• Tidak ada hasil yang ditemukan

Di dalam proses penetapan kebijakan yang merupakan tahap penentuan suatu alternatif kebijakan dari bebagai alternatif yang ada, ada berbagai kriteria yang berpengaruh terhadap para penetap kebijakan misalnya kesetiaan terhadap partai politik, tekanan-tekanan politik dan sosial, kondisi ekonomi, persyaratan prosedural, komitmen sebelumnya, waktu yang sempit,dll. Menurut Anderson ada lima nilai yang dapat mempengaruhi para penetap kebijakan publik yaitu nilai politik, nilai organisasi, nilai personal, nilai kebijakan, dan nilai ideologi34

1.7.4.1. Nilai politik

.

Nilai politik berkaitan erat dengan kebudayaan. Kebudayaan merupakan salah satu sumber utama sistem nilai di dalam suatu masyarakat. Sistem nilai itulah membentuk sikap mental atau pola pikir manusia sebagaimana terpantul dalam pola sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam berbagai segi kehidupan politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.

Hal ini melatarbelakangi terbentuknya kebudayaan politik, budaya, ekonomi, dll. Jadi kebudayaan politik merupakan salah satu sumber dari sistem nilai politik.

Menilai berarti menimbang, yaitu salah satu kegiatan manusia dalam menghubungkan dengan, dan mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat memutuskan berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk dan sebagainya. Hal ini dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada manusia, yaitu: jasmani, rasa, karsa, dan kepercayaan. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila sesuatu itu berguna, indah, baik, dan religius.

34

Menurut Runes dalam The Ensiklopedia of Philosophy. Nilai, dapat didefinisikan sebagai berikut35

Sedangkan menurut Reading dalam Demokrasi Pancasila dan nilai-nilai Politik menyatakan bahwa nilai adalah:

: pertama, nilai adalah sesuatu yang dihadapkan pada kejadian yang nyata dalam hidup. Dalam hal ini, sesuatu yang dihadapkan “maksudnya adalah antara yang seharusnya terjadi, dengan yang terjadi (kenyataan), dan ukuran nilai tidak hanya digunakan untuk mengenai hal-hal dari bermacam-macam kebaikan, tetapi juga meliputi keindahan dan kebenaran. Kedua, nilai juga digunakan untuk hal-hal yang lebih sederhana yaitu manusia dihadapkan dengan kebenaran. Dalam hal ini, martabat yang dimaksud yaitu suatu keharusan dengan nilai yang diambil dengan kebaikan (sebaiknya).

• Objek dari suatu kepentingan yang bersifat kata akhir (kesimpulan) atau bersifat memajukan,

• Objek yang mempunyai suatu nilai,

• Tingkah laku yang ditentukan oleh sifat kebudayaan,

• Sesuatu yang bersifat kebudayaan yang ditentukan oleh apa yang patut diingini,

• Tingkatan perubahan antara suatu barang A yang bermanfaat, dan juga barang yang bermanfaat B,

• Apa saja yang mungkin terpenting dari suatu kemungkinan.36

Merujuk pada pengertian-pengertian di atas Fans Bona Sihombing menyatakan bahwa nilai politik dapat diartikan sebagai berikut37

35

Paul Edwards, The Encyclopedia of Philosophy, Crowel and Mac Milan, 1967. :

36

Frans Bona Sihombing, Demokrasi Pancasila dalam Nilai-nilai Politik, Jakarta: Erlangga, 1984. 37

1. Nilai merupakan seperangkat taksiran (perhitungan) yang diberikan atas kebajikan-kebajikan Politik,

2. Kebajikan-kebajikan politik yang telah ditaksir tersebut dihadapkan dengan kenyataan-kenyataan politik yang pada akhirnya akan melahirkan pertanyaan-pertanyaan politik apa saja yang seharusnya dilakukan,

3. Tindakan-tindakan politik yang dilaksanakan ditingkatkan menjadi suatu keharusan politik. Keharusan politik dalam arti setelah dipertimbangkan melalui apa saja yang baik dan benar. Hasil pertimbangan yang baik dan benar itu berakhir dengan suatu keputusan bahwa keharusan politik tersebut harus dilaksanakan karena memang sudah menjadi keharusan, 4. Sesuatu yang dilaksanakan itu harus bersifat maju,

5. Sepantasnya yang harus terlaksana dan yang memaukan itu dapat diterapkan dalam bentuk tingkah laku politik yang ditentukan oleh sifat kebudayaan suatu bangsa,

6. Penerapan tingkah laku itu menimbulkan tingkatan perubahan yang sangat bermanfaat,

7. Perubahan yang bermanfaat itu meliputi apa saja yang mungkin terpenting dari suatu kemungkinan politik,

8. Perubahan yang bermanfaat itu diikuti oleh masyarakat yang mempengaruhi kehidupan politik.

Sedangkan menurut James E. Anderson, dalam hal proses penetapan kebijakan publik, nilai politik dapat diartikan sebagai suatu pola perilaku para pelaku kebijakan yang sangat dipengaruhi oleh kesetiaan mereka pada kebijakan

partai di mana mereka bernaung, para pembuat kebijakan bisa saja menilai alternatif-alternatif kebijakan berdasar pada kapentingan partai politik (kesetiaan terhadap partai politik), keuntungan-keuntungan politis kelompoknya (cliente group). Kebijakan publik dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan partai politik. Jadi, kebijakan publik merupakan perwujutan dari akumulasi nilai-nilai politik yang bersumber dari partai politik pembuat kebijakan itu sendiri.

1.7.4.2. Nilai Organisasi

Para pembuat kebijakan juga bisa dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi. Organisasi-organisasi seperti badan-badan administratif negara menggunakan banyak imbalan (rewards) dan sangsi (punishment) dalam usahanya untuk mempengaruhi anggota-anggotanya dalam menerima dan bertindak atas dasar nilai-nilai organisasi yang telah ditentukan dalam organisasi. Keputusan-keputusan individu mungkin diarahkan oleh pertimbangan-pertimbangan semacam keinginan-keinginan untuk mempertahankan eksistensi organisasi, memperbesar dan memperluas program-program, dan kegiatan organisasi, serta memperluas, juga mempertahankan kekuasaan organisasinya.

1.7.4.3. Nilai Personal

Usaha untuk melindungi dan mengembangkan kepentingan ekonomi, reputasi atau kedudukan seseorang juga bisa menjadi sebuah kriteria dalam sebuah penetapan kebijakan. Seorang politisi yang menerima suap untuk membuat atau menetapkan suatu kebijakan yang menguntungkan pribadi tertentu merupakan contoh konkrit bagaimana nilai-nilai personal sangat berpengaruh dalam penetapan kebijakan. Di lain pihak, seorang presiden yang menyatakan

bahwa dia tidak akan menjadi presiden pertama yang menyatakan kalah dalam perang, bisa saja dipengaruhi oleh pertimbangan-pertimbangan pribadi, seperti keinginan untuk dicatat dalam sejarah. Hal ini menunjukkan betapa nilai-nilai personal suatu saat sangat berpengaruh dalam pengambilan kebijakan.

1.7.4.4. Nilai kebijakan

Para pembuat kebijakan menurut kriteria ini tidak hanya dipengaruhi oleh perhitungan-perhitungan keuntungan, nilai organisasi, ataupun nilai personal, namun mereka mungkin bertindak baik atas dasar persepsi mereka tentang kepentingan masyarakat banyak (publik), atau kepercayaan-kepercayaan mereka tentang apa yang merupakan kebijakan publik secara moral adalah benar dan pantas. Seorang anggota lembaga legislatif mendukung undang-undang tentang hak sipil, mungkin karena ia berpandangan bahwa secara moral adalah benar, serta kesetaraan merupakan tujuan yang diinginkan dari sebuah kebijakan publik. Meskipun ia menyadari bahwa dukungan itu mempunyai resiko politik yang tinggi.

1.7.4.5. Nilai Ideologi

Ideologi merupakan nilai-nilai kepercayaan yang berhubungan secara logis yang memberikan gambaran dunia yang disederhanakan, dan merupakan pedoman bagi rakyat untuk bertindak. Ideologi merupakan sarana untuk merasionalkan dan melegitimasikan tindakan-tindakan kebijakan yang dilakukan pemerintah. Di banyak negara-negara berkembang keinginan rakyat untuk memperoleh otonomi dan perhatian uang mendalam dengan karakteristik yang mereka miliki, kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah, merupakan faktor penting dalam

penetapan kebijakan. Ideologi negara menurut kriteria ini menjadi acuan utama dalam menetapkan arah dan tujuan sebuah kebijakan publik.

Dokumen terkait