• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting ketahanan pangan yaitu (a) ketersediaan pangan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dari sisi jumlah, mutu dan keamanannya, (b) distribusi pangan adalah pasokan pangan yang

rumah tangga, dan (c) konsumsi pangan adalah setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya.

Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2006 hingga 2010 seperti dalam tabel T-II.5. Ketersediaan bahan pangan tersebut belum memperhitungkan kebutuhan industri, ekspor dan impor. Ketersediaan beras cukup memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Pacitan yang rata-rata mengkonsumsi beras 109,22 kg/kap/thn atau 299 gr/kap/hari. Secara umum ketersediaan ubi jalar, kedelai, kacang tanah, telur, daging dan ikan masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk Pacitan.

Ketersediaan bahan pangan harus terus ditingkatkan mengingat pertumbuhan penduduk yang meningkat akan berdampak pada kebutuhan pangan yang semakin besar. Apabila ketersediaan pangan tetap seperti pada tahun 2010, maka akan terjadi kekurangan pangan yang cukup besar. Maka peningkatan produksi dalam daerah hendaknya dipacu. Sedangkan ketersediaan beberapa jenis komoditas yang surplus seperti beras, jagung dan ubi kayu hendaknya ditingkatkan dan dapat diarahkan ke arah agribisnis atau pengolahan hasil.

Pada tabel T-II.6 menunjukkan skor pola pangan harapan kabupaten Pacitan pada tahun 2010 sebesar 79,7. Angka ini belum mencerminkan kondisi konsumsi pangan penduduk yang beragam, bergizi dan berimbang. Konsumsi karbohidrat yang berasal dari beras masih cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi yang ideal yang diharapkan dapat tercapai hingga tahun 2015. Konsumsi beras harus diturunkan menjadi 87,24 kg/kap/thn atau 239 gr/kap/hari dalam waktu lima tahun. Sedangkan konsumsi pangan hewani harus dinaikkan. Tentunya hal ini diimbangi dengan ketersediaan yang cukup di dalam daerah dan terjangkau oleh masyarakat. Konsumsi energi rata-rata sebesar 2.659 melebihi standar ideal 2.000 kkal/kap/hari (33 % lebih tinggi dari standar ideal).

Permasalahan rawan pangan dan kurang gizi umumnya terjadi pada keluarga miskin atau pra sejahtera. Ketersediaan bahan pangan di rumah

tangga belum optimal dan belum memenuhi konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman. Faktor penyebabnya adalah keterbatasan pendapatan keluarga sehingga menyebabkan terbatasnya akses terhadap bahan pangan. Kelompok masyarakat ini rentan terhadap rawan pangan dan gizi.

Masalah tersebut akan lebih serius bila anggota rumah tangganya terdapat balita, ibu hamil ( bumil ), dan ibu menyusui ( busui ) serta anak-anak usia sekolah dasar. Keterbatasan konsumsi pangan dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan kalori dan energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan janin, balita maupun anak-anak. Dalam jangka panjang hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mentalnya.

Kecenderungan peningkatan harga pangan akhir-akhir ini dapat menimbulkan gangguan kecukupan pangan dan gizi. Kelompok masyarakat dengan penghasilan yang terbatas pada umumnya akan mengurangi belanja bahan pangan, terutama daging, telur, dan buah. Kondisi harga bahan yang tinggi dan tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan dapat mendorong timbulnya kejadian rawan gizi atau bahkan rawan pangan.

Pada tahun 2010 harga bahan pangan strategis cukup berfluktuasi dan cenderung lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya Rata-rata harga beras tahun 2009 Rp. 4.822,- meningkat menjadi Rp. 5.778,-. Rata-rata harga kedelai tahun 2009 Rp. 7.005,- meningkat menjadi Rp. 7.134,-. Sedangkan harga cabe tahun 2009 Rp. 11.892,- meningkat cukup tajam menjadi Rp. 22.910,-.

Gambar G-II.2

Gambar G-II.3

Harga Kedelai Pada Tahun 2009 dan 2010

Gambar G-II.4

Harga Cabe Rawit Pada Tahun 2009 dan 2010

Kondisi keamanan pangan segar dan olahan di tingkat produsen, penjual

dan yang dikonsumsi harus diwaspadai, terutama penggunaan bahan

tambahan berbahaya yang bukan untuk makanan atau penggunaan melebihi dosis, baik pewarna, pemanis, maupun pengawet. Agar produsen dapat menghasilkan produk pangan dengan harga murah, maka mereka cenderung menggunakan bahan tambahan yang tidak direkomendasikan untuk pangan. Hal ini masih sering dijumpai terutama pada makanan jajanan anak-anak baik yang dijual di warung sekolah maupun pasar umum.

Tabel T-II.5

Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Pacitan Tahun 2006-2010

No Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010

Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/-1 Beras 84.622 52.058 32.563 84.214 52.001 32.212 84.507 52.389 32.118 89.007 52.556 36.451 96.710 52.708 44.002 2 Jagung 86.455 3.553 82.901 90.729 3.549 87.179 123.980 3.576 120.404 106.984 3.587 103.397 108.761 3.598 105.163 3 Ubi jalar 1.038 111 927 638 111 527 1.052 112 940 656 1.192 -536 704 1.195 -491 4 Ubi kayu 498.038 6.599 491.439 529.919 6.592 523.327 578.523 6.641 571.882 540.808 6.662 534.146 434.975 6.681 428.294 5 Gulamerah 10.850 171 10.679 10.860 171 10.689 10.871 172 10.699 11.063 172 10.891 11.163 173 10.990 6 Kacangtanah 12.087 386 11.701 10.049 386 9.664 11.548 389 11.159 10.507 390 10.117 8.720 391 8.329 7 Kedelai 4.540 5.810 -1.270 4.229 5.804 -1.575 4.715 5.847 -1.132 5.154 5.866 -712 3.160 5.883 -2.723 8 Daging 1.609 2.687 -1.078 1.584 2.684 -1.101 1.706 2.704 -999 1.756 2.713 -957 1.905 2.721 -816 9 Telur 327 2.991 -2.664 320 2.987 -2.667 350 3.010 -2.660 354 3.019 -2.665 287 3.028 -2.741 10 Ikan 1.920 7.846 -5.926 2.979 7.837 -4.859 3.252 7.896 -4.644 3.932 7.921 -3.989 4.828 7.944 -3.116 Keterangan :

- Ketersediaan dihitung berdasarkan produksi, belum memperhitungkan kebutuhan industri, ekspor dan impor.

Tabel T-II.6

Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan Berdasarkan NBM Kabupaten Pacitan Tahun 2010

No Kelompok Bahan Standar *) 2010 2015

Pangan Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH

1 Padi-padian 275 1.000 50 25 459 1.661 76 25,0 275 1.000 50 25

2 Umbi-umbian 100 120 6 2,5 101 132 6 2,5 90 120 6 2,5

3 Pangan hewani 150 240 12 24 41 48 2 4,3 140 240 12 22

4 Lemak dan minyak 20 200 10 5 33 292 13 5,0 25 200 10 5

5 Buah/biji berminyak 10 60 3 1 10 19 1 0,4 10 60 3 1

6 Kacang-kacangan 35 100 5 10 31 130 6 10 35 100 5 9,8

7 Gula 30 100 5 2,5 58 213 10 2,5 30 100 5 2,5

8 Sayur dan buah 250 120 6 30 294 164 8 30 230 120 6 27,2

9 Lainnya 0 60 3 0 0 0 0 0 15 60 3 0

Tabel T-II.7

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2006 - 2010

Uraian Anggaran pada tahun ke-(Rp) anggaran pada tahun ke- (Rp)Realisasi Persentase antara realisasi dananggaran tahun ke- (%) Pertumbuhan (Rp)Rata-rata

2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 anggaran realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) BELANJA DAERAH PM PM 1.514.890.275 1.392.047.075 1.469.178.394 PM PM 1.394.312.935 1.358.066.390 1.457.010.167,60 PM PM 92,04 97,56 99,17 -15.237.293,67 20.899.077,53 Belanja Tidak Langsung PM PM 635.290.275 758.403.075 808.563.894 PM PM 549.023.906 734.876.779 798.302.629,60 PM PM 86,42 96,60 98,73 57.757.873 83.092.907,87 - Belanja Pegawai PM PM 635.290.275 758.403.075 808.563.894 PM PM 549.023.906 734.876.779 798.302.629,60 PM PM 86,42 96,60 98,73 57.757.873 83.092.907,87 Belanja Langsung PM PM 879.600.000 633.644.000 660.614.500 PM PM 845.289.029 623.189.611 658.707.538 PM PM 96,10 98,35 99,71 -72.995.166,67 -62.193.830,37 - Belanja Pegawai PM PM 154.975.000 114.455.000 102.060.000 PM PM 136.175.000 109.020.000 101.442.500 PM PM 87,87 95,25 99,39 -17.638.333,33 -11.557.500 - Belanja Barang dan Jasa PM PM 634.918.700 435.019.000 558.554.500 PM PM 622.919.679 431.263.511 557.265.038 PM PM 98,11 99,14 99,77 -25.454.733,33 -21.884.880,33 - Belanja Modal PM PM 89.706.300 84.170.000 0,00 PM PM 86.194.350 82.906.100 0,00 PM PM 96,09 98,50 0,00 -29.902.100 -28.731.450 Keterangan :

Kolom (1) : Uraian jenis pendapatan/belanja/pembiayaan sesuai dengan kebutuhan

Kolom (2) : Sampai dengan kolom (6) adalah data anggaran SKPD sesuai yang tercantum pada APBD dalam 5 (lima) tahun pelaksanaan Renstra SKPD Kolom (7) : Sampai dengan kolom (11adalah data realisasi penyerapan anggaran SKPD sesuai laporan pelaksanaan APBD/Renja SKPD pada tahun berkenaan Kolom (12) : Sampai dengan kolom (16) adalah persentase antara realisasi penyerapan anggaran dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam APBD Kolom (17) : Angka rata-rata pertumbuhan anggaran, yaitu : (jumlah anggaran pada tahun ke-5 – jumlah anggaran pada tahun ke-1)/3

Tabel T-II.7 menunjukkan perkembangan anggaran dan realisasi pendanaan selama tahun 2008 hingga 2010. Rata-rata anggaran belanja daerah selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008-2010 cenderung turun sebesar Rp. 15.237.293,67,- (1,04%) per tahunnya. Hal ini disebabkan terjadi penurunan anggaran untuk belanja langsung (belanja pegawai, barang/jasa dan modal). Sedangkan realisasi anggaran tersebut per tahun naik rata-rata Rp. 20.899.077,53,- (1,43%) per tahunnya.