• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketinggian Tempat 1.400 – 1.500 mdpl

Dalam dokumen PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN (Halaman 91-99)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Hubungan Sifat Kimia Tanah dengan Ketinggian Tempat di Atas Permukaan Laut Lahan yang Ditanami Kopi Arabika

5.3.3. Ketinggian Tempat 1.400 – 1.500 mdpl

Pada ketinggian 1.400 – 1.500 m dpl, naungan sebagai petak utama memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter diameter kanopi, berat basah dan berat kering biji (Gambar9). Pengaruh tunggal anak-anak petak (pemupukan) berpengaruh nyata terhadap jumlah buah/dompolan (Gambar10).

Pengaruh interaksi yang diketahui menghasilkan pengaruh nyata adalah interaksi Naungan x Pemupukan (NO) dan Pemangkasan x Pemupukan (PO) terhadap parameter jumlah buah/dompolan (Tabel 11). Sedangkan interaksi Pemangkasan x

80 Pemupukan (NPO), dimana menghasilkan pengaruh nyata terhadap semua parameter (Tabel 12).

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kopi Arabika Terhadap Naungan, Pemangkasan dan Pemupukan pada Ketinggian Tempat 1.400 – 1.500 mdpl

Peubah Naungan Pemangkasan Pemupukan Interaksi

(N) (P) (O) NP NO PO NPO

Keterangan: (ns): tidak berbeda nyata pada uji LSD 5%, (*):berbeda nyata pada uji LSD 5%, (**): berbeda sangat nyata pada uji LSD 5%.

Tabel 12. Pengaruh Interaksi Naungan x Pemupukan, Pemangkasan dan Pemupukan Terhadap Jumlah Buah per DompolanTanaman Kopi Arabika pada Ketinggian Tempat 1.400-1.500 mdpl

Kombinasi Jumlah Buah Kombinasi Jumlah Buah

N0O0 38.50a P1O0 13.00b

Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji LSD 5%.

Gambar 9 menggambarkan bahwa pada ketinggian tempat 1.400-1.500 mdpl, naungan menghasilkan pertumbuhan kanopi, pertumbuhan buah dan

pengisian buah yang lebih tinggi dibandingkan pada kondisi tidak ternaungi. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat bahwa intensitas cahaya yang dibutuhkan tanaman kopi pada fase vegetatif lebih tinggi dari pada fase generatif. Pada fase generatif peningkatan naungan dapat menurunkan produktivitas. Hal ini disebabkan pada naungan yang berlebih, asimilasi karbon menjadi lebih rendah sehingga pertumbuhan vegetatif menjadi lebih dominan ketimbang munculnya kuncup bunga (DeMatta, 2004), dan kuncup bunga per cabang yang terbentuk lebih sedikit DeMatta, 2004; Wintgen, 2010).

Naungan pada tanaman kopi berpengaruh terhadap hasil yaitu berat buah basah dan berat buah kering (Gambar 9). Selain itu berdasarkan uji mutu fisik kopi, naungan juga sedikitnya menghasilkan ukuran biji yang berbeda. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Bote dan Struik (2011), dimana kopi Arabika yang menggunakan naungan menghasilkan berat biji lebih besar (148 g/1000 biji) dibanding tanpa naungan (134 g/1000 biji) dan kualitas biji yang lebih baik dibandingkan tanpa naungan.

Hal ini diakibatkan karena pohon naungan dapat mempengaruhi iklim mikro pada tanaman kopi dan bayangan pohon penaung dapat mengurangi suhu sampaidi bawah kisaran yang optimal. Tanaman kopitanpa naungan akan meningkatkan penyerapan karbohidrat dari daun dan batang untuk mempercepat pembentukan buah dan bunga,sehingga mengakibatkan akar dan daunnya rusak (meranggas). Dengan menggunakan naungan dapat mempertahankan hasil panen kopi dalam waktu yang lama.

82 Tabel 13. Pengaruh Interaksi Naungan, Pemangkasan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kopi Arabika pada Ketinggian Tempat 1.400 - 1.500 mdpl

Kombinasi Parameter

JCP DKnp JTd JBh-td BBsh BKrg

N0P1O0 28.00ba 188.3e 7.7bc 4.3b 205.8d 51.4c N0P1O1 31.33a 218.3d 7.0bc 3.0b 250.3c 63.0b N0P1O2 32.67a 191.7de 12.0bc 4.0b 252.2c 62.5b N0P1O3 17.33b 168.3e 3.3b 3.0b 246.3c 65.4b N0P2O0 18.33b 173.3e 2.7a 21.3a 177.8e 50.3c N0P2O1 35.33a 220.0d 6.0b 4.0b 306.3b 73.0ab N0P2O2 26.00ba 206.7d 5.7b 3.7b 286.5b 79.0ab N0P2O3 17.33b 178.3e 6.0b 3.7b 261.8c 66.1b N1P1O0 16.67bc 268.3c 10.3bc 4.3b 363.1b 95.7ab N1P1O1 17.67b 323.3a 5.3b 5.0b 438.1a 104.5a N1P1O2 15.00c 293.3a 19.3c 5.0b 424.4a 95.1ab N1P1O3 18.00b 280.0b 13.3bc 5.3b 380.8a 101.5a N1P2O0 16.33c 303.3a 5.3b 4.7b 370.5a 90.2ab N1P2O1 15.00c 316.7a 11.3bc 4.7b 423.3a 106.1a N1P2O2 16.00c 276.7b 15.7bc 4.3b 329.6b 88.1ab N1P2O3 22.00ba 276.7b 14.3bc 5.7b 315.8b 83.5ab Keterangan: Angka yang diikuti notasi huruf yang berbeda pada kolom yang

sama berbeda nyata pada uji LSD 5%. JCP= jumlah cabang produktif/tanaman; DKnp= diameter kanopi tanaman(cm); JTd=

jumlah dompolan/tanaman; JBh= jumlah buah/dompolan; BBsh=

berat basah buah/tanaman (g); Bkrg= berat kering buah/tanaman (g) (berat kadar air 12%).

Gambar 9. Pengaruh Naungan Terhadap Diameter Batang Kanopi, Berat Basah dan Berat Kering Buah Kopi Arabika, di Kabupaten Humbahas, Provinsi Sumatera Utara

Selain itu, naungan memperlambat pematangan buah kopi dan menghasilkan biji yang lebih besar dengan kualitas kopi yang baik (Muschler,2001). Menurut Prawoto (2008), kopi Robusta dengan naungan lebih banyak menghasilkan biji besar (diameter 7,5 mm) dibandingkan kopi tanpa naungan, sebaliknya kopi tanpa naungan lebih banyak menghasilkan biji kopi berukuran sedang (diameter 6,5-7,6 mm) dan kecil (diameter 5,5-6,5 mm).

Pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik untuk parameter jumlah cabang produktif diperoleh pada N0P2O1 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan pupuk kompos ampas kopi 10 kg/pohon), sebanyak 35,33 cabang. Sedangkan pertumbuhan cabang produktif

84 terendah diperoleh pada N1P1O2 dan N1P2O1 (dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pemberian pupuk kandang10 kg/pohon, dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemberian kompos ampas kopi 10 kg/pohon) sebanyak 15 cabang.

Gambar10. Pengaruh Pemupukan Terhadap Jumlah Buah per DompolanKopi Arabika, di Kabupaten Humbahas Provinsi Sumatera Utara

Pada parameter diameter kanopi, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P2O1 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan pupuk kompos ampas kopi 10 kg/pohon) dengan diameter kanopi 323.3 cm, sedangkan diameter kanopi terkecil pada N0P1O3 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemberian pupuk SP36 dosis 150 g/pohon) sebesar 168,3 cm. Pada pertumbuhan vegetatif, intensitas cahaya yang lebih tinggi menghasilkan pertumbuhan kanopi yang lebih rendah.

Menurut Gardner et al. (1991) intensitas naungan yang rendah menyebabkan

cahaya matahari yang masuk terlalu tinggi sehingga dapat menghambat aktivitas hormon auksin yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terganggu.

Pada parameter jumlah dompolan per pohon, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P1O2 (dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pupuk kandang 10 kg/pohon) 19,3 buah, sedangkan jumlah dompolan paling sedikit pada N0P2O0 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan sistem dan dosis petani) sebanyak 2,7 buah dompolan per pohon.

Pada parameter jumlah buah per dompolan per pohon, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N0P2O0 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan sistem dan dosis petani) dengan jumlah buah 21.3 buah per dompolan, sedangkan jumlah buah paling sedikit pada N0P1O1 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan kompos ampas kopi 10 kg/pohon) sebanyak 3 buah per dompolan per pohon.

Pada parameter berat biji basah, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P1O1 (dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pupuk kompos ampas kopi 10 kg/pohon) dengan berat biji basah 438,1 gr, sedangkan berat biji basah terendah pada N0P2O1 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan sistem dan dosis petani) seberat 177,8 g.

Pada parameter berat biji kering, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P1O2 (dengan naungan, pemangkasan

86 sistem petani dan pupuk kandang 10 kg/pohon) dengan berat biji kering 106,1 g, sedangkan berat biji kering terendah pada N0P2O0 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan sistem dan dosis petani) seberat 50,3 g.

Fenomena produksi kopi dengan pemberian bahan kompos juga dilaporkan menghasilkan produksi yang lebih tinggi oleh Rubiyo,etal. (2005). Penelitian serupa yang dilakukan Erwiyono,et al. (2000), mendapatkan bahwa dari berbagai jenis pupuk organik yang digunakan dengan memberikan pupuk kompos sebanyak 25 liter/pohon/tahun dapat meningkatkan produksi kopi 16-49 persen.

Perlakuan ini telah meningkatkan kandungan bahan organik tanah yang pada akhirnya meningkatkan hasil tanaman kopi.

Pada pemberian kompos, selain menyediakan nutrisi bagi tanaman, juga dapat memperbaiki kondisi fisik tanah. Terutama menjaga keseimbangan alam, menjaga efektifitas dan efisiensi penyerapan unsur hara dalam tanah, meningkatkan pH, dan menambah kemampuan tanah dalam menahan air (Sutanto,2002). Simamora dan Salundik (2006), menjelaskan kompos dapat menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, kompos juga dapat memperbaiki produktivitas tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki aerasi dan drainase, meningkatkan pengikatan antar partikel dan kapasitas mengikat air sehingga dapat mengurangi tercucinya nitrogen terlarut, serta memperbaiki daya olah tanah. Selain itu, kompos berperan menjaga tanah agar unsur hara dalam tanah mudah dimanfaatkan atau diserap tanaman.

5.4. Kualitas Fisik dan Cita Rasa Kopi

Dalam dokumen PROGRAM DOKTOR ILMU PERTANIAN (Halaman 91-99)