2.5 Semiotik Riffaterre
2.5.1 Ketidaklangsungan ekspresi yang terdapat dalam puisi
Ketidaklangsungan ekspresi dalam bahasa arab (Chollifudin, 2016:9) disebut juga dengan (شٞتاعرىا ٜف جشؽاثَىا ًذع) /‟adamu ālmubāsarrat fi attuʿābyru/
yaitu ungkapan kalimat menggunakan perantara atau menyembunyikannya melalui sebuah tanda untuk memproduksi makna. Artinya, untuk menguraikan kata-kata dalam lirik lagu menggunakan perantara. Lirik lagu tidak menggunakan bahasa sehari-hari tetapi menggunakan kata-kata yang mengandung tafsiran.
Dengan demikian untuk lirik lagu tersebut memiliki makna tersembunyi yang dapat di uraikan melalui sebuah tanda-tanda dalam lagu tersebut.
Ketidaklangsungan ekspresi itu disebababkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu (1) Penggantian Arti (Displacing of Meaning), (2) Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning), (3) Penciptaan Arti (Creating of Meaning).
2.5.1.1 Penggantian Arti (Displacing of Meaning, ْٚعَىا هاذثرعلاا /istibdālu al-ma’nā/)
Penggantian arti dalam bahasa arab disebut dengan ْٚعَىا هاذثرعلاا /al-istibdālu al-ma‟nā/ (Chollifudin, 2016:9). Penggantian arti ini terjadi ketika tanda bergeser dari satu arti ke arti yang lain, ketika sebuah kata mewakili kata lain seperti yang terjadi pada bahasa kiasan. Menurut Riffatere dalam (Ambarini, 2012: 54), penggantian arti disebabkan oleh penggunaan metafora dan metonimi dalam karya sastra yang dalam arti luasnya menyebut bahasa kiasan secara umum, tidak hanya terbatas dengan metafora dan metonimi dengan ragam bahasa kiasan lainnya, seperti simile, personifikasi, sinekdoke, epos, dan alegori.
Sebelum melangkah lebih dalam mengenai jenis-jenis bahasa kiasan diatas, maka perlulah kita ketahui terlebih dahulu mengenai bahasa kiasan atau yang biasa disebut dengan bahasa figurative (figurative language). Bahasa figuratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa atau secara tidak langsung dalam mengungkapkan makna dalam karya sastranya (Waluyo, 1987:83). Hal tersebut untuk membuat pembaca berimajinasi terhadap makna yang disampaikan oeh penyair melalui karya sastra tersebut.
Untuk mengetahui penggantian arti yang disebabkan oleh majas-majas diatas. Peneliti akan menjelaskan tentang pemahaman dalam pengertian pada bahasa kiasan yakni Metafora, Metonimi, Simile, Personifikasi, Sinekdoke, Alegori dan Repetisi.
2.5.1.1.1 Metafora (ةراع ت س ا) /al-isti’āratun/
Menurut Khuli (1982: 106) Kata metafora dalam bahasa Arab disebut dengan ةراع ت س ا /al-isti‟āratun/.
Alternbed (1970 dalam Pradopo, 2012:66) berpendapat bahwa metafora sebagai sesuatu hal yang sama dengan hal yang lain yang sesungguhnya tidaklah sama. Maksud metafora ini adalah membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya yang berbeda, baik dari kualitas, sifat, wujud dan sebagainya. Contohnya pada kutipan lirik lagu Skesta Rembulan Emas karya Ebiet G. Ade yaitu:
Tuhan…semua terserah titah-Mu Merah, hitam tanah kami
Tolong arahkan mata pedang Mereka-mereka yang memimpin Percaturan dunia pergolakan dunia
(Skestsa Rembulan Emas)
Pada Frase tolong arahkan mata pedang merupakan metafora untuk membandingkan sifat benda yaitu mata pedang yang diartikan sebagai kekuasaan Tuhan atas tindakan yang diberikan kepada makhluk hidup yakni para pemimpin dunia.
2.5.1.1.2 Metonimi (ت يان ك لا) /al-kināyatun/
Selanjutnya pada bahasa kiasan metonimi. Kata metonimi dalam bahasa Arab disebut dengan ت يان ك لا /al-kināyatun/ (Khuli, 1982:106).
Menurut Parera (2004:121) menyebut metonimi sebagai hubungan kemaknaan. Dalam pemaknaannya metonimi memiliki hubungan unsur leksikal yang menggambarkan bagian atau keseluruhan. Terdapat relasi makna antara kata yang dijadikan metonimi dengan referen yang diacunya. Referen dalam metotimi dapat berwujud bahan, alat, hasil, dan lain sebagainya. Pada kutipan lirik lagu Nyanyian Ombak karya Ebiet G. Ade terdapat majas metonimi yaitu pada kalimat:
Ranting-ranting patah gemeretak Belalang pun terbang mencari hijau
(Nyanyian Ombak)
Metonimi dalam lirik lagu diatas adalah ranting-ranting patah gemertak yang menunjukkan bagian pepohonan. Kemudian di pepohonan terdapat belalang.
Jadi ranting dan belalang merupakan unsur leksikal yang menimbulkan makna.
Kemudian pada frase belalang pun terbang mencari hijau ini Kembali lagi dimaksud kan kepada unsur pepohonan dikalimat sebelumnya yakni berhubungan dengan ranting yang tumbuh dan dedaunan yang menghijau.
2.5.1.1.3 Simile (هي ب ش ت لا) /at-tasybiḥu/
Menurut khuli (1982:155) Simile dalam bahasa arab disebut dengan هي ب ش ت لا /at-tasybiḥu/.
Pengertian simile adalah:
جادا هاَعرعإت ٌٛصاجٍشٞثعذ : ٔٞثؾذ /at-tasybuhu: ta‟biri majazī bi isi‟mal adat/ „‟simile adalah suatu ekspresi didalam bahasa kiasan yang menggunakan alat.
Simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit, maksudnya ia akan langsung menyatakan sesuatu mirip atau sama dengan yang lain dan upaya secara langsung itu akan melibatkan kata-kata seperti: seperti, sebagai, laksana, mirip dsb. Menurut Keraf (2010: 138). Terdapat contoh simile pada lirik lagu
روق /
Qamarun/ yang dinyanyikan oleh Mostafa Atef sebagai berikut:ٛداّ دس٘ىام ٚفطصَىا فـمٗ
/wa kafful Muṣtafa kālwardi nādī/ „‟dan telapak tangan lelaki pilihan tuhan (nabi) seperti bunga yang bermekaran
ٛداٝأ دغٍ ارا ٚقثٝ ٓشطعٗ
/wa i‟truḥa yabqaa idzā massat ayyādī/ „‟dan sentuhannya akan kekal jika disentuh tangan-tangan‟‟
ٛداّ دس٘ىام ٚفطصَىا فـمٗ
/wa kafful Muṣtafa kālwardi nādī/ „‟dan telapak tangan lelaki pilihan tuhan (nabi) seperti bunga yang bermekaran ٛداٝأ دغٍ ارا ٚقثٝ ٓشطعٗ
/wa i‟truḥa yabqaa idzā massat ayyādī/ „‟dan sentuhannya akan kekal jika disentuh tangan-tangan‟‟
Dari kutipan lirik diatas, terdapat simile pada kalimat
ىفطصولا فـكو يدبن درولبك
/Wakafful Muṣtafa Kālwardi Nādī/ „‟tangan lelaki pilihan kami seperti bunga yang bermekaran‟‟. Terdapat sisipan hurufبك /
kā/ yang berarti seperti.Dimana kata seperti ini dapat dinyatakan suatu hal sama dengan, serupa dengan ataupun seolah olah. Maksud dari frase ini adalah Tangan seorang pilihan tuhan (seorang nabi) kami sangatlah harum layaknya sebuah bunga yang bermekaran.
2.5.1.1.4 Personifikasi (ذٞغجذ) /tajsyd/
Dalam kamus al-maany melalui (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/personification/) kata personifikasi disebut dengan ذٞغجذ /tajsyd/.
Nurgiantoro (2017: 235) berpendapat,bahwa personifikasi merupakan jenis majas yang memberikan sifat kemanusiaan pada benda mati. Sifat yang diberikan sebenarnya hanya dimiliki manusia, sehingga majas ini juga sering disebut sebagai masa pengorangan. Dari pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa gaya bahasa personifikasi merupakan penggunaan bahasa yang mengibaratkan benda mati diungkapkan seolah-olah bagaikan hidup. Dalam kutipan lirik lagu
ْتَلْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-tufuli/ yang dinyanyikan oleh Remi Bandali terdapat salah satu contoh unsur bahasa yang mengandung gaya bahasa personifikasi yaitu sebagai berikut.،ْنَلْحِح ْنَع بَنْئبَوَس ْمبٌََّلأا ِلَأْسَح ْنَع
/Sama‟nā „am tiḥlam „am Tas‟al al-ayyām/ „‟Langit kami sedang bermimpi bertanya kepada hari‟‟
ْةِوْلِحلا ِسْوَّشلا َنٌَْو
/ Waina as-smsyi al-ḥilwa / „‟Dimana matahari yang indah‟‟
ْمبَوَحلا ِفْوُفْرَو
/ War fufil al-ḥamam / „‟Dimana kipasan sayap burung merpati‟‟
Pada lirik diatas terdapat personifikasi pada frase
ِلَأْسَح ْنَع ،ْنَلْحِح ْنَع بَنْئبَوَس ْمبٌََّلأا /
Sama‟nā „am tiḥlam „am tas‟al al-ayyām/„‟
Langit kami sedang bermimpi, bertanya kepada hari‟‟. Pada frase ini kata langit yang merupakan kata benda memiliki sifat seperti manusia yakni bermimpi. Bermimpi diasosiasikan sebagai tindakan melihat sesuatu (berkhayal) dalam tidur. Jadi pada lagu ini menceritakan bahwasanya langit yang mereka lihat seolah-olah ikut berharap.2.5.1.1.5 Sinekdoke (وَع ْشَُىا صاجَىا) /majāz mursal/
Bahasa kiasan selanjutnya adalah Sinekdoke. Dalam kamus al-maany melalui link (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/synecdoche/) kata sinekdoke disebut dengan وَع ْشَُىا صاجَىا /majāz mursal/.
Keraf (2010: 142) berpendapat bahwa sinekdoke merupakan bahasa figuratif yang menggunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (Pars pro toto) atau justru sebaliknya menggunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (Totem pro parie). Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sinekdoke adalah gaya bahasa yang menggunakan nama sebagian untuk seluruhnya atau sebaliknya. Contohnya pada kutipan lagu ‘’rumah kita‟‟ yang dinyanyikan oleh GodBless adalah sebagai berikut.
Lebih baik di sini, rumah kita sendiri Segala nikmat dan anugerah Yang Kuasa Semuanya ada di sini
Pada kutipan lirik lagu diatas, terdapat bahasa kiasan sinekdoke berupa pars pro toto yakni menggunakan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Dapat dilihat dari frase rumah kita. Ungkapan frase tersebut menyatakan sebagian dengan menyebut rumah. Kata rumah disini dapat menyatakan keseluruhan karena
bisa diartikan sebagai tempat tinggal baik itu rumah pribadi, kantor, ataupun negara.
2.5.1.1.6 Alegori (حٝضٍس حصق) /qissat ramziyatun/
Dalam kamus al-maany melalui (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/allegory/) kata alegori disebut dengan حٝضٍس حصق /qissat ramiziyatu/.
Menurut Tarigan (1985:24) Alegori adalah sebuah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang. Alegori ini Merupakan metafora yang diperluas dan berkesinambungan, tempat, atau wadah obyek-obyek atau gagasan diperlambangkan. Alegori biasanya mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Biasanya alegori merupakan cerita-cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan tujuan yang terselubung namun bagi pembacanya yang jeli justru mengetahuinya dengan jelas dan nyata. Dengan kata lain, dalam alegori unsur-unsur utama menyajikan sesuatu yang terselubung dan tersembunyi. Pada kutipan lagu Pengemis dan tukang copet karya Ebiet G. Ade terdapat majas alegori yaitu:
Anak lelaki kering kerontang
Bersandar di besi pagar mata terpejam Sepotong roti yang digenggam
Tak dapat sembunyikan
(Pengemis dan Tukang Copet)
Alegori yang terdapat pada Lirik lagu di atas terdapat pada kata kering kerontang. Pada frase kering kerontang ini menunjukkan arti kurus, tidak terurus ataupun tidak ada yang peduli.
2.5.1.1.7 Repetisi (رارك ت لا)/at-takrārun/
Dalam kamus al-maany melalui (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/repetition/) kata repetisi dalam bahasa arab disebut dengan ساشنذ /takrarun/.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), repetisi adalah pengulangan kata yang berfungsi untuk menyampaikan makna yang ada pada kata
atau serangkaian kata tersebut. Pengulangan kata dilakukan di awal supaya makna yang ada di dalamnya dapat tersampaikan dengan baik. Contohnya pada penggalan lirik lagu
ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُط ْعَأ
/A‟tounā at-tufuli/ oleh Remi bandali berikut:ْنُكْدٍِْعَن بَنئِج ْنُكْلَأْسَن ِدٍِْعْلبِب بَّنَع ًِْف بَه ْسٍَْل ْهَنٌِْز َلََو ْدبٍَْعَأ َلَ
ْنَلبَعبٌَ
ْتَق ْوُرْحَه ًِْضْرَأ ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح ًِْضْرَأ ْمبٌََّلأا ِلَأْسَح َّنَع ،ْنَلْحَح َّنَع بَنُئبَوَس ْمبَوَحلا َفْوُفُرَو ْةَوْلِحلا ُسْوَّشلا َنٌَْأَو ْنَلبَعبٌَ
ْتَق ْوُرْحَه ًِْضْرَأ ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح ًِْضْرَأ ْةَرٍِْغَص ًِْضْرَأ ْةَرٍِْغَص ًِْلْثِه ْم َلََّسلا بَنْوُطْعَأ ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأَو
Kata yang mengalami pengulangan berulang kali adalah kata “
ًِْضْرَأ
”/ardii/. Repetisi pada kata
ًِْضْرَأ
/ardii/ terdapat di awal kata pada beberapa baris.Yakni pada baris ke-6,7,11,12, dan 13. Hal ini bertujuan agar maksud dari pesan tersebut dapat dimengerti. Dimana makna dari kata
ًِْض ْرَأ
/ardii/ adalah tanahku.Tanah dapat diartikan sebagai tempat tinggal. Dari repetisi kata tersebut juga bisa membuat pembaca merasa penasaran akan apa yang terjadi dengan tempat tinggal yang dimaksud, apakah berupa kehidupan tempat tinggal yang layak dan indah atau sebaliknya penuh derita dan sengsara. Sehingga pembaca harus membaca kata selanjutnya untuk mengetahui lebih lanjut akan makna tersebut.
2.5.1.2 Penyimpangan Arti (Distorting of Meaning, فارح نلاا ً ن ع م لا) /al- inḥirāfu al-ma’nā/
Penyimpangan arti dalam bahasa Arab disebut dengan ً ن ع م لا فارح نلاا /al-inḥirāfu al-ma‟nā/ (Chollifudin, 2016:9).
Dikemukakan Riffaterre (1978:2) bahwa peyimpangan arti itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense. Selanjutnya peneliti akan memberikan pengertian mengenai Ambiguitas, Kontradiksi dan Nonsense.
2.5.1.2.1 Ambiguitas (ظثيى) /al-labas/
Menurut khuli (1982:7) kata ambiguitas dalam Bahasa arab disebut dengan ظثيى /al-labas/ yang memiliki pengertian sebagai berikut:
ِْٞٞعٍ ِعشثعذ ٜرىا حيَجىا ٗا داشفَىا هاح : ظثى ٗا ضَ٘غ /ghamud aw labas: hal mufrad aw jumlati allati tu‟abriu „an ma‟nayayiin /‟‟Ambiguitas: suatu keadaan atau kalimat yang memiliki dua arti‟‟.
Ambiguitas disebabkan oleh bahasa sastra itu berarti ganda (polyinterpretable) lebih-lebih seperti bahasa puisi. Kegandaan arti itu dapat berarti kegandaan arti sebuah kata, frase, ataupun kalimat (wildan, 2016:122).
Ambiguitas ini berfungsi untuk menimbulkan misteri dalam lagu, sehinga lagu menjadi lebih menarik dan menimbulkan keingintahuan untuk memahami.
Tiap-tiap orang dapat menafsirkan kata-kata atau kejadian-kejadian yang sama dengan berbagai cara yang berbeda. Pemberian makna pada karya sastra terhadap keambiguan itu terserah pada pembaca dan penafsiran tersebut hendaknya bertolak dari konteks atau teks itu secara keseluruhan. Tepat dan tidaknya makna tersebut tergantung dari alasan yang dikemukakan. Oleh sebab itu pembaca bebas menafsirkan, karena memang kata itu mempunyai makna yang bermacam-macam (Badrun, 1989: 54). Salah satu bentuk ambiguitas yang terdapat pada bait ke-3 dalam kutipan lirik lagu Seberkas Cinta yang Hilang karya Ebiet G. Ade sebagai berikut.
Sementara aku tengah bangganya Mampu tetap setia meski banyak cobaan Begitu tulusnya kubuka tanganku
Langit mendung gelap malam untukku
(Seberkas Cinta yang Hilang)
Berdasarkan kutipan di atas, diketahui terdapat kata yang berkategori ambiguitas. Pada kalimat Langit mendung gelap malam untukmu merupakan bentuk ambiguitas. Langit mendung gelap malam untukku bukan hanya menunjuk pada situasi yang tidak lagi terang, namun lebih kepada keadaan nasib si aku yang merasa kehidupannya penuh dengan cobaan. dengan demikian lirik tersebut bercerita seseorang yang merasa nasibnya tak terang dan tak pasti. Hal ini juga dapat diartikan dengan sebuah pertaubatan.
2.5.1.2.2 Kontradiksi (ض قان ت لا) /at-tanāqud/
Seringkali puisi itu menyatakan sesuatu secara kebalikannya. Hal ini untuk membuat para pembaca berfikir dan terfokus pada apa yang dikatakan pada puisi.
Menurut khuli (1982:35) kontradiksi dalam bahasa arab disebut ان ت لاض ق /at-tanāqud/. Pengertian kontradiksi sebagai berikut.
إاْعٍ ٗا اٖينؽ ةثغت ححٞحص ُ٘نذ ُا ِنَٝ لا حيَج : حضق اْذ /tanāqidatun: jumlat lā yumkin an takunu shahihatu bisabab syakkaluha aw ma‟nāhā/ „‟Kontradiksi adalah kalimat yang tidak mungkin benar dikarenakan bentuk dan maknanya‟‟
Kontradiksi berarti mengandung pertentangan, yang disebabkan oleh paradoks atau ironi (wildan, 2016:123). Paradoks adalah gaya bahasa yang menyatakan dua hal yang berlawanan dengan menyatakan satu kebenaran sedangkan Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu yang berlawanan dengan maksud mengungkapkan suatu hal yang berbeda dari fakta sesungguhnya, biasa berupa sindiran. Salah satu bentuk kontradiksi yang terdapat dalam kutipan Syi‟r Al-I‟tiraf karya Abu Nawas:
ٌٞحجىا ساْىا ٚى ٙ٘قأ لاٗ # لإأ طٗدشفيى دغى ٜٖى إ /ilāḥī lastu lilfirdauw aḥlān / wa lā aqwā „alā an-nāri al-jaḥīmi/ “Ya Tuhanku, aku tak pantas menjadi peghuni surga, Namun, aku juga tidak kuat dengan siksa api neraka”.
Contoh Syi‟r diatas memiliki makna yang berlawanan, kata طٗدشف /Firdaus/ „‟surga firdaus” dan ساْىا /An-nār/ “neraka”, menunjukkan secara makna, bait pertama dalam puisi tersebut tergolong kontradiksi. Dimana surga sebuah tempat untuk orang-orang yang beriman serta menjalankan segala perintah-Nya sedangkan neraka adalah tempat untuk orang-orang yang tidak beriman dan tidak menjalankan segala perintahnya.
2.5.1.2.3 Nonsense (٘غى) /laghu/
Menurut Khuli (1982:117) nonsense dalam bahasa Arab disebut dengan ٘غى /laghu/ pengertian nonsense sebagai berikut:
ءاغصلاا ِٝساَذ ٜف وَعرغذ حعذرثٍ خادشفٍ : ٘غى /laghu: mufradati mubtada‟ tusta‟malu fii tamarin al-ashgha‟/ „‟nonsense adalah kata-kata yang kreatif yang digunakan dalam latihan mendengarkan‟‟
Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti sebab hanya berupa rangkaian bunyi dan tidak terdapat dalarn karnus. Akan tetapi, dalam puisi nonsense itu mempunyai makna, yaitu arti sastra karena konvensi Sastra, misalnya konvensi mantra. Nonsense itu untuk menimbulkan kekuatan gaib atau magis, untuk mempengaruhi dunia gaib. Nonsense itu banyak terdapat dalam puisi mantra atau puisi bergaya mantra (wildan, 2016:125). Salah satu bentuk nonsense yang terdapat dalam lirik lagu berjudul Nasihat pengemis untuk istri dan doa untuk anaknya pada kutipan bait ke-5 karya Ebiet G. Ade dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
Esok hari perjalanan kita Masihlah sangatlah panjang Mari tidurlah
Lupakanlah sejenak Beban dunia lepaskan La..la..la La..la..la Dengarkanlah nyanyian La..la..
Dari seberang jalan La..la..la..
Usah kau tangisi La..la..la.
Nasib kita hari ini
(Nasehat Pengemis Untuk Istri dan Doa Untuk Anaknya)
Lirik di atas menggunakan nonsense untuk menujukkan suasana ironi dan kesedihan tentang pengemis yang tidak bisa menafkahi istri dan anaknya. namun pengemis tersebut berusaha menghibur istri dan anaknya dengan mengajak mereka berdoa. Wujud bunyi untuk menjelaskan gambaran usaha sang pengemis menghibur istri dan anaknya diwujudkan dalam bunyi la..,la..la, yang biasanya digunakan untuk menggambarkan suasana bergembira. Nonsense yang menggunakan komposisi bunyi la..la..la..la juga digunakan Ebiet untuk menunjuk suasana gembira maupun suka cita
2.5.1.3 Penciptaan Arti (Creating of Meaning, ً ن ع م لا قل خ لا) /al-khalliqu al- ma’nā/
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Chollifudin (2016:9) penciptaan arti dalam bahasa arab disebut ً ن ع م لا قل خ لا /al-khalliqu al-ma‟nā/. Penciptaan arti ini merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara lingustik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam sajak (karya sastra). Jadi, penciptaan arti ini merupakan organisasi teks di luar Iinguistik. Di antaranya adalah rima, enjambemen, dan tipografi (Ratih, 2016:5).
Selanjutnya peneliti akan memberikan pengertian mengenai Rima, Enjambement dan Tipografi.
2.5.1.3.1 Rima (تي فاق لا) /al-qāfiyat/
Menurut Khuli (1982:149) Rima dalam bahasa arab disebut تي فاق لا /al-qāfiyat/ yang memiliki pengertian sebagai berikut:
ٔريفقٗ ٔذاّ٘ ٍِ ُ٘نرٝ ٙزىا عطقَىا ءضج : حٞفاقىا /al-qafiyatu: juz‟i al-maqtha‟i al-ladzi yatakunu min nawaatihi wa qaflatihi/ „‟Rima: bagian suku kata yang terdiri dari inti dan penutupnya‟‟
Sudjiman (1986:64) mengatakan sajak/rima itu adalah suara yang menekankan, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan. Kemiripan bunyi antarsuku kata atau bunyi tersebut membentuk musikalisasi dan keindahan. Penyair mempertimbangkan persajakan berupa lambang bunyi tersebut untuk memberikan efek atau dukungan perasaan, dan suasana puisi yang diciptakan.
Adapun contoh rima dalam potongan lagu
رٌد بقه
/maqādīr/ jika dilihat dari susunannya lirik lagu tersebut memiliki rima berpola penuh (a-a-a-a) yang terdapat pada kutipan bait pertama.
ًبلق بٌرٌد بقه بنأ
/maqādīr yā qalbī al‟anā/ „takdir wahai hatiku yang sakit‟
بنأ ًبنذ شعو رٌد بقه
/maqādīr w‟isy dzanbī „anā/ „takdir apa dosaku‟
Pada baris pertama sampai baris ke empat terdapat bunyi yang sama yaitu kata vokal /a/. Pada baris ke-1, dan 2 memiliki akhiran kata
بنأ /
anā/ yang berarti„‟aku‟‟ hal ini menunjukkan bahwa pelaku dalam lagu tersebut adalah si penyair.
Rima diatas bertujuan sebagai estetika atau keindahan dalam berirama ditambah dengan makna lirik lagu yang mengambarkan suasana harapan akan kebahagiaan,
2.5.1.3.2 Enjambement (َِٞضرىا) /at-taddmin/
Selanjutnya penciptaan arti yang disebabkan oleh enjambement. Dalam kamus al-maany (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/enjambement/) kata enjambement disebut juga dengan َِٞضرىا /at-taddmin/.
Enjambement adalah pemenggalan kata ke dalam baris berikutnya.
Pemenggalan ini secara tata bahasa tidak memiliki makna, namun dalam konvensi sastra, Enjambement berfungsi sebagai penekanan/penegasan pada baris tersebut juga berfungsi untuk menonjolkan pikiran secara ekpresif sehingga
efek kepuitisan semakin tampak pada puisi tersebut. Contoh pada kutipan puisi berjudul Aku karya Chairil Anwar:
Melangkahkan aku bukan tuak menggelegak Cumbu-buatan satu biduan
Kujauhi ahli agama serta lembing-katanya.
Aku hidup
Dalam hidup di mata tampak bergerak Dengan cacar melebar, barah bernanah
Dan kadang satu senyum kukucup-minum dalam dahaga.
Dari contoh diatas bait pertama terdapat kalimat „’Aku hidup’’ yang merupakan penutup bait tetapi juga sebagai pemenggalan kata di baris berikutnya.
Dari kalimat tersebut sebagai acuan dari pembuatan bait setelahnya dimana.
Enjambement ini juga memberikan penegasan makna pada puisi yakni mengenai kehidupan seseorang.
2.5.1.3.3 Tipografi (تعاب ط لا) /at-tibāatun/
Tipografi dalam Bahasa arab disebut dengan تعاب ط لا /at-tibāatun/.
Menurut Khuli (1982:179) تعاب ط لا /at-tibāatun/ adalah:
اٖثٞمشذ حعٞثط ةغح خاغيىا فْٞصذ /tasnifu al-lughaat hisab tabi‟at tarkibiha/ „‟klasifikasi bahas menurut sifat struktur‟‟
Tipografi adalah suatu teknik memilih dan menata huruf dengan pengaturan penyebarannya pada ruang yang tersedia, untuk menciptakan kesan tertentu, guna kenyamanan membaca semaksimal mungkin. Seperti halnya bunyi yang disusun dengan baik, tipografi merupakan unsur visual yang dapat menarik perhatian pembaca puisi. Contohnya pada puisi Doa Perahu karya Ismed Natsir:
tuhanku beritahu kini ke manakah
harus kupergi ke muara
menyongsong laut
biru
Pada contoh diatas, tipografi susunan pada puisi berbentuk seperti tangga, hal itu berfungsi sebagai penarik pada puisi.