• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.8 Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar adalah kriteria dan mekanisme penetapan ketuntasan minimal per mata pelajaran yang ditetapkan oleh sekolah. Peserta didik dikatakan tuntas belajar secara individu apabila peserta didik tersebut mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM ditentukan dengan mempertimbangkan kompleksitas kompetensi, sumber daya pendukung dalam menyelenggarakan pembelajaran, dan tingkat kemampuan (intake) rata-rata

peserta didik (Depdiknas, 2006: 12). Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75% (BSNP, 2006: 12). Rata-rata dari skor ketiga indikator tersebutlah yang nantinya menjadi KKM yang digunakan pada penelitian ini. Berikut ini pembahasan satu per satu mengenai ketiga indikator tersebut.

2.1.8.1. Kompleksitas Kompetensi Dasar (KD)

KD jarak pada bangun ruang merupakan materi yang cukup sulit bagi peserta didik. Peserta didik paling tidak membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena kesulitan dan kerumitannya yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya memerlukan pengulangan/latihan. Kondisi berikut dapat menjadi acuan bahwa KD jarak pada bangun ruang memiliki kompleksitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, tingkat kompleksitas yang ditentukan adalah 64.

2.1.8.2. Daya Dukung

SMA Negeri Kerjo adalah sekolah yang mempunyai fasilitas cukup memadai. Sarana dan prasarana di sekolah tersebut, perpustakaan, maupun laboratorium cukup menunjang proses pembelajaran. Kualitas tenaga pengajar juga terbilang baik. Sehingga, daya dukung dari indikator ini dapat dikatakan sedang. Pada penelitian ini, skor daya dukung yang ditentukan adalah 78.

2.1.8.3. Tingkat Kemampuan (Intake) Peserta Didik

Penetapan intake di kelas X pada penelitian ini didasarkan pada rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester Genap peserta didik. Rata-rata nilai Ulangan Tengah Semester peserta didik adalah 68 sehingga kemampuan peserta didik pada

32 materi jarak pada bangun ruang termasuk sedang.

Skala penelitian yang dibuat untuk memudahkan analisis indikator pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Skala Penilaian Indikator KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian

Kompleksitas Tinggi < 65 Sedang 65-79 Rendah 80-100 Daya Dukung 80-100 Tinggi Sedang 65-79 Rendah < 65 Intake Peserta Didik 80-100 Tinggi Sedang 65-79 Rendah < 65

Berdasarkan pada pembahasan mengenai KKM dan mengacu pada Tabel 2.1 sebagai skala penilaian, maka diperoleh hasil yang tertera pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Hasil Penilaian Indikator KKM

Aspek yang dianalisis Kriteria dan Skala Penilaian Kompleksitas Tinggi

64 Daya Dukung Tinggi

80

Intake Peserta Didik Sedang 68

Rata-rata dari ketiga skor indikator tersebut adalah 70,67. Jadi, KKM yang ditentukan pada penelitian ini adalah 71.

2.2 KerangkaBerpikir

Perkembangan ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh banyak bidang keilmuan, salah satunya adalah matematika dan peserta didik memiliki peranan penting dalam pengembangannya. Berdasarkan KTSP tujuan pendidikan di SMA secara umum menekankan pada pemahaman konsep, penggunaan nalar, pembentukan sikap peserta didik serta pengembangan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah memiliki fungsi yang penting dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Siswanto, S.Pd., M.M, salah satu guru matematika kelas X SMA Negeri Kerjo, tingkat kemampuan pemecahan peserta didik belum berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) peserta didik kurang terorganisir dalam diskusi untuk menemukan konsep sehingga permasalahan yang mengacu pada pemecahan masalah tidak sempat diajarkan oleh guru; dan (2) peserta didik kurang berani dalam mengungkapkan pendapatnya dalam berdiskusi kelompok.

Kemampuan pemecahan masalah pada materi jarak dalam dimensi tiga masih tergolong kurang baik. Hal ini berdasarkan hasil analisis Puspendik (2012) yang menyatakan bahwa hasil UN SMA/MA tahun 2012 menunjukkan bahwa daya serap UN pada materi pokok dimensi tiga khususnya jarak dan sudut antara dua objek (titik, garis, dan bidang) tingkat nasional sebesar 63,77%. Sedangkan untuk provinsi Jawa Tengah sebesar 58,09%, dan kabupaten Karanganyar 58,86%. Sedangkan SMA Negeri Kerjo sebesar 38,36%.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah penggunaan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Di antara model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran GI dan CPS.

Model pembelajaran CPS adalah model pembelajaran yang fokus kepada pemecahan masalah. Langkah-langkah model CPS sangat sistematis dari memahami tantangan, dilanjutkan dengan mengeksplorasi data, penemuan masalah, penemuan ide/gagasan, menemukan solusi, dan penerimaan. Melalui tahapan memahami tantangan, mengeksplorasi data, penemuan masalah, peserta

34

didik diharapkan dapat mengetahui maksud dan harapan pada masalah yang diberikan. Kemudian, peserta didik dapat berpikir langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk menemukan solusi dari permasalahan yang diberikan melalui penyampaian pendapat dan diskusi bersama teman sebaya. Dengan diskusi, mereka dapat bertukar pikiran untuk menemukan solusi dari permasalahan. Sehingga, pemikiran peserta didik akan terbuka dan dapat memilih pendapat-pendapat mana yang memungkinkan untuk menyelesaikan permasalahan.

GI merupakan model yang dikembangkan oleh Sharan dimana terdapat pengorganisasian kelas secara umum dimana peserta didik bekerja dalam kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan perencanaan kooperatif dan proyek. Pada model GI peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran dan secara kreatif berusaha menemukan solusi dari permasalahan yang diajukan, saling berinteraksi dengan teman maupun guru, saling bertukar pikiran, sehingga wawasan dan daya pikir mereka berkembang. Hal ini akan banyak membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, sehingga ketika mereka dihadapkan dengan suatu pertanyaan, mereka dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya, tidak hanya dengan cara menghafal tanpa memperdalam dan memperluas pemikirannya.

Pada penelitian ini diambil dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas yang lain sebagai kelas eksperimen 2. Kelas eksperimen 1 mendapatkan pembelajaran dengan model CPS dan kelas eksperimen 2mendapatkan pembelajaran dengan model GI. Selama proses pembelajaran akan dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang berlangsung di

masing-masing kelas, setelah kegiatan pembelajaran dan observasi selesai dilakukan, masing-masing kelas sampel akan diberikan tes.

Berdasarkan tes yang dilakukan akan didapatkan nilai tes masing-masing kelas sampel, kemudian hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik tersebut akan dianalisis untuk diketahui apakah kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik sudah mencapai ketuntasan belajar atau belum dan akan dibandingkan rata-rata nilai tes untuk menentukan manakah yang lebih baik antara kemampuan pemecahan masalah matematika yang menggunakan model pembelajaran CPS dan kemampuan pemecahan masalah matematika yang menggunakan model pembelajaran GI pada materi jarak dalam ruang dimensi tiga.

2.3 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori pada bab 2, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik pada materi jarak dalam ruang dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran CPS mencapai ketuntasan belajar.

(2) Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik pada materi jarak dalam ruang dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran GI mencapai ketuntasan belajar.

(3) Kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik pada materi lingkaran dengan model CPS lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik dengan model pembelajaran GI.

36

BAB 3