HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2.1 Ketidaklangsungan Ekspresi pada lagu فعآ اّا /Anā Asef/ dinyanyikan oleh Mostafa Atef
3.2.1.1.4 Repetisi (رارك ت لا) /at-takrārun/
Repetisi (رارك ت لا) /at-takrārun/ dalam semiotik terdiri dari 1 bait 6 baris:
فعا اّا
/Anā asef/“Maaf kan aku‟‟
ُاطيغ اّا
/Anā ghaltān/ „‟Aku bersalah‟‟
اّا
ّٚاعرت ٚحٗس لْع ٙذعت ٚف ٚىا
/Anā ilā fii bu‟da anka ruḥi bita‟ānii/ „‟ aku yang jiwannya menderita ketika jauh darimu‟‟
ُاٍذّ ذٞما
/ Akeed Nadmān/‟‟ Aku sangat menyesal‟‟
ُاشغخ ذٞما
/Akeed Khasrān/ „‟ Aku memang pecundang‟‟
ّٚاذ عٞضٕ كشٞغ ٍِ ّٚلا ّٚذعاع /
Sā‟idni lā min ghir khadho‟tāni/‟‟Tuntunlah aku tanpamu aku akan tersesat lagi‟‟Pada bait ke-3 lirik lagu tersebut merupakan refrain yang menunjukkan pengulangan suatu kalimat dalam beberapa bait yakni pada kesuluruhan bait ketiga kemudian diulang lagi pada bait ke-5 atau reffrain yang ditujukan untuk menegaskan suatu maksud tertentu, yaitu keinginan penyair yang benar-benar menyesal dan bersalah. Mengharapkan sebuah petunjuk dan ampunan dari tuhannya agar penyair tidak berada di jalan yang salah. Bait ini juga merupakan bagian reff dari lagu tersebut.
Selain berfungsi penegasan, repetisi tesebut memberikan efek sedih ketika diungkapkan dan dinyanyikan. Repetisi tersebut mampu menunjukkan perasaan tokoh aku yang sangat yakin terhadap suatu hal. Tokoh aku menggunakan pengulangan kata dhammir
اّا
/Anā/ „‟aku‟‟ disetiap kalimat maupun bait seakan-akan sedang merasseakan-akan kesedihan di yang begitu mendalam. Akan tetapi disisilain, tokoh aku berusaha menerima keadaan yang sudah terjadi karena merasa Lelah akan menjalani hidup yang buruk.
3.2.1.2 Penyimpangan Arti (distoring of meaning, ً ن ع م لا فارح نلاا /al-inḥirāfu al- ma’nā/)
Penyimpangan arti (ً ن ع م لا فارح نلاا) /al-inḥirāfu al-ma‟nā/ adalah bahasa puisi itu menyimpang dari arti bahasa yang tertulis dalam teks. Penyimpangan atau pemencongan arti (makna) itu disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) ambiguitas (ظثيى) /al-labas/, (2) kontradiksi (ض قان ت لا) /at-tanāqud/ yang disebabkan oleh ironi dan paradoks, dan (3) nonsense (٘غى ) /laghu/. Dalam lirik lagu Ana Asef ditemukan penyimpangan berupa ambiguitas dan kontradiksi, sedangkan nonsense tidak ditemukan.
3.2.1.2.1 Ambiguitas (ظثيى) /al-labas/
Semiotik berupa Ambiguitas (ظثيى) /al-labas/ merupakan bahasa sastra yang memiliki arti ganda, kegandaan arti itu dapat berarti kegandaan arti sebuah kata, frase ataupun kalimat. Ambiguitas dapat ditemukan pada bait ke-1 dan 2. Adapun pada bait ke-1 terdiri dari baris ke-3 dan ke-4 yaitu:
ق٘فا جارحٍ ًلاعف ْٚٝساذاٗ
/
wā tārīnī fa‟lan maḥtag afuq/‟‟ dan aku sadar bahwa aku harus bangun‟‟Pada bait ke-1 baris ke-3 terdapat semiotik berupa ambiguitas. Dimana sebuah kata memiliki makna arti ganda. Yaitu pada kata
ق٘فا /
afuq/ Kata tersebut jika dilihat dalam bahasa arab, Menurut munawwir (1984:1078) kata fusha berasal dari kataقافا /
afāq/ „‟bangun‟‟. Kata ini menunjukkan adanya sesuatu pekerjaan.sedangkan dalam bahasa arab Ammiyah, berasal dari kata
ق٘ف
/fuq/ yang berarti diatas. Arti pada kata ini menunjukkan suatu arah. Keduannya memiliki makna yang hampir sama tetapi harus kembali melihat konteks pada lagu tersebut.Pada bait ke-1 baris ke-4 yaitu pada kata:
ق٘ؽ ونتٗ عجاس
/rāja‟ wabkulli syuq/ „‟Aku kembali dengan keinginan yang besar”.
Pada bait ke-1 baris ke-4 terdapat ambiguitas, dimana sebuah kata memiliki arti ganda. Pada bait ini terdapat dua makna. yakni kata
قوش /
syuq/ yang menimbulkan dua pengertian. Kataقوش /
syuq/ dalam bahasa arab fusha berasal dari kata قاؽ /syāq/ yang berarti kerinduan (1984:752) hal ini tidak menunjukkan adanya kata benda (berwujud) yang diharapkan. Sedangkan dalam bahasa arab Ammiyahقوش/
syuq/ berarti keinginan. Arti ini menunjukkan bahwa sesuatu yang diinginkan tidak berwujud atau dalam bentuk benda. Keduanya memiliki makna yang hampir sama hanya saja harus menyesuaikan konteks pada lagu tersebut.Pada bait kedua terdapat ambiguitas yakni pada baris ke-6 dan 7. Pada bait ke-2 baris ke-6 yaitu:
ٚقت حاذسا ٚغفّٗ ُاثعذ ُاٍص ٍِ جشٞح ٚف
/fā ḥiirah min zāman ta‟bān winifsirtāḥ ba‟a/ „‟ ‟Sudah lama aku merasa bingung dan lelah, dan berharap mencari sandaran‟‟
Pada bait kedua baris ke-6 ini dapat ditemukan Ambiguitas. Yakni pada kata
حبحرا /
irtāḥ/ kata tersebut mempunyai arti ganda. Dalam bahasa arab fusha kataحبحرا /
irtāḥ/ berasal dari kata حاس /rāha/ yang berarti „‟pergi‟‟(1984:544).sedangkan dalam kamus bahasa arab Ammiyah
حبحرا /
irtāḥ/ berarti „‟sandaran‟‟.Keduanya memiliki makna yang berbeda secara significant, maka untuk menemukan arti yang sesuai haruslah melihat konteks pada lagu terlebih dahulu.
Ambiguitas pada bait ke-2 baris ke-7:
حقٗضرٍ جاٞحىا اٖٞف شٞرم لنع ْٚذذخ
/khaditni sikkak kitiir fiḥāl ḥayat matzawwaah/ „‟Aku terhanyut oleh arus kehidupan yang mengecewakan‟‟
Pada bait ke-2 baris ke-7 terdapat semiotik berupa Ambiguitas. Yakni pada kata
رٍخك /
kitiir/ yang memiliki beberapa makna. Pada bahasa Arab Ammiyahkata
رٍخك /
kitiir/ berarti „‟banyak atau arus‟‟. Sedangkan bahasa Arab ammiyah jika dituliskan kedalam bahasa arab fusha kataرٍخك /
kitiir/ berubah menjadi kata شٞثم /katsir/ yang berarti banyak. Adanya perubahan huruf خ /ta/ ke huruf ز /tsa/ di pertengahan kata. Hal ini dikarenakan adanya dialek dalam pengucapan suatu kalimat bahasa arab mesir yang membuat proses pencampuran bahasa. Dari kedua pengertian tersebut memiliki arti yang hampir sama hanya saja adanya perbedaan pengucapan dalam dialek yang dapat menimbulkan ambiguitas.3.2.1.2.2 Kontradiksi (ض قان ت لا) /at-tanāqud/
bentuk kontradiksi dalam semiotik dapat ditemukan pada bait 1 baris ke-2 dan ke-3 yaitu:
ٚثيق اٖيثٝاع دٞقتٗ
/ wabaqit sāyib laḥā qalbī
/
„‟ Sehingga kutinggalkan Hatiku‟‟ق٘فا جارحٍ ًلاعف ْٚٝساذاٗ
/ wā tārīnī fa‟lan maḥtāj afuq / „‟ dan aku sadar bahwa aku harus bangun‟‟
Pada bait kedua diatas ditemukan makna semiotik bentuk kontradiksi yang disebabkan oleh Ironi. Ironi adalah gaya untuk menyatakan sesuatu secara berbalikan. Gaya ini biasanya untuk menyindir atau mengejek. Gaya ironi ini dapat berupa frase, klausa, kalimat, wacana, atau seluruh sajak. Yakni pada Kata
دٞقت
/wabaqit/ ”kutinggalkan” yang berasal dari kata َِٜقَت /baqiya/ yang berarti„‟tinggal‟‟ (1984:101). Maksud kata tinggal tersebut berarti tidak melakukan apapun sedangkan ini berlawanan dengan kata
ق٘فا
/afuq/ pada kalimat selanjutnya yang berasal dari kataقافا /
afāq/ „‟bangun‟‟ (1984:1078). Maksud kata tersebut adanya suatu hal yang ingin dilakukan. Kedua kata tersebut berbentuk kontradiksi yang mengandung ironi. Dimana sang penyair yang awalnya sudah menyerah dengan tidak tahu akan berbuat apa-apa tetapi ia harus melawan sifat itu didalam dirinya. Penyair harus berubah untuk memperbaiki dirinya.3.2.1.3 Penciptaan Arti (Creating of meaning, ً ن ع م لا قل خ لا /al-khalliqu al- ma’nā/)
Penciptaan arti ً ن ع م لا قل خ لا /al-khalliqu al-ma‟nā/ baru terjadi karena disebabkan oleh adanya bentuk visual puisi yang meliputi rima, enjambement, dan tipografi. Dalam lirik lagu
فسآ بنا
/Anā Asef/ yang dinyanyikan oleh Mostafa Atef ini dapat ditemukan persajakan/rima dan tipografi, sedangkan nonsense tidak ditemukan.3.2.1.3.1 Rima (تي فاق لا) /al-qāfiyat/
Rima (تي فاق لا) /al-qāfiyat/ adalah perulangan bunyi yang sama dan teratur dalam puisi. Rima itu secara linguistik tidak memiliki arti, tetapi menimbulkan makna yang mendalam. Rima dapat ditemukan pada bait ke-1, 2, 3 dan 4. Adapun rima yang dijumpai pada bait ke-1 adalah:
ما يلاا اهت قدص اما ي
/yā mā ṣaddaqtaḥāl ayyām/ „‟Sekian lama aku telah percaya pada hari itu‟‟
ٚثيق اٖيثٝاع دٞقتٗ
/wabait sāyib laḥā qalbī/ “Sehingga kutinggalkan Hatiku”.
ق٘فا جارحٍ ًلاعف ْٚٝساذاٗ
/
wā tārīnī fa‟lan mahtāj afuq/ „‟dan aku sadar bahwa aku harus bangun„‟ق٘ؽ ونتٗ عجاس
/rāja‟ wabkulli syuq/ „‟Aku kembali dengan keinginan yang besar‟‟
ٚتس اٝ ْٚحٍاع
/Sāmaḥni yā Rabbii/ “Ampunkanlah aku ya Tuhanku”.
Pada bait ke-1 diatas terdapat semiotik yang mengandung rima. Pada lirik lagu diatas terdapat 2 akhiran yang sama, yakni berakhiran / يa/ dan ق /qa/.
Pada akhir baris ke-2 yaitu kata ٚثيق /qalbī/ „‟hatiku‟‟ dan akhir baris ke-5 pada kata ٚتس /Rabbī/ „‟tuhanku‟‟ keduanya memiliki akhiran / يī/. Dari kedua akhiran ini memiliki arti yang sama yaitu menunjukkan Dhammir muttasil اّا /Anā/ yang berarti pelaku dalam lagu tersebut adalah Aku (si penyair).
Pada baris ke-3 yaitu kata ق٘فا /afuq/ yang berarti „‟bangun‟‟
(1984:1078) dan pada baris ke-4 yaitu kata ق٘ؽ /syuq/ yang berarti
„‟keinginan‟‟(1984: 752). Dari kedua akhiran kata ini memiliki arti yang berkaitan dengan sebuah proses di dalam jiwa mengenai sebuah harapan.
Adapun rima pada bait ke-2 adalah:
ُاثعذ ُاٍص ٍِ جشٞح ٚف
ٚقت حاذسا ٚغفّٗ
/fāhiiraḥ min zamān ta‟bān winifsirtāḥ baqaa/ „‟Sudah lama aku merasa bingung dan lelah dan berharap mencari sandaran‟‟
حقٗضرٍ جاٞحىا اٖٞف شٞرم لنع ْٚذذخ
/khaditnī sikkak kiteer fiḥāl ḥayāt matzaww-aah/ „‟ Aku terhanyut oleh arus kehidupan yang mengecewakan‟‟
ؼٞٝٗاغذ اٍ ًلاعف حتاذم ٙد اّٞذىا دٞقى
/laqii tiddun nyā diikaddāba fa‟lām mātsāwwisyh/ „‟Mengetahui kehidupan ini palsu dan tak berharga‟‟
ٚقيى قارؾٍ ٚثيق اّاٗ ليرعجس ْٚٝداٗ
/wā diinir gha‟tilak wa anā albi musyhtā-q lil-luaaq/ „‟dan disini aku kembali kepada-Mu dan ingin sekali bertemu dengan-Mu‟‟
Pada bait ke-2 diatas dapat dijumpai semiotik yang mengandung rima.
Pada lirik lagu diatas terdapat 1 akhiran yang sama, yakni berakhiran / يa/ pada akhiran baris ke-6 kata
ٚقت /
baqaa/ yang berarti „‟tinggal‟‟ dan baris ke-9 kataٚقى /
laqiyaa/ „‟bertemu‟‟.Adapun rima pada bait ke-3 adalah:
فعا اّا
/anā asef/ “Maaf kan aku‟‟
ُاطيغ اّا
/anā ghaltān/ „‟ Aku bersalah‟‟
ّٚاعرت ٚحٗس لْع ٙذعت ٚف ٚىا اّا
/anā ilā fii bu‟da anka ruḥī bita‟ānī/ „‟aku yang jiwannya menderita ketika jauh darimu‟‟
ُاٍذّ ذٞما
/ Akeed Nadmān / „‟Aku sangat menyesal‟‟
ُاشغخ ذٞما
/ Akeed Khasrān / „‟aku memang pecundang‟‟
ّٚاذ عٞضٕ كشٞغ ٍِ ّٚلا ّٚذعاع
/ Sā‟idnil min ghir khadho‟tānī / „‟aku tanpamu aku akan tersesat lagi”
Pada bait ke-3 diatas terdapat semiotik yang mengandung rima. Pada lirik lagu diatas terdapat 2 akhiran yang sama, yakni berakhiran / يī/ dan ُ /na/.
Pada akhiran baris ke-11 kata
ُاطيغ/
ghaltān/ menurut munawwir (1984:1013 memiliki arti „‟salah‟‟, pada akhiran baris ke-13 kataُاٍذّ
/nadmān/yang berarti menyesal (1984:1403) dan baris ke-14 pada kata
ُاشغخ /
khasrān/bahasa arab Ammiyah kata berarti pecundang. Dari ketiga akhiran huruf ُ /na/
diatas, ketiganya memiliki arti yang saling berhubungan yakni berhubungan dengan orang yang menyesal dan sifat merugi. Hal ini yang ditekankan didalam lagu bahwa penyair sedang dalam merugi layaknya seperti pecundang. Pecundang memiliki sifat yang buruk seperti tidak melihat hal yang ada di sekitarnya dan hanya memikirkan diri sendiri, hal inilah yang dapat membuat penyair merugi dan menyesal karena tidak adanya hal yang bermanfaat yang bisa didapatkan.
Pada akhiran baris ke-12 yakni kata
ّٚاع
/‟ānī/ menurut munawwir (1984:980) memiliki arti „‟menderita‟‟ dan akhiran baris ke-15 kataّٚاذ /
tānī/yang berarti kedua kalinya‟‟ berasal dari bahasa ammiyah, sedangkan bahasa fusha yakni kata
ّٚاث
/ṣānī/ yang berarti „‟kedua‟‟. Dari kedua akhiran ini memiliki arti yang sama yaitu menunjukkan dhammir اّا /Anā/ yang berarti pelaku dalam lagu tersebut adalah Aku (si penyair).Adapun rima pada bait ke-4 adalah:
دٞجٗ دحٗسٗ دتشج ج٘ٝا
/Ayyuwah jorrobturotugiit/ “Ya, aku sudah menoba berbagai hal dan mengulanginya‟‟
اٞيجس شجرت ِْٞعٗ
/Wasniin bitujrrajulayyā/ „‟dan bertahun tahun telah menyeret kakiku‟‟
ْٚٝساذاٗ
/wātāriinī/ „‟dan aku sadar‟‟
ػلات ٙشَع دعٞض
/dhoyya‟tu „umrī ballāsy/ „‟aku telah menyia nyiakan waktuku‟‟
ػاٖرثغح اٍ ًلاعف
/Fa‟lām mā ḥasabhatasy/ „‟ Pada sesuatu tanpa pertimbangan‟‟
اْٞعت دف٘ؽ لاٗ
/wa lā syhhuftuba‟anayyā/ dan aku tak melihat dengan mataku sendiri”.
Pada bait ke-4 diatas ditemukan semiotik yang mengandung rima. Pada lirik lagu diatas terdapat 2 akhiran yang sama, yakni berakhiran اٝ/ā/ dan ػ /sy/.
Pada akhiran baris ke-17 kata
اٞيجس /
rajulayyā/ yang berarti „‟kakiku‟‟ dan akhiran baris 21 kataاْٞع /
„unyā/ yang berarti „‟mataku‟‟. Keduanya merupakan anggota tubuh dengan akhiran kata اٝ /ā/ yang menunjukkan Dammir muttasil اّا /Anā/ yang berarti pelaku dalam lagu tersebut adalah aku (si penyair).Pada akhiran baris ke-17 kata
ػلات /
ballāsy/ menurut munnawir (1984:103) berarti „‟dengan percuma‟‟ dan pada akhiran baris ke-20 kataػإ/
hāsy/ yang berarti „‟berjalan dengan keras‟‟ (munawwir, 1984:1528). Keduanya memiliki akhiran huruf ػ /sy/.3.2.1.3.1 Tipografi (تعاب ط لا) /at-tibāatun/
Seperti halnya bunyi yang disusun dengan baik, tipografi merupakan unsur visual yang dapat menarik perhatian pembaca puisi. Tipografi yang ditemukan pada lirik lagu
فسآ بنا
/Anā Asef/ yang dinyanyikan oleh Mostafa Atef ini adalah tulisan dengan bentuk penjajaran teks dikeseluruhan lirik lagu yang terdiri dari 4 bait dan 21 baris, dimana memiliki posisi yang diawali sebelah kanan dalam bentuk penjajaran (justify) rata kanan kiri yang baik dan rapi. Hal ini bertujuanuntuk membuat posisi lirik lagu menjadi lebih tersusun rapi dan indah oleh pembaca yang melihatnya. Untuk melihat lirik lagu dapat melihat di bagian lampiran.
3.2.2 Pembacaan Heuristik dan Hermeneutik Pada lagu pada lagu فعآ اّا