HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Hubungan Sifat Kimia Tanah dengan Ketinggian Tempat di Atas Permukaan Laut Lahan yang Ditanami Kopi Arabika
5.3.2. Ketinggian Tempat 1.300 – 1.400 mdpl
Pada ketinggian 1300-1400 m dpl, naungan sebagai petak utama hanya memberikan pengaruh yang nyata terhadap parameter berat kering biji (Gambar 8). Demikian halnya dengan pemangkasan dan pemupukan sebagai anak petak dan anak-anak petak tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap semua parameter (Tabel 9). Pengaruh interaksi yang diketahui menghasilkan pengaruh nyata adalah interaksi Naungan x Pemangkasan x Pemupukan (NPO), dimana menghasilkan pengaruh nyata terhadap semua parameter.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kopi Arabika Terhadap Naungan, Pemangkasan dan Pemupukan pada Ketinggian Tempat 1.300 – 1.400 mdpl
Peubah Naungan Pemangkasan Pemupukan Interaksi
(N) (P) (O) NP NO PO NPO
Diameter
Kanopi Ns Ns Ns ns ns ns **
Jumlah Cabang
Poduktif Ns Ns Ns ns ns ns **
Jumlah
Dompolan Ns Ns Ns ns ns ns **
Jumlah
Buah/Dompolan Ns Ns Ns ns ns ns **
Berat Basah
Buah Ns Ns Ns ns ns ns **
Berat Kering
Buah * Ns Ns ns ns ns **
Keterangan: (ns): tidak berbeda nyata pada LSD 5%, (*): berbeda nyata pada uji LSD 5%, (**): berbeda sangat nyata pada uji LSD 5%.
Serasah yang dihasilkan dari penaung kopi merupakan sumber bahan organik dan sumber karbon bagi kehidupan organisme dalam tanah. Organisme tanah berperan dalam siklus karbon dan unsur hara tanah, memperbaiki struktur dan granulasi tanah serta interaksi jaring makanan (food web). Komunitas organisme tanah berperanan langsung maupun tidak langsung terhadap kesuburan dan produktivitas tanah (Barrios, 2007). Tanah yang baik dan produktif memberikan dukungan bagi peningkatan produktivitas kopi. Menurut Staver,et al (2001), di daerah-daerah berelevasi rendah atau pada daerah zona kering ternyata intensitas penggunaan naungan sebesar 35-60% dapat mengurangi kerontokan daun kopi pada saat musim kering dan dapat mengurangi serangan penyakit yang disebabkan oleh jamur Cercorspora coffeicola dan Planacoccus citri, tetapi
74 pertanaman pada elevasi rendah juga dapat meningkatkan serangan Hemileia vastatrix.
Berdasarkan Gambar8, keberadaan naungan pada pertanaman kopi Arabika dapat berpengaruh terhadap hasil (berat buah). Hasil ini selaras dengan yang disampaikan Bote dan Struik (2011), dimana tanaman kopi Arabika yang menggunakan naungan menghasilkan berat biji lebih besar (148 g/1000 biji) dibanding tanpa naungan (134 g/1000 biji) dan kualitas biji yang lebih baik dibandingkan tanpa naungan. Hasil yang berbeda diperoleh Cerda,etal. (2016), dimana naungan pada tanaman kopi dalam sistem agroforestry di Kosta Rika tidak berpengaruh terhadap produksi kopi. Namun demikian, ditemukan bahwa produksi kopi pada kondisi ternaungi lebih stabil dalam jangka waktu yang lama.
Gambar 8. Berat Biji Kering Kopi Arabika pada Kondisi Ternaungi dan Tidak Ternaungi, di Kabupaten Humbahas, Provinsi Sumatera Utara
Hal ini diakibatkan karena pohon naungan dapat mempengaruhi iklim mikro pada tanaman kopi dan bayangan pohon penaung dapat mengurangi suhu sampai di bawah kisaran yang optimal. Tanaman kopi tanpa naungan akan meningkatkan penyerapan karbohidrat dari daun dan batang untuk mempercepat pembentukan buah dan bunga, sehingga mengakibatkan akar dan daunnya rusak (meranggas).
Menurut Camargo (2010), untuk kopi arabika kisaran suhu udara tahunan rata-rata optimal dari 18 hingga 23 ° C. Di atas 23 ° C, perkembangan dan pematangan buah dipercepat, seringkali menyebabkan penurunan kualitas. Paparan terus menerus pada suhu harian setinggi 30 ° C dapat menghasilkan tidak hanya pertumbuhan yang tertekan tetapi juga pada kelainan seperti menguningnya daun (Damatta dan Ramalho, 2006). Dengan menggunakan naungan dapat mempertahankan hasil panen kopi dalam waktu yang lama. Selain itu, naungan memperlambat pematangan buah kopi dan menghasilkan biji yang lebih besar dengan kualitas kopi yang baik (Muschler, 2001).
76 Tabel 10. Pengaruh Interaksi Naungan, Pemangkasan dan Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kopi Arabika pada Ketinggian Tempat 1.300-1.400 mdpl produktif/tanaman; DKnp= diameter kanopi tanaman (cm); JTd=
jumlah dompolan/tanaman; JBh= jumlah buah/dompolan; BBsh=
berat basah buah/tanaman(g); Bkrg= berat kering buah/tanaman(g) (berat kadar air 12%).
Pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik untuk parameter jumlah cabang produktif diperoleh pada N0P2O0 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dosis petani), sebanyak 22,33 cabang.
Sedangkan pertumbuhan cabang produktif terendah diperoleh pada N1P1O3
(dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pemberian pupuk SP36 150 g/pohon) sebanyak 9 cabang. Hasil ini sesuai dengan sifat pertumbuhan tanaman kopi yang tidak ternaungi yaitu memperbanyak cabang.
Pada parameter diameter kanopi, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P2O2 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemupukan dengan pupuk kandang 10 kg/pohon) dengan diameter kanopi 216.7 cm, sedangkan diameter kanopi terkecil pada N0P2O0 (tanpa naungan, pemangkasan rekomendasi dan pemberian pupuk dengan dosis petani) sebesar 158,3 cm.
Pada parameter jumlah dompolan per pohon, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P2O2 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pupuk kandang 10 kg/pohon) dan N1P1O3 (dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pupuk SP36 150 g/pohon) dengan jumlah dompolan 36,3 dan 35,7 buah, sedangkan jumlah dompolan paling sedikit pada N0P1O2 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan dengan pupuk kandang 10 kg/pohon) sebanyak 8,7 buah dompolan per pohon.
Pada parameter jumlah buah per dompolan per pohon, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P2O3 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pupuk SP36 dosis 150 g/pohon) dengan jumlah buah 70 buah per dompolan, sedangkan jumlah buah paling sedikit pada N0P1O0 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan dengan dosis petani) sebanyak 16,3 buah per dompolan per pohon.
Pada parameter berat biji basah, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P1O0 (dengan naungan, pemangkasan sistem petani dan pupuk dosis petani) dengan berat biji basah 125,2 g, sedangkan
78 berat biji basah terendah pada N0P1O2 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan dengan pupuk kandang 10 kg/pohon) seberat 49,6 g.
Pada parameter berat biji kering, pengaruh interaksi naungan, pemangkasan dan pemupukan terbaik diperoleh pada N1P2O2 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pupuk kandang 10 kg/pohon) dengan berat biji kering 39,1 g, sedangkan berat biji kering terendah pada N0P1O2 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan dengan pupuk kandang 10 kg/pohon) seberat 10,2 g. Demikian juga, jika dilihat dari persentase penyusutan berat dari basah-kering, interaksi terbaik dijumpai pada N1P2O2 (dengan naungan, pemangkasan rekomendasi dan pupuk kandang 10 kg/pohon), dengan penyusutan sebesar 53%.
Nilai penyusutan ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan N0P1O0 (tanpa naungan, pemangkasan sistem petani dan pemupukan dengan dosis petani) dengan berat biji basah 125,2 g dan mengalami penyusutan sebesar 74% (32,5 g) pada berat kering biji.
Hal ini identik dengan proses pertumbuhan vegetatif bahwa terjadinya proses pembungaan dan pembuahan kopi dipengaruhi oleh jumlah dan distribusi cahaya matahari yang dapat diserap tanaman. Pada tanaman kopi dengan intensitas cahaya tinggi akan menyebabkan kehilangan energi lebih besar dibandingkan yang terpakai untuk aktifitas fotosintesis. Berkurangnya hasil fotosintesis juga akan mengurangi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi termasuk pembentukan buah. Cahaya yang masuk di bawah naungan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk proses pembungaan dan pembuahan tanaman kopi.
Intensitas cahaya matahari yang terlalutinggi dan tidak terdistribusi secara merata akan mengganggu proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman menuju proses pembungaan dan pembuahan. Geromel,et al.(2008) mengemukakan bahwa aktifitas sintesasukrosa dan sukrosa-fosfat ternyata lebih tinggi pada tanaman kopi yang mendapat naungan daripada tanpa naungan (cahaya matahari penuh). Efek negatif cahaya matahari yang teramat kuat dapat merusak enzim akibat foto-oksidasi. Hal ini mengganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam mensintesis protein. Mekanisme ini sangat terkait dengan penurunan suhu udara mikro pada pertananaman kopi yang diberikan naungan. Camargo et.al (2008) menyatakan bahwa efek utama dari naungan pada tanaman kopi memberikan adanya penurunan fluktuasi suhu udara sebanyak 2-3 ° C, mengurangi kecepatan angin, dan peningkatan kelembaban relatif udara.
Penurunan kecepatan angin sangat penting untuk mencegah terjadinya gugur bunga.