2.5 Semiotik Riffaterre
2.5.2 Pembacaan Hereustik dan Pembacaan Hermeneutik
Didalam penelitian yang dilakukan oleh Chollifudin (2016:9) Pembacaan heuristic disebut dengan حٞفاؾنرعلإا جءاشقىا /al-qiraatun istiksyāfiyat/. Pembacaan hereustik adalah pembacaan yang meliputi kemampuan pembaca untuk menangkap ketidaksesuaian antar kata yang berupa deviasi gramatikal (menangkap ketidakgramatikal), kemampuan menangkap bahwa sebuah kata atau frasa tidak dapat dipahami hanya secara literal dan hanya bisa dipahami jika dilakukan sebuah transformasi semantik; misalnya dengan membaca sebuah kata atau frasa sebagai sebuah metafora atau metonimia (Lantowa, 2017: 11). Jadi, pada penelitian ini peneliti menggunakan konsep Lantowa dalam pembacaan heuristik yaitu menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna langsung, makna tersurat, actual meaning, makna sesungguhnya, makna denotatif. Contoh pembacaan heuristik dalam penggalan lagu
ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-Tufuli/ yang dinyanyikan oleh Remi Bandali sebagai berikut.Bait ke-2
ْنَلبَعبٌَ
/
yā ā‟lam/ „‟wahai semesta (dunia)‟‟ْتَق ْوُرْحَه ًِْضْرَأ /
Ardi maḥruqat/ „‟tanah (negara) kami habis terbakar‟‟
ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح ًِْضْرَأ
/
Ardi ḥurriyat massruqat/ „‟tanah (negara) kami dicuri kebebasannya (dijajah)Pembacaan hereustik pada bait tersebut yaitu menunjukkan pada kata
ْنَلبَع /
a‟lam/ „‟semesta‟‟ pembacaan hereustik pada kata tersebut menunjukkan makna yang sesungguhnya yaitu wahai alam semesta yang terdiri dari planet-planet dan seluruh dunia beserta para penghuninya.ًِْضْرَأ /
ardi/ „‟tanahku‟‟ bisa diartikan sebagai tempat tinggal seperti negara. Kataْتَق ْوُرْسَه /
massruqat/ „‟dicuri kebebasannya‟‟ menunjukkan bahwa negara mereka sedang diambil alih kemerdekaannya oleh negara lain atau biasa disebut dengan penjajahan.Sedangkan, Pembacaan Hermenutik menurut kamus al-amaany (https://www.almaany.com/en/dict/ar-en/hermeneutic/) disebut تي ل يوأت لا ةءارق لا /al- qiraatun āt-ta‟wiilyatu/, secara etimologis hermeneutika berasal dari kata hermeneuein, bahasa yunani yang berarti menafsir atau menginterpretasikan. Pada pembacaan hermenutik ini memaparkan makna karya sastra berdasarkan interpretasi (Pradopo, 1999: 297).
Menurut Teeuw (dalam Nurgiyantoro, 2015: 50) cara kerja hermeneutik untuk penafsiran karya sastra, dilakukan dengan pemahaman keseluruhan berdasarkan unsur-unsurnya, dan sebaliknya, pemahaman unsur-unsur berdasarkan keseluruhannya. Dari sinilah kemudian, antara lain, muncul istilah lingkaran hermeneutik (hermeneutic circle). Pemahaman karya sastra dengan teknik tersebut dapat dilakukan secara bertangga, dimulai dengan pemahaman secara keseluruhan walau hal itu hanya bersifat sementara. Kemudian, berdasarkan pemahaman yang diperoleh itu dilakukan kerja analisis dan pemahaman unsur-unsur intrinsiknya, jadi bagian per bagian.
Dari uraian tersebut, peneliti mengikuti pembacaan hermeneutik menurut Pradopo (1999: 297), yaitu pembacaan yang bermuara pada ditemukannya satuan makna puisi secara utuh dan terpadu. Contoh pembacaan hermeneutik dalam penggalan lagu
ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/ A‟tounā at-tufuli / yang dinyanyikan oleh Remi Bandali sebagai berikut.Bait ke-2
ْنَلبَعبٌَ
/
Yā ā‟lam/ „‟wahai semesta (dunia)‟‟ْتَق ْوُرْحَه ًِْضْرَأ /
Ardi maḥruqat/ „‟tanah (negara) kami habis terbakar‟‟
ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح ًِْضْرَأ /
Ardi ḥurriyat massruqat/ „‟tanah (negara) kami dicuri kebebasannya Pada bait kedua laguْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-tufuli/ melalui pembacaan hermeneutik dapat menafsirkan pada bait tersebut. Adapun makna tafsirannya yaitu menjelaskan tentang sebuah seruan kepada seluruh dunia baik negara timur maupun barat, untuk melihat dan sadar bahwa negara yang mereka tempati.Dimana negara yang mereka tempati telah habis dibakar. Hal itu terjadi karena seringnya terjadi perang di negara mereka sehingga bahan-bahan peledak seperti bom sudah meluluh lantahkan apapun yang ada dinegara mereka baik bangunan-bangunan seperti tempat tinggal, rumah sakit, sekolah ataupun yang lainnya. Dan makhluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuhan yang hidup disekitarnya.
Sehingga mereka tidak dapat hidup dengan bebas lagi akibat perang tersebut.
Segala hal yang dilakuka n ada konsekuensinya, karena negara mereka telah dijajah, keterbatasan yang mereka lakukan, pangan-sangan dan tempat tinggal yang sudah sangat sulit didapatkan bahkan tidak layak untuk digunakan.
2.5.3 Matriks (ت فىف ص م لا) /al-maṣfufati/, model (جذىمن لا) /an-namuzaj/ dan varian (ري غ ت م لا) /al-mutaghayyiru/.
Dalam mendapatkan makna puisi/karya sastra lebih lanjut, maka harus dicari tema dan masalahnya (Riffaterre, 1978: 13-21). Matriks dalam bahasa arab disebut dengan ت فىف ص م لا /al-maṣfufati/. Menurut khuli (1982:105) matriks adalah:
خاّ٘نَيى ٜى٘ط وٞثَذ : حف٘فصَىآ ف٘فصٗ جذَعا ونؽ ٚيع
/al-masfufati: tamsilu tuliyun lilmukawinaati „alaa syakkal a‟madat wa shufuf/ „‟matriks: representasi linier komponen dalam bentuk kalimat dan baris.
Matriks merupakan kata kunci atau intisari dari serangkaian teks pada karya sastra yang dapat disebut dengan tema. Matriks tidak pernah muncul melalui suatu kata dalam teks, tetapi diaktualisasikan dalam model. Contoh matriks pada kutipan lagu
ْتَلْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-tufulii/ adalah keseluruhan dari pada lirik lagu tersebut.Tema dapat dimunculkan melalui pokok pikiran, konteks, pola serta kondisi yang terdapat dalam sebuah karya sastra yang diwujudkan dalam bentuk kata atau kalimat. Kata atau kalimat tersebut dapat diaktualisasikan yang disebut dengan Model.
Menurut khuli (1982:108) model disebut dengan جذىمن لا /an-namuzaj/
yang memiliki pengertian sebagai berikut:
حٝ٘غيىا خاعاسذىا ٜف ذيقٝ اجرَّ٘آذَرعٝ وَع ب٘يعا ٗا جذعاق : جرَْ٘ىا /an-namuzaj: qaa‟dat aw usluubi „amali ya‟tamidu namuzajan yuqallidu fi ad-diraasaati al-lughawiyati/ „‟model: aturan atau metode kerja yang mengadopsi model yang ditiru didalam metode bahasa
Contoh model pada kutipan lagu
ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-tufulii/ adalah berupa kataْم َلََّسلا بَنْوُطْعَأ /
A‟tounā as-salām/ „‟berikanlah kami kedamaian‟‟.Selain bersifat puitis, kata tersebut menunjukkan sebuah harapan untuk bebas melakukan apapun tanpa ada perang sehingga hidup aman dan tentram. Sehingga dari model ini dapat diketahui bahwa tema pada lagu ini adalah mengenai konflik atau perang. Model ini yang kemudian diaktualisasikan ke dalam varian-varian.
Kata atau kalimat yang dikatakan model memiliki tingkat kualitas kepuitisan yang tinggi. Artinya, kata atau kalimat tersebut besifat monumental, yang dapat mewakili keseluruhan makna teks dan menjadi latar penciptaan puisi. Matriks dan model kemudian diaktualisasikan menjadi varian-varian. varian dalam bahasa arab disebut dengan ري غ ت م لا /al-mutaghayyiru/. Menurut khuli (1982:184) varian adalah :
ا
ِٞعٍ قاٞع ٜف هذثرذ حعَ٘جٍ شصاْع ذحا : شٞغرَى
/al-mutaghayyiru: ahad „anaasirun majmua‟tin tatabaddalu fii syiaqun mu‟in/ „‟varian: salah satu unsur dari kumpulan-kumpulan yang diubah kedalam konteks tertentu‟‟
Varian merupakan bentuk penjabaran model yang terdapat dalam setiap bait atau baris dalam puisi atau karya sastra (Ratih, 2016:7). Adapun penjabaran model yaitu uraian kalimat-kalimat yang terdapat didalam kata pada setiap bait atau baris dalam puisi. Varian pada kutipan lagu
ْتَل ْوُفُّطلا بَنْوُطْعَأ
/A‟tounā at-tufulii/yang mengaktualisasikan model diatas adalah terdapat pada setiap bait dalam lagu yaitu:
Bait ke-2 :
ْنَلبَعبٌَ
/
yā ā‟lam/ „‟wahai semesta (dunia)‟‟ْتَق ْوُرْحَه ًِْضْرَأ /
Ardi maḥruqat/ „‟tanah (negara) kami habis terbakar‟‟
ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح ًِْضْرَأ /
Ardi ḥurriyat massruqat/ „‟tanah (negara) kami dicuri kebebasannya (dijajah)Maksud dari bait tersebut merupakan varian yang menginterprestasikan bahwasannya mereka sedang meminta perhatian kepada seluruh dunia yang digambarkan dengan kata ٌَْىاَعاَٝ /yā ā‟lam/ varian ini berupa doa yang ditujukan kepada seluruh semesta baik bumi dan langit beserta isinya agar mendengarkan permintaan mereka. Bahwasannya negara mereka itu sedang habis terbakar, habis terbakar yang dimaksudkan disini bisa diartikan sebagai luluh lantah akibat bahan peledak baik berupa bom, gas, nuklir dan yang lainnya yang diibaratkan dengan kata ْحَقُْٗش ْحٍَ /maḥruqat/. Tanah yang mereka tempati juga mengalami pencurian atas kebebasan yang bisa diartikan sebagai penjajahan atau merampas kemerdekaan yang diibartkan dengan kalimat
ْتَق ْوُرْسَه ْتٌَِّّرُح
/ḥurriyat massruqat/.dari ketiga varian ini dapat dijadikan varian yang berkaitan dengan konflik/perang yang menjadi model dan tema pada lagu tersebut.