• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khasiat Buah Naga

BAB II Tinjauan Pustaka

2.1 Uraian Tumbuhan

2.1.6 Khasiat Buah Naga

Dari beberapa media massa disebutkan bahwa buah naga memiliki khasiat untuk kesehatan manusia, di antaranya ialah sebagai penyeimbang kadar gula darah, pencegah kanker usus, pelindung kesehatan mulut, serta pengurang kolesterol, pencegah pendarahan dan obat keluhan keputihan. Adanya khasiat- khasiat tersebut disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam buahnya yang sangat mendukung kesehatan tubuh manusia.

Buah naga umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai penghilang dahaga. Hal ini disebabkan oleh kandungan airnya sangat tinggi, sekitar 90,20%

dari berat buah. Rasanya cukup manis karena didukung oleh kadar gula yang mencapai 13-18 brix.

Selain dikonsumsi langsung, penyajian buah naga dapat berupa jus, es krim, sari buah, manisan, maupun selai. Dapat saja buah naga ini diolah menjadi beragam bentuk sesuai selera sehingga semakin memasyarakat (Kristanto, 2003).

8 2.2 Buah Naga Merah

Hylocereus polyrhizus yang lebih banyak dikembangkan di cina dan australia ini memiliki buah dengan kulit berwarna merah. Kulitnya terdapat sisik atau jumbai hijau. Rasa buah lebih manis dibandingkan Hylocereus undatus, kadar kemanisan mencapai 13-15 brix. Tanamanya lebih kekar dibanding Hylocereus undatus. Duri pada batang dan cabang berjarak lebih rapat. Tanaman ini tergolong jenis yang sangat rajin berbunga, bahkan cenderung berbunga sepanjang tahun. Sayangnya, tingkat keberhasilan bunga menjadi buah sangat kecil, hanya mencapai 50% sehingga produktivitas buahnya tergolong rendah.

Bahkan jenis ini termasuk jenis tanaman yang buahnya hanya berukuran kecil.

Rata-rata berat buahnya hanya sekitar 400 g. Lokasi penanaman yang ideal pada ketinggian rendah sampai sedang (Kristanto, 2003).

2.3 Buah Naga Putih

Hylocereus undatus yang lebih popular dengan sebutan white pitaya adalah buah naga yang kulitnya berwarna merah dan daging berwarna putih.

Warna merah buah ini sangat kontras dengan warna daging buah. Pada kulit buah terdapat sisik atau jumbai berwarna hijau. Di dalam buah terdapat banyak biji berwarna hitam. Berat buah rata-rata 400-500 g, bahkan ada yang dapat mencapai 650 g. Rasa buahnya masam bercampur manis. Dibanding jenis lainnya, kadar kemanisannya tergolong rendah, sekitar 10-13 brix. Batang tanamannya berwarna hijau tua. Daerah tumbuh yang ideal pada ketinggian kurang dari 400 m dari permukaan laut. Bila penanamannya dilakukan pada ketinggian di atas 400 m dari permukaan laut, produktivitasnya cenderung turun hingga sekitar 25% karena

9

akan lebih banyak bermunculan tunas dibanding bunga. Tanaman ini lebih banyak dikembangkan di negara-negara produsen utama buah naga dibanding jenis lainnya karena buahnya cenderung lebih banyak diekspor (Kristanto, 2003).

2.4 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa oksigen reaktif, secara umum diketahui sebagai senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Adanya elektron yang tidak berpasangan menyebabkan senyawa tersebut sangat reaktif mencari pasangan, dengan cara menyerang dan mengikat elektron molekul yang berada di sekitarnya. Target utama radikal bebas adalah protein, asam lemak tak jenuh, lipoprotein, unsur DNA serta karbohidrat (Winarsi, 2007).

Adanya radikal bebas dalam tubuh menjadi penyebab dari berbagai penyakit kronis dan degeneratif. Radikal bebas dapat di tangkal oleh antioksidan.

Tubuh memiliki mekanisme pertahanan antioksidan (antioxidant defense) dalam bentuk enzim antioksidan dan zat antioksidan untuk menetralisir radikal bebas seperti enzim-enzim peroksidase, katalase, glutation, seringkali masih kurang akibat pengaruh lingkungan dan diet yang buruk (Umayah dan Amrun, 2007;

Silalahi, 2006).

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa pemberi elektron (elektron donor) yang dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Antioksidan berdasarkan sumbernya dapat

10

dibedakan menjadi antioksidan sintetik dan antioksidan alami. Antioksidan sintetik yang lebih populer digunakan adalah BHA (butil hidroksi anisol), BHT (butil hidroksi toluen) dan TBHQ (terbutil hydroquinon). Adanya kekhawatiran terhadap efek samping antioksidan sintetik berupa hepatomegali, mempengaruhi aktivitas enzim di hati serta karsinogenik. Penggunaan bahan antioksidan alami seperti vitamin A, Vitamin C, vitamin E, dan senyawa polifenol lebih sehat dan lebih aman digunakan daripada antioksidan sintesis, menyebabkan antioksidan alami menjadi alternatif yang terpilih sejak tahun 1980 (Pranata, dkk., 2015;

Sayuti dan Yenrina, 2015).

2.6 Metode Pemerangkapan Radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Goldschmidt dan Renn. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) berwarna ungu pekat seperti KMnO4, bersifat tidak larut dalam air. DPPH merupakan singkatan untuk senyawa kimia 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) berupa serbuk berwarna ungu gelap yang terdiri dari molekul radikal bebas yang stabil. DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) mempunyai berat molekul 394,32 dengan rumus bangun C18H12N5O6. Penyimpanannya dalam wadah tertutup baik pada suhu -20 °C (Ionita, 2005;

Molyneux, 2004).

Gambar 2.1 Struktur kimia DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)

11

Metode pemerangkap radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) adalah suatu metode sederhana, cepat dan murah yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang terkandung dalam makanan. Metode ini dapat digunakan untuk sampel yang padat dan bentuk larutan. Prinsipnya adalah elektron ganjil pada molekul DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang tertentu, berwarna ungu. Warna akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang disumbangkan senyawa antioksidan.

Perubahan warna ini berdasarkan reaksi kesetimbangan kimia (Prakash, 2001).

Gambar 2.2 Reaksi antara DPPH dengan atom H dari senyawa antioksidan

2.7 Waktu Pengukuran

Lamanya pengukuran menurut literatur yang direkomendasikan adalah selama 60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi yaitu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 60 menit. Waktu reaksi yang tepat adalah ketika reaksi sudah mencapai kesetimbangan. Kecepatan reaksi dipengaruhi oleh sifat dari aktivitas antioksidan yang terdapat di dalam sampel (Molyneux, 2004; Prakash, 2001; Rosidah, et al., 2008).

12

2.8 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl), karena merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan banyak digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan dari senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH diphenyl-2-picrylhydrazyl) akan menetralkan radikal bebas dari DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan membentuk DPPH tereduksi. Jika semua elektron pada radikal bebas pada DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari ungu menjadi kuning terang.

Perubahan ini dapat diukur sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) akibat adanya zat antioksidan (Winarsi, 2007).

Suatu senyawa menunjukkan efeknya sebagai antioksidan jika dapat menghambat reaksi peroksidasi lipid, yang secara in vitro dapat diketahui dari besarnya IC50 atau Inhibitor Concentration 50. Parameter yang dipakai untuk menunjukkan aktivitas antioksidan adalah harga konsentrasi efisiensi atau Efficient Concentration (EC50) atau Inhibitory Concentration (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat antioksidan yang memberikan persen peredaman sebesar 50%. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah (Molyneux, 2004).

13

Aktivitas antioksidan didasarkan pada besarnya IC50, diklasifikasikan kedalam 4 kelompok yaitu sangat kuat (< 50 μg/ml), kuat (50-100 μg/ml), sedang (101-150 μg/ml) dan lemah (151-200 μg/ml). IC50 juga didefinisikan sebagai bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak (mikrogram/ mililiter) yang mampu menghambat 50% oksidasi. Semakin kecil nilai IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidannya (Winarsi, 2014).

2.9 Pelarut

Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau etanol karena kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji sebagai antioksidan dengan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

2.10 Pengukuran Absorbansi Panjang Gelombang

Panjang gelombang maksimum (λ maks) yang digunakan dalam pengukuran sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang gelombang maksimum untuk DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) antara lain 515-520 nm. Bagaimanapun dalam praktiknya hasil pengukuran yang memberikan peak maksimum itulah panjang gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas (Molyneux, 2004).

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi

14 tertentu (Gandjar dan Rohman, 2008).

Menurut Gandjar dan Rohman (2008), ada beberapa alasan mengapa harus menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu:

1. Pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya juga maksimal karena pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap satuan konsentrasi adalah yang paling besar.

2. Disekitar panjang gelombang maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum lambert-Beer akan terpenuhi.

3. Jika dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali, ketika digunakan panjang gelombang maksimal.

2.11 Spektrofotometer UV- Visible

Metode spektrofotometri ultraviolet dan sinar tampak (visible) telah banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam suatu larutan, gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus kromofor. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang. Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, tetapi intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada (Triyati, 1985).

15

Spektrofotometri pada dasarnya terdiri dari sumber sinar, monokromator, sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat.

Spektrofotometri serapan merupakan metode pengukuran serapan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu yang diserap zat.

Spektrofotometri yang sering digunakan untuk mengukur serapan larutan atau zat yang diperiksa adalah spektrofotometri ultraviolet dengan panjang gelombang antara 200-400 nm dan visibel (cahaya tampak) dengan panjang gelombang antara 400-800 nm (Depkes RI, 1979; Gandjar dan Rohman, 2008).

16 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental.

Penelitian ini meliputi identifikasi bahan tumbuhan, pengumpulan bahan tumbuhan, pembuatan jus buah naga dan pengujian aktivitas antioksidan jus buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (Haw.) Britton & Rose) dan buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose) dengan metode pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) secara spektrofotometri visible. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara pada bulan September 2016 – November 2016.

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat-alat gelas laboratorium, aluminium foil, blender (Philips), neraca analitik (Boeco Germany), vortex, spektrofotometer UV-Visible (Shimadzu UV-1800), gunting, kertas saring, stopwatch, tissue dan pisau.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah buah naga merah dan buah naga putih segar. Bahan-bahan kimia berkualitas pro analisis produksi Sigma: 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH); produksi E-Merck: metanol.

Bahan berkualitas teknis: Air suling.

17 3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan

Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi tumbuhan, pembuatan jus buah naga merah dan jus buah naga putih.

3.3.1 Pengumpulan Bahan Tumbuhan

Metode pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan bahan tumbuhan yang sama dari daerah lain.

Bahan tumbuhan yang digunakan adalah buah naga segar merah (Hylocereus polyrhizus (Haw.) Britton & Rose) dan buah naga segar putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose) yang sudah matang, diperoleh dari Pasar Buah Berastagi, Jalan Jendral Gatot Subroto No. 288 Medan, Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi buah naga merah (Hylocereus polyrhizus (Haw.) Britton &

Rose) dan buah naga putih (Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose) dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Herbarium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumtera Utara.

3.3.3 Pembuatan Jus Buah Naga Merah dan Jus Buah Naga Putih

Pembuatan jus buah naga merah dan jus buah naga putih dilakukan dengan menimbang buah naga 1,2 kg, dibersihkan dengan air mengalir lalu ditiriskan, dikeringkan menggunakan tisu, dipotong menjadi dua bagian, dipisahkan kulit dengan daging buahnya, dipotong kecil-kecil, lalu dihaluskan dengan blender, sampel yang telah dihaluskan dipisahkan dari biji-bijinya dengan cara disaring menggunakan kertas saring, sehingga diperoleh jus buah naga merah dan jus buah naga putih.

18

3.4 Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (1,1 Diphenyl-2-picrylhydrazyl) 3.4.1 Prinsip Metode DPPH (1,1 Diphenyl-2-picrylhydrazyl)

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang mampu meredam radikal bebas 50%) sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel (Molyneux, 2004).

3.4.2 Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM

Timbang 20 mg DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) kemudian di masukkan kedalam labu tentukur 100 ml, dilarutkan dengan metanol dan di cukupkan volumenya dengan metanol hingga garis tanda, maka diperoleh larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 μg/ml). Larutan DPPH 0,5 mM dipipet sebanyak 5 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml, lalu dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda, maka diperoleh larutan blanko DPPH (konsentrasi 40 μg/ml).

3.4.3 Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Larutan DPPH konsentrasi 40 μg/ml diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm yang merupakan panjang gelombang sinar tampak.

3.4.4 Pengukuran Waktu Kerja (Operating time)

Larutan DPPH konsentrasi 40 μg/ml dihomogenkan dan diukur absorbansi larutan pada panjang gelombang 516 nm selama 80 menit diamati waktu larutan tersebut mulai menghasilkan absorbansi yang stabil yang akan digunakan sebagai operating time.

19

3.4.5 Pembuatan Larutan Induk Jus Buah Naga Merah (JBNM) dan Jus Buah Naga Putih (JBNP)

Ditimbang sebanyak 25 mg jus buah naga merah dan jus buah naga putih, dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dilarutkan dengan air lalu volumenya dicukupkan dengan air sampai garis tanda (konsentrasi 1000 μg/ml).

3.4.6 Pembuatan Larutan Uji Jus Buah Naga Merah (JBNM) dan Jus Buah Naga Putih (JBNP)

Larutan induk dipipet sebanyak 1,25 ml; 2,5 ml; 3,75 ml; dan 5 ml kemudian dimasukkan masing-masing ke dalam labu tentukur 25 ml dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (untuk mendapatkan konsentrasi 50 μg/ml, 100 μg/ml, 150 μg/ml, dan 200 μg/ml), jus buah naga merah (JBNM) dan jus buah naga putih (JBNP) dengan berbagai konsentrasi masing-masing dipipet sebanyak 0,5 ml dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 5 ml larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) konsentrasi 40 μg/ml, dihomogenkan dengan vortex, sebagai kontrol digunakan larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) tanpa penambahan larutan uji, didiamkan larutan ditempat gelap selama 60 menit lalu diukur serapannya dengan alat spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 516 nm.

3.4.7 Analisis Persen Pemerangkapan Radikal Bebas

Penentuan persen pemerangkapan radikal bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Aktivitas pemerangkapan radikal bebas (%) = x 100%

kontrol

Keterangan: Akontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel Asampel = Absorbansi sampel (Rosidah et al., 2008).

20 3.4.8 Analisis Nilai IC50

Perhitungan yang digunakan dalam penentuan aktivitas pemerangkapan radikal bebas adalah nilai IC50 (Inhibitory Concentration), nilai tersebut menggambarkan besarnya konsentrasi senyawa uji yang dapat memerangkap radikal bebas sebesar 50% (Molyneux, 2004).

Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi dengan konsentrasi sampel (μg/ml) sebagai absis (sumbu x) dan nilai % pemerangkapan (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu y). Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 < 50 μg/ml, kuat (50-100) μg/ml, sedang (100-150) μg/ml, dan lemah (151-200) μg/ml (Winarsi, 2014).

21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Hasil identifikasi buah naga yang dilakukan di Herbarium Medanense, Laboratorium Herbarium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumtera Utara, menunjukkan bahwa tumbuhan yang diteliti adalah Hylocereus polyrhizus (Haw.) Britton & Rose dan Hylocereus undatus (Haw.) Britton & Rose. Hasil pemeriksaan identifikasi tumbuhan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 32-33.

4.2 Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan

4.2.1 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH ( 1,1– diphenyl -2- picrylhydrazyl) 40 μg/ml dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer Visibel. Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1 Kurva Serapan Maksimum Larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) 40 μg/ml Dalam Metanol Menggunakan Spektrofotometer UV-Visible

22

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) 40 μg/ml dalam metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm. Panjang gelombang 516 nm, termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar tampak 400-800 nm, serta termasuk dalam rentang panjang gelombang DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang berkisar antara 515-520 nm (Gandjar dan Rohman, 2008; Molyneux, 2004).

4.2.2 Hasil Analisis Waktu Pengukuran (operating time)

Waktu stabil

Gambar 4.2 Hasil Grafik Analisis Waktu Pengukuran (operating time).

Waktu kerja bertujuan untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.

Ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan (Gandjar dan Rohman, 2007). Hasil analisis pengukuran waktu kerja (operating time) dengan menggunakan larutan DPPH 0,5 mM dalam metanol dengan konsentrasi 40 μg/ml diukur selama 80 menit, sudah menunjukkan kestabilan pada menit ke 60 sampai dengan menit ke 63. Lama pengukuran metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) menurut beberapa

23

literatur yang direkomendasikan adalah selama 60 menit, tetapi dalam beberapa penelitian waktu yang digunakan sangat bervariasi dari 1 menit hingga 240 menit (Marinova dan Batchvarov, 2011). Hasil analisis waktu pengukuran (operating time) dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 36-37.

4.2.3 Hasil Analisis Aktivitas Antioksidan Jus Buah Naga Merah (JBNM) dan jus Buah Naga Putih (JBNP)

Pada hasil analisis aktivitas antioksidan masing-masing konsentrasi larutan uji jus buah naga merah dan jus buah naga putih terlihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sebanding dengan peningkatan konsentrasi masing-masing jus buah naga merah dan jus buah naga putih.

Penurunan absorbansi DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dan persen pemerangkapan dengan penambahan masing-masing jus buah naga merah dan jus buah naga putih dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Penurunan absorbansi dan persen pemerangkapan DPPH oleh masing masing jus buah naga merah (JBNM) dan jus buah naga putih (JBNP).

Penurunan nilai absorbansi menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan. Penurunan nilai absorbansi terjadi karena jus buah naga merah dan

24

jus buah naga putih mampu menetralisir DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dengan memberikan elektron kepada DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sehingga atom dengan elektron yang tidak berpasangan mendapat pasangan elektron dan tidak lagi menjadi radikal (Silalahi, 2006).

Penangkap radikal bebas menyebabkan elektron menjadi berpasangan yang kemudian menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang diambil. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah.

Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap konsentrasi penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh berkurangnya ikatan rangkap yang terkonjugasi pada DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). Hal ini dapat terjadi apabila adanya penangkapan satu elektron oleh zat antioksidan, menyebabkan tidak adanya kesempatan elektron tersebut untuk beresonansi. Peredaman warna DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) terjadi disebabkan oleh adanya senyawa yang bisa memberikan radikal hidrogen kepada radikal DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sehingga direduksi menjadi DPPH-H (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazin) (Sayuti dan Yenrina, 2015).

Pada metode ini absorbansi yang diukur adalah absorbansi larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang tidak bereaksi dengan senyawa antioksidan, secara teoritis panjang gelombang maksimum untuk larutan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) dalam metanol adalah 515-517 nm. Untuk membuktikan bahwa absorbansi yang terukur adalah sisa DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) maka dilakukan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel tanpa DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) sehingga disimpulkan bahwa absorbansi yang

25

terukur adalah sisa DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) yang tidak ditangkap oleh senyawa uji (Salamah dan Widyasari, 2015).

Contoh perhitungan persen pemerangkapan dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 39-52. Hubungan antara konsentrasi dengan persen pemerangkapan radikal bebas DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) oleh masing-masing jus buah naga merah dan jus buah naga putih dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antioksidan JBNM

Gambar 4.4 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antioksidan JBNP

26

Hasil analisis persamaan regresi linier dan hasil analisis nilai IC50 (μg/ml) yang diperoleh dari larutan uji JBNM dan JBNP dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:

Tabel 4.2 Hasil persamaan regresi linier dan hasil analisis IC50 (μg/ml) yang diperoleh dari jus buah naga merah (JBNM) dan jus buah naga putih (JBNP)

Hasil perbandingan analisis IC50 (μg/ml) pada larutan uji JBNM dan JBNP dapat dilihat pada Gambar 4.5 dibawah ini:

Gambar 4.5 Grafik Hasil Analisis IC50 (μg/ml)

Dari Tabel 4.2 menunjukkan aktivitas antioksidan larutan uji jus buah naga merah (JBNM) memiliki IC50 sebesar 128,3764 μg/ml dan termasuk dalam kategori sedang sedangkan jus buah naga putih (JBNP) memiliki IC50 sebesar 94,7983 μg/ml dan termasuk dalam kategori kuat. Aktivitas antioksidan diperoleh berbeda karena kandungan gizi pada masing-masing buah naga yaitu vitamin C.

27

Perbedaannya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3 Kandungan Gizi Buah Naga

Kandungan Per 100 gram Daging Buah

Hylocereus polyrhizus (Buah Naga Merah)

Hylocereus undatus (Buah Naga Putih)

Air (g) 82,5-83,00 89,40

Rhiboflavin (mg) Sangat sedikit -

Niasin (mg) 1,29-1,20 0,20

Vitamin C (mg) 8,00-9,00 25,00

Tingkat kemanisan (brix) 13,00-15,00 10,00-13.00

Nilai pH Tidak diketahui 4,70-5,10

Sumber: Warisno dan Dahana, 2010.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Umayah dan Amrun (2007), yaitu uji aktivitas antioksidan buah naga putih ekstrak metanol diperoleh IC50 sebesar 2,98

% dan pada ekstrak air 1,80 %, sedangkan pada penelitian yang dilakukan Nur Khaidah Siregar (2012), yaitu uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol buah naga putih diperoleh IC50 sebesar 975,501 μg/ml dan sari buah naga putih sebesar 4751,427 μg/ml.

Tabel 4.4 Kategori nilai IC50 sebagai antioksidan

No. Kategori Konsentrasi (μg/ml)

1. Sangat kuat ≤50

2. Kuat 50 – 100

3. Sedang 101 – 150

4. Lemah 151 – 200

Sumber: Winarsi, 2014.

28 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan:

a. Jus buah naga merah dan jus buah naga putih memiliki aktivitas antioksidan.

b. Kategori aktivitas antioksidan jus buah naga merah termasuk kategori yang sedang dengan IC50 sebesar 128,3764 μg/ml dan jus buah naga putih termasuk kategori kuat dengan IC50 sebesar 94,7983 μg/ml

5.2 Saran

a. Disarankan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi jus buah naga sebagai minuman sumber antioksidan.

b. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan pengujian aktivitas antioksidan dari buah lain dan metode selain metode pemerangkapan DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).

29

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Buah Naga. http://buahnaga.us/. Tanggal Akses: 20 Desember 2010.

Cahyono, B. (2009). Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta: Pustaka Mina.

Halaman 14-16, 22-32, 35-45.

Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33.

Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2008). Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Ketiga.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 222, 254-255.

Gunasena, H.P.M., dan Pushpakumara, D.K.N.G. (2006). Dragon Fruit (Hylocereus undatus Haw. Britton and Rose). Halaman 118. Diakses:

http://www.worldagroforestry.org.

Ionita, P. (2005). Is DPPH Stable Free Radical a Good Scavenger for Oxygen Active Species?. Bucharest. Chemical Paper. 59(1): 11-16.

Kristanto, D. (2003). Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Cetakan Pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 10-15.

Marinova, G. dan V. Batchvarov. (2011). Evaluation of the Methods for Determination of the Free Radical Scavenging Activity by DPPH.

Marinova, G. dan V. Batchvarov. (2011). Evaluation of the Methods for Determination of the Free Radical Scavenging Activity by DPPH.

Dokumen terkait