• Tidak ada hasil yang ditemukan

perubahan RENCANA STRATEGIS KANTOR KETAHANAN PANGAN TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "perubahan RENCANA STRATEGIS KANTOR KETAHANAN PANGAN TAHUN"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

KANTOR KETAHANAN

PANGAN TAHUN 2011-2016

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

KANTOR KETAHANAN PANGAN

(2)

KANTOR KETAHANAN PANGAN

Jl. Letjend. Suprapto No. 35 Pacitan Telp. (0357) 881224 – Fax (0357) 881450

P A C I T A N

Kode Pos : 63514

KEPUTUSAN

KEPALA KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PACITAN

NOMOR: 050 / 383 /408.56/2011 TENTANG

PENETAPAN RENCANA STRATEGIS

KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PACITAN TAHUN 2011-2016

KEPALA KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PACITAN,

Menimbang : a. Bahwa untuk menjabarkan lebih lanjut RPJMD Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016, perlu menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD);

b. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 97 ayat (5) Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENSTRA SKPD) disahkan oleh Kepala Daerah dalam suatu keputusan;

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b , perlu menetapkan Keputusan Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan tentang Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yang beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008; 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;

(3)

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;

14. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana diubah kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 18 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Pacitan;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 19 Tahun 2007 tentang Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Organisasi Dinas Daerah Kabupaen Pacitan;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2007 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pacitan;

20. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 22 Tahun 2007 tentang Organisasi Kecamatan dan Kelurahan Kabupaten Pacitan;

21. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 3 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan;

22. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pacitan Tahun 2005-2025;

23. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016;

(4)

Pacitan Tahun 2011-2016.

MEMUTUSKAN

Menetapkan,

KESATU : Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016 sebagaimana tersebut dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Penetapan ini menjadi pedoman unit kerja di lingkungan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan dalam menyusun rancangan Renja Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan

TEMBUSAN : Keputusan ini disampaikan kepada :

Ditetapkan di : PACITAN Pada Tanggal : 22 Agustus 2011

KEPALA

KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PACITAN MISUDI, SP Pembina NIP. 19560320 198303 1 007 Yth. 1. 2. 3.

Sdr. Ketua DPRD Kabupaten Pacitan Sdr. Inspektur Kabupaten Pacitan

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Pembangunan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016 diarahkan untuk mewujudkan suatu kondisi ketahanan pangan wilayah, mulai dari wilayah desa, kecamatan, dan kabupaten. Disamping itu pembangunan ketahanan pangan juga didorong untuk dapat memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan regional ( Jawa Timur ) dan Nasional.

Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan di suatu wilayah

memerlukan konsistensi karena kebutuhan pangan dibangun melalui

pendekatan pemberdayaan, yaitu membentuk karakter dan meningkatkan kapasitas masyarakat. Salah satu cara untuk menjaga konsistensi dimaksud adalah dengan menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renstra SKPD ) tahun 2011-2016.

Renstra SKPD dimaksud memuat program, kegiatan dan indikator yang ingin dicapai sekaligus sumber pembiayaan yang akan digunakan untuk memfasilitasi kebijakan agar tahapan pembangunan ketahanan pangan dapat dicapai sesuai jadwal yang telah direncanakan.

Selanjutnya dengan tersusunnya Renstra dimaksud, diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan (Instansi Pemerintah, Swasta, dan Masyarakat) agar dapat memberikan kontribusi yang optimal sesuai dengan kapasitas dan kewenangan masing-masing untuk mempercepat terwujudnya ketahanan pangan di Kabupaten Pacitan.

Pacitan, 22 Agustus 2011

KEPALA

KANTOR KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PACITAN

MISUDI, SP

(7)

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR TABEL v BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Landasan Hukum 3

1.3 Maksud dan Tujuan 5

1.3.1 Maksud 5

1.3.2 Tujuan 5

1.4 Sistematika Penulisan 6

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD 8

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan

8

2.2 Sumber Daya SKPD 10

2.2.1 Sumber Daya Manusia 10

2.2.2 Sarana dan Prasarana 13

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD 14

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

21

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN

FUNGSI

26

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

26

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

(8)

3.3 Telaahan Renstra K/L (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur)

36

3.3.1 Telaahan terhadap Renstra K/L (Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian)

36

3.3.2 Telaahan terhadap Renstra Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

39

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

43

3.4.1 Telaahan terhadap RTRW Jawa Timur 43

3.4.2 Telaahan terhadap Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan

45

3.4.3 Telaahan terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Pacitan

48

3.5 Penentuan Isu-isu Strategis 57

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

59

4.1 Visi dan Misi SKPD 59

4.1.1 Visi 59

4.1.2 Misi 59

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD 60

4.2.1 Tujuan 60

4.2.2 Sasaran Jangka Menengah 60

4.3 Strategi dan Kebijakan SKPD 64

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR

KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

67

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA

TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

80

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar G-II.1 Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten Pacitan Tahun 2011

9

Gambar G-II.2 Harga Beras Pada tahun 2009 dan 2010 16

Gambar G-II.3 Harga Kedelai Pada tahun 2009 dan 2010 17

Gambar G-II.4 Harga Cabe Rawit Pada tahun 2009 dan 2010 17

Gambar G-V.1 Pagu Indikatif untuk Program Peningkatan Ketahanan Pangan

67

Gambar G-V.2 Pagu Indikatif untuk Program Pelayanan Administrasi Perkantoran

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel T-II.1 Daftar Susunan Pegawai Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten Pacitan Tahun 2011

11

Tabel T-II.2 Daftar Nominatif Pegawai Negeri Sipil dan Tenaga Honorer Berdasarkan Golongan Ruang dan Jenis Kelamin Tahun 2011

12

Tabel T-II.3 Daftar Nominatif Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

13

Tabel T-II.4 Daftar Sarana dan Prasarana Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011

13

Table T-II.5 Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Pacitan Tahun 2006-2010

18

Tabel T-II.6 Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan Kabupaten Pacitan Tahun 2010

19

Table T-II.7 Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2006-2010

20

Tabel T-II.8 Skor PPH Kabupaten Pacitan Berdasarkan NBM Tahun 2006-2007

23

Tabel T-II.9 Skor PPH Kabupaten Pacitan Berdasarkan NBM Tahun 2008-2009

24

(11)

Tahun 2010

Tabel T-III.1 Keterkaitan Antara Tujuan dan Sasaran dengan Visi Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016

30

Tabel T-III.2 Program/Kegiatan Prioritas Pada Renstra BKP Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014

37

Tabel T-III.3 Hasil Analisis Terhadap Dokumen KLHS Kabupaten Pacitan

50

Tabel T-IV.1 Keterkaitan (Interelasi) Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016

62

Tabel T-IV.2 Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan Rencana Strategis Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016

65

Tabel T-V.1 Program dan Kegiatan Prioritas Renstra Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016

69

Tabel T-VI. 1 Target Ketersediaan Energi dan Protein Tahun 2011-2016

81

Tabel T-VI.2 Target Penguatan Cadangan Pangan Tahun 2011-2016

81

Tabel T-VI.3 Target Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan Tahun 2011-2016

82

(12)

2011-2016

Tabel T-VI.5 Target Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2011-2016 83

Tabel T-VI.6 Target Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan Tahun 2011-2016

84

Tabel T-VI.7 Target Penanganan Daerah Rawan Pangan Tahun 2011-2016

85

Tabel T-VI.8 Target Ketersediaan Bahan Pangan Tahun 2011-2016 85

Tabel T-VI.9 Target Peningkatan Ketersediaan Bahan Pangan Utama (Beras) Per 1000 Penduduk Tahun 2011-2016

(13)

1.1 Latar Belakang

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kantor Ketahanan Pangan Tahun 2011-2016, merupakan tindak lanjut atas ketentuan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengamanatkan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) untuk periode 5 (lima) tahun dan juga sebagai instrumen untuk menyusun dan mengukur kinerja sesuai tugas dan fungsi SKPD dan sesuai Perda Nomor 11 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016.

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, maka seluruh upaya pembangunan ketahanan pangan diarahkan untuk mewujudkan ketahanan di bidang pangan yang bertumpu pada kemandirian pangan di tingkat rumah tangga yang berbasis pada bahan pangan lokal. Dalam pelaksanaannya pembangunan ketahanan pangan meliputi tiga aspek yaitu ketersediaan, distribusi, dan konsumsi.

Aspek ketersediaan dan distribusi pangan berjalan seiring dengan pertumbuhan penduduk, sehingga pertambahan penduduk membutuhkan tambahan ketersediaan bahan pangan pokok, terutama beras. Di sisi lain upaya peningkatan produksi beras tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena faktor lahan, infrastruktur, tenaga kerja, hama penyakit tanaman, bencana alam, maupun ketidakpastian harga pasar. Pada saat yang bersamaan ketersediaan sarana produksi, terutama pupuk, seringkali tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga harga di tingkat petani lebih tinggi dari harga eceran yang telah ditetapkan Pemerintah.

BAB I

(14)

Aspek distribusi secara umum berlangsung normal sesuai mekanisme pasar. Tetapi kecenderungan kenaikan harga beras dan pangan pokok sejak awal tahun 2008 dapat memicu berbagai spekulasi oleh pedagang besar. Karena pasar bahan pangan dunia kekurangan pasokan, dimungkinkan para pedagang besar melakukan penimbunan, kemudian melepaskan pada tingkat harga yang paling menguntungkan, baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.

Aspek konsumsi pangan masyarakat pada umumnya masih dominan pada sumber bahan pangan yang mengandung karbohidrat. Mereka belum dapat memenuhi konsumsi pangan secara beragam, bergizi, berimbang dan aman (3BA). Faktor penyebab utamanya adalah pendapatan rumah tangga belum mencukupi untuk memenuhi keperluan itu. Faktor lainnya adalah kurangnya pengetahuan terhadap pangan dan gizi, terutama dialami oleh penduduk di wilayah marjinal dengan tingkat pendidikan rendah.

Kecukupan pangan harus diupayakan bersama-sama oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat sendiri. Pemerintah berupaya terus meningkatkan fasilitasi peningkatan produksi tanaman bahan pangan. Sektor swasta diharapkan dapat berperan pada sisi distribusi dan pengembangan usaha pangan, sedangkan masyarakat dapat berperan untuk memperbaiki pola konsumsi dan peningkatan cadangan pangan di lingkungannya, baik dalam bentuk simpanan bahan pangan, lumbung pangan maupun lumbung hidup. Oleh karena itu diperlukan Rencana Strategis (Renstra) yang konseptual, realistis serta mengacu pada arah dan kebijakan pembangunan yang tertuang dalam dokumen perencanaan formal baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Dengan tersusunnya Renstra Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten

Pacitan, diharapkan dapat disusun tahapan pencapaian hasil secara lebih obyektif untuk memberikan komitmen dan orientasi target serta sasaran program di masa depan pada masing-masing kegiatan.

(15)

1.2 Landasan Hukum

Landasan Hukum Penyusunan Renstra Kantor Ketahanan Pangan tahun 2011 – 2016 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan;

2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan

Pangan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Presiden RI Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan;

9. Peraturan Presiden RI Nomor 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.46/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

(16)

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota;

13. Surat Edaran Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

113/PP.310/M/5/2008 tentang Penyelenggaraan Cadangan

Pangan;

14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor: 38 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Timur 2009 – 2014;

15. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal Provinsi Jawa Timur;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 tahun 2007 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah;

17. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor : 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Pacitan;

18. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Pacitan tahun 2005-2025;

19. Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Pacitan tahun 2011-2016;

20. Peraturan Bupati Pacitan Nomor 66 tahun 2007 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Kantor Ketahanan Pangan;

21. Peraturan Bupati Pacitan Nomor 9 tahun 2010 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal di Kabupaten Pacitan.

(17)

1.3 Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud

Renstra Kantor Ketahanan Pangan dimaksudkan sebagai arahan,

pedoman dan landasan bagi jajaran organisasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan dan kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan bidang ketahanan pangan selama 5 (lima) tahun ke depan.

1.3.2 Tujuan

Tujuan penyusunan Renstra Kantor Ketahanan Pangan adalah:

1. Menterjemahkan visi, misi dan program pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Pacitan secara nyata ke dalam visi, misi, program dan kegiatan SKPD sesuai dengan tugas dan fungsi.

2. Mewujudkan perencanaan dan penganggaran terpadu yang berbasis hasil/kinerja.

3. Menciptakan mekanisme pelaksanaan program dan kegiatan SKPD yang fokus, tidak tumpang tindih, dan terintegrasi.

4. Membangun sistem penilaian kinerja yang terukur, transparan, dan akuntabel.

5. Menciptakan mekanisme pengendalian dan evaluasi pelaksanaan pembangunan di bidang ketahanan pangan yang efektif dan efisien.

(18)

1.4 Sistematika Penulisan

Renstra SKPD Kantor Ketahanan Pangan 2011 – 2016 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

SISTEMATIKA NASKAH RENSTRA SKPD

(Lampiran IV PERMENDAGRI Nomor 54 Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang penyusunan Renstra; landasan hukum penyusunan Renstra; maksud dan tujuan penyusunan Renstra dan sistematika penulisan dokumen Renstra.

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Memuat tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPD; sumber daya yang dimiliki oleh SKPD; kinerja pelayanan sampai saat ini; tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

Bab ini memuat identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD; telaahan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah; telaahan renstra Badan Ketahanan Pangan Kementan, Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur dan telaahan Renstra Kantor Ketahanan Pangan; telaahan dokumen RTRW Pacitan dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS); serta penentuan isu-isu strategis di bidang ketahanan pangan.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Bab ini berisi visi dan misi SKPD, tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD, serta strategi dan kebijakan dalam menjabarkan sasaran jangka menengah SKPD.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

(19)

tahun ke depan yang dilengkapi dengan indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif.

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Bab ini memuat indikator kinerja Kantor Ketahanan Pangan yang terkait langsung atau mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Kabupaten Pacitan.

BAB VII PENUTUP

Berisi ringkasan singkat dari maksud dan tujuan penyusunan dokumen Renstra SKPD, disertai dengan harapan bahwa dokumen ini mampu menjadi pedoman pembangunan 5 (lima) tahun kedepan oleh SKPD.

(20)

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan

Berdasarkan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 66 Tahun 2007, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan adalah sebagai berikut :

1. Kantor Ketahanan Pangan merupakan unsur pendukung

penyelenggaraan pemerintahan Kabupaten Pacitan, yang dipimpin oleh Kepala Kantor yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

2. Kantor Ketahanan Pangan mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan pangan,

3 Kantor Ketahanan Pangan dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud pada ayat 2 mempunyai fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang ketahanan pangan

b. Penyelenggaraan urusan ketahanan pangan serta pelayanan

umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang ketahanan pangan.

d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai

dengan tugas dan fungsinya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 21 tahun 2007 tentang Organisasi Lembaga Teknis Daerah, Struktur Organisasi Kantor Ketahanan Pangan terdiri dari :

1. Satu ( 1 ) orang Kepala Kantor ( Eselon IIIa)

2. Satu ( 1 ) orang Kasubag Tata Usaha ( Eselon IVa )

BAB II

(21)

3. Tiga ( 3 ) orang Kepala Seksi ( Eselon IVa ) :

a. Kepala Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan b. Kepala Seksi Kewaspadaan Pangan

c. Kepala Seksi Penganekaragaman Pangan

Gambar G-II.1 Struktur Organisasi

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011 (Perda Kabupaten Pacitan Nomor 21 Tahun 2007)

KEPALA SUB BAG TATA USAHA KEPALA KANTOR JABATAN FUNGSIONAL KEPALA SEKSI KEWASPADAAN PANGAN KEPALA SEKSI KETERSEDIAAN DAN DISTRIBUSI PANGAN

KEPALA SEKSI PENGANEKARAGAMAN

(22)

2.2 Sumber Daya SKPD 2.2.1 Sumber Daya Manusia

Pegawai yang bekerja di Kantor Ketahanan Pangan seluruhnya berjumlah 42 orang, terdiri dari 22 orang PNS, 17 orang Honorer APBN terdiri dari 13 Honorer PIDRA (PTL), 4 orang tenaga Pendamping Desa Mandiri Pangan dan 3 orang tenaga sukarela. Berdasarkan golongannya, para pegawai yang berstatus PNS terbagi menjadi Gol. IV 2 orang, Gol. III 17 orang, Gol. II 2 orang dan Gol I 1 orang. Berdasarkan jenis kelamin, untuk PNS terdiri dari 13 orang laki-laki dan 9 orang perempuan dan untuk honorer APBN/APBD terdiri

dari 8 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. PNS berdasarkan

pendidikannya, terdiri dari 1 orang S2, 13 orang S1, 1 orang D3, 3 orang SLTA serta 1 orang SD .

Kantor Ketahanan Pangan menempati gedung perkantoran di Jl. Letjend Suprapto No. 35, Tlp. ( 0357 ) 881224 Fax. ( 0357 ) 881450. Operasional Kantor Ketahanan Pangan dilaksanakan sesuai Peraturan Daerah Nomor 21 tahun 2007 dan Peraturan Bupati Pacitan Nomor 66 tahun 2007.

(23)

Tabel T-II.1 Daftar Susunan Pegawai

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011

No Uraian Pegawai Honorer/ Kontrak

GOL. I GOL. II GOL. III GOL. IV Jml APBD II APBN Jml 1 Pendidikan a. S2 - - - 1 1 - - -b. S1 - - 13 1 14 1 17 18 c. D3 - 1 - - 1 - - -d. SLTA - 1 4 - 5 1 - 1 e. SLTP/SD 1 - - - 1 1 - 1 Jumlah 1 1 2 17 2 22 3 17 20 2 Jabatan a. Struktural - Eselon III - - - 1 1 - - -- Eselon IV - - 3 1 4 - - -- Staf 1 2 14 - 17 - - -- Sukarela - - - - - - - -Jumlah 2 1 4 17 2 22 - - -3 Jenis kelamin a. Laki-laki 1 - 11 2 14 - - -b. Perempuan - 2 6 - 8 - - -Jumlah 3 1 2 17 2 22 - - -4 Pensiun a. Tahun 2011 - - - - - - - -b. Tahun 2012 - - 1 1 2 - - -c. Tahun 2013 - - 1 - 1 - - -d. Tahun 2014 - - - - - - - -e. Tahun 2015 - - 4 - 4 Jumlah 4 - - 6 1 7 - - -5 Diklat a. Struktural - - - - - - - -b. Diklat pim II - - - - - - -

-c. Diklat pim III - - - - - - -

-d. Diklat pim IV - - - 2 2 - -

-Jumlah 5 - - - 2 2 - -

(24)

Pada Tabel T-II.2 ditampilkan komposisi pegawai Kantor Ketahanan Pangan berdasarkan golongan/ruang dan jenis kelamin yang seluruhnya berjumlah 42 orang.

Tabel T-II.2

Daftar Nominatif Pegawai Negeri Sipil Dan Tenaga Honorer Berdasarkan Golongan Ruang Dan Jenis Kelamin

Tahun 2011 Golo-Ngan/ Ruang Sub Bag TU Seksi Kewaspadaan Pangan Seksi Ketersediaan & Distribusi Pangan Seksi Penganekaragama n Pangan Jumlah To-Tal L P L P L P L P L P I/a 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 I/b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 I/c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 I/d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II/a 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II/b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II/c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 II/d 0 1 0 0 0 1 0 0 0 2 2 III/a 3 2 1 1 2 0 1 2 7 5 12 III/b 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 III/c 1 1 0 0 1 0 0 0 3 1 4 III/d 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 IV/a 1 0 1 0 0 0 0 0 2 0 2 IV/b 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 IV/c 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 IV/d 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 IV/e 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Honorer APBD 2 1 0 0 0 0 0 0 2 1 3 Honorer APBN 0 0 6 11 0 0 0 0 6 11 17 JUMLAH 8 5 2 1 3 1 3 1 21 21 42 TOTAL (Sumber: Kepegawaian, 2011)

(25)

Tabel T-II.3 Daftar Nominatif Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Sub Bag TU Seksi Kewaspadaan Pangan Seksi Ketersediaan & Distribusi Pangan Seksi Penganekaragaman Pangan Jumlah Total L P L P L P L P L P SD/MI/sederajat 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 SMP/MTS/sederajat 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 SMA/MA/sederajat 3 1 0 0 0 0 1 0 4 1 5 D1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 D2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 D3 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 S1 2 3 1 1 4 0 0 3 7 7 14 S2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 JUMLAH 6 4 2 1 3 1 1 3 12 9 22 TOTAL (Sumber: Kepegawaian, 2011)

2.2.2 Sarana dan Prasarana

Dalam melaksanakan tugas Kantor Ketahanan Pangan didukung oleh sarana dan prasarana sebagaimana Tabel T-II.4 berikut :

Tabel T-II.4

Daftar Sarana dan Prasarana

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2011

No Nama barang Jml Sumber Pengadaan Kondisi

APBD II Ex Proyek

RB RS RR BAIK

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1 Kendaraan roda 4 2 unit - 2 unit - - 2 unit -2 Kendaraan roda 2 63 unit

- Bebek 36 unit - 36 unit 4 unit - - 32 unit - Non bebek 78 unit - 78 unit 59 unit - 10 unit 9 unit 3 Komputer 15 unit

- PC 9 unit 4 unit 5 unit 6 unit - 3 unit -- Notebook 6 unit 3 unit 3 unit 3 unit 1

unit

- 2 unit

(26)

No Nama barang Jumla h

Sumber Pengadaan Kondisi

APBD II Ex Proyek

RB RS RR BAIK

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

5 UPS 2 unit 2 unit - - - - 2 unit 6 Mesin ketik

manual

3 unit - 3 unit - - 3 unit

-7 Mesin hitung manual

14 unit 2 unit 12 unit 10 unit - - 4 unit

8 Scanner 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit - - 1 unit 9 Modem 1 unit - 1 unit 1 unit - - 1 unit 10 Telepon 2 unit 1 unit 1 unit - - - 2 unit 11 Faximili 1 unit - 1 unit - - - 1 unit 12 Gedung kantor 2 unit 2 unit - - - - 2 unit 13 Meja kerja 13 unit 13 unit - - - - 13 unit 14 Kursi kerja 12 unit 12 unit - - - - 12 unit 15 Meja kerja 35 unit 24 unit 11 unit - - - 35 unit 16 Meja rapat 2 unit - 2 unit - - - 2 unit 17 Kursi rapat 71 unit 20 unit 51 unit - - - 71 unit 18 Brankas 1 unit - - - 1 unit 19 Kursi tamu 17 unit 15 unit 2 unit 1 unit - - 16 unit 20 Almari kayu 1 unit 1 unit - - - - 1 unit 21 Almari arsip 2 unit 2 unit - - - - 2 unit 22 Almari besi 18 unit 3 unit 15 unit - - - 18 unit 23 Filling cabinet besi 33 unit 3 unit 30 unit - - - 33 unit 24 Brankas 4 unit 2 unit 2 unit - - - 4 unit 25 Kardek besi 2 unit 2 unit - - - - 2 unit 26 Sound system 1 unit 1 unit - - - - 1 unit 27 Kamera digital 6 unit 2 unit 4 unit 2 unit - - 4 unit 28 Handycam 2 unit - 2 unit - - 2 unit -29 Overhead

projector

1 unit - 1 unit - - - 1 unit

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD

Pembangunan ketahanan pangan mencakup tiga aspek penting ketahanan pangan yaitu (a) ketersediaan pangan, yang diartikan bahwa pangan tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh penduduk dari sisi jumlah, mutu dan keamanannya, (b) distribusi pangan adalah pasokan pangan yang

(27)

rumah tangga, dan (c) konsumsi pangan adalah setiap rumah tangga dapat mengakses pangan yang cukup dan mampu mengelola konsumsi yang beragam, bergizi dan seimbang serta preferensinya.

Neraca Bahan Makanan (NBM) tahun 2006 hingga 2010 seperti dalam tabel T-II.5. Ketersediaan bahan pangan tersebut belum memperhitungkan kebutuhan industri, ekspor dan impor. Ketersediaan beras cukup memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Pacitan yang rata-rata mengkonsumsi beras 109,22 kg/kap/thn atau 299 gr/kap/hari. Secara umum ketersediaan ubi jalar, kedelai, kacang tanah, telur, daging dan ikan masih belum mencukupi kebutuhan konsumsi penduduk Pacitan.

Ketersediaan bahan pangan harus terus ditingkatkan mengingat pertumbuhan penduduk yang meningkat akan berdampak pada kebutuhan pangan yang semakin besar. Apabila ketersediaan pangan tetap seperti pada tahun 2010, maka akan terjadi kekurangan pangan yang cukup besar. Maka peningkatan produksi dalam daerah hendaknya dipacu. Sedangkan ketersediaan beberapa jenis komoditas yang surplus seperti beras, jagung dan ubi kayu hendaknya ditingkatkan dan dapat diarahkan ke arah agribisnis atau pengolahan hasil.

Pada tabel T-II.6 menunjukkan skor pola pangan harapan kabupaten Pacitan pada tahun 2010 sebesar 79,7. Angka ini belum mencerminkan kondisi konsumsi pangan penduduk yang beragam, bergizi dan berimbang. Konsumsi karbohidrat yang berasal dari beras masih cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi yang ideal yang diharapkan dapat tercapai hingga tahun 2015. Konsumsi beras harus diturunkan menjadi 87,24 kg/kap/thn atau 239 gr/kap/hari dalam waktu lima tahun. Sedangkan konsumsi pangan hewani harus dinaikkan. Tentunya hal ini diimbangi dengan ketersediaan yang cukup di dalam daerah dan terjangkau oleh masyarakat. Konsumsi energi rata-rata sebesar 2.659 melebihi standar ideal 2.000 kkal/kap/hari (33 % lebih tinggi dari standar ideal).

Permasalahan rawan pangan dan kurang gizi umumnya terjadi pada keluarga miskin atau pra sejahtera. Ketersediaan bahan pangan di rumah

(28)

tangga belum optimal dan belum memenuhi konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman. Faktor penyebabnya adalah keterbatasan pendapatan keluarga sehingga menyebabkan terbatasnya akses terhadap bahan pangan. Kelompok masyarakat ini rentan terhadap rawan pangan dan gizi.

Masalah tersebut akan lebih serius bila anggota rumah tangganya terdapat balita, ibu hamil ( bumil ), dan ibu menyusui ( busui ) serta anak-anak usia sekolah dasar. Keterbatasan konsumsi pangan dapat menyebabkan berkurangnya ketersediaan kalori dan energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan janin, balita maupun anak-anak. Dalam jangka panjang hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan mentalnya.

Kecenderungan peningkatan harga pangan akhir-akhir ini dapat menimbulkan gangguan kecukupan pangan dan gizi. Kelompok masyarakat dengan penghasilan yang terbatas pada umumnya akan mengurangi belanja bahan pangan, terutama daging, telur, dan buah. Kondisi harga bahan yang tinggi dan tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan dapat mendorong timbulnya kejadian rawan gizi atau bahkan rawan pangan.

Pada tahun 2010 harga bahan pangan strategis cukup berfluktuasi dan cenderung lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya Rata-rata harga beras tahun 2009 Rp. 4.822,- meningkat menjadi Rp. 5.778,-. Rata-rata harga kedelai tahun 2009 Rp. 7.005,- meningkat menjadi Rp. 7.134,-. Sedangkan harga cabe tahun 2009 Rp. 11.892,- meningkat cukup tajam menjadi Rp. 22.910,-.

Gambar G-II.2

(29)

Gambar G-II.3

Harga Kedelai Pada Tahun 2009 dan 2010

Gambar G-II.4

Harga Cabe Rawit Pada Tahun 2009 dan 2010

Kondisi keamanan pangan segar dan olahan di tingkat produsen, penjual

dan yang dikonsumsi harus diwaspadai, terutama penggunaan bahan

tambahan berbahaya yang bukan untuk makanan atau penggunaan melebihi dosis, baik pewarna, pemanis, maupun pengawet. Agar produsen dapat menghasilkan produk pangan dengan harga murah, maka mereka cenderung menggunakan bahan tambahan yang tidak direkomendasikan untuk pangan. Hal ini masih sering dijumpai terutama pada makanan jajanan anak-anak baik yang dijual di warung sekolah maupun pasar umum.

(30)

Tabel T-II.5

Neraca Bahan Makanan (NBM) Kabupaten Pacitan Tahun 2006-2010

No Komoditas 2006 2007 2008 2009 2010

Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/- Keters Kons +/-1 Beras 84.622 52.058 32.563 84.214 52.001 32.212 84.507 52.389 32.118 89.007 52.556 36.451 96.710 52.708 44.002 2 Jagung 86.455 3.553 82.901 90.729 3.549 87.179 123.980 3.576 120.404 106.984 3.587 103.397 108.761 3.598 105.163 3 Ubi jalar 1.038 111 927 638 111 527 1.052 112 940 656 1.192 -536 704 1.195 -491 4 Ubi kayu 498.038 6.599 491.439 529.919 6.592 523.327 578.523 6.641 571.882 540.808 6.662 534.146 434.975 6.681 428.294 5 Gulamerah 10.850 171 10.679 10.860 171 10.689 10.871 172 10.699 11.063 172 10.891 11.163 173 10.990 6 Kacangtanah 12.087 386 11.701 10.049 386 9.664 11.548 389 11.159 10.507 390 10.117 8.720 391 8.329 7 Kedelai 4.540 5.810 -1.270 4.229 5.804 -1.575 4.715 5.847 -1.132 5.154 5.866 -712 3.160 5.883 -2.723 8 Daging 1.609 2.687 -1.078 1.584 2.684 -1.101 1.706 2.704 -999 1.756 2.713 -957 1.905 2.721 -816 9 Telur 327 2.991 -2.664 320 2.987 -2.667 350 3.010 -2.660 354 3.019 -2.665 287 3.028 -2.741 10 Ikan 1.920 7.846 -5.926 2.979 7.837 -4.859 3.252 7.896 -4.644 3.932 7.921 -3.989 4.828 7.944 -3.116 Keterangan :

- Ketersediaan dihitung berdasarkan produksi, belum memperhitungkan kebutuhan industri, ekspor dan impor.

(31)

Tabel T-II.6

Pencapaian Skor Pola Pangan Harapan Berdasarkan NBM Kabupaten Pacitan Tahun 2010

No Kelompok Bahan Standar *) 2010 2015

Pangan Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH

1 Padi-padian 275 1.000 50 25 459 1.661 76 25,0 275 1.000 50 25

2 Umbi-umbian 100 120 6 2,5 101 132 6 2,5 90 120 6 2,5

3 Pangan hewani 150 240 12 24 41 48 2 4,3 140 240 12 22

4 Lemak dan minyak 20 200 10 5 33 292 13 5,0 25 200 10 5

5 Buah/biji berminyak 10 60 3 1 10 19 1 0,4 10 60 3 1

6 Kacang-kacangan 35 100 5 10 31 130 6 10 35 100 5 9,8

7 Gula 30 100 5 2,5 58 213 10 2,5 30 100 5 2,5

8 Sayur dan buah 250 120 6 30 294 164 8 30 230 120 6 27,2

9 Lainnya 0 60 3 0 0 0 0 0 15 60 3 0

(32)

Tabel T-II.7

Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan Tahun 2006 - 2010

Uraian Anggaran pada tahun ke-(Rp) anggaran pada tahun ke- (Rp)Realisasi Persentase antara realisasi dananggaran tahun ke- (%) Pertumbuhan (Rp)Rata-rata

2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 2006 2007 2008 2009 2010 anggaran realisasi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) BELANJA DAERAH PM PM 1.514.890.275 1.392.047.075 1.469.178.394 PM PM 1.394.312.935 1.358.066.390 1.457.010.167,60 PM PM 92,04 97,56 99,17 -15.237.293,67 20.899.077,53 Belanja Tidak Langsung PM PM 635.290.275 758.403.075 808.563.894 PM PM 549.023.906 734.876.779 798.302.629,60 PM PM 86,42 96,60 98,73 57.757.873 83.092.907,87 - Belanja Pegawai PM PM 635.290.275 758.403.075 808.563.894 PM PM 549.023.906 734.876.779 798.302.629,60 PM PM 86,42 96,60 98,73 57.757.873 83.092.907,87 Belanja Langsung PM PM 879.600.000 633.644.000 660.614.500 PM PM 845.289.029 623.189.611 658.707.538 PM PM 96,10 98,35 99,71 -72.995.166,67 -62.193.830,37 - Belanja Pegawai PM PM 154.975.000 114.455.000 102.060.000 PM PM 136.175.000 109.020.000 101.442.500 PM PM 87,87 95,25 99,39 -17.638.333,33 -11.557.500 - Belanja Barang dan Jasa PM PM 634.918.700 435.019.000 558.554.500 PM PM 622.919.679 431.263.511 557.265.038 PM PM 98,11 99,14 99,77 -25.454.733,33 -21.884.880,33 - Belanja Modal PM PM 89.706.300 84.170.000 0,00 PM PM 86.194.350 82.906.100 0,00 PM PM 96,09 98,50 0,00 -29.902.100 -28.731.450 Keterangan :

Kolom (1) : Uraian jenis pendapatan/belanja/pembiayaan sesuai dengan kebutuhan

Kolom (2) : Sampai dengan kolom (6) adalah data anggaran SKPD sesuai yang tercantum pada APBD dalam 5 (lima) tahun pelaksanaan Renstra SKPD Kolom (7) : Sampai dengan kolom (11adalah data realisasi penyerapan anggaran SKPD sesuai laporan pelaksanaan APBD/Renja SKPD pada tahun berkenaan Kolom (12) : Sampai dengan kolom (16) adalah persentase antara realisasi penyerapan anggaran dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam APBD Kolom (17) : Angka rata-rata pertumbuhan anggaran, yaitu : (jumlah anggaran pada tahun ke-5 – jumlah anggaran pada tahun ke-1)/3

(33)

Tabel T-II.7 menunjukkan perkembangan anggaran dan realisasi pendanaan selama tahun 2008 hingga 2010. Rata-rata anggaran belanja daerah selama 3 (tiga) tahun yaitu tahun 2008-2010 cenderung turun sebesar Rp. 15.237.293,67,- (1,04%) per tahunnya. Hal ini disebabkan terjadi penurunan anggaran untuk belanja langsung (belanja pegawai, barang/jasa dan modal). Sedangkan realisasi anggaran tersebut per tahun naik rata-rata Rp. 20.899.077,53,- (1,43%) per tahunnya.

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Potensi pengembangan sumber daya alam yang belum dimanfaatkan secara optimal serta beberapa permasalahan yang dihadapi merupakan tantangan dan peluang yang dapat diraih dalam pengembangan ketahanan pangan. Sedangkan dari kapasitas sumber daya manusia dan sumber daya teknologi memiliki potensi untuk ditingkatkan untuk mendukung pengembangan ketersediaan dan distribusi pangan serta perbaikan konsumsi pangan.

Sementara di sisi lain, penguatan kelembagaan ketahanan pangan di daerah serta revitalisasi peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan tingkat Kabupaten perlu ditingkatkan untuk mempercepat pencapaian sasaran program ketahanan pangan.

a. Ketersediaan pangan

Dalam upaya peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, potensi sumber daya alam yang terdapat di kabupaten Pacitan belum dikelola maksimal. Terkait dengan penyediaan pangan maka pengelolaan lahan dan air merupakan sumber daya alam utama yang perlu dioptimalkan untuk menghasilkan pangan seperti lahan tidur, pekarangan rumah dan lahan di bawah tegakan hutan.

Dengan potensi sumber daya alam yang beragam dan didukung ketersediaan teknologi di bidang hulu hingga hilir akan memberikan peluang untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan, meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha dan meningkatkan agribisnis pangan.

(34)

Kantor ketahanan Pangan yang bertugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan di bidang ketahanan pangan mempunyai potensi dan peluang untuk mendorong ketersediaan pangan yaitu berperan pada (a) peningkatan koordinasi dalam perumusan ketersediaan dan penanganan rawan pangan, (b) penyempurnaan sistem pemantauan ketersediaan pangan untuk mengantisipasi rawan pangan, (c) mengembangkan program kemandirian

pangan serta (d) mengembangkan cadangan pangan pemerintah dan

masyarakat.

b. Distribusi pangan

Distribusi dan pasokan yang merata di seluruh wilayah sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau oleh daya beli sangat penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga.

Berkaitan dengan di atas, Kantor Ketahanan Pangan memiliki potensi dan peluang memantapkan distribusi pangan yaitu berperan pada (a) peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, (b) pengembangan dan pemantauan sistem distribusi, analisis harga pangan dan akses pangan (c) pengembangan dan pemantauan kelembagaan distribusi pangan masyarakat.

c. Konsumsi pangan

Potensi sumber daya alam sebagai sumber bahan pangan yang besar akan menjamin ketersediaan pangan yang beragam di wilayah di sepanjang waktu sehingga terbuka peluang untuk pengembangan diversifikasi konsumsi pangan melalui pemanfaatan pangan lokal dan makanan tradisional untuk

memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Semakin meningkatnya

pengetahuan yang didukung perkembangan teknologi informatika dan strategi komunikasi publik memberikan peluang percepatan proses peningkatan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman yang diharapkan mampu mengubah pola konsumsi masyarakat sehingga mencapai status gizi yang lebih baik.

(35)

pangan lokal sumber karbohidrat non beras, seperti ubi kayu, ubi jalar, garut, suweg, sukun, waluh serta bahan pangan hewani sumber protein melalui sosialisasi, kampanye, demo, lomba dan pembinaan di masyarakat. Beberapa lembaga di masyarakat dapat menjadi mitra kerja seperti Posyandu, penyuluh dari instansi terkait, Tim Penggerak PKK, pengusaha pangan olahan dan sebagainya untuk mempercepat upaya perbaikan pola konsumsi pangan di masyarakat.

Skor PPH berdasarkan NBM mulai tahun 2006 hingga 2010 menunjukkan perbaikan dari kuantitas ketersediaan bahan pangan untuk konsumsi tetapi sumber ketersediaan masih didominasi bahan nabati terutama padi-padian (beras) dan jagung. Sedangkan ketersediaan pangan hewani seperti daging, telur dan ikan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan penduduk Pacitan.

Tabel T-II.8

Skor PPH Kabupaten Pacitan Berdasarkan NBM Tahun 2006-2007

No

Kelompok

Bahan Standar *) 2006 2007

Pangan Gr/Kap/hari Energi(Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi(Kkal) AKE% PPH Gr/Kap/hari Energi(Kkal) % AKE PPH 1 Padi-padian 300 1.100 50 25,0 373 1.349 61 25,0 368 1.334 61 25,0 2 Umbi-umbian 110 132 6 2,5 265 346 16 2,5 277 362 17 2,5 3 Pangan hewani 165 264 12 24,0 27 35 2 3,2 23 32 2 2,9 4 Lemak danminyak 22 220 10 5,0 27 245 11 5,0 36 321 15 5,0 5 Buah/bijiberminyak 11 66 3 1,0 10 18 1 0,4 23 45 2 1,0 6 Kacang-kacangan 28 110 5 10,0 23 89 4 8,1 66 282 13 10,0

7 Gula 33 110 5 2,5 57 210 10 2,5 57 209 10 2,5

8 Sayur dan buah 275 132 6 30,0 329 206 9 30,0 350 212 10 30,0

9 Lainnya 0 66 3 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0

(36)

Tabel T-II.9

Skor PPH Kabupaten Pacitan Berdasarkan NBM Tahun 2008-2009

No

Kelompok

Bahan Standar *) 2008 2009

Pangan Gr/Kap/hari Energi(Kkal) AKE% PPH Gr/Kap/hari Energi(Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi(Kkal) AKE% PPH 1 Padi-padian 300 1.100 50 25,0 374 1.353 62 25,0 378 1.370 62 25,0 2 Umbi-umbian 110 132 6 2,5 352 460 21 2,5 274 359 16 2,5 3 Pangan hewani 165 264 12 24,0 29 37 2 3,4 33 40 2 3,6 4 Lemak danminyak 22 220 10 5,0 29 257 12 5,0 32 284 13 5,0 5 Buah/bijiberminyak 11 66 3 1,0 10 18 1 0,4 10 18 1 0,4 6 Kacang-kacangan 28 110 5 10,0 60 258 12 10,0 70 298 14 10,0

7 Gula 33 110 5 2,5 57 210 10 2,5 56 207 9 2,5

8 Sayur dan buah 275 132 6 30,0 266 146 7 30,0 287 160 7 30,0

9 Lainnya 0 66 3 0,0 0 0 0 0,0 0 0 0 0,0

Jumlah 944 2.200 100 100,0 1.175 2.739 124 78,8 1.139 2.736 124 79,0

Tabel T-II.10

Skor PPH Kabupaten Pacitan Berdasarkan NBM Tahun 2010

No Kelompok Bahan Standar *) 2010

Pangan Gr/Kap/hari Energi (Kkal) % AKE PPH Gr/Kap/hari Energi(Kkal) AKE% PPH 1 Padi-padian 300 1.100 50 25,0 459 1.661 76 25,0 2 Umbi-umbian 110 132 6 2,5 101 132 6 2,5 3 Pangan hewani 165 264 12 24,0 41 48 2 4,3 4 Lemak dan minyak 22 220 10 5,0 33 292 13 5,0 5 Buah/biji berminyak 11 66 3 1,0 10 19 1 0,4 6 Kacang-kacangan 28 110 5 10,0 31 130 6 10,0

7 Gula 33 110 5 2,5 58 213 10 2,5

8 Sayur dan buah 275 132 6 30,0 294 164 8 30,0

9 Lainnya 0 66 3 0,0 0 0 0 0,0

Jumlah 944 2.200 100 100,0 1.027 2.659 122 79,7

Kantor Ketahanan Pangan memiliki tugas dan fungsi mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan yaitu berperan pada (a) peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan, (b) pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan dan (c) membina dan mengembangkan kegiatan penganekaragaman konsumsi pangan, keamanan pangan dan produksi pangan olahan.

(37)

d. Dewan Ketahanan Pangan (DKP)

Pelaksanaan pemantapan ketahanan pangan melibatkan banyak pelaku dari berbagai aspek yang mencakup instansi antar wilayah. Mengingat kompleksnya permasalahan ketahanan pangan di daerah maka penanganan ketahanan pangan memerlukan koordinasi lintas wilayah dan lintas sektor Berdasarkan Peraturan Presiden No. 83 tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan, maka dibentuklah Dewan Ketahanan Pangan (DKP) yang bertujuan untuk merumuskan kebijakan bidang ketahanan pangan. Di tingkat daerah/kabupaten ditindaklanjuti dengan pembentukan Dewan Ketahanan

Pangan Kabupaten Pacitan melalui Keputusan Bupati Pacitan

188.45/152/408.21/2008 sebagai wadah koordinasi dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pacitan.

Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan yang dalam Keputusan Bupati tersebut sebagai Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten Pacitan memfasilitasi Rapat Koordinasi DKP tingkat Kabupaten dengan tujuan untuk membangun koordinasi program ketahanan pangan dan forum strategis yang diadakan secara berkala dan berkelanjutan untuk mengevaluasi, mensinergiskan dan membahas permasalahan/menetapkan langkah-langkah operasional dalam membangun ketahanan pangan bersama dengan stake holder terkait. Tetapi upaya koordinasi, kerjasama dan sinergisitas dalam pembangunan ketahanan pangan belum dapat berjalan optimal.

(38)

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Dalam upaya melanjutkan pembangunan ketahanan pangan yang mengarah pada kemandirian pangan, masih banyak permasalahan yang dihadapi dari aspek ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan serta kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan di daerah.

a. Ketersediaan pangan

Ketersediaan pangan dapat bersumber dari produksi pangan domestik dan atau pasokan pangan. Ketersediaan bahan pangan untuk dikonsumsi dihitung berdasarkan penjumlahan produksi domestik, impor netto, perubahan stok dikurangi kebutuhan non konsumsi untuk benih, industri non pangan dan penggunaan lainnya.

Berikut adalah permasalahan di kabupaten Pacitan terkait

ketersediaan pangan :

1. Berlanjutnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non

pertanian, penurunan kualitas dan kesuburan tanah akibat kerusakan lingkungan, air sebagai faktor pembatas, anomali iklim yang menyebabkan cuaca ekstrim, penerapan teknologi

yang masih rendah dapat mempengaruhi produksi dan

ketersediaan komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan. 2. Ketersediaan energi sebagian besar masih berasal dari pangan

nabati (didominasi beras), sedangkan sumbangan energi dari pangan hewani masih rendah.

3. Masih adanya rawan pangan karena adanya kemiskinan,

terbatasnya penyediaan infrastruktur dasar perdesaan, potensi

BAB III

(39)

4. Pengelolaan lembaga cadangan pangan serta pemberdayaan lumbung pangan belum sepenuhnya optimal karena tidak ada alokasi secara khusus untuk kegiatan tersebut. Dana yang ada bersumber dari APBN (pembangunan lumbung pangan) dan APBD Provinsi (penguatan modal/dagulir). Data tahun 2010 telah terdapat 56 lumbung pangan yang eksis dari 75 lumbung (74,67%) yang ada di wilayah Kabupaten Pacitan. Sementara ini alokasi APBN tahun 2011 hanya 1 lumbung pangan, sedangkan target hingga tahun 2016 terdapat 171 lumbung pangan di Kabupaten Pacitan atau 1 lumbung pangan per desa sehingga 115 lumbung pangan masih perlu dikembangkan lagi.

5. Pemanfaatan lahan potensial seperti lahan tidur, pekarangan

rumah dan lahan di bawah tegakan hutan untuk penyediaan pangan belum optimal sehingga masyarakat masih tergantung dengan pasar dan stok dari luar daerah.

b. Distribusi pangan

Kecenderungan peningkatan harga pangan akhir-akhir ini dapat menimbulkan gangguan kecukupan pangan dan gizi dan dapat mendorong timbulnya rawan gizi bahkan rawan pangan. Kelompok masyarakat dengan penghasilan terbatas akan mengurangi belanja bahan pangan terutama bahan pangan hewani sumber protein, yaitu daging, telur dan ikan.

Permasalahan yang terkait dengan aspek distribusi pangan adalah :

1. Harga komoditas pertanian cenderung berfluktuasi, sehingga apabila terjadi kenaikan harga yang signifikan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat.

2. Keterbatasan alokasi anggaran dan sumber daya aparatur (petugas lapangan), mengakibatkan sulitnya memantau arus keluar masuk bahan pangan.

(40)

c. Konsumsi pangan

Kualitas dan kuantitas konsumsi pangan sebagaian masyarakat masih rendah yang ditandai dengan pola konsumsi pangan belum beragam, bergizi, berimbang dan aman. Kondisi tersebut tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam upaya percepatan penganekaragaman konsumsi, yaitu :

1. Masyarakat secara umum masih ketergantungan pada beras

dan terigu

2. Pemanfaatan umbi-umbian serta pangan lokal lain sebagai

sumber karbohidrat non beras masih rendah

3. Masih kurangnya produksi pangan lokal non beras

4. Konsumsi pangan hewani masih rendah

5. Masih kurangnya pemahaman masyarakat terhadap keamanan

pangan, sehingga banyak dijumpai makanan yang

mengandung pewarna, pengawet, dan bahan tambahan pangan lainnya yang tidak sesuai dosis anjuran.

6. Masih banyak komoditas pangan segar dan pangan olahan

belum mempunyai SOP (standar operasional prosedur), sehingga belum menjamin keamanan untuk dikonsumsi.

d. Kelembagaan dan Manajemen Ketahanan Pangan

Kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan sebagai aspek non teknis merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan ketahanan pangan maka penguatan kelembagaan dan manjemen ketahanan pangan perlu terus ditingkatkan. Namun terdapat permasalahan yang dihadapi, antara lain :

1. Pemahaman dan komitmen pemerintah daerah masih rendah dalam kelembagaan ketahanan pangan sebagai unit kerja dan Dewan Ketahanan Pangan (DKP) sebagai lembaga koordinatif dalam pengembagan ketahanan pangan di daerah.

(41)

3. Bentuk lembaga/unit kerja ketahanan pangan di daerah yang belum seragam menyebabkan gerak manajemen kelembagaan ketahanan pangan menjadi tidak optimal. Dengan ditetapkannya Standar Pelayanan Minimal (SPM) urusan wajib Ketahanan Pangan (Permentan Nomor : 65/Permentan/OT.140/12/2010), maka diperlukan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dapat mengemban tugas koordinasi dan fasilitasi secara konsisten dan berkelanjutan serta dukungan pembiayaan APBN, APBD Provinsi dan APBD Kabupaten/Kota yang memadai.

4. Siklus pergantian pimpinan lembaga ketahanan pangan di daerah sangat singkat sehingga pengelolaan ketahanan pangan menjadi tersendat.

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati Pacitan terpilih di periode tahun 2011-2016 menjadi acuan dalam penyusunan program dan kegiatan SKPD tahun 2011 hingga 2016. Visi Bupati dan Wakil Bupati Pacitan terpilih adalah “ Terwujudnya Masyarakat Pacitan yang Sejahtera”. Sesuai dengan harapan visi tersebut, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Pacitan 2011-2016 sebagai berikut :

Misi ke-1 : Profesional birokrasi dalam rangka meningkatkan

pelayanan prima dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik

Misi ke-2 : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Misi ke-3 : Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan

masyarakat

Misi ke-4 : Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi

yang bertumpu pada potensi unggulan

(42)

rangka pemenuhan kebutuhan dasar

Misi ke-6 : Mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat yang

berbudaya, berkepribadian dan memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama

Untuk merealisasikan pelaksanaan misi Pemerintah Kabupaten Pacitan, maka ditetapkan tujuan pembangunan daerah yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tujuan pembangunan daerah ini ditetapkan untuk memberikan arah terhadap program pembangunan kabupaten secara umum. Sedangkan sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang telah ditetapkan. Berikut adalah keterkaitan antara tujuan dan sasaran dengan visi misi Pemerintah Kabupaten Pacitan.

Tabel T-III.1

Keterkaitan Antara Tujuan dan Sasaran dengan Visi Misi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Pacitan Tahun 2011-2016

Misi ke-1 : Profesionalisme birokrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan prima dan mewujudkan tata pemerintahan yang baik

Tujuan Sasaran Indikator

1. Menciptakan aparatur pemerintah yang profesional

1. Meningkatnya profesionalisme birokrasi dan kinerja aparatur secara terncana dan sistematis 1. Persentase aparatur yang memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya 2. Persentase PNS yang

mengikuti diklat yang seharusnya diikuti 3. Persentase aparatur

yang memperoleh pembinaan dan pengembangan karir yang tepat waktu 2. Tercapainya SPM daerah 1. Persentase SPM yang

diterapkan 2. Persentase SKPD

yang mencapai target SPM 3. Terselenggaranya pelayanan prima 1. Persentase SKPD yang menerapkan SOP

(43)

3. Indeks kepuasan masyarakat 4. Jumlah pelayanan

berstandar internasional 2. Meningkatnya efektivitas sistem

pemerintahan

1. Terwujudnya tata

pemerintahan yang baik (good governance) 1. Jumlah pelanggaran disiplin PNS 2. Jumlah SKPD yang menerapkan e-gov 3. Opini audit : WTP (wajar tanpa pengecualian) 4. Persentase peraturan daerah yang melibatkan partisipasi stakeholders Misi ke-2 : Meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat

Tujuan Sasaran Indikator

1. Mewujudkan perilaku dan lingkungan sehat

1. Terwujudnya perilaku hidup sehat 1. Jumlah rumah berjamban 2. Persentase rumah bersanitasi 2. Terciptanya lingkungan sehat 1. Persentase rumah layak huni 2. Persentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang menaati persyaratan

administrasi dan teknis pencegahan

pencemaran lingkungan 3. Persentase

penanganan sampah 3. Meningkatkan kualitas kesehatan 1. Meningkatkan pelayanan

kesehatan

1. Rasio dokter/medis per satuan penduduk 2. Rasio tenaga

paramedis per satuan penduduk

3. Rasio sarana prasarana kesehatan 4. Angka kematian bayi

per 1000 kelahiran hidup

5. Angka kematian ibu melahirkan per

(44)

100.000 kelahiran hidup 6. Persentase kunjungan puskesmas/visit rate 7. Cakupan pelayanan anak balita 8. Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usi 6-24 bulan keluarga miskin 9. Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit 10. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin 11. Pasien Gakin yang dilayani RS pada setiap unit pelayanan 12. Persentase penduduk

yang memanfaatkan RS

13. Prevalensi balita dengan gizi buruk 14. Cakupan desa siaga

aktif 2. Meningkatnya sarana dan

prasarana kesehatan

1. Cakupan air berasih 2. Jaringan listrik 3. Rasio posyandu per

satuan balita 4. Rasio puskesmas,

poliklinik, pustu per satuan penduduk 5. Rasio RS per satuan

penduduk Misi Ke-3 : Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan masyarakat

Tujuan Sasaran Indikator

1. Mempermudah akses pendidikan 1. Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan

1. Rasio ketersediaan sekolah/jumlah penduduk usia sekolah 2. Sekolah pendidikan

SD/MI kondisi bangunan baik 3. Sekolah pendidikan

(45)

bangunan baik 2. Penyelenggaraan

pendidikan yang terjangkau

1. Angka Melek Huruf 2. Angka Partisipasi Kasar 3. Angka Partisipasi Murni 4. Angka Putus Sekolah 3. Meningkatkan kualitas pendidikan 1. Meningkatkan pelayanan

pendidikan

1. Angka rata-rata lama sekolah

2. Rasio guru/murid 3. Rata-rata nilai ujian 4. Angka kelulusan 5. Persentase guru/kepala

sekolah yang memenihu kualifikasi 6. Persentase guru yang

bersertifikasi 7. Jumlah sekolah

terakreditasi minimal B Misi ke-4 : meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan

Tujuan Sasaran Indikator

1. Meningkatkan perekonomian daerah dengan optimalisasi potensi wilayah

1. Terwujudnya pusat ekonomi unggulan daerah 1. PDRB sektor 2. Jumlah cluster ekonomi unggulan produktif 2. Ketersediaan pangan daerah 1. Ketersediaan energi dan protein per kapita 2. Penguatan cadangan

pangan

3. Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

4. Stabilitas harga pasokan pangan 5. Pencapaian skor Pola

Pangan Harapan 6. Pengawasan dan

pembinaan keamanan pangan

3. Lembaga UMKM dan koperasi sehat dan berdaya saing

1. Persentase koperasi aktif

2. Jumlah UMKM non BPR/LKM UKM 3. Jumlah BPR/LKM 4. Pemasaran komoditas daerah 1. Jumlah pameran/ekspo produk unggulan dilaksanakan per tahun

(46)

2. Omset penjualan komoditas unggulan 3. Kontribusi sektor

perdagangan terhadap PDRB

Misi ke-5 : Pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar

Tujuan Sasaran Indikator

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur dasar

1. Terwujudnya aksesibilitas infrastruktur menuju sarana kesehatan, pendidikan dan perekonomian

1. Persentase peningkatan kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan

2. Cakupan layanan air bersih

3. Rasio jaringan air bersih 4. Jangkauan telekomunikasi 5. Penyebaran jaringan listrik 6. Persentase penduduk berakses air minum 7. Peningkatan fasilitas

pasar daerah dan tradisional 8. Rasio pemukiman

layak huni 9. Jumlah trayek 2. Meningkatnya peran serta

masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur dasar 1. Swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat 2. Pemeliharaan pasca program pemberdayaan masyarakat Misi ke-6 : Mengembangkan tatanan kehidupan masyarakat yang berbudaya, berkepribadian dan

memiliki keimanan serta memantapkan kerukunan umat beragama

Tujuan Sasaran Indikator

1. Meningkatkan tatanan sosial

kemasyarakatan yang berbudaya, berbudi luhur dan damai

1. Terwujudnya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai

1. Angka kriminalitas yang ditangani

2. Jumlah

penyelenggaraan kegiatan, seni, budaya dan agama

(47)

kejuaraan olahraga tingkat kabupaten 4. Jumlah saran aperibadatan yang mendapatkan pembinaan 5. Persentase jenis olahraga yang berpotensi 2. Terwujudnya ketahanan sosial masyarakat

1. Jumlah anak didik hamil di luar nikah 2. Persentase PMKS yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar 3. Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yang mendapatkan layanan bantuan hukum 4. Persentase peningkatan penyuluhan pencegahan penyakit masyarakat (PEKAT)

Urusan ketahanan pangan menjadi salah satu sasaran Misi ke-2 (Meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang bertumpu pada potensi unggulan) yaitu ketersediaan pangan daerah. Maka program dan kegiatan urusan ketahanan pangan diarahkan kepada peningkatan pengembangan ketersediaan pangan dan kemandirian pangan dengan mendayagunakan segenap potensi dan sumber daya alam lokal serta sumber daya manusia yang dimiliki menuju ketahanan pangan yang mantap.

Berdasarkan telaahan terhadap visi dan misi Kepala Daerah terpilih yang telah diuraikan di atas, Kantor Ketahanan Pangan memiliki keterkaitan langsung dalam menunjang pelaksanaan pembangunan dalam bentuk program-program pembangunan, sebagai berikut:

(48)

3.3 Telaahan Renstra K/L (Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian) dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur 3.3.1 Telaahan Terhadap Renstra K/L (Badan Ketahanan Pangan,

Kementerian Pertanian)

Pembangunan ketahanan pangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang telah ditetapkan pada RPJMN 2010-2014 yang menyatakan bahwa pembangunan ketahanan pangan menjadi program prioritas yang kelima. Arah pembangunan ketahanan pangan dalam RPJMN 2010-2014 adalah meningkatkan ketahanan pangan dan kemandirian pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas, peningkatan daya saing serta peningkatan kapasitas masyarakat.

Arah pembangunan ketahanan pangan juga mengacu pada hasil KTT Pangan 2009 yang menyepakati untuk menjamin pelaksanaan langkah-langkah yang mendesak pada tingkat nasional, regional dan global untuk merealisasikan secara penuh komitmen MDGs tahun 2000 dan deklarasi World Food Summit (WFS) 1996 yaitu mengurangi jumlah penduduk dunia yang lapar dan malnutrisi hingga setengahnya pada tahun 2015.

Dengan mengacu pada RPJMN dan kesepakatan KTT pangan, arah kebijakan umum pembangunan ketahanan pangan nasional 2010-2014 adalah untuk (1) meningkatkan ketersediaan dan penanganan kerawanan pangan, (2) meningkatkan sistem distribusi dan stabilisasi harga pangan serta (3) meningkatkan pemenuhan kebutuhan konsumsi dan keamanan pangan.

Strategi Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian RI

2010-2014 adalah (1) melaksanakan koordinasi secara sinergis dalam

penyusunan kebijakan ketersediaan, distribusi, konsumsi pangan dan keamanan pangan segar, (2) mendorong pengembangan cadangan pangan, sistem distribusi pangan, penganekaragaman konsumsi dan keamanan segar, dan (3) mendorong peran swasta, masyarakat sipil, dan kelembagaan masyarakat lainnya dalam ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan

(49)

Program yang dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan, Kementerian Pertanian RI 2010-2014 adalah Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat. Sasaran program (outcome) yang hendak dicapai adalah meningkatnya ketahanan pangan melalui konsumsi dan keamanan pangan segar, ketersediaan pangan, distribusi pangan dan pemberdayaan masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan. Program ini dijabarkan dalam 3 (tiga) kegiatan prioritas nasional dan 1 (satu) kegiatan pendukung dan 13 sub kegiatan, yaitu :

Tabel T-III.2

Program/Kegiatan Prioritas Pada Renstra BKP, Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014

No. Program/Kegiatan Prioritas

Sasaran Sub Kegiatan

(1) (2) (3) (4) 11 Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat Meningkatnya ketahanan masyarakat melalui konsumsi dan keamanan pangan segar, distribusi dan pemberadayaan di tingkat masyarakat serta terkoordinasinya kebijakan ketahanan pangan 11.1 Pengembangan penganekaragaman konsumsi pangan dan peningkatan

keamanan pangan segar

Meningkatnya pemantapan penganekaragaman konsumsi pangan dan keamanan pangan a. Peningkatan percepatan penganekaragaman pangan b. Peningkatan dan pengembangan promosi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan c. Peningkatan penanganan keamanan pangan segar tingkat produsen dan konsumen d. Koordinasi analisis dan

perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan pangan

11.2 Pengembangan sistem distribusi dan stabilitas harga pangan

Meningkatnya pemantapan distribusi dan harga pangan

a. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) b. Koordinasi analisis dan

perumusan kebijakan distribusi, harga dan

Gambar

Gambar G-II.1 Struktur Organisasi
Tabel T-II.1 Daftar Susunan Pegawai
Tabel T-II.2
Tabel T-II.3 Daftar Nominatif Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) adalah merupakan amanat Undang-Undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Pada undang-undang tersebut

Potensi sumber daya alam sebagai sumber bahan pangan yang besar akan menjamin ketersediaan pangan yang beragam di wilayah di sepanjang waktu sehingga terbuka peluang

Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Tahun 2020 – 2024 ini diharapkan menjadi acuan dan panduan bagi seluruh pemangku kepentingan, baik di Pusat maupun Daerah,

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya merupakan dokumen Rencana Strategis (Renstra) Perangkat Daerah yang memuat visi,

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa renstra Pertanian dan Ketahanan Pangan merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5(Lima) tahun yang

Penyusunan Rencana Strategis ( Renstra ) Kecamatan Brondong Tahun 2016 – 2021, merupakan tindak lanjut pelaksanaan Undang – undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang sistem

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang Tahun 2016-2021, merupakan tindak lanjut pelaksanaan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004

Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Renstra Kecamatan Tigaraksa Tahun 2019-2023 , merupakan tindak lanjut pelaksanaan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem