri pertanian (agribisnis) dan industri maritim. Dengan lingkup mega sektor agri bisnis yang mencakup 4 sub sistem yaitu agri bisnis hulu, on farm, agribisnis hilir yang mengolah produk pertanian dan penyedia jasa agri bisnis dengan kontribusi 51% PDB Nasional dan tenaga kerja yang terserap mencapai 60% merupakan potensi yang besar.

Investasi infrastruktur kelautan dalam program tol laut harus ditindaklanjuti dengan pembangunan dalam kerangka industrial maritime chain yang komprehensif untuk mengembangkan sektor kelautan sebagai pusat pertumbuhan baru. Kedua industri ini perlu didorong dengan desain yang terintegrasi untuk menjadi industri modern yang memiliki value chain yang kuat dengan sektor-sektor modern lainnya.

Jika strategi dan kebijakan ini dilaksanakan dengan baik, Fraksi PKS menyakini target pertumbuhan ekonomi akan lebih baik dan kokoh dalam jangka panjang. Selain itu, Indonesia memiliki peluang pasar ke depan untuk menaikan pendapatan dan kesejahteraan rakyat terutama bagi kelompok 40% rakyat yang miskin dan rentan miskin, sekaligus keluar dari middle income trap.

Hadirin yang kami muliakan,

Terkait target angka kemiskinan 2016 sebesar 9 sampai 10%, Fraksi PKS memandang target angka kemiskinan perlu dibuat lebih progressif. Hal ini sangat penting mengingat angka kemiskinan dan mendekati miskin yang tinggi sangat mengkhawatirkan dan mencederai amanat konstitusi untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Selain itu dalam APBNP 2015 telah disepakati target penurunan kemiskinan untuk tahun 2015 adalah 10,3%.

Fraksi PKS memandang diperlukan peningkatan kebijakan-kebijakan penuntasan kemiskinan terutama untuk menyelesaikan masalah di hulu yang menjadi penyebab kemiskinan. Hal ini sangat penting mengingat kemiskinan di Indonesia berlatar dari kemiskinan perdesaan dan pertanian. Basis data kemiskinan yang masih kurang memadai harus benar-benar dibenahi agar lebih valid dan mampu menjamin ketepatan program-program pengentasan kemiskinan. Selain itu, implementasi kebijakan reformasi agraria untuk meningkatkan penguasaan tanah bagi petani dan kelompok tani juga sangat mendesak.

Terkait dengan sasaran pengurangan pengangguran 2016 sebesar 5,2 sampai 5,5%, Fraksi PKS memandang sangat rendah mengingat dalam APBNP 2015 telah disepakati target untuk 2015 adalah 5,6%. Peningkatan angka pengangguran sebesar 300 ribu dalam 1 tahun terakhir sehingga menjadi 7,4 juta rakyat juga harus mendapat perhatian serius. Fraksi PKS memandang bahwa ke depan dibutuhkan

penciptaan lapangan kerja yang lebih tinggi sehingga pengangguran bisa ditekan secara kuat. Hal ini dapat dicapai melalui pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada sektor-sektor yang menyerap lapangan kerja tinggi terutama sektor pertanian, maritim dan manufaktur.

Hadirin yang kami muliakan,

Fraksi PKS memandang pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2016 perlu didesain lebih progressif untuk memberikan dampak yang lebih optimal bagi perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Untuk itu, peningkatan kualitas dan kuantitas belanja negara khususnya terkait akselerasi pembangunan infrastruktur, peningkatan kesejahteraan rakyat dan jaminan sosial menjadi sangat penting. Untuk itu, diperlukan upaya yang lebih serius untuk meningkatkan ruang fiskal baik melalui efisien belanja yang kurang produktif maupun melalui optimalisasi pendapatan negara. Selain itu, perlu diikuti perbaikan manajemen pemerintahan dan birokrasi serta perbaikan manajemen hutan publik dan efektivitas alokasi transfer daerah.

Fraksi PKS melihat bahwa kebijakan pendapatan negara yang bersumber dari penerimaan dari perpajakan selama ini pada dasarnya masih jauh dari optimal.

Untuk itu, optimalisasi penerimaan perpajakan masih membutuhkan langkah-langkah terobosan yang kuat. Untuk meningkatkan penerimaan perpajakan secara signifikan, Fraksi PKS memandang Pemerintah harus bersungguh-sungguh untuk mencapai target dengan kebijakan-kebijakan baru yang telah direncanakan, Pemerintah perlu segera secara serius dan tegas dalam menggali sektor-sektor yang masih under tax, Pemerintah perlu meningkatkan kepatuhan wajib pajak, serta menurunkan tingkat tax evasion Pemerintah juga harus bersungguh-sungguh untuk mereduksi praktek transfer pricing khususnya oleh perusahaan asing. Fraksi PKS memandang reformasi Dirjen Pajak, sistem perpajakan dan pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia harus mendapatkan prioritas yang tinggi. Selain itu target penerimaan pajak dalam beberapa tahun yang selalu tidak tercapai dan pencapaiannya masih rendah sampai kuartal I 2015 harus menjadi perhatian serius pemerintah.

Terkait dengan kebijakan belanja modal, Fraksi PKS berpandangan perlu mengarah kepada pengalokasian anggaran untuk infrastruktur lebih tinggi minimal 5 persen dari PDB. Belanja modal tersebut untuk memperkokoh pembangunan infrastruktur pertanian, investasi infrastruktur kelautan dalam kerangka industrial maritim chain yang komprehensif serta pembangunan infrastruktur dan sarana massal yang integrated, connected dan user friendly. Selain itu, Fraksi PKS memandang pemerintah kedepan harus serius merealisasikan program ketahanan dan kedaulatan pangan.

Fraksi PKS memandang kebijakan anggaran Jaminan Kesehatan Nasional kedepan perlu mendapatkan prioritas yang tinggi. Seluruh rakyat miskin harus dipastikan ter-cover dalam program ini. Pemerintah juga perlu memastikan kecukupan kebijakan dan dukungan untuk pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan dimana paling lambat Juli tahun 2015 ini ditargetkan untuk beroperasi secara penuh menyelenggarakan 4 program,

yaitu: jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian.

Terkait anggaran transfer ke daerah, Fraksi PKS memandang perlu ditingkatkan dan dipastikan agar berdampak pada kesejahteraan dan perbaikan kualitas hidup rakyat di daerah. Fraksi PKS juga berpandangan bahwa alokasi dana desa perlu ditingkatkan secara lebih signifikan. Dana desa idealnya memenuhi mandat Undang-undang Desa agar berdampak pada pembangunan desa dan kesejahteraan rakyat serta penciptaan lapangan kerja di pelosok-pelosok desa.

Hadirin yang kami muliakan,

Fraksi Partai Keadilan Sejahtera juga memberikan catatan lebih lengkap atas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal tahun 2016 yang tidak dibacakan dan menjadi dokumen yang tidak terpisahkan yang akan langsung diserahkan kepada pemerintah.

Demikian Pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI agar dapat menjadi perhatian dan dapat ditindaklanjuti dalam pembahasan selanjutnya.

Atas perhatian dan kesabaran Bapak/Ibu mendengarkan Pandangan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, kami ucapkan terima kasih.

Merdeka!!

Allahu Akbar!!!

Wabillahi Tautiq Walhidayah,

Wassalamu‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta, 26 Mei 2015

PIMPINAN

FRAKSI PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ttd

H. JAZULI JUWAINI, Lc., M.A.

Ketua

ttd

K.H. Ir. ABDUL HAKIM, M.M.

Sekretaris KETUA RAPAT:

Baik, terima kasih disampaikan kepada Saudara H. Andi Akmal Pasluddin, S.P., M.M. juru bicara dari Fraksi PKS.

Berikutnya kami persilakan Saudari Dr. Hj. Reni Marlinawati Nomor Anggota A-516, juru bicara dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan.

F-PPP (Dr. Hj. RENI MARLINAWATI):

Bismillahirrahmanirrahim,

PANDANGAN