• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SIGNIFIKANSI DAN RELEVANSI PENAFSIRAN AYAT TENTANG

B. Tawaran Solusi Tafsir Al Ibriz Dalam Menyelesaikan Masalah

2. Kewajiban Orang Lain/Masyarakat

Orang sering kali tidak merasa bahwa mereka mempunyai tanggung jawab sosial, walaupun ia telah memiliki kelebihan harta kekayaan. Karena itu diperlukan adanya penetapan hak dan kewajiban agar tanggung jawab

140

Tri Wahyu Hidayati, Sistem Jaring Pengaman Sosial(The Social Safety Net) Dalam Al- Qur‟an (Kajian Sosio Historis)... hlm. 137-138.

99

keadilan sosial dapat terlaksana dengan baik. Dalam hal ini, al- Qur‘an walaupun menganjurkan sumbangan sukarela dan menekankan keinsafan pribadi, namun dalam beberapa hal Kitab Suci ini menekankan hak dan kewajiban, baik melalui kewajiban zakat, yang merupakan hak delapan kelompok yang ditetapkan (QS Al-Taubah: 60) maupun melalui sedekah wajib yang merupakan hak bagi yang meminta atau yang tidak, namun membutuhkan bantuan, dan melalui denda atas pelanggaran-pelanggaran syariat tertentu yang disebutkan dalam al- Qur‘an.

َِٓفَِو

َ

ََوَِوِنٓاذصيِّىَّّٞقَحًَِِۡٓلََٰنٌَۡأ

َِموُرۡحٍَۡلٱ

َ

١٩

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (QS. Adz Dzariyat: 19)

Pada tafsir al- Ibriz ayat ini ditafsirkan bahwa,

lan ing bondo-bondone ana ketetapan kanggo wong kang anjaluk lan wong mahrum”

Artinya, dan didalam harta-harta itu ada ketetapan untuk orang yang meminta dan orang yang mahrum, maksud dari kata mahrum dijelaskan kembali pada bagian faidah pada penafsiran ini, ―dene kang dimaksud tembung mahrum: iya iku wong melarat kang ora gelem anjaluk-njaluk”

artinya; yang dimaksud kata mahrum ialah orang miskin yang enggan untuk meminta-minta.141

Hak dan kewajiban tersebut mempunyai kekuatan tersendiri, karena keduanya dapat melahirkan "paksaan" kepada yang berkewajiban untuk melaksanakannya. Bukan hanya paksaan dan lubuk hatinya, tetapi juga atas

141

100

dasar bahwa pemerintah dapat tampil memaksakan pelaksanaan kewajiban tersebut untuk diserahkan kepada pemilik haknya. Dalam konteks inilah al- Qur‘an menetapkan kewajiban membantu keluarga oleh rumpun keluarganya, dan kewajiban setiap individu untuk membantu anggota masyarakatnya.142

a. Jaminan Satu Rumpun Keluarga

Boleh jadi karena satu dan lain hal seseorang tidak mampu memperoleh kecukupan untuk kebutuhan pokoknya, maka dalam hal ini al- Qur‘an datang dengan konsep kewajiban memberi nafkah kepada keluarga, atau dengan istilah lain jaminan antar satu rumpun keluarga sehingga setiap keluarga harus saling menjamin dan mencukupi.143

َََيِلَّٱَوذ

َََء

ًََُۚۡسٌَِِ َمِهَٰٓ

َلْوُأَـَ ًُۡسَػٌََْاوُدََٰٓ َجَوَْاوُرَجاََْوَ ُدۡػَبَ ٌَََِْۢأٌَُِا

َْأُلْوُأَو

َِماَحۡرَ ۡلۡٱ

َ

َ ِبَٰ َتِنَ ِفَِ ضۡػَتِةَ َٰلِۡوَ

َأًَُۡٓ ُظۡػَب

ََِۚذللٱ

َ

َ ذنِإ

ََ ذللٱ

َ

ٍَء ۡ َشََ ِّوُسِة

ًََُۢيِيَغ

٧٥

Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS Al- Anfal; 75)

Didalam tafsir al- Ibriz ayat hubungan kerabat ialah orang-orang yang berhak mendapatkan warisan dalam bab waris,

―...wong-wong kang anduweni hubungan kerabat iku, sebagian ono kang luwih hak katimbang wenehe ing bab warisan, tegese hubungan

142

M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat... hlm. 449.

101

kerabat iku ingdalem bab warisan luwih hak katimbang hubungan iman lan hijrah...),144

Dan orang yang memiliki hubungan kerabat lebih berhak daripada orang-orang yang mempunyai hubungan atas dasar iman dan hijrah. Pada penafsiran ayat ini juga ditambahkan tanbih yang isinya adalah bahwa,

―pada ayat 72 dijelaskan bahwa orang yang memiliki hubungan atas dasar hijrah itu lebih kuat daripada pada orang yang memiliki hubungan kerabat, namun pada ayat 75 ini dijelaskan bahwa hubungan kerabat itu lebih kuat dari pada hubungan atas dasar hijrah. Sebab itu ayat 72 lebih dulu turun, yang kemudian di mansukh dengan ayat 75 ini‖.145

Kemudian perintah ini jelaskan kembali dalam surat Al- Isra‘ ayat 26 yang berisi tentang anjuran memberikan hak-hak atas kerabat, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Ayat ini menggaris bawahi adanya hak bagi keluarga yang tidak mampu terhadap yang mampu.

Dalam madzhab Abu Hanifah memberi nafkah kepada anak dan cucu, atau ayah dan datuk merupak Kewajiban walaupun mereka bukan muslim. Para ahli hukum menetapkan bahwa yang dimaksud dengan nafkah mencakup sandang, pangan, papan dan perabotnya, pelayan (bagi yang memerlukannya), mengawinkan anak bila tiba saatnya, serta belanja untuk istri dan siapa saja yang menjadi tanggungannya.146

144

Bisri Musthofa, al-Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al-Qur‟an al- Aziz, Juz 10...hlm. 521.

145Ibid,. 146

M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat... hlm. 450.

102

َۡقِفُِ ِلۡ

َ

َِِّخَػَشٌَََِّ ثَػَشَوُذ

َهۦَ

َُُّكۡزِرَِّۡيَيَغََرِدُكٌََََو

ۥَ

ََُّٰىَحاَءَٓاذٍِمَ ۡقِفُِيۡيَـ

ََُۚذللٱ

َ

َ ُؿِّيَسُيَلََ

َُ ذللٱ

َ

َ ُوَػۡجَيَشََۚآََٰىَحاَءَٓاٌََلَِإَا ًصۡفَجذ

َُ ذللٱ

َ

َاٗ ۡسُۡيَ ۡسُۡغَ َدۡػَب

٧

َ

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS At Thalaq; 7).

“Orang-orang yang mempunyai kelapangan/kemampuan harus menafkahi (perempuan-perempuan yang ditalaq dan perempuan- perempuan yang menyusui(setelah ditalaq) – menurut kadar kemampuan, dan orang-orang yang ditakdirkan sempit rezekinya- kita harus menafkahi menurut kadar kemampuan), Allah SWT tidak membebani seseorang selain menurut kadar kemampuan yang Allah berikan,”147

b. Zakat

Dari sekumpulan ayat-ayat al- Qur‘an dapat disimpulkan bahwa kewajiban zakat dan kewajiban-kewajiban keuangan lainnya, ditetapkan Allah berdasarkan pemilikan-Nya yang mutlak atas segala sesuatu, dan juga berdasarkan istikhlaf (penugasan manusia sebagai khalifah) dan persaudaraan semasyarakat, sebangsa, dan sekemanusiaan. Apa yang berada dalam genggaman tangan seseorang atau sekelompok orang, pada hakikatnya adalah milik Allah. Manusia diwajibkan menyerahkan kadar tertentu dari kekayaannya untuk kepentingan saudara-saudara mereka seperti yang Allah terangkan dalam surat Adz Dzariyat ayat 19.

147

103

َِٓفَِو

ََ

َ

أ

ََوَِوِنٓاذصيِّىَّّٞقَحًَِِۡٓلََٰنٌۡ

َِموُرۡحٍَۡلٱ

َ

١٩

Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.(QS Adz- Dzariyat: 19)

Allah berkata demikian karena, pada dasarnya apa yang membuat orang lain kaya dan berlebih harta bukanlah merupakan hasil dari jerih payah dan upayanya sendiri, melainkan juga melibatkan jerih payah dan usaha orang lain, termasuk orang-orang yang berada dalam kekurangan, seperti contoh; seorang pemilik modal menginginkan hartanya bertambah dengan cara menjalankan bisnis, dalam usahanya menjalankan bisnis ia pasti akan membutuhkan orang lain untuk menjadi rekan bisnisnya (entah sebagai penyokong ataupun klien), sementara seorang klien juga pasti membutuhkan konsumen dari apa yang ditawarkan oleh sang pemilik modal tadi, agar bisnis tetap berjalan dan saling mendapat keuntungan baik bagi produsen, distributor, maupun konsumen. Jika kita letakkan produsen sebagai orang yang sangat kaya, sebab ia yang memiliki modal utama, maka sang distributor merupakan orang yang kaya, dan konsumen adalah orang- orang yang berada dibawah tingkatan kaya(atau disebut berada s/d miskin).

Kalau demikian, wajar jika Allah Swt. sebagai pemilik segala sesuatu, mewajibkan kepada yang berkelebihan agar menyisihkan sebagian harta mereka untuk orang yang memerlukan.

اٍَذجِإ

َ

َُةََٰٔيَلۡٱۡ

َ

اَيۡجُّلِٱ

َ

َلََوًَُۡكَرُٔجَ

ُأًَُۡسِحۡؤُيَْأُلذخَتَوَْأٌُِِۡؤُحَنوَإَََِّۚٞٔۡٓلَوَ ّٞبِػَى

َ ۡسَي

َََٔ

َ ًُۡسَىَٰ َنٌَۡأَ ًُۡسۡي

٣٦

نِإ

َ

َ ۡسَي

َََٔ

َِرۡخُيَوَْأُيَخۡتَتَ ًُۡسِفۡحُيَذَأٍَُُْهۡي

َ ۡج

ًَُۡسََِٰ َغ ۡطَأ

٣٧

104

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya) niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. (QS Muhammad; 36-37)

Dalam tafsir al- Ibriz, kandungan ayat ke 36 ini ialah bahwa,

―sejatinya hidup di alam dunia hanyalah permainan dan berleha- leha/bersantai ataupun (batal dan bujukan) dan bagaimana bisa kehidupan dunia bisa menghalang-halangi kemuliaan kehidupan di akhirat.‖

Kemudian dalam ayat 37,

―jikalau saja Allah SWT ingin mengambil seluruh harta setelah Ia berikan kepada manusia, maka Ia mampu dengan mudahnya mengambil seluruhnya. Namun, Allah tidak berlaku seperti itu. Sebab, jika Allah meminta kepada manusia untuk memberikan seluruh hartanya kepada Allah dan agamanya, maka manusia akan menjadi kikir(sangat pelit), dan sifat kikir akan menimbulkan sifat dengki(akan menimbulkan rasa dengki terhadap agama Islam)‖148

Menurut az- Zuhayli, dalam ayat-ayat Makkiyah maupun Madaniyah, zakat selalu dikaitkan dengan shalat. Ini paling tidak terjadi dalam 82 tempat dalam al- Qur‘an. Hal ini menunjukkan bahwa antara zakat dan shalat adalah saling berkaitan dan sama-sama wajib. Itulah makanya, Ibnu Mas‘ud berkata: ―kalian diperintahkan mendirikan shalat dan membayar zakat, siapa yang tidak membayar zakat berarti tidak ada shalat baginya‖.149

Di Indonesia, perihal zakat fitrah memang sudah berlangsung dengan teratur dan terus berkelanjutan. Namun, untuk zakat perkebunan, zakat penghasilan dan berbagai macam zakat lainnya masih perlu mendapat

148Ibid,

Juz 26. hlm. 1861-1862.

149

Tri Wahyu Hidayati, Sistem Jaring Pengaman Sosial(The Social Safety Net) Dalam Al- Qur‟an (Kajian Sosio Historis)... hlm. 165.

105

perhatian serius. Banyak bagian dari umat Islam Indonesia hanya terfokus untuk menunaikan shalat saja dan perihal zakat dirasa hanya sebagai sunnah, padahal sesungguhnya zakat juga merupakan kewajiban yang harus ditunaikan selain mendirikan shalat.

Apabila seluruh umat Islam lebih memperhatikan kembali perihal perintah zakat ini, mungkin ada harapan besar dari pengelolaan zakat yang baik dan benar untuk menjadi solusi utama dari proses panjang mengentaskan kemiskinan yang terjadi di Indonesia.

Adapun pengelolaan zakat, dalam tafsir al- Ibriz dalam penafsirannya terhadap surat At- Tawbah ayat 60 dijelaskan bahwa; ―ada dua golongan yang berbeda tentang pengelolaan zakat, Pertama, ialah orang-orang yang mengikuti madzhab Imam Syafi‘i, yang beranggapan bahwa harta zakat hanya boleh di tasorrufkan kepada golongan-golongan yang disebutkan oleh al- Qur‘an saja. Dan golongan yang kedua, ialah golongan yang mengikuti tafsir al- Manar yang beranggapan bahwa harta zakat, dalam pengelolaannya boleh di tasorruf-kan untuk pembangunan fasilitas-fasilitas yang berguna bagi ummat, baik berupa tempat ibadah, maupun rumah sakit untuk pengobatan‖.

Kata zakat berakar kata dari huruf za, kaf, dan huruf mu'tal yang berarti tumbuh dan bertambah, dapat juga berarti membersihkan. Ada sebagian memberikan alasan, dengan zakat diharapkan hartanya dapat bertambah dan berkembang. Ada sebagian yang lain beralasan, dengan

106

zakat seseorang dapat membersihkan atau mensucikan harta yang dimilikinya.150

Keterangan di atas menunjukkanbahwa orang yang menunaikan zakat itu untuk membersihkan dan mensucikan harta yang telah dianugerahkan kepadanya dan tidak akan menjadikan miskin bagi orang yang menunaikan zakat itu,namun justru hartanya dapat bertambah dan berkembang dengan izin Allah SWT.

Dalam hal ini, penulis beranggapan bahwa memberikan harta zakat kepada para mustahiq ialah suatu inti dari diadakannya zakat. Namun, dalam pengembangannya harta zakat juga sekiranya tidak diberikan secara langsung, dapat juga diberikan untuk pembangunan fasilitas umum yang dapat berguna untuk umat.

Sebagai contoh, harta zakat yang tidak langsung diberikan kepada

mustahiq, dapat dikembangkan untuk membangun rumah sakit yang bebas biaya bagi para orang-orang miskin yang sakit. Sepertihalnya yang ditulis oleh Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan al- Qur‘an: yang perlu digarisbawahi bahwa dalam pandangan hukum Islam, zakat harta yang diberikan kepada fakir miskin hendaknya dapat memenuhi kebutuhannya selama setahun, bahkan seumur hidup. Menutupi kebutuhan tersebut dapat berupa modal kerja sesuai dengan keahlian dan keterampilan masing masing, yang ditopang oleh peningkatan kualitasnya. Hal lain yang perlu juga dicatat adalah bahwa pakar-pakar hukum Islam menetapkan kebutuhan

150

107

pokok dimaksud mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, seks, pendidikan dan kesehatan.151

c. Infaq

Infaq dapat menjadi salah satu solusi untuk mengentaskan kemiskinan, ini sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

ََنٍُِٔػ ۡػُيَو

َ

ََماَػ ذػىٱ

َ

َِِّّتُحَََٰ َعَل

ۦَ

َاًيِۡشَأَوَاٍٗيِتَيَوَاِٗيِه ۡصِم

٨

Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan.(QS Al- Insan: 8)

Pada ayat ini dijelaskan bahwa memberi makan kepada orang-orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan ialah suatu perbuatan yang sangat baik sehingga akan mendapat ganjaran berupa minuman dari air kafur di surga nanti. Perihal makna dari ―makanan yang disukai‖ dalam beberapa riwayat dijelaskan bahwasanya maksud dari makanan yang disukai ialah makanan yang benar-benar sangat disenangi oleh sang pemberi makan, namun tidak menjadikan dirinya sendiri kelaparan. Namun pada kitab tafsir

al- Ibriz K.H Bisri Mustofa menjelaskan makna dari makanan yang disukai ialah satu-satunya makanan yang sipemberi miliki dan diberikan dengan ikhlas kepada orang miskin/anak yatim/orang yang ditawan, sehingga menjadikan sang pemberi lapar.

Kata infaq berakar dari huruf nun, fa, dan qaf mempunyai dua arti dasar, pertama adalah terputusnya dan hilangnya sesuatu, kedua

151

M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat... hlm. 451.

108

menyembunyikan dan tidak terangnya sesuatu.152 Menurut Al-Raghib al- Ashfahani, kata anfaqa - yunfiqu berarti berlahi habis, binasa atau mati.153 Dengan demiklan kata infaq dapat berarti menghilangkan atau menghabiskan sesuatu, karena orang yang infak adalah seorang yang mendarmakan atau menyumbangkan hartanya berarti harta yang disumbangkan menjadi hilang, atau sembunyi.

Sedangkan kata hubb pada ayat ini berasal dari huruf ha dan ba

bersyaddah yang mempunyai tiga arti dasar, yaitu, pertama berarti keadaan yang perlu dan stabil, kedua biji dari sesuatu yang disenangi, dan ketiga mensifati kependekan.154 Menurut Al-Raghib al-Ashfahani adalah keinginan yang disenangi karena menurut penglihatan dan perkiraan baik.155

Berdasarkan keterangan-keterangan tersebut di atas, menunjukkan bahwa berinfak, secara umum berupa harta benda. Syarat-syarat yang diinfakkan adalah: khair, hubb dan thayyibat, maksudnya adalah bahwa harta benda yang diinfakkan itu harus sesuatu yang disenangi menurut penglihatan dan perasaan, disenangi karena mulia dan baik serta dalam keadaan halal.156

d. Fidyah

Membayar fidyah merupakan kewajiban bagi orang yang wajib berpuasa di bulan suci Ramadhan tetapi tidak berkuasa menjalankan puasa sehingga membayar fidyah itu menjadi salah satu alternatif untuk

152

Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria. Mu‟jam Maqayis al- Lughah. Juz 5... hlm. 454.

153

Al-Raghib al-Ashfahani. Mufradat Alfazh al-Qur'an... hlm. 819.

154

Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria. Mu‟jam Maqayis al- Lughah. Juz 5... hlm. 26.

155

Al-Raghib al-Ashfahani. Mufradat Alfazh al-Qur'an... hlm. 214.

156

109

menganggulangi kemisikinan. Hal ini diwajibkan atas dasar surat Al- Baqarah ayat 184, pada ayat ini dijelaskan tentang pada kondisi apa saja diperbolehkan berbuka atau tidak berpuasa pada bulan ramadhan dan juga pengganti dari puasa tersebut yang harus dilaksanakan.

اٌٗاذيأَ

َ

ٍَماذيأَ ٌََِّّۡٞةذدِػَـَ رَفَشَ ََٰ

َ َعَلَۡوَأَاًظيِرذًٌَُسٌََِِنَكٍَََََذَ تََٰدوُدۡػذٌ

َ

َ َعَلَوَََۚرَخُأ

َََيِلَّٱذ

َ

ََُُُّٔليِػُي

ۥَ

َََُٔٓذَاٗ ۡيَۡخَ َعذٔ َػَتٍََََذَٖۖ يِه ۡصِمَُماَػ َغَّٞثَيۡدِـ

َُذ

لَّّٞ ۡيَۡخ

ََۚۥَ

ًَُۡخُِنَنِإًَُۡسذىَّٞ ۡيَۡخَْأُمٔ ُصَحَنَأَو

ََنٍَُٔيۡػَت

١٨٤

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika mengetahui.(QS Al- Baqarah: 184)

Seseorang diperbolehkan tidak berpuasa apabila dalam keadaan sakit, dalam perjalanan, dan berusia tua. Namun, sebab-sebab diperkenankannya untuk tidak berpuasa tersebut terdapat batasan-batasan sehingga sebab tersebut mampu memenuhi syarat diperkenankannya tidak berpuasa, dan keterangan tentang batasan-batasan tersebut tidak di jelaskan di dalam al- Qur‘an secara merinci, maka dari itu dalam tanbih-nya kitab al- Ibriz

dijelaskan bahwa keterangan-keterangan tersebut hanya akan diperoleh dari kitab-kitab fiqih yang sudah di saring oleh para ulama mujtahidin.

Yang dimaksud orang yang tidak mampu dalam ayat tersebut, menurut Muhammad Rasyid Ridha adalah orang-orang yang mengalami kesulitan yang tidak dapat diatasi seperti: lanjut usia, kelemahan yang dibawa sejak lahir, tugas-tugas berat yang berlangsung terus-menerus,

110

penyakit yang berat yang sulit untuk disembuhkan, dan termasuk dalam kategori ini adalah wanita hamil dan menyusui. Mereka itu diperkenankan untuk tidak melaksanakan puasa daIam bulan Ramadhan dan wajib memberi makan kepada orang miskin.157

Para fuqaha kebanyakan menetapkan bahwa pemberian makanan itu satu mud sehari. Satu mud berarti satu per empat dari harta yang harus dikeluarkan untuk menunaikan zakat fitrah. Hal ini dalam tafsir al- Ibriz

dijelaskan dalam penafsiran surat Al- Mujadilah ayat 4.158

e. Kifarat

Kata kifarat berasal dari bahasa Arab kaffarah yangberakar kata dari huruf kaf, fa dan ra yang berarti menabiri dan menutupi,159 Al- Raghib al- Ashfahani mengartikan dengan perisai atau menutupi,160 sedang Kifarat menurut syara' adalah denda atas pelanggaran dari sebagian perbuatan dosa atau perbuatan yang salah. Adapun beberapa macam kifarat yaitu:

1) Kifarat zhihar, yaitu apabila seseorang mengatakan bahwa isterinya seperti punggung ibunya atau semacam itu. Maka seseorang tersebut tidak boleh menggauli isterinya, kecuali ia memerdekakan hamba, jika tidak menemukannya maka ia harus berpuasa dua bulan berturut-turut, jika tidak mampu maka harus memberi makan sebanyak enam puluh orang miskin dan setiap orang miskin mendapat bagian sejumlah satu

157

Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim, (Beirut: Dar al- Ma'rifah, t.t), Juz 11, hlm. 157-158.

158

Bisri Musthofa, al-Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al-Qur‟an al- Aziz, Juz 2...hlm. 63-64.

159

Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakaria. Mu‟jam Maqayis al- Lughah. Juz 5... hlm. 191.

160

111

mud.161 Keterangan ini dijelaskan dalam tafsir al- Ibriz dalam penafsiran surat Al- Mujadilah ayat 4.

2) Kifarat sumpah, yaitu kifarat karena melanggar sumpah. Dendanya dengan memberi makan dan pakaian kepada sepuluh orang miskin atau memerdekakan budak, jika tidak dapat maka harus berpuasa tiga hari. Hal ini dijelaskan dalam tafsir al- Ibriz dalam penafsiran surat Al- Maidah ayat 89, dalam penafsirannya pula terdapat tambahan berupa tanbih yang berisi keterangan bahwa, bersumpah untuk meninggalkan kebaikan dan atau bersumpah untuk melakukan keburukan, maka sumpah tersebut harus di langgar dan tidak dikenai

kifarat.162

3) Kifarat karena membunuh binatang buruan pada saat ihrom.

Pembunuh tersebut wajib membayar kifarat. Kifarat-nya adalah menyembelih binatang buruan yang setara dengan binatang buruan yang dibunuhnya menurut putusan 2 orang laki-laki yang adil. Menurut Ibnu Abbas dan Abu Ubaidah mereka menghukumi jika sapi liar dan keledai liar maka setara dengan sapi yang di pelihara ataupun diternak dan yang setara dengan kijang ialah kambing/domba, dan dagingnya harus dibagikan kepada orang-orang miskin. Penjelasan ini terdapat pada penafsiran surat Al- Maidah ayat 95 dalam tafsir al- Ibriz.163

f. Pemberian Sebagian Warisan

161

Bisri Musthofa, al-Ibrîz li Ma‟rifat Tafsîr al-Qur‟ân al- Azîz, Juz 28...hlm. 2013-2014.

162Ibid,

juz 7., hlm. 312.

163Ibid,.

112

Pembagian warisan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi pembagian warisan diantara umat ada orang-orang miskin yang hadir, dianjurkan untuk memberi kepada mereka sekedarnya. Dasarnya terdapat pada surat An- Nisa ayat 8:

َْأُلُٔكَو

َ

َاٗـوُرۡػذٌَلََۡٔكًََُۡٓلٗ

٨

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.(QS An- Nisa: 8)

Dalam tafsir al- Ibriz ayat ini ditafsirkan dengan menjelaskan bahwa;

―apabila ada kerabat yang tidak dapat menjadi maris(pewaris), atau anak-anak yatim, atau orang-orang miskin yang ikut hadir dalam waktu pembagian harta waris, orang-orang tersebut dianjurkan untuk diberi sedikit dari harta warisan tersebut dengan sekedarnya sebelum dibagikan, dan berilah penjelasan kepada orang-orang tersebut dengan penjelasan yang baik‖.164

Dokumen terkait