• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salah satu unsur penting dalam penyelenggaraan pemerintahan suatu negara adalah keuangan negara. Keuangan negara digunakan untuk tujuan negara yakni mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Pentinglah kiranya untuk memahamkan beberapa pengertian keuangan negara yang beraneka ragam. Hal tersebut dimaksudkan agar tidak timbul kesalahan dalam memahami subtansi yang terkandung dalam keuangan negara.

P. H. Van der Kamp memberikan istilah keuangan negara dalam bahasa Belanda yang dikenal dengan geldmiddelen. Pengertian Geldmiddelen yakni “...all de rechten die een geld swaarde vertegenwoordegen, Zoomede al hetgeen faan

127 Ika Khairunnisa Simanjuntak, “Pengecualian Rahasia Perbankan untuk Kepentingan Perpajakan di Indonesia”, Pena Justisia: Media Komunikasi Dan Kajian Hukum, Vol. 19 No. 1, 2020, h. 6.

128 Rezza Muhammad Sjamsuddin, “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Dalam Bentuk Rahasia Bank”, Lex Privatum, Vol. III No. 4, 2015, h. 35.

gelden goed tenge van die rechten is varkregen...”.129 Karhi S. Nisyar memberikan pengertian dalam arti sempit bahwa keuangan negara adalah semua hak yang dapat dinilai dengan uang begitu juga segala sesuatu (baik berupa uang maupun barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan hak-hak tersebut.130 Berbeda hal dengan menurut Ibnu Syamsi bahwa definisi keuangan negara bukan terbatas pada hak saja akan tetapi semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik uang maupun barang) yang menjadi kekayaan negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.131

Pengertian yang senada juga dinyatakan Bohari dalam bukunya Hukum Anggaran Negara bahwa keuangan negara meliputi hak milik negara atau kekayaan negara, yang terdiri dari hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang apabila hak dan kewajiban itu dilaksanakan.132 Keuangan Negara tidak hanya dimaksud uang negara, tetapi seluruh kekayaan negara, termasuk didalamnya segala bagian harta milik kekayaan itu dan segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya baik kekayaan itu berada dalam pengurusan pada pejabat-pejabat atau lembaga-lembaga yang termasuk pemerintahan umum maupun dalam penguasaan dan pengurusan bank-bank pemerintah, yayasan-yayasan pemerintah, dengan status hukum publik maupun perdata, perusahaan-perusahaan negara dan

129 Bohari, Hukum Anggaran Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, h. 8

130 Karhi S. Nisyar, Aplikasi Akuntansi Pemerintahan di Indonesia, Mandar Maju, Bandung 1998 Lihat juga Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, h.1.

131 Ibnu Syamsi, Dasar-Dasar Kebijaksanaan Keuangan Negara, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. Dikutip dalam Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, h.1.

132 Bohari, Op. Cit., h. 9.

perusahaan-perusahaan dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus dalam penguasaan dan pengurusan pihak lain maupun berdasarkan perjanjian dan penyertaan (partisipasi) pemerintah ataupun penunjukan dari pemerintah.133

Selanjutnya menurut Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri juga memberikan pemahaman yang sama bahwa keuangan negara mempunyai pengertian yang luas yang tidak hanya meliputi semua hak saja, melainkan juga meliputi semua kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut dapat dinilai dengan uang apabila dilaksanakan. Adapun hak-hak negara yang dapat dinilai dengan uang yakni134 penjabaran hak tersebut mulai dari mengenakan pajak kepada warganya, mencetak uang kertas maupun logam, pengadaan alat-alat pembayaran yang sah termasuk tugas pemerintah, sampai dengan mengadakan pinjaman. Sedangkan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang yakni menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban, perbaikan jalan raya, pembangunan waduk, pelabuhan dan pengairan.

Kewajiban membayar atau hak-hak tagihan barang/bangunan yang diterima dengan baik oleh instansi pemerintah.

Pakar lainnya Otto Eckstein135 menyatakan bahwa Keuangan Negara adalah bidang yang mempelajari akibat-akibat dari anggaran belanja negara atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan-tujuan ekonomi yang pokok, pertumbuhan, kemantapan, keadilan, dan efisiensi. Juga dipelajari tentang bagaimana seharusnya andaikan ingin mencapai tujuan-tujuan tertentu, misalnya

133 Bohari, Op. Cit., h.8.

134 Yuswar Zainul Basri dan Mulyadi Subri, Keuangan Negara dan Analisis Kebijakan Utang Luar Negeri, Edisi kedua, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, h. 53.

135 Badan Pemeriksa Keuangan, Keuangan Negara dan Badan Pemeriksa Keuangan, Sekretariat Jenderal Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta, 2000, h.17.

pertumbuhan yang lebih cepat atau distribusi pendapatan yang lebih adil, kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengarah ke tujuan-tujuan itu. Dari pendapat yang dikemukakan Eckstein tersebut dapat diketahui bahwa unsur-unsur keuangan negara meliputi anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat kebijaksanaan dalam bidang ekonomi, dan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan pemerintah pusat dan daerah.

Terminologi keuangan negara dalam pasal 1 angka 1 UUKN menyatakan bahwa “Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”. Pengertian keuangan Negara dalam Pasal 1 angka 1 UUKN memiliki substansi yang dapat ditinjau dalam arti luas maupun dalam arti sempit.

Keuangan negara dalam arti luas meliputi hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk barang milik negara yang tidak tercakup dalam anggaran negara. Sementara itu keuangan negara dalam arti sempit hanya terbatas pada hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk barang milik negara yang tercantum dalam anggaran negara untuk tahun yang bersangkutan.136

Pengertian yang sependapat juga dikemukan oleh Herini Siti Aisyah137 bahwa bukan hanya hak, akan tetapi juga menyangkut kewajiban. hak dan kewajiban di dalam pengertian keuangan negara tersebut itu menyangkut disiplin ilmu hukum, yaitu bahwa negara adalah subyek hukum pendukung hak dan

136 Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, h. 11.

137 Herini Siti Aisyah, Op. Cit., h. 64.

kewajiban hukum. Dengan demikian negara/daerah sebagai subyek hukum melalui statusnya sebagai badan hukum mempunyai kedudukan hukum yang khusus apabila melakukan tindakan hukum, termasuk di dalam melakukan pengelolaan keuangan negara.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam merumuskan pengertian keuangan negara sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Umum UUKN adalah sebagai berikut:

1. Dari sisi objek, yang dimaksud keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2. Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan keuangan negara meliputi seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

3. Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.

4. Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Menurut Muhammad Djafar Saidi, pendekatan sebagaimana tersebut melahirkan tolok ukur untuk menetapkan substansi keuangan negara dalam arti luas. Penetapan keuangan negara dalam arti luas tidak terlepas dari pendekatan normatif. Oleh karena itu, keuangan negara dalam arti luas dalam satu kesatuan tak terpisahkan yang meliputi anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan dan belanja daerah, keuangan negara pada badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah. Sedangkan keuangan negara dalam arti sempit

merupakan bagian keuangan negara dalam arti luas.138 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keuangan negara dalam arti yang luas mengandung substansi tidak terbatas hanya pada anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan keuangan negara dalam arti yang sempit dapat dikatakan hanya tertuju pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang ditetapkan setiap tahun dalam bentuk Undang-Undang.

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, keuangan negara terdiri dari keuangan negara dalam arti luas dan keuangan negara dalam arti sempit. Keuangan negara dalam arti yang luas meliputi APBN, APBD, Unit Usaha Negara, serta seluruh kekayaan negara. Sedangkan kekayaan negara dalam arti sempit meliputi APBN.139 Hal berbeda dikemukan oleh Jimly Asshiddiqie bahwa pengertian kekayaan negara dan keuangan negara. Kekayaan negara merupakan semua hak dan kewajiban yang menyangkut kekayaan milik negara atau dikuasai oleh negara baik yang berupa uang, barang, atau berupa apa saja yang bernilai ekonomis atau dapat dinilai dengan uang, baik yang bersifat nyata dan konkrit atau masih bersifat potensial atau abstrak. Pengertian selanjutnya merupakan semua kekayaan milik negara yang dapat dinilai dengan uang dan memiliki nilai buku atau yang termasuk dalam catatan kekayaan akuntansi negara.140

Keuangan negara hanyalah merupakan sebagian dari pengertian kekayaan negara, sehingga keuangan negara diartikan sebagai kekayaan negara dalam arti

138 Ibid., h. 12-13.

139 Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara, Gramedia, Jakarta, 1986, h. 52.

140 Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, Cet.

II, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2008, h. 819-820.

sempit.141 Segala sesuatu dalam pengertian kekayaan negara menurut Pasal 33 UUD NRI 1945, semua luas tanah dan lautan beserta ikan dan segala kekayaan alam, yang terkandung didalamnya serta luas dan banyaknya jalan dan jembatan di seluruh tanah air dihitung semua dan dicatat sebagai kekayaan negara.

1.6. Metode Penelitian

Dokumen terkait