• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. KESIMPULAN

Saat ini Organisasi Setjen DPR RI memiliki struktur organisasi yang disesuaikan dengan tugas dan fungsinya. Namun adanya UU No. 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka akan dibentuk Badan Fungsional Keahlian (BFK) yang tugasnya adalah memberikan dukungan keahlian. Dengan adanya BFK ini maka akan mereduksi tugas dan fungsi Setjen DPR RI pada dukungan keahlian sehingga Setjen DPR RI harus melakukan restrukturisasi organisasi.

Melalui UU Nomor 27 Tahun 2009 tersebut, khususnya Pasal 392 Ayat (2), menyatakan bahwa, ‘‘untuk mendukung pelaksanaan tugas DPR RI dibentuk badan fungsional/keahlian yang ditetapkan melalui peraturan DPR RI setelah dikonsultasikan dengan Pemerintah’ dan Ayat (3) menyebutkan ‘badan fungsional/keahlian secara fungsional bertanggungjawab kepada DPR RI dan secara administratif dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal DPR RI.’ Untuk menindaklanjuti UU tersebut maka BURT telah membentuk Panitia Kerja yang dibantu oleh SETJEN DPR. Panitia Kerja tersebut akan membahas sistem pendukung yang nantinya dapat memperkuat tugas dan fungsi Dewan ke depan yaitu dengan membentuk Badan Fungsional Keahlian yang secara administrasi masih di bawah SETJEN. Pembahasan Badan Fungsional Keahlian sudah pada tahap Kajian Organisasi, SDM dan Tata kerjanya yang dilakukan oleh pihak Independen. Pihak Independen ini merupakan suatu Tim/Konsorsium yang terdiri dari Akademisi dan pakar dari 3 (tiga) Universitas termana di Indonesia yaitu: Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Gajah Mada.

Adanya agenda pembentukan BFK tersebut memperlihatkan bahwa dalam struktur organisasi akan ada pembedaan tugas dan fungsi dari organisasi unsur penunjang kedalam organisasi yang berbeda. Karena itu berdasarkan pendekatan strategi telah muncul strategi spesialisasi dalam

72

organisasi pendukung DPR RI yang memisahkan antara fungsi administrasi teknis dengan keahlian. Kemudian proses itu sudah terlihat usaha-usaha tindaklanjut atas strategi tersebut msekipun masih dalam tahap penyelesaian oleh Pihak Ketiga.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dilihat dari sumber daya yang berbentuk kesisteman, maka secara konteks, kesisteman yang dilihat dari perangkat kesisteman berupa peraturan-perundangan, pedoman mekanisme kerja, ketatalaksanaan dan budaya organisasi. Hasil evaluasi memperlihatkan:

1. Setjen DPR RI memiliki beberapa peraturan pelaksana di tingkat organisasi meskipun masih terbatas.

2. Dimilikinya berbagai pedoman dan SOP yang mengatur mekanisme kerja sehingga akan semakin memperjelas hubungan kerja DPR RI dengan Setjen DPR RI dan antar unit organisasi yang ada dalam Organisasi Setjen DPR RI.

3. Setjen DPR RI telah mengembangkan dan mengaplikasikan information, comunication and technology ke dalam proses tatalaksana sehingga efektif proses.

4. Setjen DPR RI telah menetapkan kode etik dan budaya organisasi sehingga akan mampu mendorong perubahan dalam perilaku pegawai.

Terkait dengan kesisteman ini dilihat berdasarkan input maka sudah mengarah kepada suatu sistem yang ingin dibentuk misalnya dalam struktur sudah mengarah pada pemisahan antara dukungan administrasi dan teknis dengan keahlian melalui agenda pembentukan Badan Fungsional Keahlian. Begitu juga dalam peraturan sudah dirumuskan program legislasi Sekretariat Jenderal. Dilihat dari sisi proses sudah terlihat usaha-usaha perbaikan dengan adanya agenda-agenda yang akan dilaksanakan dalam bebrapa tahun ke depan.

Berdasarkan pengelolaan SDM secara konteks masih menunjukkan bahwa masih ada permasalahan SDM yang tergambarkan yaitu secara kualitas Organisasi Setjen DPR RI masih membutuhkan pegawai yang memiliki kompetensi yang baik dalam rangka mendukung peningkatan

73

pelayanan administrasi, teknis dan fungsional kepada DPR RI. Sedangkan secara kuantitas Organisasi Setjen DPR RI masih menghadapi kurangnya jumlah pegawai untuk memberikan dukungan keahlian. Hal ini diperkuat dengan hasil Analisis Beban Kerja, maka terdapat kekurangan tenaga di Setjen DPR-RI baik pada pos tenaga struktural sebanyak 84 orang dan pos tenaga fungsional sebanyak 53 orang.

Dilihat dari sisi input, maka pengelolaan SDM sedang mengarah kepada perbaikan yang mengarah kepada strategic human resourcess.

Sedangkan secara proses sudah ada beberapa langkah perbaikan.

Berdasarkan pengelolaan anggaran secara konteks menunjukkan bahwa Setjen DPR RI memiliki anggaran yang selalu meningkat setiap tahunnya. Dilihat dari sisi input sudah ada perbaikan, misalnya dengan penerapan bebrapa aplikasi dalam pengelolaan anggaran. Begitu juga secara proses, Organisasi Setjen DPR RI telah menunjukkan usaha-usaha perbaikan dalam pengelolaan anggaran, mulai dari sistem perencanaan sampai dengan pengawasannya. Bahkan dalam administrasi keuangannya menujukkan perbaikan yang mana diperlihatkan oleh pencapaian Wajar Tanpa Perkecualian (WTP).

Terakhir dilihat dari pengelolaan sarana dan prasarana pendukung menunjukkan bahwa secara konteks dari sisi ketersediaan sarana dan prasarana masih terdapat permasalahan karena kebutuhan sarana dan prasarana secara fisik yang terus meningkat tapi tidak didukung dengan pembangunan yang signifikan. Hal ini menjadi penting karena pembangunan fisik mendapatkan respon negatif dari pubik. Sementara itu dari sisi sarana dan prasarana pendukung relatif tidak menjadi persoalan.

Hal ini ditujukan dengan pengembangan sarana dan prasarana information, communication and technology yang terus berkembang. Sarana dan prasarana yang menjadi permasalahan umumnya yang pengembangannya terkait dengan pengembangan bangunan fisik seperti perpustakaan. Dalam pengembangan sarana dan prasarana dari sisi input masih harus terus dibenahi anggaran sarana dan prasarana fisik dapat menyesuaikan dengan ciri khas parlemean. Namun demikian, secara proses sudah ada usaha perbaikan dengan cara peningkatan pada saran dan prasarana yang tidak berbentuk fisik bangunan.

74

Terakhir dari keempat sumber daya organisasi tersebut dilihat dari sisi produk yang ditekankan pada pengukuran pencapaian tujuan program masih membutuhkan analisis lebih lanjut. Namun sebagai gambaran awal dapat dilihat dari beberapa capaian yang sudah terukur, misalnya:

1. Setjen DPR-RI telah menjadi instansi yang dinilai sejak tahun 2009.

Pada tahun 2009, kinerja Setjen DPR-RI mendapat nilai “D”.

Selanjutnya pada tahun 2010 kinerja Setjen meningkat menjadi “C”.

Kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi “CC”.

2. Dalam administrasi keuangannya menujukkan perbaikan yang mana diperlihatkan oleh pencapaian Wajar Tanpa Perkecualian (WTP).

3. website www.dpr.go.id menempati urutan/ranking 2 per 17 Mei 2011berdasarkan Kategori regional asia di Indonesia dengan jumlah website 1.483.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka untuk mendukung pembenahan kelembagaan secara terus menerus dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan efektivitas kesisteman, maka hal penting yang perlu dilakukan adalah adanya perubahan mind setting di mana saat ini perlu dioperasionalkan konsep dari perubahan mind setting yang dibutuhkan untuk peningkatan kinerja Organisasi Setjen DPR RI ke depan.

2. Untuk mendukung peningkatan pelayanan administrasi, teknis dan fungsional kepada DPR RI, maka dibutuhkan:

a. Kebijakan peningkatan kualitas SDM melalui penyelenggaraan diklat yang berbasis kompetensi.

b. Kebijakan pengadaan pegawai (Calon Pegawai Negeri Sipil/CPNS) untuk mengisi formasi dukungan administrasi yang memasuki usia pensiun dan dukungan fungsional yang saat ini masih kurang.

3. Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi anggaran, maka dibutuhkan kebijakan penyelenggaraan diklat manajemen keuangan, seperti perencanaan (strategic management), dan sistem akuntansi pemerintah.

75

4. Untuk mendukung peningkatan pelayanan administrasi, teknis dan anggaran maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Beberapa hal yang perlu dilakukan adalah:

a. Mengoptimalkan pengunaan ruang-ruang yang ada sehingga dibutuhkan penataan ruang.

b. Perlu penataan terhadap ruang pendidikan dan pelatihan yang dapat mendukung terhadap proses kegiatan belajar.

Dokumen terkait