• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kewenangan Provinsi Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral

Kewenangan Provinsi dalam pengelolaan sektor energi dan sumber daya mineral, secara administrasi pemerintahan, diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah tersebut, kewenangan Provinsi dalam pengelolaan pertambangan dan energi, adalah sebagai berikut yaitu :

1. Sub Urusan Geologi

a. Penetapan zona konservasi air tanah pada cekungan air tanah dalam Daerah provinsi;

b. Penerbitan izin pengeboran, izin penggalian, izin pemakaian, dan izin pengusahaan air tanah dalam Daerah provinsi;

c. Penetapan nilai perolehan air tanah dalam Daerah provinsi

2. Sub Urusan Mineral dan Batubara

a. Penetapan wilayah izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam 1 (satu) Daerah provinsi dan wilayah laut sampai dengan 12 mil;

b. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral logam dan batubara dalam rangka penanaman modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan Daerah yang beradadalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan 12 mil laut;

30 c. Penerbitan izin usaha pertambangan mineral bukan logam dan batuan dalam rangka penanaman

modal dalam negeri pada wilayah izin usaha pertambangan yang berada dalam 1 (satu) Daerah provinsi termasuk wilayah laut sampai dengan12 mil laut;

d. Penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah pertambangan rakyat;

e. Penerbitan izin usaha pertambangan operasi produksi khusus untuk pengolahan dan pemurnian dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang komoditas tambangnya berasal dari 1 (satu) Daerah provinsi yang sama;

f. Penerbitan izin usaha jasa pertambangan dan surat keterangan terdaftar dalam rangka penanaman modal dalam negeri yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi;

g. Penetapan harga patokan mineral bukan logam dan batuan.

3. Sub Urusan Energi Terbarukan

a. Penerbitan izin pemanfaatan langsung panas bumi lintas Daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) Daerah provinsi;

b. Penerbitan surat keterangan terdaftar usaha jasa penunjang yang kegiatan usahanya dalam 1 (satu) Daerah provinsi;

c. Penerbitan izin, pembinaan dan pengawasan usaha niaga bahan bakar nabati (biofuel)sebagai bahan bakar lain dengan kapasitas penyediaan sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) ton per tahun.

4. Sub Urusan Ketenagalistrikan

a. Penerbitan izin usaha penyediaan tenaga listrik non badan usaha milik Negara dan penjualan tenaga listrik serta penyewaan jaringan kepada penyedia tenaga listrik dalam Daerah provinsi;

b. Penerbitan izin operasi yang fasilitas instalasinya dalam Daerah provinsi;

c. Penetapan tarif tenaga listrik untuk konsumen dan penerbitan izin pemanfaatan jaringan untuk telekomunikasi, multimedia, dan informatika dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi;

d. Persetujuan harga jual tenaga listrik dan sewa jaringan tenaga listrik, rencana usaha penyediaan tenaga listrik, penjualan kelebihan tenaga listrik dari pemegang izin yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi;

e. Penerbitan izin usaha jasa penunjang tenaga listrik bagi badan usaha dalam negeri/ mayoritas sahamnya dimiliki oleh penanam modal dalam negeri;

f. Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil dan perdesaan.

31 5. Sub Urusan Minyak dan Gas, untuk sub urusan ini, tidak ada kewenangan yang dimiliki oleh Provinsi.

Namun demikian, dengan merujuk pada Surat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 8193/12/MEM/2014 tanggal 17 Desember 2014 perihal Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG Tabung 3 Kg dan mempertimbangkan kondisi daerah, daya beli masyarakat serta sarana dan fasilitasi penyediaan dan distribusi LPG, maka Kementerian Dalam Negeri, sesuai dengan Surat Edaran Kementerian Dalam Negeri Nomor 541/07/SJ Tanggal 5 Januari 2015 tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG Tabung 3 kg, menetapkan Pemerintah Daerah Provinsi bersama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk :

a. Menetapkan HET LPG Tertentu untuk pengguna LPG tertentu pada titik serah di Sub Penyalur (pangkalan) LPG Tertentu

b. Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), dalam menetapkan HET LPG sebagaimana tersebut pada point 1, dengan mempertimbangkan kenaikan harga BBM, kenaikan UMR, kenaikan harga suku cadang kendaraan, serta hal lainnya, dapat melakukan penyesuaian HET LPG Tabung 3 Kg pada titik serah di sub penyalur (pangkalan).

Selain kewenangan penetapan HET LPG Tertentu sebagaimana tersebut diatas, Pemerintah Daerah Provinsi bersama-sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, melalui dinas teknis terkait, dapat mengusulkan kuota Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG 3 kg, dan produk MIGAS lainnya sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Dalam melaksanakan kewenangan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana tersebut diatas, detail kewenangan Provinsi Banten diatur pula dalam peraturan perundangan-undangan terkait sesuai dengan bidang kewenangannya, yaitu :

Tabel 1.2 Daftar Peraturan Perundangan terkait Kewenangan Sektor ESDM

32 Dengan uraian rinci kedudukan, tugas pokok dan fungsi, struktur organisasi, uraian tugas dari masing-masing unit kerja dalam organisasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten tersebut diatas serta kewenangan yang dimilikinya dapat digambarkan Peta Proses Bisnis sebagai terlihat pada gambar 1.2.

Dalam Peta Proses Bisnis untuk Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten tersebut tergambar bahwa :

1. Proses Utama

a. Pelayanan penyediaan Infrastrukur Energi dan Ketenagalistrikan b. Pelayanan Pengusahaan Ketenagalistrikan

c. Pelayanan Informasi Aspek Kegeologian dan Pengusahaan Air Tanah d. Pelayanan Informasi dan Pengusahaan Pertambangan Mineral dan Batubara

2. Proses Pendukung terkait penataan regulasi, penyediaan sumber data, pembinaan dan pengendalian untuk 4 (empat) proses utama diatas

3. Proses Lainnya terkait Manajemen Berbasis Kinerja, memberikan pelayanan

Sedangkan Output yang menjadi proses utama (core business) dalam Peta Proses Bisnis Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten tersebut adalah sebagai berikut, yaitu :

1. Meningkatnya Rasio Elektrifikasi

2. Meningkatnya Kontribusi EBT dalam Bauran Energi Nasional 3. Terfasilitasinya Kebutuhan Energi Sektor Swasta

4. Terpenuhinya Kebutuhan Informasi Aspek Kegeologian 5. Meningkatnya Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap PDRB 6. Terkendallinya Muka Air Tanah di CAT Kewenangan Provinsi 7. Tercapainya Akuntabilitas Kinerja Perangkat Daerah

Untuk disampaikan bahwa proses penyusunan Peta Proses Bisnis Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten mengacu dan berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2018 tentang Penyusunan Peta Proses Bisnis Instansi Pemerintah

33 Gambar 2.2 Peta Proses Bisnis Dinas ESDM Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten

34 D.4. SUMBER DAYA MANUSIA

Sebagai unsur yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dimilikinya, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten pada saat ini didukung oleh sumberdaya aparatur Pegawai Negeri Sipil yang memiliki latar belakang dari berbagai disiplin ilmu dan jenjang pendidikan formal.

Jumlah Pegawai di lingkungan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Banten tahun 2021 (kondisi 31 Desember 2021) berjumlah 130 orang, terdiri dari 82 orang Aparatur Sipil Negera (ASN) dengan komposisi gender 65 orang laki-laki dan 17 orang perempuan, 4 orang Pegawai tidak tetap, 20 orang Tenaga Teknis Lainnya, 11 orang pengamanan dalam (pamdal), 10 orang Pramubakti/OB dan 3 orang pengemudi.

Untuk Aparatur Sipil Negara, berikut adalah profile dan komposisinya, baik status jabatan (esselonering), jenjang kepangkatan/golongan, maupun status tingkat pendidikannya, sebagaimana terlihat pada tabel 1.3, 1.4 dan 1.5 dibawah ini.

Tabel 1.3. Komposisi Pegawai berdasarkan Jabatan (esselonering)

No Jabatan Eselon Jumlah

1. Kepala Dinas Eselon II/a 1

2. Sekretaris Eselon III/a 1

3. Kepala Bidang Eselon III/a 4

4. Kasubag/Kepala Seksi Eselon IV/a 15

5. Fungsional Tertentu - 4

6. Fungsional Umum - 57

Total 82

Sumber : Subbag. Umum dan Kepegawaian, Sekretaris

Tabel 1.4. Komposisi Pegawai berdasarkan Jenjang Kepangkatan

No Pangkat/Golongan Jumlah

1. Pembina Utama Muda ( IV/c) 1

Sumber : Subbag. Umum dan Kepegawaian, Sekretaris

35

Tabel 1.5. Komposisi Pegawai berdasarkan Tingkatan Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1. Strata 3 (S3) 1

Sumber : Subbag. Umum dan Kepegawaian, Sekretaris

Pemetaan Kompetensi ASN Dinas ESDM berdasarkan kompetensi pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1.6. Komposisi Pegawai berdasarkan kompetensi (pendidikan)

No Esselon Kompetensi Pendidikan

1. Esselon II (1 orang) Geologi/Pertambangan : 1 orang 2. Esselon III (4 orang) Geologi/Pertambangan/Elektro : 3 orang Sosial/Ekonomi/Hukum : 1 orang

Teknik Lainnya : 1 orang

3. Esselon IV (15 orang) Geologi/Pertambangan/Elektro : 7 orang

Teknik Lainnya : 2 orang

Sosial/Ekonomi/Hukum : 6 orang 4. Fungsional Umum (73 orang) Geologi/Pertambangan/Elektro : 18 orang

Teknik Lainnya : 2 orang

Sosial/Ekonomi/Hukum : 19 orang

SLTA : 11 orang

SD/SLTP : 7 orang

5. Fungsional Tertentu (5 orang) Geologi/Elektro : 3 orang

Elektro : 3 orang

Sumber : Subbag. Umum dan Kepegawaian, Sekretaris