• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Gambaran Umum Kota Banjar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Gambaran Umum Kota Banjar"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Gambaran Umum Kota Banjar

2.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Banjar 2.1.1 Sejarah Perkembangan Kotif Banjar

Sebelum menjadi Kotif, Banjar adalah sebuah kecamatan, yaitu Kecamatan Banjar yang mencakup 15 desa dan 2 buah perwakilan kecamatan (perwakilan kecamatan Langensari dan Batulawang). Dalam perkembangan Pemerintahan selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, Kecamatan Banjar berada di bawah pembinaan Kantor Pembantu Bupati Ciamis wilayah Banjar yang berkedudukan di Banjar, yang mencakup 4 Kecamatan (Banjar, Rancah, Cisaga, Cimaragas).

Pada tahun 1991, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1991 tentang Pembentukan Banjar Kota Administratif, Banjar dibentuk menjadi sebuah pemerintahan Kota Administratif (Kotif) yang secara operasional peresmiannya dilakukan pada tanggal 2 Maret 1992. Setelah Banjar menjadi Kotif, kantor Pembantu Bupati Ciamis di Banjar dipindahkan ke Rancah dan gedung bekas Kantor Pembantu Bupati diubah fungsinya menjadi Kantor Walikota Banjar. Luas wilayah Kotif Banjar adalah 11.350 Ha dan terdiri dari 4 (empat) kecamatan yaitu:

Tabel 2.1

Kecamatan di Kotif Banjar Tahun 2001

No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas wilayah (Ha)

1 Banjar 42.163 2.468

2 Pataruman 46.430 3.890

3 Purwaharja 17.876 1.634

4 Langensari 45.244 3.358

Jumlah 151.713 11.350

Sumber: Pemerintah Kotif Banjar, 2001

Perkembangan Kotif Banjar ternyata tidak diikuti dengan peningkatan penduduk yang cepat. Pada tahun 1996, penduduk Kotif Banjar berjumlah 149.811 jiwa dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 154. 851 jiwa. Meskipun demikian, status kotif ini mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintah, pembangunan, pembinaan dan pelayanan kepada masyarakat Banjar.

Pada tahun 2001, dilakukan pengajuan usul peningkatan status Kotif Banjar menjadi Daerah Kota Banjar yang otonom sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan

(2)

Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis tanggal 9 Maret 2001 Nomor 188.4/KEP/DPRD-10/2001 tentang Persetujuan Peningkatan Status Kota Administratif Banjar dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat tanggal 14 Juni 2001 Nomor 135/Kep.DPRD-27/2001 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat terhadap Peningkatan Status Kota Administratif Banjar menjadi Daerah Otonom. Pada tanggal 11 November 2002, Dewan Perwakilan Rakyat RI mengesahkan Undang-undang No. 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat. Adapun peresmian Kota Banjar dilakukan pada tanggal 21 Februari 2003 oleh Menteri Dalam Negeri H. Hari Sabarno.

2.1.2 Letak Geografis

Secara geografis letak wilayah Kota Banjar berada di antara 108˚28’00” - 7˚40’00” Bujur Timur dan 7˚19’30” - 7˚26’30” Lintang Selatan (berdasarkan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal), yaitu dibagian timur wilayah Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas Wilayah Kota Banjar ini adalah :

sebelah utara : Kecamatan Cisaga Kabupaten Ciamis serta Kecamatan Dayeuh Luhur dan Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

sebelah timur : Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis dan Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

sebelah selatan : Kecamatan Lakbok dan Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis;

sebelah barat : Kecamatan Cimaragas dan Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis;

Luas Wilayah Kota Banjar berdasarkan penjelasan UU No. 27 Tahun 2002 adalah 113,49 km2 atau 11.349 hektar. Sementara berdasarkan pengukuran pada Peta Rupa Bumi Bakosurtanal dan yang resmi digunakan oleh Pemerintah Kota Banjar adalah 13.197,23 hektar.

Tabel 2.2

Luas Wilayah Administratif Kecamatan dan Jumlah Desa Pada Tahun 2006

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa

1 Banjar 2.623,84 6

2 Pataruman 5.405,66 6

3 Purwaharja 1.826,74 4

4 Langensari 3.340,99 6

Jumlah 13.197,23 22

Sumber : Pemerintah Kota Banjar, 2006

Wilayah Kota Banjar terdiri atas 4 kecamatan dan 22 desa, yaitu :

 Kecamatan Banjar, dengan 6 desa (Banjar, Mekarsari, Cibeureum, Balokang, Neglasari dan Situbatu)

(3)

 Kecamatan Pataruman, dengan 6 desa (Hegarsari, Pataruman, Binangun, Batulawang, Karyamukti dan Mulyasari)

 Kecamatan Purwaharja, dengan 4 desa (Purwaharja, Karangpanimbal, Raharja dan Mekarharja)

 Kecamatan Langensari, dengan 6 desa (Langensari, Waringinsari, Rejasari, Muktisari, Bojongkantong dan Kujangsari)

2.1.3 Topografi Kota Banjar

Kota Banjar memiliki ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut (DPL). Kondisi topografi menurut ketinggiannya adalah sebagai berikut:

- Dataran rendah (0-25 m DPL) : 6,019.878 Ha - Dataran Sedang (25-100 m DPL) : 3,996.783 Ha - Dataran tinggi (100-500 m DPL) : 1,353.247 Ha.

Keadaan topografi wilayah pada umumnya merupakan dataran dengan kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%.

Gambar 2.1

(4)

Gambar 2.2

Profil Arah Utara - Selatan Wilayah Kota Banjar

2.2 Gambaran Umum Perkembangan Kota Banjar 2.2.1 Peran Kota Banjar

a. Kota Banjar dalam Perspektif Nasional

Dalam RTRW Nasional Tahun 1997, Kota Banjar telah ditetapkan sebagai kawasan andalan, dan termasuk dalam Kawasan Andalan Priangan Timur dan sekitarnya. Sektor unggulan dalam Kawasan Andalan Priangan Timur meliputi pertanian, tanaman pangan, industri, perkebunan dan kehutanan. Dalam kawasan andalan ini ada 4 simpul perkotaan yang dikemukakan, yaitu : Tasikmalaya, Garut, Ciamis dan Banjar. Keempat simpul perkotaan tersebut ditetapkan dengan fungsi sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan.

Dengan berfokus pada Kota Banjar, perlu pula dilihat ada 2 kawasan andalan di sekitarnya, yaitu Kawasan Andalan Pangandaran dan sekitarnya yang terletak di Provinsi Jawa Barat dan Kawasan Andalan Cilacap dan sekitarnya yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Sektor unggulan yang ditetapkan untuk Kawasan Andalan Pangandaran adalah pariwisata, dan simpul perkotaannya adalah Pangandaran dengan fungsi PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Sementara Kawasan Andalan Cilacap ditetapkan dengan sektor unggulan pertanian tanaman pangan, perikanan dan industri dan simpul perkotaan adalah Cilacap, Wangon dan

(5)

Kroya.Cilacap ditetapkan dengan fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), sedangkan Wangon dan Kroya masing-masing dengan fungsi Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Fungsi PKW Cilacap adalah pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan beberapa kabupaten.

Sementara simpul-simpul perkotaan lainnya yang secara hirarkis berada di bawah Kota Banjar, dengan fungsi sebagai LSC (Local Service Center), yaitu :

 Ciamis dan Pangandaran, keduanya di Provinsi Jawa Barat

 Majenang, Sidareja, dan Ajibarang, ketiganya di Provinsi Jawa Tengah

Di dalam RTRW Nasional terbaru yang ditetapkan dengan PP No. 26 Tahun 2008, Kota Banjar tetap termasuk dalam Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran. Sektor yang diunggulkan dalam kawasan andalan ini tidak berbeda jauh dengan RTRW Nasional Tahun 1997, yaitu pertanian, industri, perkebunan, pariwisata dan perikanan. Kota yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dalam kawasan ini adalah Tasikmalaya (I/C/1) dan Pangandaran (II/C/2). Sebagai kota pusat pertumbuhan nasional, program revitalisasi dan pengembangan Kota Tasikmalaya adalah pengembangan/peningkatan fungsi, sedangkan untuk Kota Pangandaran adalah pengembangan baru.

b.

Kota Banjar dalam Perspektif Provinsi Jawa Barat

Dalam RTRWP Jawa Barat 2003, Kota Banjar termasuk ke dalam Wilayah Penunjang dalam WP Timur yang berpusat di Cirebon. Dalam Wilayah Penunjang tersebut, hirarki kota-kota disusun sebagai berikut :

 Hirarki II B : Tasikmalaya dan Banjar

 Hirarki III B : Kuningan, Ciamis, Singaparna, Pangandaran dan Cijulang

 Hirarki IV B : Ciawi, Cipatujah, Karangnunggal, Banjarsari dan Parigi

Dalam Rencana Struktur RTRWP Jawa Barat 2003 ini ditetapkan ada 8 Kawasan Andalan, yaitu :

 Kawasan Andalan Bogor-Puncak-Cianjur (Bopuncur);

 Kawasan Andalan Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek);

 Kawasan Andalan Sukabumi;

 Kawasan Andalan Cekungan Bandung;

 Kawasan Andalan Purwakarta-Subang-Karawang (Purwasuka);

 Kawasan Andalan Cirebon-Indramayu-Majalengka-Kuningan (Ciayumajakuning);

 Kawasan Andalan Pangandaran;

(6)

Kota Banjar termasuk dalam Kawasan Andalan Priangan Timur. Suatu hal yang sangat penting diperhatikan bahwa ada kawasan andalan tetangga, yaitu Kawasan Andalan Pangandaran, yang mempunyai akses utama melalui Kota Banjar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kota Banjar yang terletak dalam Kawasan Andalan Priangan Timur akan merupakan simpul penting dan strategis bagi Kawasan Andalan Pangandaran karena akses utamanya melalui Kota Banjar. Saat ini RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2017 sedang direvisi dan belum diketahui pengaruh perubahannya terhadap pengembangan Kota Banjar.

2.2.2 Fisik Lingkungan

2.2.2.1 Sumber Daya Alam / Lingkungan Hidup

Sumber daya alam/Lingkungan Hidup (SDA/LH) adalah merupakan salah satu modal dasar utama dalam menunjang kegiatan pembangunan. Disamping itu kondisi SDA/LH juga akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Mengingat peran penting dari SDA/LH, maka keberadaan SDA/LH harus mendapat perhatian guna tercapainya pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Di antara berbagai komponen SDA/LH, sumber daya air, udara dan lahan adalah merupakan komponen dasar yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Disamping itu, komponen SDA/LH lainnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah masalah sampah domestik yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan dan estetika. Di daerah perkotaan yang telah berkembang, sampah domestik menjadi salah satu isu penting yang harus ditangani oleh pemerintah daerah.

a. Sumber Daya Air

Kota Banjar dilewati 3 sungai besar yaitu Citanduy dengan debit 5-1300m3/det, Ciseel dengan debit 0,8-400 m3/det, dan Cijolang dengan debit 60-400 m3/det. Adanya ketiga sungai tersebut potensial menjadi sumber air baku untuk kebutuhan domestik dan kebutuhan lainnya. Di samping itu juga terdapat reservoar air yang berupa situ, yaitu Situ Mustika yang memiliki kapasitas tampung air sebesar 1600 m3 dan situ Karangpanimbal yang memilki kapasitas tampung air sekitar (8000 m3).

Walaupun Kota Banjar memiliki potensi sumber daya air yang cukup, baru 22% penduduknya yang terlayani air bersih. Hal ini karena saat ini kapasitas Instalasi Pengolah Air yang dimiliki Kota Banjar masih terbatas yaitu 40 l/det. Adapun sumber air bakunya diperoleh dari sungai Citanduy. Pemenuhan air bersih lainnya diperoleh dari sumur gali dengan kedalaman 5-10 meter, sumur bor, dan sumber lainnya seperti mata air. Saat ini

(7)

kedalaman muka air tanah dangkal berkisar 4-8 m di musim hujan dan sekitar 7-12 m pada musim kemarau.

Cukupnya ketersediaan potensi sumber daya air nampaknya juga belum menjamin terpenuhinya kebutuhan air bagi masyarakat. Di Kota Banjar bagian barat (Banjar dan Pataruman) terdapat 17 desa yang potensial menghadapi rawan air di musim kemarau. Di samping itu kualitas air bersih di Kota Banjar bagian barat tersebut lebih rendah dibandingkan dengan yang terdapat di bagian timur. Rawannya ketersediaan air di daerah tersebut karena kondisi geohidrologi setempat. Sedangkan sumber air permukaan (sungai) yang ada relatif jauh dan kualitasnya kurang baik bila digunakan langsung sebagai air bersih.

Selain adanya daerah yang rawan air bersih, sebaliknya di beberapa daerah yaitu di kecamatan Pataruman (desa Binangun dan Pataruman), di kecamatan Banjar (desa Banjar), dan kecamatan Langensari (desa Muktisari) setiap musim hujan sering terjadi banjir. Terjadinya banjir di daerah tersebut selain karena letaknya yang lebih rendah dari daerah sekitarnya juga karena belum memadainya sistem saluran pengaliran / drainase yang ada.

Berdasarkan data pengukuran kualitas limbah cair yang dilakukan di beberapa tempat yaitu di rumah sakit, industri tapioka, dan industri karet di PTPN VIII Batulawang yang dilaksanakan pada akhir tahun 2006 (September dan November), limbah cair dari rumah sakit dan industri karet telah memenuhi baku mutu. Sedangkan limbah cair dari industri Tapioka, beberapa parameter di antaranya seperti COD dan BOD konsentrasinya masih melebihi baku mutu. Sementara itu tidak diperolehhasil pemeriksaan kualitas air di beberapa sungai tahun 2005-2006, maka digunakan tahun 2007 yang menunjukkan bahwa di semua sungai yang diukur, baik di hulu tengan maupun bagian hilir ternyata beberapa parameter yang diukur telah melampaui baku mutu. Konsentrasi beberapa parameter seperti NH3-N, Khlorida dan mangan dan Sulfat nampaknya telah melampaui baku mutu hampir disemua sungai dan disemua bagian (Tabel. 2.3). Sumber pencemaran air tersebut diperkirakan selain dari adanya limbah domestik juga dari berbagai kegiatan seperti limbah dari kegiatan industri dan pertambangan. Tahun 2004-2005, di kota Banjar tercatat 288 usaha pertambangan galian C. Pada umumnya lahan bekas tambang tidak direklamasi.

Tabel. 2.3

Beberapa parameter kualitas air sungai yang telah melampaui baku mutu

Nama Sungai Bag.Hulu Bag.Tengah Bag.Hilir

Citanduy Besi, Mangan,

Khlorida, Sulfat NHKhlorida, Sulfat3-N, Besi, Mangan, BOD, NHMangan, Khlorida, 3-N, Besi, Sulfat

Ciroas BOD, COD, NH3-N,

(8)

Khlorida, Sulfat Khlorida, Sulfat

Cijolang BOD, NH3-N,

Khlorida, Sulfat

BOD, NH3-N,

Khlorida, Sulfat

COD, Besi, Mangan, Seng, BOD, NH3-N,

Khlorida, Sulfat

Ciseel NH3-N, Besi, Mangan,

Khlorida, Sulfat BOD, NHMangan, Khlorida, 3-N, Besi, Sulfat

BOD, NH3-N, Besi,

Mangan, Khlorida, Sulfat

Sumber: Pemerintah Kota Banjar, 2007 b. Udara

Walaupun belum ada data kualitas udara yang memadai, tampaknya kualitas udara di Kota Banjar masih tergolong baik. Hal ini dimungkinkan karena selain masih terbatasnya industri penghasil limbah gas juga karena jumlah kendaraan (sebagai pennyumbang terbesar pencemaran udara) juga masih sedikit bila dibandingkan dengan kota lainnya. Jumlah kendaraan roda empat di Kota Banjar tahun 2006 tercatat sebanyak 7.309 buah yang terdiri dari 3.360 buah berupa kendaraan umum dan sisanya sebanyak 3.949 buah merupakan kendaraan pribadi.

Hasil pengukuran kualitas udara pada bulan Agustus 2005 yang dilakukan di depan Mesjid Agung Kota Banjar yang tergolong padat kendaraan menunjukkan bahwa konsentrasi NO2, SO2, CO, O2, PM10 masih tergolong baik dan nilainya relatif jauh di bawah nilai ambang batas (Tabel 2.4).

Tabel 2.4

Hasil Pengukuran Kualitas Udara Ambien Tahun 2005

Parameer Satuan Konsentrasi Baku Mutu 1 2 3 Nilai Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Rata-rata Nilai Maksimum Nilai Rata-rata Nilai Maksimum NO2 g/m3 26,44 41,60 23.47 59.90 22.03 55.70 150 SO2 g/m3 8,09 13,10 7.38 10.00 6.95 9.10 365 CO g/m3 3.820 5.280 2.510 4.020 2.120 4.360 10.000 O3 g/m3 39.42 70.40 37.76 72.80 38.70 76.00 365 PM10 g/m3 66,10 101,70 66.60 112.90 70.67 122.20 150

Sumber: Pemerintah Kota Banjar, Agustus 2005 Keterangan :

tt : tidak terdeteksi

Lokasi : Depan Mesjid Agung Kota Banjar 1. Hari ke – 1

2. Hari ke – 2 3. Hari ke - 3

(9)

c. Lahan

Morfologi lahan di Kota Banjar bervariasi dari yang berupa lahan datar sampai lahan bergelombang yang berupa perbukitan. Di kota Banjar terdapat 2 kelompok perbukitan yaitu Perbukitan Gunung Sangkur dan Gunung Babakan. Penggunaan lahannya saat ini adalah Hutan, Hutan Produksi, Perkebunan, Kebun/Hutan rakyat, Lahan kering, Permukiman Perdesaan.

Luas Kota Banjar adalah sekitar 13.197,26 ha, sekitar 19,61% (2.588,22 ha) di antaranya merupakan lahan terbangun dan sisanya sekitar 80,38% (10.609,04 ha) merupakan lahan belum terbangun masih berupa hutan, sawah kebun dan berbagai jenis lahan budidaya lainnya. Dilihat dari penggunaan lahan, Kota Banjar termasuk kota yang unik bila dibandingakan dengan kota lain yang ada di Jawa Barat maupun di pulau Jawa. Hal ini dimungkinkan karena di dalam kota Banjar masih terdapat kawasan hutan dan perkebunan yang relatif luas, yaitu lahan hutan sekitar 1196,16 ha dan lahan perkebunan sekitar 1060,72 ha. Kedua lahan hijau tersebut dinilai potensial sebagai lahan hijau kota yang memiliki fungsi ekologis penting. Dengan demikian, perwujudan ruang terbuka hijau sebesar minimum 30% seperti yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dapat direalisasikan bila ruang terbuka yang ada tetap dilestarikan. Penggunaan lahan selengkapnya di Kota Banjar dapat dilihat pada Tabel 2.7 (sub bab

2.2.2.1.e.). d. Persampahan

Berdasarkan data tahun 2007, jumlah timbulan sampah di kota Banjar adalah sekitar 425,96 m3/hari, sedangkan jumlah sampah yang terangkut (terkelola) hanya 16,5% atau sekitar 70.28 m3/hari. Penghasil sampah di Kota Banjar didominasi oleh sampah domestik (rumah tangga), kemudian berikutnya adalah sampah perdagangan dan jasa, sampah industri rumah tangga/kerajinan dan sampah pertanian.

Pengelolaan sampah di Kota Banjar dilakukan dengan pembangunan tempat pembuangan sampah (TPS) di tiap kecamatan. Penanganan sampah rumah tangga (khususnya di wilayah perdesaan) saat ini lebih banyak dilakukan dengan cara dimusnahkan secara insitu yaitu dengan cara dibakar, dibuang ke lahan kosong sekitar perumahan atau kebun. Sedangkan sampah pasar dan perumahan perkotaan, untuk sementara, dikumpulkan dan diangkut ke TPA yang berada diluar Kota Banjar yaitu di TPA Ciminyak, Kabupaten Ciamis. Kegiatan pengelolaan sampah di TPA saat ini masih berupa open dumping. Sedangkan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan dengan cara pembakaran, yaitu oleh RSUD

(10)

Kota Banjar. Pembakaran sampah tersebut hanya dilakukan terhadap sampah yang berpotensi menimbulkan penyakit saja.

Saat ini pengelolaan sampah di Kota Banjar ada pula yang dilakukan oleh masyarakat, seperti pengelolaan sampah organik dengan proses komposting oleh Kelompok Tani URIP di Dusun Cikadongdong, Desa Pataruman dan Kelompok Kader Lingkungan Hidup yang dipusatkan di Dusun Pasirleutik. Mereka memanfaatkan sampah domestik (rumah tangga) seperti sisa makanan, jerami, dan kertas. Kompos yang dihasilkan masih terbatas penggunaanya, yaitu hanya digunakan oleh anggota kelompok tani atau kader lingkungan tersebut. Selain komposting, dilakukan juga daur ulang logam bekas menjadi peralatan dapur yang dilakukan oleh perusahaan Kidang Mas di Desa Langensari.

Untuk penanggulangan sampah yang lebih terpadu, Pemerintah Kota Banjar telah mulai membangun TPA baru di Desa Cibeureum seluas 37.413 m2 yang direncakan akan mulai beroperasi pada tahun 2008.

e. Struktur Ruang Kota

Kebijakan struktur ruang Kota Banjar diarahkan untuk mengurangi pemusatan kegiatan di pusat kota, sehingga pengembangan didistribusikan ke pinggiran kota sesuai dengan kecenderungan perkembangan dan potensi yang dimiliki. Untuk menunjang perkembangan kota yang terarah dan efisien serta memiliki tingkatan pelayanan yang baik, maka Kota Banjar dibagi menjadi bagian-bagian wilayah kota. Pertimbangan dalam pembagian Bagian Wilayah Kota (BWK) yaitu (sumber : RTRW Kota Banjar 2006) :

 Homogenitas dan intensitas perkembangan BWK yaitu konsentrasi dominasi guna lahan saat ini.

 Pola jaringan jalan dan pola pergerakan yaitu aksesibilitas yang baik.

 Pusat lingkungan (Pusat BWK/Pusat Sub BWK) ditentukan berdasarkan banyaknya fasilitas dan utilitas yang dimiliki.

 Beberapa pusat lingkungan dialokasikan berdasarkan fungsi eksisting sebagai pusat pelayanan masyarakat.

 Pusat-pusat tersebut mengakomodasikan fungsi Bagian Wilayah Kota yang bersangkutan.

Tabel 2.6

Pembagian BWK Kota Banjar

BWK Cakupan Wilayah Luas (Ha) Penduduk2004 Arahan PusatBWK Fungsi

I Desa Banjar 2,664.10 58.265 Pusat Kota (Desa

Mekarsari, Banjar, Hegarmanah)

- Pusat Kota (CBD)

- Perniagaan, pertokoan, pasar umum (pelayanan regional dan lokal)

- Terminal dan Stasiun KA

Desa Mekarsari Desa Hegarsari Desa Pataruman (sebagian besar)

(11)

BWK Cakupan Wilayah Luas (Ha) Penduduk2004 Arahan PusatBWK Fungsi

- Pendidikan Tinggi, Rumah Sakit, Islamic Center, Stadion, Balai Kebudayaan, sebagian Perkantoran Pemerintah (kompleks pusat sosial-budaya)

- Koridor Campuran, yang mengikuti jalan-jalan utama dalam BWK

- Perumahan

- Pertanian lahan basah

- Pertanian lahan kering

- Pertanian lahan kering berfungsi konversi

- Hutan lindung/berfungsi lindung (di Kompleks G. Sangkur bagian utara)

- Sempadan Sungai (Citanduy, Ciseel, Cikembang) Desa Binangun

II Desa Purwaharja 1,073.01 10.813 Cipadung Timur

(Desa Purwaharja) - Koridor campuran yang mengikuti jalan utama dalam BWK - Perumahan - Kegiatan khusus : militer/batalyon 323, kompleks Proyek Citanduy (Procit)

- Pertanian lahan basah

- Pertanian lahan kering

- Pertanian lahan kering berfungsi konversi

- Situs Pulo Majeti

- Rawa Onom (danau/situ) - Objek rekreasi/wisata (Situ Mustika) - Hutan Lindung/berfungsi lindung (kompleks G. Babakan)

Desa Karang Panimbal

III Desa Mekarharja 753.73 7.519 Randegan (Desa

Mekarharja & Raharja)

- Koridor campuran yang mengikuti jalan utama dalam BWK, termasuk gerbang batas Jawa Barat – Jawa Tengah (rest area atau tempat peristirahatan)

- Perumahan

- Pertanian lahan basah

- Hutan lindung/berfungsi lindung

- Sempadan Sungai (Citanduy dan Cijolang) Desa Raharja

IV Desa Belokang 1,091.09 11.372 Desa Balokang

(Pusat Kec. Banjar) -- PerumahanStasiun KA Karangpucung

- Pertanian lahan basah

- Pertanian lahan kering

- Pertanian lahan kering berfungsi konversi

- Sempadan Sungai Desa Cibeureum

(12)

BWK Cakupan Wilayah Luas (Ha) Penduduk2004 Arahan PusatBWK Fungsi (Citanduy)

V Desa Neglasari 851.21 7.471 Warung Buah (Desa

Neglasari) -- PerumahanPertanian lahan basah

- Pertanian lahan kering

- Pertanian lahan kering berfungsi konversi - Sempadan Sungai (Cikembang dan Cimaragas) Desa Situbatu VI Desa Pataruman (sebagian kecil) 692.50 1.109 Sirnagalih (Desa Mulyasari) -Perumahan

- Pertanian lahan Basah

- Pertanian lahan kering

- Sempadan sungai (Citanduy)

Desa Mulyasari (sebagian)

VII Desa Langensari 2,435.59 28.589 Sinargalih (Desa Langensari & Muktisari)

- Pasar dan Pertokoan

- Sub Terminal dan Stasiun KA Langensari

- Lapangan Tembak Langen

- Perumahan

- Pertanian lahan Basah

- Pertanian lahan kering

- Sempadan sungai (Citanduy) Desa Waringinsari Desa Muktisari Desa Rejasari Desa Biojongkantong (sedikit)

VIII Desa Bojongkantong 1,492.52 24.813 Langkaplancar (Desa

Bojongkantong) -- Pasar dan PertokoanPerumahan

- Pertanian lahan Basah

- Pertanian lahan kering

- Hutan Lindung berfungsi lindung (di kompleks G. Sangkur bagian timur) - Wisata Desa Kujangsari Desa Mulyasari (sebagian)

IX Desa Batulawang 2,163.48 10.429 Cimanggu (Desa

Batulawang) -- PerumahanPertanian lahan Basah

- Pertanian lahan kering

- Pertanian lahan kering berfungsi konversi

- Hutan Lindung berfungsi lindung (di kompleks G. Sangkur bagian selatan)

- Sempadan sungai (Ciseel)

Desa Karyamukti

Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjar, 2006

Meskipun keseluruhan Wilayah Kota Banjar merupakan wilayah fungsional yang dapat dikembangkan menjadi wilayah perkotaan, penggunaan lahan di Kota Banjar pada saat ini masih tetap didominasi oleh kegiatan sektor pertanian. Ini dapat dilihat dari pola penggunaan lahan yang sebagian besar dipergunakan untuk kegiatan di sektor pertanian seluas 7.759,38 Ha atau sebesar 59% dari lahan efektif yang tersedia, mencakup penggunaan lahan untuk sawah, perkebunan rakyat, perkebunan besar, pertanian lahan kering, penggunaan untuk Hutan Negara, serta untuk empang dan kolam. Disusul oleh penggunaan lahan di sektor perumahan dan permukiman yang dimanfaatkan untuk rumah dan pekarangan dengan persentase 20 % atau 2.588,22 Ha. Distribusi penggunaan lahan

(13)

dan persentasenya secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut, sementara peta guna lahannya dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Tabel 2.7

Luas dan Persentase Distribusi Penggunaan Lahan Tahun 2003

No Jenis Penggunaan Lahan (Ha) Kecamatan Jumlah

Pataruman Banjar Purwaharja Langensari

1 Pemukiman (Perumahan) 7,2 15,75 1,22 0 24,17

2 Pemukiman (Kampung) 949,94 816,03 235,01 563,07 2564,05

3 Jasa 16,82 34,68 6,99 10,65 69,14

4 Sawah (Irigasi) 481,91 509,3 694,38 1615,82 3301,41

5 Sawah (Tadah Hujan) 448,03 52,36 0 6,72 507,11

6 Tegalan 84 31,99 6,08 11,21 133,36 7 Ladang 0 0 0 0 0 8 Kebun Campuran 1063,7 659,28 249,66 770,9 2743,54 9 Perkebunan Rakyat 3,48 6,4 0 3,36 13,24 10 Perkebunan Besar 1060,72 0 0 0 1060,72 11 Industri 7,21 3,76 0,36 6,72 18,05 12 Hutan 709,88 0 486,28 0 1196,16 13 Tambak/Kolam 95,84 79,35 21,89 59,39 256,47 14 Lain-Lain 476,85 414,94 124,87 293,18 1309,84 Jumlah 5405,66 2623,84 1826,74 3341,02 13197,26

(14)

Gambar 2.3

(15)

2.2.2.2 Kualitas Lingkungan Binaan

Lingkungan binaan, atau lebih sering disebut wilayah terbangun, adalah ruang dalam wilayah permukiman perkotaan yang mempunyai ciri dominasi penggunaan lahan secara terbangun untuk mewadahi kegiatan perkotaan.

A. Kawasan Lindung/Berfungsi Lindung

Kawasan Lindung atau kawasan yang berfungsi lindung yang direncanakan atau ditetapkan dalam wilayah Kota Banjar meliputi :

 Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya di wilayah Kota Banjar adalah kawasan hutan lindung/hutan berfungsi lindung, yang terdapat di dua kompleks lokasi utama, yaitu di kompleks Gunung Sangkur dan kompleks Gunung Babakan. Pada kedua kompleks ini, kawasan hutan lindung tersebut merupakan kawasan hutan di bawah pengelolaan PT Perhutani, yang dewasa ini dominan merupakan hutan produksi dengan tanaman utama adalah jati dan sebagian kecil mahoni.

Kawasan hutan lindung/hutan berfungsi lindung pada kompleks Gunung Sangkur terletak di Desa-Desa : Pataruman, Mulyasari, Batulawang dan Karyamukti; sementara pada Kompleks Gunung Babakan terletak di Desa-Desa : Karangpanimbal, Purwaharja dan Raharja.

 Kawasan perlindungan setempat

Rencana kawasan perlindungan setempat dalam hal ini adalah sempadan sungai yang terletak di tepi Sungai Citanduy, Sungai Cijolang, Sungai Ciseel, Sungai Cikembang dan Sungai Cimaragas. Sebagian di antara sungai-sungai tersebut bertanggul dan sebagian lagi tidak bertanggul.

Untuk sungai-sungai yang bertanggul, yaitu sebagian Sungai Citanduy bagian hilir/timur dan Sungai Cijolang, maka sempadan sungainya adalah mengikuti tanggul yang ada ditambah 3 meter dari kaki tanggul. Untuk sungai-sungai yang tidak bertanggul, maka sempadan sungai ditetapkan sebagai berikut :

- Di tepi Sungai Citanduy, lebar sempadan adalah 30 meter;

- Ditepi sungai Ciseel, Cikembang dan Cimaragas, lebar sempadan adalah 15 meter

Dewasa ini sebagian tersebar sempadan sungai yang tidak bertanggul tersebut masih memungkinkan untuk penetapan sempadan selebar 30 dan 15 meter tersebut.

(16)

 Cagar Budaya

Cagar budaya ini merupakan bagian normatif dari Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan berupa spot. Bentuk dan lokasi cagar budaya tersebut adalah :

- Pemakaman Pulo Majeti, yang terletak di Desa Purwaharja Kecamatan Purwaharja, yang berdekatan dengan danau/situ di Rawa Onom, sebagai tempat ziarah;

- Pemakaman Tembakbaya, yang terletak di Desa Mulyasari Kecamatan Pataruman, sebagai tempat ziarah;

- Pemakaman Cikabuyutan, yang terletak di Desa Hegarsari Kecamatan Pataruman, sebagai tempat ziarah;

- Tugu/Menara Pompa Air di kompleks pasar yang ada sekarang, yang terletak di Desa Hegarmanah Kecamatan Pataruman, mempunyai nilai sejarah bagi Kota Banjar.

- Kantor lama Walikota (Pendopo), Stasiun Banjar dan kawasan perdagangan di pusat kota

B. Kawasan Budidaya

Rencana kawasan budidaya ini terdiri atas 2 kelompok utama, yaitu kawasan budidaya perkotaan dan kawasan budidaya pertanian (perdesaan). Dalam kawasan budidaya perkotaan ini tercakup baik kawasan budidaya perkotaan yang telah ada maupun kawasan budidaya transisi perkotaan, yaitu transisi dari karakter perdesaan menjadi karakter perkotaan. Prinsip penetapan kawasan tersebut adalah berdasarkan dominasi fungsi atau kegiatan utama yang ada dan yang akan dikembangkan pada kawasan tersebut.

 Kawasan Budidaya Perkotaan

- Kawasan Pusat Kota (Central Bussiness District/CBD)

Kawasan Pusat Kota Ini merupakan pusat utama bagi Kota Banjar dan sekaligus sebagai pusat BWK I. Kawasan Pusat Kota ini terletak di wilayah Desa Banjar, Desa Mekarsari dan Desa Hegarsari. Dalam kawasan pusat kota ini terdapat fungsi atau kegiatan :

o Taman/Ruang terbuka pusat kota; o Perniagaan/perbelanjaan;

o Jasa-jasa;

o Fasilitas social/fasilitas umum; o Stasiun Kereta Api;

o Perumahan pusat kota (fungsi tunggal hunian maupun fungsi ganda seperti rumah toko/ruko)

(17)

Koridor jasa dan komersial ini terletak di tepi jalan-jalan utama kota, yang kegiatannya merupakan campuran yang didominasi ole jasa dan komersial. Koridor jasa dan komersial ini terletak di Desa-Desa Banjar, Mekarsari, Hegarsari, Pataruman dan sedikit Balokang, yang umumnya merupakan “luberan” atau ekstensi dari kawasan pusat kota; dan Desa-Desa Mekarharja, Raharja, Karangpanimbal dan Purwaharja yang terletak di tepi jalan nasional (jalan arteri primer), yang kegiatannya selain “luberan” dari kawasan pusat kota juga merupakan kegiatan yang terkait dengan pergerakan atau lalu-lintas regional yang melalui Kota Banjar. Dalam koridor jasa dan komersial ini terdapat fungsi atau kegiatan :

o Perniagaan/komersial; o Jasa-jasa;

o Perkantoran pemerintah dan swasta;

o Hunian campuran (rumah, ruko, dan sebagainya) o Fasilitas social/fasilitas umum pendukung.

- Kawasan Perdagangan dan Jasa Sub-Pusat Kota

Kawasan perdagangan dan jasa sub-pusat kota ini terdapat di pusat BWK VII dan BWK VIII dengan fungsi atau kegiatan berupa perdagangan dan jasa berupa pasar, took, jasa, sub-terminal, dan lainnya. Perdagangan dan jasa sub-pusat kota ini terletak di Desa LAngensari dan Desa Muktisari untuk BWK VII, dan di Desa Bojongkantong untuk BWK VIII.

- Kawasan Industri

Pengertian kawasan industri di sini tidak secara khusus sebagai “Kawasan Industri” atau Industrial Estate seperti yang umum dikenal, tetapi adalah kawasan industri (industrial area) yang seringkali dikenal dengan zona industri. Kawasan/zona industri ini direncanakan terletak di Desa Mulyasari, yang selaras dengan pengembangan jalan baru menuju kawasan tersebut. Industri yang ada saat ini yang terletak di dalam kawasan/zona industri tersebut pada prinsipnya tetap, yaitu di Desa Batulawang (PT Albasi Parahyangan dan PT Keong Nusantara).

- Kawasan Perumahan

Rencana kawasan perumahan ini meliputi perumahan yang telah ada sekarang dan rencana pengembangan baru, dan dari karakter perkembangannya terdiri atas perumahan perkotaan dan perumahan transisi perkotaan. Kawasan perumahan ini tersebar di semua desa yang ada di Kota Banjar.

(18)

Kegiatan-kegiatan khusus dalam hal ini adalah yang dapat diidentifikasi luas pemanfaatan ruang/lahannya, yang meliputi :

o Kompleks terminal dan perniagaan, yang terdapat di Desa Banjar; o Kompleks Pusat Sosial-Budaya, yang terdapat di Desa Banjar; o Kompleks Proyek Citanduy (Procit) di Desa Karangpanimbal; o Kompleks Batalion Infantri 321 Buaya Putih di Desa Purwaharja; o Lapangan Terbang Langen di Desa Langensari

Kegiatan-kegiatan khusus lainnya yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

o Kompleks Perkantoran, yang terdiri atas 3 alternatif. Alternatif 1 di Desa Karangpanimbal merupakan bagian dari Koridor Jasa dan Komersial, alternatif 2 di Desa Banjar tergabung dengan Kompleks Pusat Sosial-Budaya, alternatif 3 di Desa Pataruman yang akan mengalihfungsikan sebagian rencana kawasan pertanian lahan kering di Pasir Jengkol/loklok.

 Kawasan Budidaya Pertanian/Perdesaan

- Kawasan Pertanian Lahan Kering Berfungsi Konservasi

Tediri anatara lain perkebunan besar dan tanaman keras, kawasan ini terletak berhampiran atau berdekatan dengan kawasan hutan lindung/hutan berfungsi lindung dan terletak pada lahan-lahan dengan kelerengan yang signifikan.

Sebaran kawasan pertanian lahan kering berfungsi konservasi ini adalah sebagai berikut:

o Kecamatan Pataruman : di Desa-Desa Pataruman, Hegarsari, Batulawang, Karyamukti dan Binagun;

o Kecamatan Banjar : di Desa-Desa Cibeureum, Situbatu, Neglasari dan Balokang. - Kawasan Pertanian Lahan Kering

Kawasan pertanian lahan kering ini relatif tersebar, dan yang menonjol adalah yang terletak berhampiran dengan kawasan lahan kering berfungsi lindung di atas. Sebaran kawasan pertanian lahan kering ini pada masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut :

o Kecamatan Banjar : di Desa-Desa Cibeureum, Situbatu, Neglasari, Balokang dan Banjar;

o Kecamatan Pataruman : di Desa-Desa Pataruman, Hegarsari, Binangun, Batulawang, Karyamukti dan Binagun;

(19)

o Kecamatan Langensari : di Desa-Desa Rejasari, Bojong kantong dan Langensari - Kawasan Pertanian Lahan Basah

Kawasan Pertanian lahan basah atau sawah relatif tersebar, namun ada yang sebarannya relatif luas (seperti di Kecamatan Langensari dan Kecamatan Purwaharja), yang sebarannya setempat-setempat (seperti di Kecamatan Banjar) dan yang sebarannya mengikuti bantaran sungai, yaitu Ciseel, Cikembang dan Cimaragas (seperti di kecamatan Banjar dan Kecamatan Pataruman). Sebaran kawasan pertanian lahan basah tersebut menurut kecamatan adalah sebagai berikut :

o Kecamatan Banjar : di Desa-Desa Cibeureum, Situbatu, Neglasari dan Balokang; o Kecamatan Pataruman : di Desa-Desa Pataruman, Mulyasari, Batulawang,

Karyamukti dan Binagun;

o Kecamatan Purwaharja : di Desa-Desa Mekarharja, Raharja dan Purwaharja;

o Kecamatan Langensari : di Desa-Desa Rejasari, Bojong kantong, Waringinsari, Muktisari dan Langensari.

2.2.2.3 Ketersediaan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial a. Fasilitas Pendidikan

Pada Tabel 2.8 ditunjukkan jumlah fasilitas pendidikan yang ada di Kota Banjar tahun 2006, yang terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menegah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA) dan Akademi/Perguruan Tinggi.

Jumlah taman Kanak-Kanak di Kota Banjar tidak sebanyak jumlah SD/MI. Keberadaan Taman Kanak-Kanak umumnya terdapat pada permukiman-permukiman penduduk tertentu saja (terutama yang tingkat keurbanannya relatif tinggi). Sekarang di Kota Banjar, Taman Kanak-Kanak berjumlah 26 buah dan lebih banyak terkonsentrasi di Kecamatan Banjar dan Kecamatan Pataruman.

Tabel 2.8

Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kota Banjar Tahun 2006

Kecamatan PendudukJumlah

Fasilitas Pendidikan TK SD/MI Tingkat Pelayanan SD SMP/ MTs Tingkat Pelayanan SMP/MTs SMA/ SMK/ MA Tingkat Pelayanan SMA/SMK/MA Akadem i/PT Tingkat Pelayanan Akademi/PT

(20)

Banjar 48423 8 26 1862.42 8 6052.88 12 4035.25 1 48423.00

Purwaharja 19711 6 11 1791.91 2 9855.50 0

-Pataruman 51348 9 34 1510.24 5 10269.60 1 51348.00 2 25674.00

Langensari 49430 3 38 1300.79 7 7061.43 5 9886.00 1 49430.00

Jumlah 168912 26 109 1549.65 22 7677.82 18 9384.00 4 42228.00 Sumber : Kota Banjar Dalam Angka, 2006

Fasilitas SMP/MTs berjumlah 22 unit, dengan sebaran yang kurang merata, yaitu lebih menonjol di Kecamatan Banjar dan Kecamatan Langensari. Fasilitas SMU/SMK/MA berjumlah 18 unit dengan sebaran yang juga kurang merata, yaitu lebih menonjol di Kecamatan Banjar. Fasilitas Perguruan Tinggi, lebih khusus sifatnya pelayanannya dan lebih ditentukan oleh arah kebijaksanaan pengembangan fungsi kegiatan kota, dan antisipasi jangkauan pelayanannya yang berskala regional.

b. Fasilitas Kesehatan

Pada Tabel 2.9 terlihat jumlah fasilitas kesehatan yang terdapat di Kota Banjar tahun 2006, yang terdiri dari Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Rumah Sakit. Posyandu merupakan pelayanan dengan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, sehingga keberadaannya banyak ditentukan oleh adanya aspirasi dan partisipasi masyarakat. Di Kota Banjar secara rata-rata setiap posyandu melayani 1.076 penduduk, dan hampir terdapat pada setiap desa.

Tabel 2.9

Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Banjar Tahun 2006 Kecamatan PendudukJumlah Puskesmas

Tingkat Pelayanan Puskesmas Puskesmas Pembantu Tingkat Pelayanan Puspem Posyandu Tingkat Pelayanan Posyandu Rumah Sakit Tingkat Pelayanan RS Banjar 48,423 2 24211.5 1 48423 47 1030.2766 0 0 Purwaharja 19,711 1 19711 1 19711 22 895.95454 5 0 0 Pataruman 51,348 2 25674 2 25674 46 1116.26087 1 51348 Langensari 49,430 2 24715 0 0 42 1176.90476 0 0 Jumlah 168,912 7 24130.2857 4 42228 157 1075.8726 1 1 168912

Sumber : Kota Banjar Dalam Angka, 2006

Fasilitas Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah kota sebagai salah satu pengisian fungsi pokoknya. Pada saat ini terdapat 7 Puskesmas dan 4 Puskesmas Pembantu. Bila dilihat dari jumlah Puskesmas saja, maka rata-rata pelayanan tiap Puskesmas adalah untuk 24.130 penduduk. Sementara bila dianggap Puskesmas Pembantu dapat ditingkatkan dan memberikan pelayanan yang relatif sama, maka masing-masing Puskesmas dan Puskesmas Pembantu tersebut melayani rata-rata 15.356

(21)

penduduk. Fasilitas Rumah Sakit yang ada di Kota Banjar telah memberikan pelayanan skala regional, baik di Priangan Timur maupun Kabupaten Cilacap.

c. Fasilitas Peribadatan

Pada Tabel 2.10 dapat dilihat jumlah dan jenis fasilitas peribadatan di Kota Banjar. Jenis fasilitas peribadatan tersebut meliputi Masjid, Langgar, Gereja dan Kelenteng. Sementara perlu dikemukakan bahwa dari total penduduk Kota Banjar proporsi terbesar adalah pemeluk Agama Islam, sehingga pelayanan peribadatan islam akan memberikan kontribusi utama bagi pola pelayanan fasilitas peribadatan di Kota Banjar.

Tabel 2.10

Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Banjar Tahun 2006

Kecamatan Masjid Langgar Gereja Kelenteng

Banjar 95 30 1

-Purwaharja 36 34 -

-Pataruman 104 117 6 1

Langensari 63 200 5

-Jumlah 298 381 12 1

Sumber : Kota Banjar Dalam Angka, 2006

d. Fasilitas Taman/Ruang Terbuka

Taman/ruang terbuka yang direncanakan secara khusus relatif masih sangat terbatas di wilayah Kota Banjar, namun ruang terbuka hijau yang pada dasarnya akan menjadi paru=paru kota relatif luas. Berupa pemanfaatan ruang hutan, perkebunan, pertanian lahan kering lainnya dan pertanian lahan basah. Taman yang terencana yang ada di Kota Banjar antara lain adalah alun-alun yang terletak di pusat kota yang berdekatan dengan Masjid Agung Kota banjar. Selain itu terdapat juga lapangan golf dalam kompleks Procit di tepi Jalan Negara/Arteri Primer.

e. Pemakaman

Pemakaman dari hasil observasi dan pembacaan Peta Rupa Bumi Bakosurtanal, maka dapat diidentifikasikan lokasinya di Kota Banjar menurut masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut ini.

Tabel 2.11

Lokasi Pemakaman Kota Banjar Tahun 2003

(22)

Banjar Taman Makam Bahagia Kusuma Bangsa, Desa Balokang;

 Kampung/Dusun Karangpucung, Desa Cibeureum;

 Makam Keluarga Galuh Batugajah dan Banjar Raja, Desa Balokang;

 Kampung/Dusun Cibulan, Desa Banjar

Pataruman Kampung/Dusun Jelat, Desa Pataruman;

 Sentiong/Makam Tionghoa, Desa Binangun (2 lokasi);

 Kampung/Dusun Margaluyu/Citangkolo, Desa Mulyasari;

 Kampung/Dusun Pananjung, Desa Mulyasari;

 Kampung/Dusun Cimanggu, Desa Batulawang;

 Kampung/Dusun Cibeber/Bobojong, Desa Karyamukti. Purwaharja Kampung/Dusun Cipadung Barat, Desa Purwaharja;

 Kampung/Dusun Ciaren, Desa Karangpanimbal;

 Kampung/Dusun Randegan Satu, Desa Raharja.

Langensari Desa Muktisari

Sumber: Pemerintah Kota Banjar Tahun 2003

Kecuali Taman Makam Pahlawan (Taman Makam Bahagia Kusuma Bangsa), pemakaman-pemakaman yang dikemukakan di atas sebagian besar dikelola oleh masyarakat (wakaf). Selain itu terdapat lokasi-lokasi makam bersejarah/keramat, dengan jumlah 9 lokasi. Makam-makam ini merupakan potensi bagi wisata sejarah ataupun wisata ziarah di Kota Banjar.

2.2.3 Infrastruktur

Infrastruktur merupakan salah satu syarat perlu untuk dapat berjalannya pembangunan suatu negara maupun wilayah/kota. Ketersediaan infrastruktur dapat menjadi keunggulan kompetitif suatu wilayah ketika ada upaya menarik investor. Investor akan memilih suatu wilayah yang sudah lengkap dan mudah akses ke layanan infrastruktur karena fungsinya dalam proses produksi. Oleh karena itu penyediaanya menjadi mutlak diprioritaskan. Berbagai cara mulai dari yang biasa sampai dengan cara kreatif yang dimungkinkan undang-undang perlu dicari untuk dapat menyediakannya.

Secara umum infrastruktur suatu kota biasa dibagi dalam dua kategori besar yaitu infrastruktur keras seperti jalan, jembatan, lapangan udara, dan bangunan fisik lainnya, dan dan infrastruktur yang sifatnya utilitas seperti listrik, gas, telepon, dan air minum. Pengelompokan lainnya dapat pula mengikuti menurut sektor seperti infrastruktur perhubungan, pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi dan lainnya. Semakin mudah akses dan stabil pasokan dari infrastruktur, suatu kota akan dapat menjamin warganya menuju kesejahteraan. Infrastruktur diyakini juga dapat

(23)

menjadi cara mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan. Sebuah studi dari Bank Dunia (2006) menunjukkan bahwa mereka yang akses terhadap infrastruktur perhubungan menunjukkan lebih besar kesejahteraan diukur dari indikator seperti melek huruf, dan tingkat pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa infrastruktur merupakan keperluan yang mendasar dan bahkan sudah termasuk kategori hak asasi.

2.2.3.1 Infrastruktur Kota Banjar

Saat ini Kota Banjar telah memiliki berbagai infrastruktur yang masih perlu dikembangkan dan direncanakan dengan baik sehingga menunjang fungsi yang disandangnya. Berbagai infrastruktur yang saat ini terdapat di Kota Banjar adalah:

1. Infrastruktur pelayanan berskala nasional, meskipun tidak langsung berada di wilayah pusat Kota Banjar, tetapi terdapatnya jalan nasional yang menghubungkan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah ini akan sangat menentukan tingkat aksesibilitas Kota Banjar dari berbagai wilayah.

2. Infrastruktur berskala kota yang sifatnya lebih melayani Kota Banjar sendiri, yang terdiri dari: a. Transportasi b. Air bersih c. Listrik d. Drainase e. Telekomunikasi f. Persampahan g. Pemadam Kebakaran h. Air Limbah

Selain itu terdapat infrastruktur layanan lain seperti rumah sakit, pasar, pendidikan dan lain-lain yang penggunaannya sudah melampui pelayanan Kota Banjar sendiri. Fasilitas Rumah Sakit bahkan menurut laporan sudah dikunjungi oleh pasien dari Jawa Tengah terdekat. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi kota banjar sebagai layanan regional juga akan mencakup wilayah layanan tidak hanya Jawa Barat tapi juga Jawa Tengah.

Kedepannya dalam jangka panjang fungsi, besaran, dan arah dari pengembangan infrastruktur akan sangat tergantung kepada ke mana dan mau menjadi apa Kota Banjar. Oleh karena itu penetapan visi misi dan isi rencana jangka panjang Kota Banjar menjadi penting untuk segera

(24)

dirumuskan karena akan mendasari dan mengarahkan apa yang harus dilakukan pada jangka menengah dan pendek dalam mencapai tujuan pembangunan Kota Banjar.

2.2.3.2 Situasi dan Perkembangan Infrastruktur Kota Banjar

Situasi dan perkembangan infrastruktur berskala kota yang ada di Kota Banjar dapat dijelaskan satu per satu sebagai berikut:

Transportasi

Kegiatan transportasi yang ada dewasa ini di Kota Banjar dapat dilihat dari pergerakan eksternal dan pergerakan internal. Pada pergerakan eksternal, ada dua moda transportasi yang berperan, yaitu transportasi jalan raya dan kereta api. Pergerakan internal pada umumnya memakai moda angkutan jalan raya. Ada transportasi yang khusus sifatnya, yaitu angkutan sungai yang masih sangat terbatas di Sungai Citanduy, yang fungsinya terbatas pada penggalian/pengambilan pasir sungai dan angkutan penduduk dari Kecamatan Langensari ke Desa Madura Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap. Selain itu juga ada prospek atau kemungkinan pengembangan angkutan udara di masa datang, sehubungan dengan keberadaan lapangan terbang di Langensari.

A. Transportasi Darat 1. Transportasi Jalan Raya

Jaringan jalan di Kota Banjar pada dasarnya sudah tersedia dan dalam kondisi cukup baik, karena itu menjadi transportasi unggulan untuk Kota Banjar. Jaringan jalan yang ada di Kota Banjar berdasarkan klasifikasi yang ada dalam UU 38/2004, dan PP Jalan No. 36 Th. 2004 adalah:

1. Jalan Arteri Primer

Ruas jalan regional Bandung – Purwokerto – Yogyakarta, Tasikmalaya – Semarang, Bandung – Pangandaran, peranannya sebagai jalan arteri primer. Ruas jalan arteri ini melewati Kota Banjar.

2. Jalan Kolektor Primer

Ruas jalan kolektor primer yang melewati kota Banjar diantaranya adalah ruas jalan yang menghubungkan Tasikmalaya – Pangandaran, Tasikmalaya – Purwokerto, dan Ciamis – Pangandaran.

3. Jalan Lokal

Ruas jalan lokal yang ada di Kota Banjar merupakan jalan-jalan dalam Kota Banjar yang menghubungkan antar pusat-kecamatan, dan jalan yang menghubungkan antar desa. Ruas jalan lokal diantaranya jalan yang menghubungkan Banjar - Cimaragas dan Banjar –

(25)

Pamarican dan Banjar-Langensari-Jateng. 4. Jalan Lingkungan

Ruas jalan lingkungan adalah jaringan jalan yang menghubungkan ke perumahan dan kapling rumah. Jalan lingkungan diarahkan agar dapat memberikan aksesibilitas yang tinggi pada kawasan perumahan. Ruas jalan lingkungan jumlahnya relatif banyak dan pengembangan jalan baru diarahkan untuk membuka kawasan baru serta perumahan baru. Prasarana jalan yang ada di wilayah Kota Banjar sepanjang 448 Km terdiri dari jalan provinsi, jalan kota, jalan desa, dan jalan lingkungan. Adapun persebaran panjang jalan kota per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.11.

Pada Tabel 2.12 dikemukakan mengenai status jalan dan kondisi jalan di wilayah Kota Banjar, yang terdiri atas jalan negara, jalan provinsi, dan jalan kabupaten/kota. Pada Tabel 2.13 dikemukakan dengan lebih rinci mengenai kondisi jalan pada masing-masing nama jalan dan nama ruas jalan berikut keterangan mengenai panjang, lebar dan luasnya.

Tabel 2.11

Jumlah Panjang Jalan Kota Per Kecamatan Tahun 2003

No. Kecamatan Panjang (Km)

1. Pataruman 77

2. Banjar 66

3. Langensari 16

4. Purwaharja 36

Jumlah 195

Sumber: Pemerintah Kota Banjar Tahun 2004 - 2009 Tabel 2.12

Kondisi Jalan Wilayah Kota Banjar Tahun 2003

No. Status Jalan Baik SedangKondisi JalanRusak Rusak Berat

1. Jalan Nasional 9 - -

-2. Jalan Provinsi 8 - 4

-3. Jalan Kota 195 40 75 40

4. Jalan Desa/Lingkungan 220 - 65 110

5 Jalan Kereta Api 16 9 - 7

Jumlah 448 49 144 157

Sumber: Pemerintah Kota Banjar Tahun 2004 - 2009 Tabel 2.13

Kondisi Jalan Pada Masing-masing Jalan di Kota Banjar Tahun 2005

No

. Nama Jalan Nama Ruas Jalan

Panjang Lebar Luas Kondisi

(Km) (m) (m2) B/S/R

(26)

No

. Nama Jalan Nama Ruas Jalan

Panjang Lebar Luas Kondisi

(Km) (m) (m2) B/S/R

2 Perintis

Kemerdekaan Letjen Suwarto-DR. Husen Kartasasmita 0,65 11 7.150,00 S 3 DR. Hussein

Kartasasmita Banjar - Cimaragas 9 6 54.000,00 S

4 Tentara Pelajar Banjar - Pamarican 4 6 24.000,00 R

5 BKR I Jl. Pegadaian 0,38 12 4.560,00 S

Jl.Kantor Pos 0,6 12 7.200,00 S

Jl. Buntu 0,14 6 840 S

6 Pasar Banjar Utara BKR – Pataruman 0,17 4,5 765 R

7 Pataruman Pasar Utara - Jembatan Irdes 1,3 5 6.500,00 R

8 Langensari Pataruman - Langensari 13 4,5 58.500,00 S

9 Rawa Onom Ketapang - Bangunharja 2,5 3,5 8.750,00 R

10 Sudiro W Perempatan Letjend. Suwarto

- Kapten Jamhur 0,65 6 3.900,00 S

11 R. Hamara Efendi Pasar TKP - Letjen Suwarto 0,22 12 2.640,00 S

12 Pasar Banjar Selatan Pasar – Banjar 0,8 12 9.600,00 S

13 Ciaren Sukahurip - Ciaren 2,2 3 6.600,00 R

14 Pentasan Purwodadi 0,6 3 1.800,00 R

15 Pasar Banjar Timur Pasar – Banjar 0,1 7 700 S

16 Ex PJKA PJKA - Pasar Banjar 0,48 5 2.400,00 S

17 BKR II Jl. Cimenyan 0,09 12 1.080,00 S

Jl. Cimenyan 0,63 10 6.300,00 S

18 Dr. Sudarsono Jl. Kaum 0,43 4,5 1.935,00 S

19 Rumah Sakit Umum Jl. Rumah Sakit Umum 0,17 4,5 765 S

20 Kapten Jamhur Jepang – RCA 1,19 10 11.900,00 S

21 Muhamad Hamim Jalan Setia 1,04 4,5 4.680,00 R

22

RA. Dewi Sartika I Perempatan Djarum - JI. Mayjen Didi Kartasasmita 0,7 4,5 3.150,00 S RA. Dewi Sartika II JI. Mayjen Didi Kartasasmita -Kantor Kejaksaan 1,08 4,5 4.860,00 S 23 Mayjen Didi

Kartasasmita Jembatan Parung Lesang

1,08 14 15.120,00 S 24 RE. Kosasih Pertigaan Jemb. Parunglesang -Didi Kartasasmita 0,4 4,5 1.800,00 S

25 Stadion Patroman Spj menuju Stadion 0,5 4,5 2.250,00 S

26

R. Husen Pertigaan RE.Kosasih – Stadion 0,3 4,5 1.350,00 S

27

RH. Ece Ahmad

Jl. masuk terminal depan terminal

0,8 10 8.000,00 R

28 Buaya Putih Purwaharja - Batalion 1,5 4,5 6.750,00 R

29 KH.Mustofa SMAN - Dipati Ukur 1,2 4,5 5.400.000 S

30

KH.Amin KH. Mustofa - Pertigaan Dipati Ukur 0,6 3,5 2.100.000 R

31 Dipati Ukur KUA - Pertigaan KH.Mustofa 2,15 4,5 9.675,00 S

32 Gotong – Royong Spj. Jalan Sukarame 2 4,5 9.000,00 S

33 Gerilya Spj. Jalur Pamongkoran 2,79 6 16.740,00 S

34 Peta Balokang - Ample Koneng 9 4,5 40.500,00 S

35 Mayjen Lili Kusumah Hegarsan – Sumandingwetan 0,66 6 3.960,00 S

(27)

No

. Nama Jalan Nama Ruas Jalan

Panjang Lebar Luas Kondisi

(Km) (m) (m2) B/S/R

Ds.Pataruman

37 RE. Kurdin Spj. Jalan Cikabuyutan Timur 0,7 4,5 3.150,00 S

38 Pelita Pangadegan - Sukamanah 6 3,5 21.000,00 S

39 Prof. Ir.Sutami Siliwangi - Ir. Pumomosidi 0,5 4,5 2.250,00 S

40 Ir.Pumomosidi Spj. Jalur Irigasi – Langensari 13 4,5 58.500,00 R

41 Batulawang Batulawang - Puloerang 5 3 15.000,00 S/R

42 Priagung Pangasinan - Pdagung 2,5 3 7.500,00 R

43 Parung Ciaren – Parung 0,9 3 2.700,00 R

44 Karangtengah Parung - Karang tengah 2 3,5 7.000,00 S

45 Karangpucung Parung - Karang pucung 3,5 3,5 12.250,00 R

46 Jawar Karang pucung - Jajawar 1 3,5 3.500,00 R

47 Muktisari Muktisari-Lakbo 2,6 4,5 11.700,00 S

48 Citamiang Langensan - Nambo 3 4,5 13.500,00 R

49 Waringinsari Langensan - Waringinsari 2,7 3,5 9.450,00 R

50 Sukahurip Langensan - Sukahurip 2 3 6.000,00 S

51 Bebedahan Rawa Onom-Bebedahan 3 3 9.000,00 R

52 Randegan Randegan - Pasir Leutik 3 3 9.000,00 R

53 Cibentang Cibentang -Bebedahan 3 3 9.000,00 S

54 Neglasari Neglasan - Cibeureum 2,5 3 7.500,00 S

55 Cikole Cikole – Balokang 2 3 6.000,00 S

56 Citanduy Parung-Citanduy 2 3 6.000,00 S

57 Puloerang Citangkolo - Puloerang 2,3 3 6.900,00 R

58 Situbatu Cipantaran - Situbatu 2,5 3 7.500,00 S

59 Bojong Pasimagara - Bojong 2,5 3 7.500,00 S

60 Patrol Jajawar –Patrol 3 3 9.000,00 R

61 Binangun Binangun - Negiasari 3,5 3,5 12.250,00 R

62

Pamongkoran Kedungpulung – Pamongkoran 2,5 3 7.500,00 R

63 Pangasinan Sukahurip - Pangasinan 3 3 9.000,00 R

64 Sanghiang Sri Girimukti - Sanghiang Sri 2 3 6.000,00 R

65 Bengkok Balengbeng - Bengkok 3,5 3 10.500,00 R

66 Pabuaran Cimanggu - Pabuaran 1,5 3 4.500,00 R

67 Cibeber Pasirleutik- Cibeber 5 3 15.000,00 R

68 Sukaraharja Cibalong - Sukaraharja 3 3 9.000,00 R

69 Lembur Balong Pasir Loklok - Lembur Balong 1 3 3.000,00 R

70 Margaluyu Pasir Loklok - Margaluyu 5 3 15.000,00 R

71 Kujangsati Cijurey - Sindang Asih 3 3 9.000,00 R

72 Bojongkantong Bojongsari - Sindangmulya 3 3 9.000,00 R

73 Kedungwaringin Sukanegara 1- Kedungwaringin 2,5 3 7.500,00 R 74 Langensari Sukahurip-Puwodadi 4 3 12.000,00 R

75 Situsaeur Sukahurip - Situsaeur 3,5 3 10.500,00 R

76 Rejasari Langkaplancar - Sinargalih 2,5 3 7.500,00 R

77

Bantardawa Cadas Gantung – Bantardawa 2,5 3 7.500,00 R

78 Sukamaju Situsaeur - Sukamaju 3,5 3 10.500,00 R

79 Simagalih Cibuntu - Simagalih 5,5 3 16.500,00 R

80 Pananjung Jembatan Ides – Pananjung 3 4,5 13.500,00 R

(28)

No

. Nama Jalan Nama Ruas Jalan

Panjang Lebar Luas Kondisi

(Km) (m) (m2) B/S/R

82 Cimendong Cimaragas - Cimendong 1 2,5 2.500,00 R

83 Cimanggu Sukahurip -Cimanggu 5,5 3 16.500,00 R

84 Link. Pasar

Langensari Muktisari - Langensari 0,6 6 3.600,00 R

85 Bojongsan Langkaplancar – Bojongsan 0,5 2,5 1.250,00 R

217,03 864.705,00

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi Kota Banjar, 2005 Catatan: B = Baik

S = Sedang R = Rusak

Untuk pergerakan penumpang umum pada angkutan jalan raya ini ada fasilitas terminal di Kota Banjar yaitu Terminal di Parunglesang Desa Banjar Kecamatan Banjar dengan luas lahan 18.968 m2 atau 1,897 Ha yang berfungsi sebagai terminal pusat dan shelter angkutan umum di kawasan Pasar Banjar. Kondisi terminal pusat ini secara fisik masih baik tetapi tidak sesuai dengan kelas terminal yang ditetapkan. Terminal Banjar merupakan terminal kelas A tetapi pada kenyataannya merupakan terminal kelas C. Terminal ini melayani operasional angkutan umum bus dan non-bus, yang secara fungsional meliputi: AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi), serta Angkot dan Angdes (Angkutan Perkotaan dan Angkutan Perdesaan). Angkutan Bus AKAP melayani jurusan-jurusan: Jakarta, Tangerang, Labuan, Merak, Pulau Sumatera, Sidareja, Purwokerto, Cilacap, Wonosobo, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya. Pada periode Januari sampai Juli 2002, tercatat jumlah armada 45.819, jumlah unit 59.557, dan jumlah penumpang 516.169 penumpang sehingga rata-rata per hari adalah:

 216 armada

 218 rit, dan

 2.434 penumpang

Angkutan bus AKDP melayani jurusan-jurusan: Bandung, Bogor, Bekasi, Sukabumi, Karawang, Tasikmalaya, Ciamis, Manonjaya. Pada periode Januari sampai Juli 2002 tercatat jumlah armada 18.265, jumlah rit 36.356, dan jumlah penumpang 241.236 penumpang sehingga rata-rata per hari adalah :

 86 armada

 171 rit

 1.138 penumpang

(29)

Dayeuhluhur, Rancah, Ciilat, Langkaplancar, Cijulang, Cisoya, Cijolang, Batulawang Karangpucung, Karangpucung Batulawang, Cimaragas, Langensari, Pamarican. Pada periode Januari sampai Juli 2002 tercatat jumlah armada 58.377, jumlah rit 161.631, dan jumlah penumpang 860.717 penumpang sehingga rata-rata per hari adalah :

 275 armada,

 762 rit

 4.060 penumpang

Khusus untuk angkutan bus AKAP dan AKDP pada rute-rute yang menuju ke selatan (ke arah Pangandaran), sebagian besar dewasa ini mempunyai titik pangkalan di Banjarsari dan Pangandaran, bukan di terminal Banjar. Untuk itu perlu diantisipasi kemungkinan perkembangan di mana terminal Banjar akan menjadi titik asal dan tujuan pergerakan masing-masing moda AKAP dan AKDP tersebut.

Untuk kendaraan berat ini ada terbagai rute yaitu dari arah Jawa Tengah dan Kota Ciamis, ada rute yang melewati jalan raya Majenang dimana jalan tersebut merupakan jalan arteri primer yang biasa dilalui oleh kendaraan-kendaraan umum dan pribadi, tetapi jalan ini sudah cukup padat sehingga sering terjadi antrian yang cukup panjang. Untuk menghindari antrean tersebut maka pemerintah Kota Banjar menerapkan adanya jalan alternatif yaitu jalan Cimaragas dimana jalan tersebut masih relatif sepi dibanding melewati jalan raya Majenang tetapi jalan alternatif ini mempunyai jarak relatif lebih jauh daripada jalan arteri primer. Akhirnya menurut rencana jalan Cimaragas ini akan dijadikan jalan arteri primer khusus untuk angkutan kendaraan berat.

Tabel 2.14

Jumlah Angkutan Umum yang Melayani Kota Banjar Tahun 2003

No. Jenis Angkutan Jumlah Kendaraan Trayek KendaraanLintasan

1. Angkutan Kota 204 13 01 s/d 013

2. Angkutan Kota Dalam Provinsi 123 7 Berangkat/Lintas

3. Angkutan Kota Antar Provinsi 197 18 Berangkat/Lintas

Jumlah 514 38

Sumber: Pemerintah Kota Banjar Tahun 2004 - 2009 Tabel 2.15

Trayek-Trayek Angkutan Antar Kota Pemberangkatan Dari Kota Banjar Tahun 2003

No. Antar Kota Dalam Provinsi Antar Kota Antar Provinsi

1. Banjar – Bandung Banjar – Jakarta

2. Banjar – Cirebon Banjar – Purwekerto

(30)

4. Banjar – Pangandaran Banjar – Yogyakarta

5. Banjar – Cimanuk Banjar – Bengkulu

6. Banjar – Cigugur Banjar – Wonogiri

7. Banjar – Bekasi Banjar – Madiun

8. Banjar – Depok Banjar – Tangerang

9. Banjar – Cikarang Banjar – Cilacap

10 Banjar – Cikampek Banjar – Merak

11. Banjar – Karawang

Sumber: Pemerintah Kota Banjar Tahun 2004 - 2009 2. Transportasi Rel Kereta Api

Jaringan rel kereta api yang melintasi Kota Banjar merupakan bagian dari jalur selatan Pulau Jawa. Di Kota Banjar terdapat 3 stasiun, yaitu Stasiun Banjar (+32m), Stasiun Langensari, dan Stasiun Karangpucung (+45m). Di antara ketiga stasiun ini, stasiun Banjar merupakan yang terbesar dan yang secara aktual beroperasi untuk angkutan (barang dan penumpang) dewasa ini.

Jurusan angkutan kereta api yang melintasi dan berhenti di Kota Banjar ini berdasarkan pencatatan meliputi jurusan ke arah barat dan jurusan ke arah timur. Jurusan ke arah barat adalah: Bandung, Kiaracondong Bandung, Jakarta; sementara jurusan ke arah timur adalah: Kutoarjo, Kediri, Kroya, Solo, Surabaya; dengan nama-nama formasi kereta api yang melintas dan berhenti antara lain adalah: Sawunggaling, Kahuripan, Lodaya, Pasundan, Serayu. Selain itu ada juga formasi angkutan kereta api yang hanya melintas saja dan tidak berhenti dari arah barat (Jakarta, Bandung) dan arah timur (Yogyakarta, Surabaya, dan lainnya).

Di stasiun Banjar ini untuk arus penumpang sudah melayani kelas bisnis dan eksekutif. Kondisi eksisting stasiun Banjar kurang baik dan kurang memadai mengharuskan adanya suatu perbaikan terhadap stasiun Banjar sehingga dapat menarik minat penumpang untuk menggunakan moda kereta api daripada moda lain yang ada di Kota Banjar. Perkiraan penumpang pada tahun 2006-2014 akan mengalami kenaikan sekitar ± 10 % pertahun, karena angkutan kereta api akan banyak dipakai untuk angkutan ke luar Kota Banjar. Karena Akses kereta lebih mudah, murah, aman dan nyaman.

Di Stasiun Banjar, terdapat persimpangan (junction) rel kereta api ke arah Pangandaran Cijulang, yang dewasa ini tidak dioperasikan. Namun demikian perlu diantisipasi peluang bagi pengembangan angkutan kereta api kembali pada jurusan ini di masa datang. Pelayanan angkutan kereta api di kota Banjar dalam hal ini kegiatannya dilayani oleh PT. KAI diwakili oleh stasiun Langensari dan stasiun Banjar. Jurusan angkutan kereta api yang melintas dan berhenti di kota Banjar berdasarkan pencatatan meliputi jurusan ke arah Barat yaitu Bandung

(31)

dan Jakarta, dan jurusan ke arah Timur yaitu Yogyakarta, Solo dan Surabaya. Jumlah penumpang dan barang yang menggunakan jasa transportasi kereta api di Kota Banjar dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.16

Jumlah Penumpang dan Barang Kereta Api Tahun 2004 - 2006

Nama Stasiun Angkutan Penumpang (orang)2004 2005 2006 Angkutan Bagasi/Barang (kg)2004 2005 2006

Stasiun Langensari 21219 20574 25991 1050 235 33

Stasiun Banjar 58145 55443 69177 1850 2130 3190

Sumber: Banjar dalam Angka 2006

Sampai sekarang ini tidak ada perubahan yang signifikan untuk kondisi pelayanan angkutan kereta api di kota Banjar mengingat tidak adanya penambahan jadwal dan rute keberangkatan kereta api. Untuk itu perlu dilakukan strategi untuk meningkatkan aktifitas yang menggunakan angkutan kereta api di kota Banjar antara lain dengan:

 Menciptakan keterpaduan antar moda angkutan umum dan kereta api

 Meningkatkan sarana dan prasarana di stasiun Langensari, stasiun Banjar, dan stasiun Karangpucung

 Meningkatkan peranan stasiun kota Banjar sebagai pintu menuju provinsi Jawa Tengah dan stasiun peti kemas.

B. Transportasi Sungai

Wilayah Kota Banjar merupakan dataran rendah yang memiliki satu sungai besar yaitu Sungai Citanduy dan beberapa sungai kecil yang mengalir dari dan menuju Sungai Citanduy. Berkat keadaan fisik tersebut transportasi sungai di Kota Banjar sudah banyak berkembang dan masih berpotensi untuk dikembangkan sebagai moda alternatif. Sayangnya akhir-akhir ini transportasi sungai sudah tidak sering lagi digunakan di Kota Banjar ini karena penduduk lebih memilih menggunakan akses jalan yang sudah tersedia dengan baik di Kota Banjar. Namun tetap ada beberapa penduduk yang masih menggunakan moda sungai ini untuk penyebrangan yaitu penduduk di Desa Langensari dengan penduduk Desa Madura, Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Selain untuk penyeberangan Sungai Citanduy yang melintasi Kota Banjar ini transportasi air ini pun dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk penambangan pasir. Transportasi sungai tersebut memakai moda berupa perahu.

Untuk pengembangan Kota Banjar di masa datang, angkutan sungai ini relatif hanya akan berperan seperti dewasa ini saja, yaitu untuk pengambilan pasir dan penyeberangan Desa

(32)

Langensari – Desa Madura. Bila arah kebijaksanaan Kota Banjar membatasi pengambilan pasir sungai, dan pembangunan jembatan pada lintasan Desa Langensari – Desa Madura tersebut, maka angkutan sungai akan semakin kecil peranannya, atau bahkan mati sama sekali; atau bila mungkin berpeluang sebagai sarana rekreasi air (wisata tirta) di Kota Banjar di Sungai Citanduy.

C. Transportasi Udara

Di Kota Banjar, khususnya Desa Langensari terdapat lapangan terbang yang berada di bawah Komando Operasi Angkatan Udara I Detasemen Pangkalan TNI Angkatan Udara Langen. Berdasarkan pembacaan pada foto udara, panjang badan landasan (runway) sekitar 750 meter, dengan azimuth sekitar 350°- 170° (35 dan 17). Lapangan terbang ini memang berpeluang untuk dikembangkan sebagai bandar udara tipe kecil, dengan panjang landasan sampai 1,0 km. Lapangan terbang ini hanya bisa dipakai oleh pesawat CASSA 212 dan tipe jenis helicopter atau pesawat wisata seperti pesawat trek yang biasa dipakai oleh kegiatan olah raga aerosport, hal ini dikarenakan oleh keadaan panjang landasan yang pendek. Jadi jika akan dikembangkan, lapangan terbang ini potensial untuk dijadikan kegiatan aerosport sebagai bagian dari aerocity. Kondisi Lapangan terbang dewasa ini sudah tidak terpakai dan tidak layak untuk dipakai penerbangan karena di kawasan sekitar lapangan terbang ini sudah banyak perumahan yang cukup padat. Dewasa ini lapangan terbang tersebut dipakai oleh penduduk setempat untuk bercocok tanam palawija dan dipakai untuk latihan TNI. Sehingga untuk penerbangan sudah tidak layak digunakan. Untuk perbaikan lebih jauh sebaiknya dilakukan dahulu study kelayakan bandara tersebut dan Penataan Kawasan Keselamatan Operasi Keselamatan (KKOP).

D. Transportasi Pipa

Jenis transportasi ini hanya digunakan untuk penyaluran BBM jarak jauh. Dalam hal ini angkutan pipa yang melalui kota Banjar merupakan bagian dari jaringan Pipa Pertamina yang menyalurkan BBM dari Cilacap ke Bandung (Padalarang) dan sekitarnya.

Jaringan pipa BBM ini hanya melintasi Kota Banjar saja yaitu Jaringan pipa dari Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap masuk melalui Desa Langensari, Rejasari, Pataruman, Sepanjang Sungai Citanduy di Desa Banjar, Cibeureum, dan Kemudian masuk ke Kabupaten Ciamis menuju Padalarang.

(33)

Air limbah yang dominan pada saat ini adalah air limbah domestik, yang terdiri atas air limbah bekas cuci dan mandi, serta air limbah tinja. Bila dilihat berdasarkan sistem pengelolaan limbah domestik maka dapat dikatakan bahwa skala kota masih belum ada di Kota Banjar, sehingga pengelolaan air limbah domestik masih dilakukan secara individual dengan sistem on site sewerage (sistem setempat) dari sistem MCKnya.

Untuk air limbah bekas cuci dan mandi akan dibuang/disalurkan ke saluran-saluran yang ada disekitar perumahan, untuk itu perlu dikelola agar tidak langsung dialirkan ke saluran alam, tetapi ditampung terlebih dahulu berupa serapan. Sementara tinja diterapkan teknologi tangki septik secara individual rumah ataupun secara komunal terbatas pada komplek-komplek perumahan yang terencana. Bagi penduduk yang tinggal disekitar sungai, umumnya mereka langsung membuang ke sungai.

Drainase

Drainase di wilayah Kota Banjar berdasarkan pola tangkapan air permukaannya terdiri atas 2 sistem utama, yaitu Citanduy, Ciseel/Cikembang/Cimaragas. Oleh karena itu pengembangan saluran-saluran drainase, baik di sepanjang jalan maupun yang tidak mengikuti jaringan jalan akan diarahkan pengalirannya menurut masing-masing sistem tersebut.

Curah hujan di Kota Banjar berkisar antara 2500 - 3500 mm/tahun. Kota Banjar memiliki saluran drainase yang memiliki pola aliran drainase menuju arch sungai-sungai utama yang melintasi dan berada di sekitar wilayah Kota Banjar. Batas area tangkapan (catchment area) adalah gugusan punggungan perbukitan dan khusus di tepi Sungai Citanduy dibatasi oleh tanggul Sungai Citanduy.

Wilayah Kota Banjar yang biasa terkena banjir genangan adalah Kecamatan Langensari yaitu Desa Waringinsari, Desa Rejasari, Desa Muktisari, dan Desa Kujangsari, Kecamatan Pataruman yaitu Desa Pataruman, Desa Hegarsari, dan Desa Binangun, Kecamatan Banjar yaitu Desa Balokang, Desa Banjar, dan Desa Mekarsari, Kecamatan Purwaharja yaitu Desa Purwaharja, Desa Mekarharja, dan Desa Raharja.

Banjir terbesar di Kota Banjar terjadi pada tahun 1986, banjir tersebut terjadi karena tanggul Sungai Citanduy jebol. Kejadian tersebut langsung diantisipasi oleh Proyek PWS Citanduy-Ciwulan. Sedangkan banjir terakhir yang besar terjadi di Rawa Onom pada tahun 2004. Banjir tersebut menyebabkan 240 Ha wilayah tersebut terendam banjir selama 1 minggu, dan menyusut hingga 40 Ha selama lebih dari 20 hari. Hal ini menyebabkan pertanian (padi) mengalami puso.

Referensi

Dokumen terkait

Namun psikis, bagi pelaku urbanisasi atau yang secara umum dinamakan dengan kaum urbanis, berpindahnya penduduk dari wilayah perdesaan ke wilayah perkotaan adalah didorong

Tabel II.2.. Sedangkan Kepadatan penduduk yang paling padat di Kecamatan Ngampilan dengan luas wilayah 0,82 Km2, jumlah penduduknya 16.429 dengan kepadatan

Demikian pula halnya dengan mayoritas penduduk di Kabupaten Kotawaringin Timur, dimana sekitar 71% penduduknya berada di daerah pedesaan, dengan sektor pertanian

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Jembrana adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah Kabupaten Jembrana yang berkaitan dengan kawasan

Kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu berada di Kecamatan Panjang sebanyak 75.716 jiwa atau 7,59% dari luas wilayah Kota

Kecamatan Umbulharjo merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 8,12 km2 atau sebesar 24,98% dari luas Kota Yogyakarta.. Kecamatan Umbulharjo merupakan

Menurut Tjiptoherijanto dalam Kuncoro (2012) mengenai masalah migrasi dan urbanisasi, perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan menjadi salah satu bagian

Peta Wilayah Kota Depok 2.2 Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Depok Zero Waste City pertama kali menjadi trigger dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka