• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV SIGNIFIKANSI DAN RELEVANSI PENAFSIRAN AYAT TENTANG

B. Tawaran Solusi Tafsir Al Ibriz Dalam Menyelesaikan Masalah

1. Kewajiban Setiap Individu

Kerja dan usaha merupakan cara pertama dan utama yang ditekankan oleh Kitab Suci al- Qur‘an, karena hal inilah yang sejalan dengan naluri manusia, sekaligus juga merupakan kehormatan dan harga dirinya.136

Islam tidak menganjurkan umatnya untuk hidup miskin. Bahkan ada ungkapan yang mengecam kefakiran ―kaada al- falrqu an yakuuna kufran‖.

Oleh karena itu nabi sering berdoa ―allahumma inni a‟udzubika min al- kufri wa al- faqri‖(HR Abu Dawud). Allahumma inni a‟udzubika min al- faqri wa al- qillati wa al- dzillati wa a‟udzubika min an azhlima aw uzhlima

(ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari kefakiran, kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung kepada-Mu dari menganiaya dan dianiaya, (HR Ibnu Majah dan al- Hakim).dari do‘a tersebut nampak jelas bahwa fakir bukanlah anjuran. Kalau itu dianjurkan maka Nabi tidak akan berdo‘a untuk memohon perlindungan pada Allah dari kefakiran.137

Dari sini dapat disimpulkan bahwa jalan pertama dan utama yang diajarkan al- Qur‘an untuk pengentasan kemiskinan adalah kerja dan usaha yang diwajibkannya atas setiap individu yang mampu. Oleh karena itu untuk

135

M. Quraish Shihab, Wawasan Al- Qur‟an: Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat... hlm. 448.

136 Ibid,. 137

Tri Wahyu Hidayati, Sistem Jaring Pengaman Sosial(The Social Safety Net) Dalam Al- Qur‟an (Kajian Sosio Historis)... hlm. 128.

95

dapat memenuhi anjuran al- Qur‘an dan sunnah Rasul, maka manusia ditunutut agar dapat menumbuhkan kembali etos kerja, sehinga tidak terjebak dalam kemiskinan (berhenti bergerak).

a. Menumbuhkan Etos Kerja

Untuk menumbuhkan etos kerja pada setiap individu, maka ummat harus kembali kepada al- Qur‘an dengan mengerti dan menghayati maksud dari surat Ar- Ra‘du ayat 11:

ۥُلَّ

َ

َِِّفۡيَخٌَََِۡوَِّۡيَدَيَِ ۡيَبٌََََِّّۢٞجََٰبِّلَػٌُ

ۦَ

ََُُّٔ ُظَفۡ َيَ

ۥَ

َِرۡمَأَ ٌَِۡ

َهِ ذللٱ

َ

َ ذنِإ

ََ ذللٱ

َ

ََداَرَأَٓاَذوَإَِهًِِۡٓصُفَُأِةَاٌََْاوُ ِّيَۡؾُحََٰ ذتََّحٍَمَۡٔلِةَاٌََُِّيَۡؾُحَ َلَ

َُ ذللٱ

َ

َ َلَٗـَاٗءُٓٔشَ مَۡٔلِة

ََُ

لَّذدَرَم

ََۚۥَ

ًٌَََُِّٓلَاٌََو

َُد

ۦُِِّو

َ

َ ٍلاَوٌََِ

١١

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.(QS Ar- Ra‟du: 11)

Bekerja adalah pekerjaan wajib seorang manusia. Kehidupan akan semakin rumit jikalau hanya berdiam ditempat. Karena bekerja merupakan suatu yang di wajibkan oleh Allah, maka bekerja merupakan suatu ibadah bagi setiap individu, sebagai contoh, yakni seorang penjahit menjadikan jarum sebagai tasbih atau tukang kayu menjadikan gergaji sebagai tasbihnya pula. Sebab segala benda yang ada di dunia merupakan bagian dari ayat

kauniyah Allah SWT. Seperti pada penafsiran surat Alam Nasrah ayat 1-4 pada tafsir al- Ibriz disebutkan bahwa,

96

―....nuli yen wes rino, papan kang peteng dadi padang, poro manungso nuli podo bergerak semangat nyambut gawe,...‖138

Maksudnya adalah bahwa jika pagi telah datang, maka bergeraklah untuk bekerja mencari penghidupan dengan semangat. Maka dari itu bekerja ialah suatu perbuatan dunia yang tidak terlepas dari suatu ibadah untuk tetap mengingat Allah dalam setiap apa yang dilakukannya dan bukan merupakan suatu yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT.

Islam sangat menganjurkan manusia untuk bekerja menghidupi dirinya dan keluarganya, Rasulullah SAW bersabda:

Telah menceritakan kepada kami Mu‟allaa bin Asad, telah menceritakan kepada kami Wuhaib dari Hisyam dari bapaknya, dari Az Zubair bin Al- „Awwam radliallahu „anhu, dari Nabi sallallahu „alaihi wasallam bersabda; “sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu, lebih baik baginya dari pada dia meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya”.( HR Bukhori no. 2200).‖

Dalam hadits ini Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana etos kerja itu harus dibangun. Walaupun mencari kayu bakar merupakan hal kecil yang berat serta keuntungan yang didapat itu kecil, tetapi itu lebih baik dan mulia dari pada menjadi peminta-minta. Ini juga berarti apa yang di anggap oleh Allah adalah kemuliaan juga dimata manusia.

Sebuah pekerjaan mengandung tiga aspek diantaranya: memiliki dorongan/motivasi serta tanggung jawab, melakukan dengan sengaja, memiliki arah dan tujuan yang luhur.139

138

Bisri Musthofa, al-Ibriz li Ma‟rifat Tafsir al-Qur‟an al- Aziz, Juz 30...hlm. 2246.

139

97

“Anas bin Malik meriwayatkan bahwa suatu ketika ada seorang pengemis dari kalangan Anshar datang meminta-minta kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya kepada pengemis tersebut, “Apakah kamu mempunyai sesuatu di rumahmu ?”, pengemis itu menjawab, “Tentu, saya mempunyai pakaian yang biasa saya pakai sehari-hari dan sebuah cangkir”, Rasul berkata, “Ambil dan serahkan ke saya !”, lalu pengemis itu menyerahkannya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah menawarkannya kepada para sahabat, “Adakah diantara kalian yang ingin membeli ini ?”, seorang sahabat menyahut, “saya beli dengan satu dirham”, Rasulullah menawarkannya kembali”, adakah diantara kalian yang ingin membayar lebih ?” lalu ada seorang sahabat yang sanggup membelinya dengan dua dirham. Kemudian Rasulullah menyuruh pengemis itu untuk membelikan makanan dengan uang tersebut untuk keluarganya, dan selebihnya, Rasulullah menyuruhnya untuk membeli kapak. Rasulullah bersabda, “carilah kayu sebanyak mungkin dan juallah, selama dua minggu ini aku tidak ingin melihatmu”, sambil melepas kepergiannya, Rasulullah pun memberinya uang untuk ongkos. Setelah dua minggu, pengemis itu datang lagi dan menghadap Rasulullah sambil membawa uang sepuluh dirham hasil penjualan kayu. Lalu Rasulullah menyuruh untuk membeli pakaian dan makanan untuk keluarganya, seraya bersabda; “Hal ini lebih baik bagi kamu, karena meminta-minta hanya akan membuat noda di wajahmu di akhirat nanti. Tidak layak bagi seseorang meminta-minta kecuali dalam tiga hal, fakir miskin yang benar-brenar tidak mempunyai sesuatu, utang yang tidak bisa terbayar, dan penyakit yang membuat seseorang tidak bisa berusaha”.( HR Abu Daud ).”

Apa yang dilakukan Rasulullah ini adalah untuk mendidik umat Islam agar mempunyai semangat bekerja. Dalam penyelesaiannya Nabi Muhammad tidak langsung memberikan bahan makanan. Rasulullah sadar betul jika beliau memberi bahan makanan atau uang, maka selamanya selamanya ia akan menjadi peminta-minta.

Dari perbuatan Rasul yang tidak langsung memberi makanan/uang kepada sang pengemis, tetapi menanyakan apa yang ia miliki untuk selanjutnya dijadikan modal usahanya selanjutnya. Kemudian setelah memiliki modal dari barang yang ia miliki, Rasulullah memerintahkan sang

98

pengemis untuk mencari kayu bakar untuk dijual, agar ia mendapat keuntunga, maka dapat disimpulkan bahwa dalam mengindari kemiskinan, maka selain harus memiliki semangat bekerja, ia harus memahami potensi dirinya sendiri sehingga dapat dijadikan modalnya untuk mencari penghidupan dengan bekerja.

Demikianlah salah satu teladan Rasulullah SAW dalam mengatasi kemiskinan. Rasulullah SAW sangat menghargai sisi-sisi positif untuk berkembang yang dimiliki individu. Jadi, jauh sebelum Adam Smith terkagum-kagum dengan penemuannya sendiri dalam The Wealth of Nation,

yang menjadi asumsi dasar ideologi liberal klasik (cikal bakal kapitalisme saat ini), bahwa manusia adalah aktor/ individu yang memiliki potensi positif untuk berkembang dan berkreasi jika diberi kesempatan dan kebebasan (dalam hal ini modal dan kebebasan berkreasi), Rasulullah telah dengan sadar melakukannya. Namun, berbeda dengan kaum liberal klasik yang cenderung mengabaikan moral dan nilai, jika moral dan nilai itu ternyata menghambat, Raslullah tetap menggunakan prinsip-prinsip nilai dan moral yang bersumber dari al- Qur‘an sebagai pembatas antara yang haq dan yang batil.140

Dokumen terkait