• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keuntungan APS dalam Menyelesaikan Sengketa Pertanahan

BAB IV : KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN ALTERNATIF

A. Keuntungan APS dalam Menyelesaikan Sengketa Pertanahan

Penyelesaian perselisihan (perkara) perdata yang sederhana, cepat dan murah adalah dambaan semua. Dambaan itu disadari oleh pembentuk undang-undang di Negara Republik Indonesia ini, sebab pada tanggal 17 Desember 1970 itu dinyatakan dalam Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 14 tahun 1970, yang berbunyi sebagai berikut : Dalam perkara perdata Pengadilan membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan. Ketentuan seperti yang tersebut di atas kembali disebutkan dalam Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman.

Namun angan-angan tersebut ternyata sangat sulit untuk diwujudkan dalam kenyataan, bahkan dalam prakteknya pelaksanaan peradilan perda semakin jauh dari angan-angan. Terbukti pada belakangan ini muncul kritikan yang agak sumbang mencoba lembaga peradilan sebagai penyelesai masalah yang menimbulkan masalah (tidak seperti slogan mengatasi masalah tanpa masalah). Kritik tajam terhadap lembaga peradilan dalam menjalankan fungsinya yang dianggap terlampau padat, lamban dan buang waktu, mahal dan kurang tanggap terhadap kepentingan umum

serta dianggap terlampau formalistik dan terlampau teknis. Itu sebabnya masalah peninjauan kembali perbaikan sistem peradilan ke arah yang efektif dan efisien, terjadi dimana-mana. Bahkan muncul kritik yang mengatakan bahwa proses perdata dianggap tidak efisien dan tidak adil.

Apabila kritik terhadap peradilan itu benar adanya, maka diperlukan perbaikan-perbaikan. Namun sangat disayangkan perbaikan yang sangat diharapkan itu tak kunjung datang untuk memberikan nuansa baru terhadap sistem hukum acara perdata terutama untuk masyarakat di Indonesia. Keadaan seperti ini mengharuskan mencari pilihan lain dalam menyelesaikan suatu sengketa. Lembaga lain, seperti Konsultasi, Negosiasi. Konsiliasi dan Arbitrase sebagai pranata APS yang didahulukan berdasarkan Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 perlu dikembangkan dan dimasyarakatkan, karena pada dasarnya tidak ingin bersentuhan dengan konflik, bahkan numpuknya perkara di Badan Peradilan bisa dikurangi, lambat tapi pasti kalau lembaga-lembaga APS tersebut akrab di masyarakat. Salah satu langkah yang diperlukan untuk mengatasi krisis lembaga peradilan adalah pengembangan mekanisme penyelesaian sengketa yang efisien di luar sistem pengadilan yang berlaku.83 Lahirnya mekanisme APS merupakan respon terhadap kekurangmampuan peradilan dalam memberikan keadilan kepada masyarakat secara maksimal.

Peranan APS sebagai sarana penyelesaian sengketa semakin memegang peranan dengan dikeluarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 yang mengatur bahwa sebelum perkara diproses di pengadilan setelah

83

dahulu harus melalui proses mediasi. Bahkan pelaksanaan mediasi itu sendiri sarananya telah disediakan di pengadilan. Dengan demikian semakin jelas bahwa lembaga APS menunjukkan peran yang sangat penting dalam penyelesaian perkara perdata, diharapkan lembaga APS ini untuk tahun-tahun mendatang semakin berkembang dan diminati oleh pencari keadilan. Kehadiran lembaga APS akan sangat bermanfaat bagi penyelesaian sengketa yang terjadi dalam masyarakat. Ia memiliki keunggulan dari sistem litigasi, di antaranya adalah prosedur yang tidak berbelit-belit, memakan waktu yang tidak terlalu lama, karena dalam jalur litigasi tidak jarang kasus perdata ini memakan waktu bertahun-tahun. Bahkan ada yang terjadi saat eksekusi dari putusan, objek yang diperkarakan atau objek eksekusi itu sudah tidak ada lagi karena terlalu lamanya proses yang dilalui dalam jalur persidangan di pengadilan. Kemudian disamping itu juga hemat biaya. Kemudian yang terpenting lagi adalah hasil dari proses APS ini bermuara kepada win-win solution.

Sejumlah keuntungan atau kebaikan penyelesaian sengketa dengan menggunakan APS antara lain sebagai berikut sifat kesukarelaan dalam proses prosedur yang cepat penyelesaian kepada akar persoalan, dan untuk masa yang akan datang artinya yang diperhatikan adalah hubungan baik antara para pihak pada masa depan. Prosedur rahasia, artinya menjamin kerahasian kedua belah pihak. Fleksibelitas yang lebih besar dalam merancang syarat-syarat penyelesaian masalah. Hemat biaya dan waktu. Tinggi kemungkinan untuk melaksanakan keputusan. Kesepakatan-kesepakatan yang baik dari pada sekedar kompromi atau hasil yang diperoleh dan cara penyelesaian kalah atau menang.

Proses litigasi yang menghasilkan keputusan bersifat adversial,84 belum mampu merangkul kepentingan bersama, cenderung menimbulkan masalah baru, lambat dalam penyelesaiannya, biaya mahal, tidak responsif (tidak menanggapi), dan seringkali menimbulkan permusuhan antara pihak yang bersengketa. Sebaliknya, dalam APS, dapat menghasilkan kesepakatan yang win-win solution, dijamin kerahasiaan para pihak, dihindari kelambanan atau kelambatan karena hal prosedural dan administratif, menyelesaikan masalah secara komprehensif (mengandung pengertian yang luas dan menyeluruh) dalam kebersamaan dan tetap menjaga hubungan baik. Karakteristik dari APS adalah :85

1. Privat, sukarela dan konsensual (didasarkan atas kesepakatan para pihak). 2. Kooperatif, tidak agresif/bermusuhan dan tegang.

3. Fleksibel dan tidak formal/kaku. 4. Kreatif.

5. Melibatkan partisipasi aktif para pihak dan sumber daya yang mereka miliki. 6. Bertujuan untuk mempertahankan hubungan baik.

Keuntungan dan kelemahan litigasi yaitu :86 1. Keuntungan litigasi :

a. Proses beracara jelas dan pasti.

b. Putusan menetukan siapa yang benar atau salah menurut hukum. c. Putusan dapat dieksekusi atau dijalankan secara paksa.

84

Rahmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), hlm. 3.

85

Hasil wawancara langsung dengan Bapak M. Ridwan selaku Kepala Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Medan, Hari Selasa, Tanggal 02 Juni 2009.

86

Hasil wawancara langsung dengan Bapak M. Ridwan selaku Kepala Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Medan, Hari Selasa, Tanggal 02 Juni 2009.

2. Kelemahan litigasi :

a. Proses yang berlarut-larut atau lama untuk mendapatkan suatu putusan yang final dan mengikat.

b. Menimbulkan ketegangan atau rasa permusuhan di antara para pihak. c. Kemampuan dan pengetahuan hakim yang terbatas dan bersifat umum. d. Tidak dapat dirahasiakan.

e. Kurang mampu mengakomodasi kepentingan pihak asing. f. Sistem administrasi dan birokrasi peradilan yang lemah.

g. Putusan hakim mungkin tidak dapat diterima oleh salah satu pihak, karena memihak salah satu pihak atau dirasa tidak adil.

Keberadaan mediasi sebagai salah satu bentuk mekanisme APS bukan suatu hal yang asing, karena cara penyelesaian konflik itu merupakan bagian dari norma sosial yang hidup, atau paling tidak pernah hidup dalam masyarakat. Hal ini dapat ditelusuri dari kenyataan bahwa kehidupan masyarakat lebih berorientasi pada keseimbangan dan keharmonisan, yang intinya adalah bahwa semua orang merasa dihormati, dihargai, dan tidak ada yang dikalahkan kepentingannya. Namun, keseimbangan dan keharmonisan itu mengalami erosi (pengikisan) ketika proses modernisasi berlangsung.87 Modernisasi juga memperkenalkan cara penyelesaian konflik yang prosedural, birokratis, dan atas dasar menang-kalah. Konsekuensinya adalah nilai keseimbangan dan keharmonisan mengalami pengaburan dan bahkan cara penyelesaian konflik yang baru ini justru pada sebagian kasus telah meningkatkan intensitas konflik. Dengan kata lain, cara baru yang modern telah semakin membuka kesempatan terjadinya ketidakseimbangan dan ketidakharmonisan.

87

Dalam perjalanan waktu, upaya untuk melembagakan kembali cara penyelesaian sengketa alternatif seperti mediasi, konsiliasi, dan yang lainnya telah dilakukan dengan memasukkannya dalam peraturan perundang-undangan. Khusus mengenai mediasi dianggap salah satu mekanisme APS yang terbaik dibanding sistem dan bentuk APS lainnya.88 Sebab, suatu proses perundingan melalui mediasi dikatakan ideal karena memenuhi 3 (tiga) syarat kepuasan yaitu :89

1. Kepuasan substantif adalah kepuasan yang berhubungan dengan kepuasan khusus dari pihak-pihak yang bersengketa, misalnya terpenuhinya ganti kerugian berupa uang ataupun memberikan kepuasan karena perundingan diselesaikan dengan cepat.

2. Kepuasan prosedural adalah kedua belah pihak diberikan kesempatan yang sama dan bebas mengemukakan pendapatnya. Kesempatan itu dapat pula diwujudkan ke dalam sebuah perjanjian tertulis serta disepakati untuk dilaksanakan.

3. Kepuasan psikologis yaitu apabila masing-masing pihak memiliki tingkat emosi terkendali, saling menghargai, penuh keterbukaan serta dilakukan dengan sikap positif bahwa hubungan masih dapat dipelihara pada masa datang.

Pertimbangan di mana orang cenderung memanfaatkan jasa lembaga mediasi karena 2 (dua) faktor yaitu :

1. Faktor motivasi.

2. Faktor kedudukan mediasi sebagai langkah awal.

Faktor motivasi dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam mediasi yaitu penyelesaian cepat terwujud, biaya murah, bersifat rahasia, prosesnya bersifat fair

88

Rahmadi Usman, Op. Cit., hlm. 37. 89

T.M. Luthfi Yazid, Penyelesaian Sengketa Melalui ADR, dalam Jurnal Hukum Lingkungan, Tahun III Nomor 1 Tahun 1996, hlm. 97.

(adil/seimbang), hubungan kedua belah pihak bersifat kooperatif, tidak emosional, dan sama-sama menang.90

Mediasi sebagai langkah awal tidak menutup kemungkinan untuk mengajukan sengketa di pengadilan. Di samping itu, mediasi juga mempunyai karakteristik dan keuntungan seperti :91

1. Dapat mencapai kesepakatan-kesepakatan secara komprehensif (mengandung pengertian yang luas dan menyeluruh).

2. Sebagai media praktek dan belajar prosedur-prosedur penyelesaian secara kreatif.

3. Mempunyai tingkat pengendalian lebih besar dan hasil yang tidak bisa diduga. 4. Sebagai media pemberdayaan individu.

5. Melestarikan hubungan dengan cara lebih ramah.

6. Menghasilkan keputusan yang tidak bisa dilaksanakan dan 7. Keputusannya berlaku tanpa batas.

Keuntungan lain mediasi antara lain :92

1. Memperbaiki komunikasi antara para pihak yang bersengketa. 2. Membantu melepaskan kemarahan terhadap pihak lawan.

3. Meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan posisi masing-masing pihak.

4. Mengetahui hal-hal atau isu-isu yang tersembunyi yang terkait dengan sengketa yang sebelumnya tidak disadari.

5. Mendapatkan ide yang kreatif untuk menyelesaikan sengketa.

Penyelesaian sengketa non litigasi memiliki karakteristik yang unik yaitu :93 1. Pelaksanaan perundingan bersifat pribadi atau rahasia.

2. Forum dikontrol oleh para pihak.

90

M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan Dan Penyelesaian

Sengketa (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 61-5.

91

C.W. Moore, Prinsip-Prinsip Pokok Dalam Mendesain Sistem Penyelesaian Sengketa

Dalam Pengaduan Masyarakat Dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan (Jakarta : Indonesian Center

For Environmental Law, 1997), hlm. 23-4. 92

Hasil wawancara langsung dengan Bapak M. Ridwan selaku Kepala Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di Kantor Pertanahan Kota Medan, Hari Selasa, Tanggal 02 Juni 2009.

93

Munir Fuady, Arbitrase Nasional : Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis (Bandung Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 35.

3. Tujuannya untuk merefleksikan kepentingan dan prioritas para pihak. 4. Mempertahankan kelanjutan hubungan para pihak.

5. Pelaksanaannya fleksibel dan

6. Putusannya cenderung dijalankan oleh para pihak.

Penyelesaian sengketa secara non litigasi merupakan alternatif penyelesaian yang belum tentu dapat menyelesaikan semua masalah. Meskipun demikian, ada beberapa keuntungan yang dapat diambil apabila penyelesaian ini dilaksanakan yaitu:94

1. Untuk mengurangi kemacetan dan penumpukan perkara di lembaga peradilan. 2. Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat (desentralisasi hukum) atau

memberdayakan pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya. Penyelesaian di luar pengadilan melatih masyarakat menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa keterlibatan hukum Negara. Masyarakat dapat melengkapi atau bahkan mengisi atau mengganti hukum Negara dengan hukum yang mereka ciptakan sendiri.95

3. Untuk memperlancar akses masyarakat memperoleh keadilan.

4. Untuk memberi kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan saling menguntungkan (win-win solution).

5. Penyelesaian perkara lebih cepat dan biaya murah. 6. Bersifat tertutup atau rahasia.

7. Lebih tinggi kemungkinan dilaksanakannya kesepakatan bersama sehingga hubungan pihak-pihak yang bersengketa di masa depan masih dimungkinkan terjalin dengan baik.

8. Mengurangi merebaknya permainan kotor dalam lembaga peradilan, setiap orang yang sedang berperkara seringkali menggunakan berbagai cara untuk menggapai kemenangan.

9. Mampu memenuhi segitiga kepuasan meliputi pihak-pihak yang bersengketa memperoleh kesepakatan sesuai yang diharapkan, tata cara dan mekanisme penyelesaian dilakukan dalam suasana nyaman, damai dan tidak dalam semangat permusuhan, dan masing-masing pihak merasa menjadi bagian dari keseluruhan proses penyelesaian.

94

Adi Sulistyono, Op. Cit., hlm. 157-8. 95

Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir : Catatan Kritis Tentang Pergulatan Manusia

Keuntungan lain dari APS antara lain :96 1. Cepat dan murah.

2. Kontrol para pihak terhadap proses dan hasil. 3. Dapat menyelesaikan sengketa secara tuntas.

4. Meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan dan kemauan para pihak untuk menerimanya.

Dari keuntungan APS yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa keuntungannya adalah prosesnya cepat, dan dapat memuaskan para pihak serta tidak dapat dirugikan.

Dokumen terkait