• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kisaran optimum untuk budidaya ikan Patin >4,0 mg/l Hasil analisa kualitas air menunjukan kadar oksigen terlarut (DO) di Kawasan

Minapolitan berkisar antara 2-8 mg/l. Terdapat 4 dari 16 lokasi

pengambilan sampel yang memiliki kadar DO dibawah nilai optimum

yaitu sebesar 2 mg

/l. Hubungan antara DO dengan prevalensi infeksi bakteri patogen mempunyai korelasi yang sangat lemah, dengan persamaan regresi - 2.735x + 64.701 dan koefisien determinasi sebesar 0.0597 atau hanya 5,97% prevalensi infeksi bakteri patogen dapat dijelaskan oleh faktor DO air. Meskipun nilai DO sebesar 2 mg/l dibawah nilai optimum untuk budidaya ikan Patin, namun terlihat bahwa ikan Patin masih dapat mentolerir rendahnya nilai DO tersebut. Dari hasil penelitian terlihat bahwa prevalensi infeksi batogen dapat terjadi pada lokasi dengan kadar oksigen tinggi maupun rendah (Gambar 9).

Gambar 9 Korelasi oksigen terlarut dengan prevalensi infeksi bakteri patogen

y = -2,735x + 64,70 R² = 0,059 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 2 4 6 8 10 P re v a le n si ( %) Oksigen terlarut (mg/l)

Amoniak (NH3)

Amoniak (NH3) terbentuk dari hasil penguraian bahan organik mengandung nitrogen dan merupakan racun bagi organisme perairan.Sumber amoniak di perairan berasal dari perubahan senyawa organik dan hasil ekskresi hewan akuatik (Cholik et al. 1986). Konsentrasi amoniak yang masih dapat di tolerir oleh mikroorganisme perairan adalah <0,5 mg/l,pada konsentrasi amoniak 0,5-0,9 mg/l kondisi perairan dikategorikan tercemar ringan,konsentrasi 1,0-3,0 mg/l kondisi perairan di kategorikan tercemar sedang,sedangkan konsentrasi >3,0 mg/l perairan di kategorikan tercemar berat.

Konsentrasi amoniak yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi pH dalam darah ikan. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan insang, mengurangi kemapuan darah untuk mengangkut oksigen, meningkatkan kebutuhan oksigen pada jaringan, kerusakan sel darah merah dan jaringan- jaringan yang memproduksinya serta mempengaruhi osmoregulasi. Pengaruh amoniak dapat memicu infeksi bakteri pada insang. Racun ini memyebabkan terjadinya iritasi/luka pada insang, insang menjadi berwarna merah abnormal dan terlepas dari bawah penutup insang. Hal inilah yang memicu serangan bakteri terhadap insang yang luka. Tucker (1991) menyatakan bahwa ikan Lele yang hidup pada perairan dengan kadar amoniak diatas 0,05 ppm (0.5 mg/l) akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi lebih lambat dan lebih rentan terhadap penyakit menular (Tucker 1991).

Untuk kadar amoniak, diperoleh kisaran nilai sebesar 0-3 mg/l; 11 dari 16 lokasi sampel memiliki kadar amoniak melebihi nilai optimum (> 0.01 mg/l). Dengan adanya kadar aminiak perairan melebihi batas nilai optimum untuk budidaya ikan Patin, keberadaan amoniak dapat menggangu aktivitas, pertumbuhan ikan serta kerentanan ikan terhadap infeksi patogen

Nitrit (NO2)

Menurut Hillerman dan Boyd dalam Mangalik (2001), sumber nitrit berasal dari reduksi nitrat secara an aerob oleh bakteri dalam lumpur dan air. Apabila nitrit di absorbsi ikan, maka akan bereaksi dengan hemoglobin dan akan membentuk methamoglobin.Karena methamoglobin tidak efektif mengangkut oksigen, maka absorbsi yang kontinyu dari nitrit akan berakibat pada hipoksia dan sianosis. Darah yang mengandung methamoglobin berwarna coklat dan menyebabkan keracunan pada ikan yang biasa dinyatakan sebagai penyakit

“brown blood diseases”. Kadar nitrit yang tinggi dapat menyebabkan stress bagi ikan yang selanjutnya dapat menyebabkan kerentanan ikan terhdap penyakit. Dari hasil analisa kadar besi, diperoleh nilai 0.25-1 mg/l; dimana 5 dari 16 lokasi pengambilan sampel memiliki kadar besi melebihi batas (> 0,5 mg/l). Untuk kadar nitrit, diperoleh nilai < 0,3 mg/l di semua lokasi pengambilan sampel. Kadar nitrit ini masih dalam batas yang dapat ditolerir oleh ikan.

Nitrat (NO3)

Nitrat adalah ion-ion an organik alami yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Nitrit dapat dengan mudah di oksidasikan menjadi nitrat,maka nitrat adalah senyawa yang paling sering di temukan di dalam air bawah tanah maupun air permukaan.Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,yaitu : ion nitrat (ion NO3),Kalium nitrat (KNO3),dan Nitrogen nitrast (NO3-N).Penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan sering menyebabkan pencemaran nitrat pada badan air. Nitrat yang berlebihan di perairan dapat mengakibatkan keracunan pada ikan/tumbuhan air,serta mengganggu siklus alami nitrogen.Dalam basa normal nitrat berguna pada proses sintesa protein pada hewan dan untuk pertumbuhan tanaman air (Aquaculture 1999). Untuk kadar nitrat diperoleh nilai 12,5 mg/l di semua lokasi pengambilan sampel. Jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan Aquaculture (2003), nilai ini melebihi batas yang dapat ditolerir.

Besi (Fe)

Besi (Fe) dalam perairan yang sering menimbulkan masalah adalah bentuk ferro (Fe²+) yang menyebabkan keracunan bagi biota air.Kadar Fe²+ pada kolam tanah sulfat masam yang digenangi selama dua minggu meningkat dari umumnya antara 9-18 mol.m-3 (500-1000 ppm) menjadi 90 mol.m-3 (5000 ppm),tetapi kemudian cenderung menurun pada penggenangan lebih dari dua minggu.Kadar Fe2+ pada kolam mempunyai kisaran sangat lebar antara 0,07- 6.600 ppm.Kadar Fe2+ ini di pengaruhi oleh pH,bahan organik,kadar Fe3+,serta reaktivitas Fe3+ (Ponnamperuma1977). Kadar Fe2+ optimal untuk budidaya ikan 0.05 – 0.5 mg (Aquaculture 2003). Pada perairan dengan konsentrasi besi yang tinngi menutup jalan insang, menyebabkan stress hingga kematian (Lawson 1995). Dari hasil analisa kadar besi, diperoleh nilai 0.25-1 mg/l; dimana 5 dari 16 lokasi pengambilan sampel memiliki kadar besi melebihi batas (> 0,5 mg/l).

Prevalensi infeksi Plesiomonas shigelloides

Plesiomonas shigelloides merupakan bakteri anaerob fakultatif, Gram negatif, berbentuk batang, oksidase positif, non spora, motil dan memiliki lophotrichous dan peritrichous flagella (Inoue et al. dalam Jagger 2002). Pleisomonas sp. tumbuh pada suhu optimum 30 ° C dan memiliki kisaran 29-41 °C (Hudson et al. 2005). Plesiomonas shigelloides merupakan bakteri patogen oportunistik, dapat menyebabkan terjadinya petechial haemorrhagic pada usus (Buller, 2004). Pada kondisi normal, bakteri ini dapat ditemukan pada saluran gastro-intestinal ikan air hangat (Vandepitte et al. dalam Hudson et al. 2005).

Infeksi Plesiomonas shigelloides ditemukan di 12 dari 16 lokasi pengambilan sampel dengan kisaran nilai pH sebesar 6,9-7,2; suhu sebesar 30- 33° C, kecerahan 10-60 cm dan kadar oksigen 2-8 mg/l (Tabel 13). Dari hasil analisa kualitas air tersebut terlihat bahwa nilai pH masih berada kisaran optimum untuk pertumbuhan ikan Patin. Meskipun suhu di beberapa lokasi melebihi suhu optimum untuk budidaya ikan patin (>30 ° C), nampaknya hal ini tidak mempengaruhi infeksi Plesiomonas shigelloides. Keragaman nilai parameter kecerahan dan kadar oksigen terlarut di lokasi pengambilan sampel terlihat sangat jelas

Tabel 13 Prevalensi infeksi

Plesiomonas shigelloides dan kualitas air

di