• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketersediaan Sumber Pembiayaan Kota

Dalam dokumen BAB II Gambaran Umum Kota Banjar (Halaman 65-68)

2.2.6 Kinerja Pemerintah Kota .1 Pemerintah Kota Banjar

2.2.6.2 Ketersediaan Sumber Pembiayaan Kota

a. Dana Publik

Sebagaimana dimaklumi bahwa UU No. 32 Tahun 2004 dan UU No. 33 Tahun 2004 secara eksplisit telah menetapkan dan mengatur pembagian kewenangan (power sharing) dan pembagian keuangan (financial sharing) antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Kedua undang-undang ini memberikan kewenangan luas dengan titik berat otonomi diletakkan pada daerah Kabupaten/Kota untuk mengelola daerahnya secara lebih mandiri, sesuai dengan urusan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.

Pelaksanaan urusan bidang pemerintahan tersebut memerlukan sumber-sumber pembiayaan guna menunjang kegiatan yang dilaksanakan oleh masing-masing tingkat pemerintahan dalam arti penyediaan sumber keuangan tersebut sebanding dengan kegiatan-kegiatan yang wajib dilaksanakan. Dengan kata lain maka penerimaan (revenue) harus seimbang dengan pengeluaran (expenditure). Hal ini menunjukkan bahwa dalam penyelenggaraan pemerintah daerah diperlukan kewenangan dan kemampuan menggali sumber keuangan sendiri yang didukung oleh perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta antara provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan UU No.33 Tahun 2004. Berbagai sumber dana publik tersebut di Kabupaten Banjar akan terlibat proporsi sharingnya dalam struktur APBD Kota Banjar itu sendiri, terutama dalam persoalan “pendapatan dan penerimaan pembiayaan”. Adapun struktur APBD Kota Banjar Tahun Anggaran 2007 terdiri dari:

1. Pendapatan:

a. Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari:  Pajak Daerah

 Retribusi Daerah

 Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah b. Dana Perimbangan yang berasal dari:

 Bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan pajak  Dana Alokasi Umum

 Dana Alokasi Khusus

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus

 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya 2. Belanja:

a. Belanja Tidak Langsung  Belanja Pegawai  Belanja Hibah

 Belanja Bantuan Sosial

 Belanja Bagi Hasil Kepada Pemerintah Desa  Belanja Bantuan Keuangan Pemerintah Desa  Belanja Tidak Terduga

b. Belanja Langsung  Belanja Pegawai

 Belanja Barang dan Jasa  Belanja Modal

3. Pembiayaan:

a. Penerimaan Pembiayaan

 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SILPA)  Pencairan Dana Cadangan

 Penerimaan Piutang Daerah  Penerimaan Kembali Investasi b. Pengeluaran Pembiayaan

 Pembayaran Pokok Utang

Sumber keuangan yang menjadi penerimaan pemerintah daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan yang Sah dapat dilihat di Tabel 2.43 - 2.46. Penerimaan pemerintah daerah tersebut merupakan sumber pendapatan yang diperlukan untuk menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan pelayanan publik.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Banjar mengalami kenaikan dari tahun 2004 ke tahun 2007, yaitu sebesar Rp. 4.667.717.604,00 pada tahun 2004 hingga 22.944.875.315,00 pada tahun 2006. Bila dilihat pada tahun 2005 dana perimbangan hanya sebesar Rp. 77.355.647.892,00 maka di tahun-tahun berikutnya melonjak tinggi menjadi Rp.

203.754.132.284,00 di tahun 2006 dan Rp. 317.361.145.513,00 di tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya perubahan formula dan ketentuan pembagian Dana Alokasi Umum (DAU), serta bagi hasil pajak/non pajak. Sedangkan lain-lain pendapatan yang sah mengalami pasang surut di rentang Rp. 16.799.871.737,00 pada tahun 2004 hingga Rp. 33.878.717.313,00 di tahun 2007.

Bila dilihat lebih seksama pada tabel 2.44, komponen dana perimbangan merupakan kontributor terbesar (kurang lebih 80%) dalam anggaran pendapatan Kota Banjar yang diikuti komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah dan terakhir adalah komponen Pendapatan Asli Daerah. Pos yang memiliki kontribusi terbesar dalam dana perimbangan sendiri (tabel 2.46) adalah Dana Alokasi Umum (90%), dibandingkan pos lainnya yaitu dana bagi hasil pajak/bukan pajak dan dana alokasi khusus.

Dalam komponen PAD, pos Retribusi Daerah merupakan kontributor terbesar yaitu 90 %. Berdasarkan data tahun 2006, jenis retribusi Rumah Sakit (Rp. 1.895.000.000,00) diikuti pelayanan pasar (Rp. 206.800.000,00), dan terminal (Rp. 134.712.000,00) merupakan tiga besar penyumbang dalam pos retribusi daerah. Urutan kedua dalam komponen PAD adalah pos Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah diikuti pos Pajak Daerah, dan pos Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan (Tabel 2.45). Terlihat juga bahwa pos Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan menempati posisi terakhir dalam besaran yang jauh sekali dibanding pos lainnya dalam PAD.

Perusahaan Milik Daerah yang terdapat di Kota Banjar adalah PDAM Tirta Anom dan Bank Jawa Barat Cabang Banjar. Tampaknya Pemerintah Banjar melihat bahwa sebenarnya BUMD ini memiliki potensi menjadi sumber pemasukan yang signifikan sehingga Pemerintah mengeluarkan Perda No. 13 Tahun 2006 tentang Penyertaan Modal Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Anom Kota Banjar dan Perda No. 14 Tahun 2006 tentang Penambahan Penyertaan Modal Daerah pada PT. Bank Jawa Barat Cabang Banjar.

Besaran Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dari tahun 2004 hingga 2007 bersifat fluktuatif. Dalam kurun waktu 2004-2005, hanya pos Dana Kontijensi/Penyeimbang dari Pemerintah, Dana Darurat, dan Carry-Over yang terisi. Bahkan pada tahun 2006, tidak terdapat anggaran sepeser pun untuk semua pos. Pada tahun 2007. Pada tahun 2007, Sedangkan tahun 2006 Dalam perinciannya, pos Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya merupakan kontributor tetap/yang selalu ada dari tahun ke tahun, meskipun secara besarannya mengalami pasang surut. Dari tabel 2.45 dapat dilihat urutan kontinuitas kontribusi pos lainnya yaitu

carry-over, Dana Bagi Hasil Retribusi dari Provinsi, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya.

Komposisi Belanja Pemerintah Kota Banjar dari tahun 2004-2006 terdiri dari Belanja Aparatur Daerah, Belanja Pelayanan Publik, Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan serta Belanja Tidak Tersangka. Hal ini berbeda dengan komposisi di tahun 2007 yang hanya terdiri dari dua komponen yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung terdiri dari pos Belanja Pegawai, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, serta Belanja Tidak Terduga. Sedangkan Belanja Langsung hanya terdiri dari Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Modal.

Tabel 2.43

Perbandingan Struktur Belanja Pemerintahan Kota Banjar Tahun 2004-2006 dengan Tahun 2007

Tahun 2004-2006 Tahun 2007

A. Belanja Aparatur Daerah

Dalam dokumen BAB II Gambaran Umum Kota Banjar (Halaman 65-68)

Dokumen terkait