untuk menambah daya saing kilang, pertamina membangun kilang rfCC (Residual Fluid Catalytic Cranking) di ru Iv Cilacap. rfCC bertujuan untuk mengkonversi residu menjadi produk yang lebih bernilai (Valuable Product). Dengan adanya rfCC maka akan menaikkan kompleksitas dan margin kilang ru Iv. rfCC ditargetkan dapat menghasilkan produk onspec pada kuartal pertama tahun 2015. Dengan beroperasinya rfCC maka akan mengurangi impor premium sebesar 40 mbCD.
pada sektor pengolahan, pertamina menghadapi tantangan besar dalam hal persaingan teknologi dan sumber daya manusia. untuk menghadapi tantangan tersebut, pertamina lebih proaktif bersinergi dengan pihak lain di dalam maupun di luar negeri dalam mengembangkan kilang dan memenuhi kebutuhan tenaga ahli. Salah satu inisiatif pertamina dalam hal ini adalah menjalin ikatan kerja sama di bidang Engineering Project Management dengan engineers India limited (eIl). tentunya hal ini sejalan dengan Refinery Development Master Plan (rDmp) yang dimiliki oleh pertamina menuju perusahaan energi kelas dunia.
Secara umum, kegiatan usaha sektor pengolahan tahun 2014 didukung oleh operasional kilang berikut:
1. Operasi Kilang bbm, terdiri dari Kilang ru II sampai dengan ru vII (tidak termasuk Kilang CpD Cepu), yang memproduksi bbm dan non bbm serta produk lainnya. 2. Operasi Kilang lpG mundu, yang memproduksi lpG,
Kondesat (Minasol) dan produk lainnya.
Reinery Sector Performance
In order to increase the competitiveness of its refinery units, pertamina started to build a rfCC (residual fluid Cata-lytic Cranking) refinery in ru Iv Cilacap. rfCC converses residue into valuable products. having an rfCC helps to increase the complexity and margin in the ru Iv refinery. the rfCC is targeted to generate onspec products within the first quarter of 2015 and it is also expected to lessen the import of premium by 40 mbCD.
In the refinery sector, pertamina has to cope with immense challenges in technology and human resources competition. therefore, pertamina has to be more proactive in synergizing with other parties domestically and overseas in order to expand refinery units and fulfill the requirements for experts. One of pertamina’s initiatives in this sense was to establish cooperation in engineering project management with engineers India limited (eIl). this is in line with pertamina’s refinery Development master plan (rDmp) towards a world-class energy company.
In general, the midstream sector businesses (refinery) in 2014 were supported by the following operational refinery units: 1. fuel refinery Operations in refinery units (ru) II and ru
vII (excluding CpD Cepu refinery unit), which produces fuel, non-fuel and other products.
2. lpG mundu refinery Operation, which produces lpG, Condensate (minasol) and other products.
Tabel Realisasi Laba bersih gas Pertamina Tahun 2014 Dibandingkan dengan Target 2014 dan Realisasi Tahun 2013 Table of Net Income from gas Realization of Pertamina in 2014 Compared to Target in 2014 and Realization in 2013
Keterangan
Description
Target 2014
Target 2014 (us$ Juta/us$ Million)
Realisasi 2014
Realization 2014 (us$ Juta/us$ Million)
Realisasi 2013
Realization 2013 (us$ Juta/us$ Million)
gas (Korporat)
gas (Corporate) 31.9 53.8 59.9
Pertagas 161.7 178.5 158.8
Nusantara Regas 46.1 46.4 48.4
Laba bersih Direktorat gas
Keterangan
Description satuanunit
Target 2014 Realisasi 2014 Realization 2014 Realisasi 2013 Realization 2013 Realisasi 2012 Realization 2012 Pengolahan Kilang Refinery Processing
Pengolahan Minyak Mentah, gas & Intermedia
Crude oil, gas & Intermedia Processing
Juta barrel
Million barrel 310.47 314.42 314.03 308.12 Volume Produksi bbM* (10 Produk utama)
fuel Production Volume (10 Main fuel Products) Million barrelJuta barrel 243.64 241.16 239.04 238.76 Volume Produksi Non bbM
(Petrokimia, solvent dan NbbM) Non-fuel Production Volume (Petrochemical, solvent and NbbM)
Juta barrel
Million barrel 25.44 22.18 21.74 23.56
3. Operasi Kilang petrokimia, terdiri dari Kilang Paraxylene
di ru Iv Cilacap yang memproduksi Paraxylene dan
Benzene serta produk lainnya, Kilang Polypropylene di ru III plaju yang memproduksi Polytam (Polypropylene
pertamina) serta Kilang OCu (Olefien Convertion Unit) di ru vI balongan yang memproduksi Propylene.
4. Operasi Kilang lube base di ru Iv Cilacap yang memproduksi lube base 60, 95, 160, hvI-650, Paraffinic, Slack Wax, Minarex dan Asphalt.
Sepanjang tahun 2014, pengolahan minyak mentah, gas dan intermedia mencapai 314,42 juta barrel lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 314,03 juta barrel. Dengan kenaikan intake kilang tersebut, volume produksi produk bbm tercapai sebesar 241,16 juta barrel lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 239,04 juta barrel. Sedangkan volume produksi non bbm tercapai 22,18 juta barrel lebih tinggi dari tahun 2013 sebesar 21,74 juta barrel.
Secara overall total yield output kilang pada tahun 2014 tercapai sebesar 94,6% lebih tinggi dari realisasi tahun 2013 sebesar 94,0%. hal tersebut menunjukkan peningkatan efisiensi kilang karena penurunan pemakaian
refinery fuel dan processing loss.
tabel berikut menyajikan data mengenai kinerja kilang pertamina tahun 2014 dibandingkan target tahun 2014 dan realisasi 2012-2013.
3. petrochemical refinery Operation, which consists of paraxylene refinery unit of ru Iv Cilacap which produces paraxylene and benzene and other products, polypropylene refinery unit of ru III plaju which produces polytam (polypropylene pertamina), as well as OCu refinery unit (Olefien Convertion unit) in ru vI balongan which produces propylene.
4. lube base refinery Operation in ru Iv Cilacap which produces lube base hvI-60, hvI-95, hvI-160, hvI-650, paraffinic, Slack Wax, minarex and asphalt.
throughout 2014, the processing of crude oil, gas and intermedia reached 314.42 million barrels, higher than 2013 which amounted to 314.03 million barrels. With the increase in refinery intake, production volumes of fuel products reached 241.16 million barrels, higher than 239.04 million barrels of production in 2013. meanwhile, non-fuel production volume of 22.18 million barrels in 2014 was higher than 21.74 million barrels of production in 2013.
Overall total yield from refineries output in 2014 was 94.6%, higher than 94.0% in 2013. this indicates an increase in the efficiency of the refinery units due to a decrease in both refinery fuel consumption and processing losses.
the following table presents data on the performance of the oil refinery units in 2014 compared to the target in 2014 and the realization in 2012-2013.
Tabel Realisasi Kinerja operasi Kilang Pertamina Tahun 2014 Dibandingkan Target Tahun 2014 dan Realisasi 2012-2013 Table of Refinery operation Performance Realization in Pertamina in 2014 Compared to the Target in 2014 and Realization in 2012-2013
* 10 Produk utama: Premium, Minyak Tanah, solar, Minyak Diesel, Minyak bakar, Avigas, Avtur, Pertamax, Pertamax Plus, Pertamina Dex
grafik gross Refinery Margin sektor Pengolahan dalam 5 Tahun Terakhir graph of gross Refinery Margin of Refinery sector in the Last 5 Years
(dalam us$/barrel) (in us$/barrel) 2010* 2011* 2012* 2014** O.OO 2.OO 4.OO 6.OO 8.OO 2013** 0.39 0.19 1.85 7.27 8.23
Selanjutnya, pertamina juga berhasil meningkatkan profitabilitas dan efisiensi operasional kilang pada tahun 2014. Gross Refinery Margin (Grm) meningkat dari uS$7.27/barrel tahun 2013 menjadi uS$8.23/barrel. Kemudian biaya operasi menurun dari uS$2.28/barrel tahun 2013 menjadi uS$2.05/barrel tahun 2014. Sejalan dengan pencapaian tersebut, Net Margin kilang naik dari uS$4.99 per barrel tahun 2013 menjadi uS$6.13 per barrel pada tahun 2014.
In addition, pertamina also managed to increase the profitability and efficiency of its refinery operations in 2014. the Gross refinery margin (Grm) rose from uS$7.27/barrel in 2013 to uS$8.23/barrel in 2014. It reduced operation costs from uS$2.28/barrel in 2013 to uS$2.05/barrel in 2014. as a result, the net margin for the refinery units increased from uS$4.99 per barrel in 2013 to uS$6.13 per barrel in 2014.
* Data menggunakan basis perhitungan Price Reference (PR) Data was computed based on Price Reference (PR)
** Data menggunakan Net selling Price (NsP) sesuai dengan optimasi hilir
grafik Net Margin Kilang dalam 5 Tahun Terakhir graph of Refinery Net Margin in the Last 5 Years
2010* 2011* 2012* 2013 NSP** -6 -4 -2 O 2 4 6 8 10 12 -1.74 2013 PR*
pada tahun 2014 kilang pertamina mengolah minyak mentah sebesar 302,60 juta barrel. lebih rendah daripada total pengolahan minyak mentah tahun 2013 sebesar 303,72 juta barrel. hal tersebut sesuai dengan alokasi minyak mentah dan optimasi hilir.
In 2014 the oil refinery units processed 302.60 million barrels of crude oil. this was lower than the 303.72 million barrels processed in 2013. It was in line with the allocation of crude oil and downstream optimization.
grafik biaya operasi sektor Pengolahan dalam 5 Tahun Terakhir* graph of operation Cost of Refinery sector in the Last 5 Years*
2010 2011 2012 2014 O O.5 1 1.5 2 2.5 3 2013 2.13 2.45 2.48 2.28 2.05 (dalam us$/barrel) (dalam us$/barrel) (in us$/barrel) (in us$/barrel) -2.26 0.63 -3.99 4.99 6.13
* Data menggunakan basis perhitungan Price Reference (PR) Data was computed based on Price Reference(PR)
* Tidak termasuk unit operasi & departemen
Excluding operating unit & department
** Data menggunakan Net selling Price (NsP) sesuai dengan optimasi hilir
Data was computed based on Net selling Price (NsP) in line with the downstream optimization
Kemudian yield total output kilang (perbandingan total
output terhadap total intake) pada tahun 2014 tercapai
sebesar 94,6%, lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun 2013 sebesar94,0%. namun masih lebih rendah dibandingkan dengan target sebesar 96,1%. pencapaian
yield total output tahun 2014 lebih rendah dibandingkan
dengan target tahun 2014 disebabkan adanya beberapa
unscheduled shutdown di beberapa ru selama tahun
2014.
Data mengenai persentase perbandingan input dan output
kilang dalam 5 tahun terakhir dijelaskan pada diagram berikut ini.
the yield total output of refinery units (ratio of total output to total intake) in 2014 was 94.6%, higher than 94.0% in 2013. however, the achievement in yield total output in 2014 was still lower than the target of 96.1% due to a number of unscheduled shutdowns in refinery units during 2014.
Data about the output to input ratio of refinery units in percentage in the last 5 years is described in the following diagram.
Grafik berikut menyajikan data pengolahan minyak mentah dalam 5 tahun terakhir.
below graph presents crude oil processing data in the last 5 years.
grafik Pengolahan Minyak Mentah dalam 5 Tahun Terakhir graph of Crude oil Processing in the Last 5 Years
grafik Persentase Input-output Kilang graph of Percentage Input-output of Refinery unit 96.50 96.00 95.50 95.00 94.50 94.00 93.50 93.00 2010 2011 2012 2013 2014 94.58 94.02 94.35 94.31 94.56 Impor/Import Domestik/Domestic (dalam Persentase) (in Percentage) 203.30 200.60 187.83 183.53 119.07 115.89 98.20 97.40
grafik Yield Valuable Product dalam 5 Tahun Terakhir graph of Yield Valuable Product in the Last 5 Years
2010 2011 2012 2013 2014 73.48 72.47 72.75 72.69 72.44 73.5 73 72.8 72.6 72.4 72.2 0
grafik Yield PKsA dalam 5 Tahun Terakhir graph of Yield PKsA in the Last 5 Years 74 72 70 68 66 64 62 2010 2011 2012 2013 2014 71.04 71.87 71.41 68.69 66.42
pertamina juga mencatat yield valuable product sebesar 73,48% pada tahun 2014 lebih tinggi daripada pencapaian tahun 2013 sebesar 72,47%. Sedangkan yield pKSa tahun 2014 tercapai sebesar 71,04% mengalami penurunan daripada pencapaian tahun 2013 sebesar 71,87%. hal tersebut disebabkan adanya optimasi hilir sehingga pola produksi tidak hanya fokus pada produk pKSa saja namun lebih ke produksi valuable product yang mempunyai value yang lebih tinggi.
pertamina also recorded yield valuable product amounting to 73.48% in 2014, higher than 72.47% in 2013. meanwhile, the pKSa yield in 2014 was 71.04%, slightly lower than 71.87% in 2013. this occurred due to the optimization of downstream so that production patterns did not only focus on pKSa products alone but more to the production of valuable products with higher values.
(dalam Persentase) (in Percentage)
(dalam Persentase) (in Percentage)