• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI ATAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

A. KETERSEDIAAN PEGAWAI

Sesuai dengan tugas dan fungsi Setjen DPR-RI, yaitu memberikan dukungan administrasi, teknis dan keahlian kepada DPR RI maka untuk menjalankan tugas dan fungsinya Setjen DPR RI didukung melalui kebaradaan PNS sebanyak 1.362. Sebaran berdasarkan golongan dan jumlahnya sampai Juli 2012 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1.

Jumlah Pegawai Berdasar Golongan (Per Juli 2012) Golongan Jumlah Golongan Jumlah

Gol. IV/e 3 Gol. II/d 90

Gol. IV/d 15 Gol. II/c 102

Gol. IV/c 15 Gol. II/b 81

Gol. IV/b 45 Gol. II/a 101

Gol. IV/a 48 Gol. I/d 8

Gol. III/d 161 Gol. I/c 6

Gol. III/c 122 Gol. I/b 12

Gol. III/b 357 Gol. I/a 1

Gol. III/a 195 Jumlah 1.362

Usaha pembinaan dan pengembangan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di lingkungan Setjen DPR-RI diarahkan untuk mendukung tugas tersebut. Secara lebih detail, usaha pengembangan kompetensi diarahkan untuk mendukung fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan yang merupakan tugas dari DPR.

Dalam upaya lebih meningkatkan daya guna dan hasil guna dari SDM Setjen DPR-RI setidaknya ada tiga aspek utama yang harus selalu disempurnakan agar semakin efektif dan efisien yaitu kelembagaan, kepegawaian dan ketatalaksanaan. Penyempurnaan dan pendayagunaan aparatur negara langkah utama dan pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisa jabatan. Analisa jabatan merupakan syarat utama yang harus dilakukan karena analisa jabatan merupakan dasar kebutuhan. Dalam penataan kepegawaian banyak hasil analisa jabatan yang dapat dimanfaatkan

32

atau banyak masalah kepegawaian dapat dipecahkan dengan analisa jabatan diantaranya adalah kebutuhan pegawai dan formasi pegawai.

Analisa jabatan juga berguna untuk masalah ketatalaksanaan terutama dalam menyusun prosedur kerja dan hubungan. Tujuan dilakukannya pengukuran beban kerja secara regular adalah: (1) Untuk mengevaluasi sejauh mana seorang pegawai telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam organisasi; (2) Untuk menghindari adanya kelebihan beban kerja (workload overwhelming) dari seorang pegawai, karena hal tersebut akan secara langsung berdampak pada produktivitas kerja dan secara tidak langsung menghambat pencapaian tujuan organisasi; dan (3) Untuk mengevaluasi pembagian kerja berdasarkan job design dan kebutuhan organisasi. Hal ini bermanfaat untuk membagi tugas dan kerja berdasarkan tujuan yang akan dicapai oleh organisasi.

Untuk mendukung hasil yang lebih validitas dan reliabelnya dari hasil analisa jabatan maka diperlukan analisa beban kerja karena untuk menghitung jumlah waktu dan kapasitas pegawai dalam melaksanakan tugas.Beban kerja diartikan sebagai serangkaian tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dan diemban oleh seorang pegawai berkaitan dengan posisi dan tupoksi kerja yang dimilikinya. Pengukuran beban kerja (workload measurement) dimaksudkan sebagai suatu mekanisme untuk meninjau kembali porsi tugas dan tanggung jawab dari seorang pegawai direfleksikan dengan pekerjaan yang diembannya dan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.

Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu.Efektivitas dan efisiensi kerja adalah perbandingan antara bobot/beban kerja dengan jam kerja efektif dalam rangka penyelesaian tugas dan fungsi organisasi. Hasil perhitungan tersebut, lebih dikenal dengan efisiensi dan efektivitas jabatan (EJ). EJ dikategorisasikan dalam lima interval yang kemudian diberi penilaian atas prestasi kerja jabatan (PJ) yaitu A (sangat baik) sampai dengan E (kurang); dengan ketentuan:EJ di atas 1 = A (Sangat Baik); EJ antara 0,90 – 1 = B (Baik); EJ antara 0,70 – 0,89 = C (Cukup); EJ antara 0,50 – 0,69 = D (Sedang); dan EJ di bawah 0,50 = E (Kurang).

33 1. Sekretaris Jenderal

Beban kerja Sekretaris Jenderal berdasarkan aktivitas yang dilakukan pada tahun 2011 dalam pelaksanaan tugasnya mencapai10.661,5 dengan nilai efisiensi 1,480. Beban kerja yang demikian tinggi mencerminkan beratnya beban tugas yang diemban oleh Sekretaris Jenderal. Oleh karena itu, sebaiknya posisi Wakil Sekretaris Jenderal yang masih kosong dapat segera dilantik pejabatnya sehingga Sekretaris Jenderal dan Wakil Sekretaris Jenderal dapat berbagi dalam menjalankan tugasnya memimpin Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

2. Deputi Bidang Perundang-undangan

Jumlah pemangku jabatan dalam lingkup unit-unit kerja Deputi Bidang Perundangundangan sebanyak 91 (sembilan puluh satu) pemangku jabatan dengan jumlah beban kerja mencapai 6.100.889. Berdasarkan hasil analisa beban kerja (ABK), total kebutuhan pegawai dalam lingkup Deputi Bidang Perundang-undangan mencapai 122 (seratus dua puluh dua) orang pegawai, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah pemangku jabatan saat ini maka terjadi kekurangan pegawai sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang pegawai.

3. Deputi Bidang Anggaran dan Pengawasan

Jumlah pemangku jabatan dalam lingkup unit-unit kerja Deputi Bidang Anggaran dan Pengawasan sebanyak 229 (dua ratus dua puluh sembilan) pemangku jabatan dengan jumlah beban kerja mencapai 13.679.933.

Berdasarkan hasil analisa beban kerja (ABK), total kebutuhan pegawai dalam lingkup Deputi Bidang Bidang Anggaran dan Pengawasan mencapai 250 (dua ratus lima puluh) orang pegawai, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah pemangku jabatan saat ini maka terjadi kekurangan pegawai sebanyak 21 (dua puluh satu) orang pegawai, yaitu untuk jabatan fungsional Penganalisa Pendapatan Negara dan Pembiayaan Anggaran (-5), Penganalisa Belanja Negara (-5), Penganalisa Ekonomi Makro (-3), dan Pranata Komputer (-8).

34

4. Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama Antar Parlemen

Jumlah pemangku jabatan dalam lingkup unit-unit kerja Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama Antar Parlemen sebanyak 370 (tiga ratus tujuh puluh) pemangku jabatan dengan jumlah beban kerja mencapai 11.768.418.

Berdasarkan hasil ABK, total kebutuhan pegawai dalam lingkup Deputi Bidang Persidangan dan Kerjasama Antar Parlemen mencapai 375 (tiga ratus tujuh puluh lima) orang pegawai, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah pemangku jabatan saat ini maka terjadi kekurangan pegawai sebanyak 5 (lima) orang pegawai, yaitu pada jabatan Pranata Humas (-5).

5. Deputi Bidang Administrasi

Jumlah pemangku jabatan dalam lingkup unit-unit kerja Deputi Bidang Administrasi sebanyak 1.012 (seribu dua belas) pemangku jabatan dengan jumlah beban kerja mencapai 16.303.071. Berdasarkan hasil analisa beban kerja (ABK), total kebutuhan pegawai dalam lingkup Deputi Bidang Administrasi mencapai 1.086 (seribu delapan puluh enam) orang pegawai, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah pemangku jabatan saat ini maka terjadi kekurangan pegawai sebanyak 74 (tujuh puluh empat) orang pegawai, yaitu pada jabatan Perencana Anggaran Dewan (-1), Perencana Anggaran Setjen (-2), Analis Tatalaksana (-1), Pemeriksa Anggaran (-2), Pemeriksa Materiil/Auditor (-2), Pemeriksa Administrasi Umum/Auditor (-2), Perawat Gigi (-3), Pranata Laboratorium Kesehatan (-4), Apoteker (-1), Bidan (-3), Pengadministrasi Perjalanan Dinas Dalam Negeri (-3), Perencana Pemeliharaan Gedung dan Peralatan (-10), Pengganda dan Penjilid (-1), dan Anggota Pengamanan Dalam (- 45).

Dokumen terkait