• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI WILAYAH DI TIGA DAERAH OTONOMI BARU DI INDONESIA

4.1 Klasifikasi Kabupaten Pemekaran

Alat analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu : daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), daerah berkembang cepat (high growth but low income), dan daerah relatif tertinggal (low growth ang low income) (Hill, 1989 dan Kuncoro, 1996 dalam Kuncoro2004).

Kriteria untuk membagi 114 kabupaten pemekaran dalam penelitian ini adalah, (1) daerah cepat maju dan cepat tumbuh, yaitu kabupaten pemekaran yang memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata provinsi; (2) daerah maju tetapi tertekan, yaitu kabupaten pemekaran yang memiliki rata-rata pendapatan per kapita lebih tinggi, tetapi mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari rata-rata provinsi, (3) daerah berkembang cepat, yaitu kabupaten pemekaran yang memiliki rata-rata tingkat

pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, tetapi mempunyai rata-rata pendapatan per kapita lebih rendah daripada rata-rata provinsi, (4) daerah relatif tertinggal, yaitu kabupaten pemekaran yang memiliki rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah daripada rata-rata provinsi. Disebut ‘tinggi’ apabila indikator di suatu kabupaten pemekaran lebih tinggi dibandingkan rata-rata provinsi, dan digolongkan ‘rendah’ apabila indikator di suatu kabupaten pemekaran lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata provinsi.

Tingkat PDRB per kapita

Pertumbuhan Yi > Y Yi < Y

Ri

Belitung Timur**, Boven Digoel, Kuantan Singingi, Kutai Timur**, Mimika, Mamuju Utara, Kepahiang, Parigi Moutong, Morowali**, Halmahera Timur, , (10 kabupaten)

> R

(Daerah maju dan cepat tumbuh)

Luwu Utara, Waropen, Bombana, Konawe Selatan, Solok Selatan, Gayo Lues, Bengka-yang, Teluk Wondama, Dharmasraya, Ser-dang Bedagai, Bener Meriah, Bireun, Kee-rom, Peg. Bintang, Seluma, Rote Ndao, Tojo Una-2, Kep. Aru, Simeuleu, Sekadau, Waka-tobi, Tolikara, Puncak jaya, Asmat. Rokan Hulu*, Pelalawan*, Sarolangun*, Banyu-asin*, Ogan Ilir*, Nunukan**, Penajam Pasir Utara*, Teluk Bintuni*, Siak, Bangka Barat (34 kabupaten)

(Daerah Berkembang Cepat)

Ri

Seruyan, Murung Raya, Balangan, Tanah Bumbu, Supiori, Sukamara, Luwu Timur, Banggai Kepulauan, Sumbawa Barat, Mappi, Pohuwato, Lebong, Kolaka Utara, Pasaman Barat, Kaimana, Lamandau, Katingan, Kep. Mentawai, Rokan Hilir* , Tanjung Jabung Timur*, Natuna* (21

kabupaten) < R

(Daerah maju tetapi tertekan)

Nagan Raya, Sarmi, Malinau, Kutai Barat, Muko-2, OKU Timur, Buol, Landak, Tebo, Kep. Talaud, Pulang Pisau, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Lingga, Muaro Jambi*, Samosir, Minahasa Selatan, Gunung Mas, Minahasa Utara, Buru, Humbang Ha-sundutan, Barito Timur, Bangka Selatan, Ka-rimun, Sorong Selatan, Mamasa, Pak2Barat, OKU Selatan, Nias Selatan, Yahukimo, Se-ram Bag Timur, Lembata, SeSe-ram Bag Barat, Kep. Sula, Halmahera Utara, Halmahera Se-latan, Kaur, Manggarai Barat, Melawi, Boa-lemo, Maluku Tenggara Barat, Paniai, Bone Bolango, Way Kanan, Aceh Singkil, Lam-pung Timur*, Bangka Tengah*, Kepulauan Raja 4 (49 kab)

(Daerah relatif tertinggal) Sumber : BPS (2010), diolah (lihat Lampiran 4, Peta Kabupaten Pemekaran)

*dengan minyak dan gas **dengan migas dan non migas Di mana :

Ri

R = tingkat pertumbuhan PDRB provinsi (%)

= tingkat pertumbuhan PDRB kabupaten pemekaran (%) Yi

Y = PDRB/kapita provinsi (dalam ribuan rupiah)

= PDRB/kapita kabupaten pemekaran (dalam ribuan rupiah)

Karakteristik kabupaten pemekaran sebagai “daerah yang maju dan cepat tumbuh” selain mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita lebih tinggi dari provini, antara lain adalah :

- Angka harapan hidup (AHH) rata-rata masih di bawah AHH nasional, tetapi lebih tinggi dari klas ‘daerah maju tetapi tertekan’, tetapi lebih rendah dari klas ‘daerah cepat berkembang’ dan ‘daerah relatif tertinggal’.

- Pengeluaran per kapita rata-rata melebihi pengeluaran per kapita nasional, tetapi lebih rendah dari kelas lainnya.

- Lama sekolah rata-rata masih di bawah lama sekolah nasional, tetapi lebih tinggi dari ‘daerah maju tetapi tertekan’ dan ‘daerah cepat berkembang’, namun lebih rendah dari ‘daerah relatif tertinggal’.

- PDRB atas dasar harga konstan rata-rata maupun harga berlaku rata-rata melebihi PDRB atas harga konstan maupun harga berlaku nasional, dengan migas maupun non migas, dan melebihi ketiga kelas lainnya.

- Kontribusi PAD terhadap APBD kecil kurang dari lima persen dan lebih rendah dari kelas lainnya.

Sepuluh “daerah maju dan cepat tumbuh” berada di Provinsi Papua dua kabupaten (Kabupaten Mimika dan Boven Digoel), Provinsi Maluku Tengah (Kabupaten Morowali dan Kabupaten Parigi Moutong), Provinsi Bangka Belitung (Kabupaten Belitung Timur), Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Mamuju Utara), Provinsi Riau (Kabupaten Kuantan Singingi), Provinsi Kalimantan Timur (Kabupaten Kutai Timur), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Kepahiang), Provinsi Maluku Utara (Kabupaten Halmahera Timur).

Karakteristik kabupaten pemekaran yang dalam klasifikasi “daerah maju tetapi tertekan” selain memiliki PDRB per kapita melebihi provinsi tetapi laju pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari provinsi, juga memiliki karakteristik lain yaitu :

- Angka harapan hidup rata-rata lebih rendah dari AHH nasional dan paling rendah di antara kelas lainnya.

- Pengeluaran per kapita rata-rata melebihi pengeluaran per kapita nasional, dan lebih tinggi dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’ dan ‘daerah relatif tertinggal’.

- Lama sekolah rata-rata jauh di bawah lama sekolah nasional dan lebih rendah ‘daerah relatif tertinggal’ dan ‘daerah maju dan cepat tumbuh’.

- PDRBadhk rata-rata di bawah PDRB adhk nasional, tetapi PDRBadhb rata-rata melebihi nasional.

- Kontribusi PAD terhadap APBD kecil, kurang dari empat persen, lebih rendah dari ‘daerah berkembang cepat’ dan ‘daerah relatif tertinggal’, serta lebih tinggi dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’.

“Daerah yang maju tetapi tertekan” adalah kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Seruyan, Sukamara, Lamanadau, Katingan, Murung Raya), Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Balangan dan Tanah Bumbu), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Bangagai Kepulauan), Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Timur), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Kolaka Utara), Provinsi Gorontalo (Kabupaten Pohuwato), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Lebong), Provinsi Sumatera Barat (Kabupaten Pasaman Barat dan Kepulauan Mentawai), Provinsi Nusa Tenggaran Barat (Kabupaten Sumbawa Barat), Provinsi Papua (Kabupaten Supiori dan Mappi), Provinsi Papua Barat (Kabupaten Kaimana), Provinsi Riau (Kabupaten Rokan Hilir), Provinsi Jambi (Kabupaten Tanjung Jabung Timur), dan Provinsi Kepulauan Riau (Kabupaten Natuna).

Untuk klasifikasi “daerah berkembang cepat” selain mempunyai karakteristik laju pertumbuhan PDRB per kapita lebih rendah dari provinsi dan mempunyai laju pertumbuhan ekonomi melebihi provinsi, juga mempunyai karakteristik :

- AHH rata-rata di bawah AHH nasional dan lebih tinggi dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’ dan ‘daerah maju tetapi tertekan’.

- Pengeluaran per kapita rata-rata melebihi pengeluaran per kapita nasional dan melebihi ketiga kelas lainnya.

- Lama sekolah rata-rata jauh di bawah rata-rata lama sekolah nasional dan lebih rendah dari tiga kelas lainnya.

- PDRBadhb rata-rata maupun PDRBadhk rata-rata lebih rendah daripada PDRBadhb dan PDRBadhk nasional, serta lebih rendah dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’ serta ‘daerah maju tetapi tertekan’, tetapi lebih tinggi dari ‘daerah relatif tertinggal’.

- Kontribusi PAD terhadap APBD kurang dari empat persen dan lebih tinggi dari ketiga kelas lainnya.

Sebanyak 34 kabupaten dalam klasifikasi “daerah berkembang cepat” berada di Provinsi Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Utara), Provinsi Sulawesi Tenggara (Kabupaten Bombana, Wakatobi, dan Konawe Selatan), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Tojo Una-una), Provinsi Papua (Kabupaten Waropen, Pegunungan Bintang, Keerom, Puncak Jaya, Asmat, Tolikara, ), Provinsi Papua Barat (Kabupaten Teluk Wondama dan Teluk Bintuni), Provinsi Sumatera Barat (Kabupaten Solok Selatan dan Dharmasraya), Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Kabupaten Gayo Lues, Bener Meriah, Bireun, Simeuleu), Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Serdang Bedagai), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Seluma), Provinsi Riau (Kabupaten Rokan Hulu, Pelalawan, Siak), Provinsi Jambi (Kabupaten Sarolangun), Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten Banyuasin, dan Ogan Ilir), Provinsi Bangka Belitung (Kabupaten Bangka Barat), Provinsi Maluku (Kabupaten Kepulauan Aru), Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Sekadau), Provinsi Kalimantan Timur (Kabupaten Penajem Paser Utara dan Nunukan), Provinsi Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Rote Ndao),

Klasifikasi “daerah relatif tertinggal” selain mempunyai laju pertumbuhan ekonomi dan laju pertumbuhan PDRB per kapita di bawah provinsi, juga mempunyai karakteristik :

- AHH rata-rata di bawah AHH nasional tetapi paling tinggi di semua kelas. - Pengeluaran per kapita rata-rata melebihi pengeluaran per kapita nasional dan

lebih tinggi dari ‘daerah maju dan cepat tumbuh’.

- PDRBadhk rata-rata maupun PDRBadhb rata-rata jauh di bawah PDRB nasional dan paling rendah di antara kelas lainnya.

- Kontribusi PAD terhadap APBD empat persen lebih dan lebih tinggi daripada ‘daerah maju dan cepat tumbuh’ serta ‘daerah maju tetapi tertekan’.

“Daerah relatif tertinggal” tersebut sebanyak 49 kabupaten berada di Provinsi NAD (Kabupaten Nagan Raya, Aceh Tamiang, Aceh Jaya, Aceh Barat Daya, Aceh Singkil), Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten OKU Timur, OKU Selatan), Provinsi Jambi (Kabupaten Muaro Jambi, dan Tebo), Provinsi Kepulauan Riau (Kabupaten Lingga, dan Karimun), Provinsi Sumatera Utara (Kabupaten Samosir, Humbang

Hasundutan, Nias Selatan, dan Pak-pak Barat), Provinsi Bengkulu (Kabupaten Muko-muko, dan Kaur), Provinsi Bangka Belitung (Kabupaten Bangka Tengah, dan Bangka Selatan), Provinsi Lampung (Kabupaten Way Kanan, dan Lampung Timur), Provinsi Papua (Kabupaten Sarmi, Paniai dan Yahukimo), Provinsi Papua Barat (Kabupaten Sorong Selatan, dan Raja Ampat), Provinsi Kalimantan Timur (KabupatenMalinau, Kutai Barat), Provinsi Kalimantan Barat (Kabupaten Landak, dan Melawi), Provinsi Kalimantan Selatan (Kabupaten Pulang Pisau), Provinsi Kalimantan Tengah (Kabupaten Gunung Mas, dan Barito Timur), Provinsi Sulawesi Tengah (Kabupaten Buol), Provinsi Sulawesi Utara (Kabupaten Kepulauan Talaud, Minahasa Selatan, Minahasa Utara), Provinsi Sulawesi Barat (Kabupaten Mamasa), Provinsi Gorontalo (Kabupaten Bone Bolango, Boalemo), Provinsi Maluku (Kabapaten Buru, Seram Bagian Timur, Seram Bagian Barat, dan Maluku Tenggara Barat), Provinsi Maluku (Kabupaten Kepulauan Sula, Halmahera Utara dan Halmahera Selatan), Provinsi NTT (Kabupaten Lembata, dan Manggarai Barat).

Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka Kabupaten Rokan Hilir masuk pada kategori ‘daerah maju tetapi tertekan’, Kabupaten Rote Ndao masuk pada kategori ‘daerah cepat berkembang’ dan Kabupaten Mamasa masuk pada kategori ‘daerah relatif tertinggal’.