• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas dan Kewenangan Camat dalam Pembuatan Surat Keterangan Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi terhadap Tanah yang Belum

KEWENANGAN CAMAT DALAM PEMBUATAN SURAT KETERANGAN PELEPASAN HAK ATAS TANAH

B. Tugas dan Kewenangan Camat dalam Pembuatan Surat Keterangan Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi terhadap Tanah yang Belum

Bersertifikat

Camat sebagai perangkat daerah yang menerima sebahagian pelimpahan tugas dan wewenang Bupati dan Walikota, maka Camat karena jabatannya juga berkedudukan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yaitu sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Sementara pada daerah-daerah kecamatan yang belum mempunyai Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

Yang dimaksud dengan PPAT Sementara menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemeritah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya

79

untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.

Dalam ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pelimpahan Wewenang Pengangkatan dan Pemberhentian Camat sebagai PPAT ditegaskan :

1. Camat dapat diangkat sebagai PPAT apabila di daerah kerja Camat yang

bersangkutan berada dalam daerah kerja Kabupaten/Kotamadya yang formasi PPAT-nya dinyatakan masih belum tertutup.

2. Melimpahkan wewenang kepada Kepala Kantor Wilayah untuk mengangkat

dan memberhentikan Camat sebagai PPAT.

Setiap PPAT termasuk Camat sebagai PPAT Sementara dan PPAT Khusus berhak dan berwenang untuk membuat akta-akta PPAT yang telah ditentukan untuk itu oleh Undang-undang, yaitu akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun.

Selain itu hak-hak atas tanah yang dapat dialihkan dihadapan Camat dalam kedudukannya selaku PPAT Sementara sebagaimana juga terhadap PPAT pada umumnya adalah hanya terhadap hak-hak atas tanah yang telah mempunyai alas hak atau dengan kata lain tanah yang telah bersertipikat dan masa berlakunya belum habis.

Secara umum mengenai tugas-tugas pokok dan kewenangan dari PPAT adalah sebagaimana yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 2 PP Nomor 37 Tahun 1998 yaitu :

1. PPAT bertugas melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan

memuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran data tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

2. Perbuatan hukum sebagaimana yang dimaksud dalam Ayat (1) adalah

meliputi jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan ke dalam perusahaan

(inbreng), pembagian hak bersama, pemberian hak guna bangunan/hak pakai

atas tanah milik, pemberian hak tanggungan, dan pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.

Kesemua jenis akta-akta sebagaimana tersebut di atas merupakan jenis-jenis akta peralihan hak atas tanah yang dapat dibuat dan ditandatangani serta merupakan kewenangan dari PPAT seuai dengan PP Nomor 37 Tahun 1998, dan selain dari jenis akta tersebut yang ditegaskan dalam ketentuan di atas, maka PPAT tidak berhak untuk membuat dan menandatangani aktanya.

Kenyataan yang terjadi dalam prakteknya banyak akta-akta peralihan hak dan ganti rugi atas tanah yang belum mempunyai alas hak yang jelas atau belum mempunyai sertipikat dan masih merupakan tanah negara yang dialihkan atau

diganti rugikan oleh dan di hadapan Camat, yang biasanya atau secara umum disebut Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi.

Apakah tindakan Camat yang telah menerbitkan dan menandatangani Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi atas tanah negara yang belum mempunyai sertipikat ini merupakan kewenangan Camat dan diperbolehkan Undang-Undang ?

Pada dasarnya tindakan Camat yang telah menerbitkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi atas tanah-tanah negara secara hukum telah melampaui batas kewenangan Camat dalam kedudukannya sebagai PPAT Sementara, dan hal ini tidak boleh dilaksanakan oleh Camat PPAT Sementara, sebab kewenangan tersebut hanyalah dimiliki oleh pejabat umum yang dalam hal ini Notaris.

Tindakan Camat yang telah menerbitkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah Dengan Ganti Rugi atas tanah-tanah negara yang belum mempunyai sertipikat sebagaimana yang terjadi, menurut Camat Lubuk Pakam dari hasil tanya jawab secara tertulis menjelaskan bahwa kewenangan Camat yang menerbitkan dan menandatangani Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi atas tanah-tanah negara yang belum bersertipikat adalah dilakukan oleh

Camat dalam kedudukannya sebagai kepala wilayah kecamatan.80

80

Penjelasan yang sama juga diperoleh dari Camat Pancur Batu, bahwa Camat mengeluarkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Ganti

Rugi bertujuan untuk tertib administrasi di Kantor Camat.81 Namun dalam

kenyataannya, masyarakat sering menganggap Surat Pernyataan Pelepasan Hak Atas Tanah dengan Ganti Rugi sebagai bukti kepemilikan atas tanah, padahal surat tersebut hanya menjelaskan bahwa telah terjadi pelepasan penguasaan hak atas tanah dari satu pihak ke pihak ketiga, yang didalamnya dilengkapi berita acara pengukuran tanah yang dilakukan aparat kelurahan/desa dan surat keterangan situasi letak tanah.82

Dari hasil pengamatan penulis tidak ada satupun peraturan perundang-undangan yang memberikan hak dan kewenangan kepada Camat untuk menerbitkan Surat Pernyataan Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi atas tanah-tanah negara yang belum bersertipikat, sebab tugas dan wewenang Camat selaku kepala wilayah kecamatan adalah untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi negara sebagai perpanjangan tangan penyelesaian tugas-tugas yang dilimpahkan oleh Bupati atau Walikota.

Camat selaku kepala pemerintahan yang mewilayahi suatu kecamatan yang tertentu adalah sebagai pejabat negara yang bertugas menjalankan tugas-tugas administrasi kenegaraan, dan secara hukum Camat sebagai kepala wilayah

81

Hasil Wawancara dengan Bapak S.P. Tambunan, SE, selaku Camat Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang, tanggal 3 Desember 2007.

82

Hasil Wawancara dengan Bapak H. Syafrullah, S.Sos, selaku Camat Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, tanggal 4 Desember 2007.

kecamatan bukanlah sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat dan menandatangani akta peralihan hak atas tanah-tanah negara yang belum bersertipikat.

Satu-satunya pejabat umum yang diberikan hak dan kewenangan oleh peraturan perundang-undangan untuk membuat dan menandatangani akta-akta peralihan dan ganti rugi hak atas tanah-tanah negara yang belum bersertipikat sebagai akta otentik sebagaimana yang ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata adalah Notaris.

Dengan demikian semua pejabat lainnya yang bukan merupakan pejabat umum sebagaimana halnya Camat sebagai pejabat perangkat daerah pada wilayah kecamatan hanya mempunyai hak dan wewenang yang tertentu, artinya wewenang mereka tidak meliputi lebih dari pada pembuatan akta otentik yang secara tegas ditugaskan oleh Undang-Undang.

Adapun alasan masyarakat untuk membuat akta pelepasan hak dengan ganti rugi untuk tanah yang tidak bersertipikat yang dilakukan oleh Camat adalah sebagai berikut :

1. Ada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat bahwa lebih mudah

menyelesaikan masalah jual beli tanah langsung dihadapan Camat dimana letak objeknya berada, dengan biaya pembuatan akta yang lebih murah dibandingkan biaya pembuatan akta otentik yang dibuat dihadapan Notaris.

2. Ada kalanya masyarakat mempunyai kepentingan tersendiri, misalnya para pihak hendak menghindari pembayaran pajak yang wajib dibayar sebelum akta dibuat.

Oleh karena akta yang dibuat Camat bukanlah dalam bentuk akta otentik seperti akta yang dibuat oleh pejabat umum maka akta tersebut termasuk dalam akta di bawah tangan walaupun isi akta tersebut hampir sama dengan isi akta yang dibuat oleh Notaris. Akta di bawah tangan dibuat untuk dapat dijadikan sebagai alat bukti yang dalam pembuatannya tidak berdiri sendiri yaitu harus dihadiri oleh saksi-saksi dan didukung oleh bukti lainnya.

Camat dalam hal ini berperan sebagai pejabat pemerintah berdasarkan jabatannya dapat mengetahui tentang kepemilikan tanah dalam wilayah pemerintahannya, maka Camat dapat menjadi saksi atas dasar jabatannya untuk menguatkan kebenaran isi akta tersebut apabila dikemudian hari terjadi perselisihan sampai pada tingkat pengadilan. Di dalam akta itu sendiri dapat diartikan bahwa Camat mengetahui tentang keberadaan tanah yang hendak diperjual belikan ataupun Camat mengetahui akan pemilik tanah tersebut.

Bagi masyarakat sendiri seperti ada keyakinan bahwa dengan diketahui oleh Camat maka jual beli tanah tersebut lebih sah lagi dalam arti bahwa Camat telah mengetahui bahwa kepemilikan tanah di wilayah kerjanya telah berganti antara penjual sebagai pemilik yang lama dengan pembeli sebagai pemilik baru.

Keabsahan akta yang dibuat oleh Camat sebagai alat bukti yang dikaitkan dengan Hukum Acara Perdata maka akta tersebut akan dinilai dari segi kebenaran formalnya yang berarti apa yang ditulis dalam akta tersebut harus dianggap benar dan adanya keyakinan Hakim bahwa isi akta tersebut adalah benar kecuali ada bukti lain yang dapat melumpuhkan bukti tersebut.

Walaupun tidak adanya kewenangan Camat dalam pembuatan akta peralihan hak atas tanah dengan ganti rugi akan tetapi pada kenyataannya akta yang dibuat oleh Camat tetap dapat dipergunakan oleh pemilik tanah apabila hendak memohon pendaftaran haknya kepada BPN dan BPN sendiri dapat menerima bukti akta Camat tersebut sebagai bukti alas hak.

Didalam proses pembuatan akta peralihan hak atas tanah yang belum bersertipikat yang dilakukan oleh Camat ada sedikit perbedaan dengan akta yang dibuat oleh Notaris. Di dalam akta Camat terdapat pemetaan tanah sampai dengan pengukuran tanah langsung dilakukan oleh pegawai kantor Camat dengan adanya surat tugas pemetaan dan pengukuran. Sedangkan di dalam akta Notaris hal tersebut tidak dilakukan. Karena adanya proses tersebut pembuatan akta yang dibuat oleh Camat tidak dapat langsung diterbitkan pada saat itu juga. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan salah satu tugas pemerintah yaitu untuk pemetaan ulang terhadap bidang tanah di wilayah tersebut.