• Tidak ada hasil yang ditemukan

6. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.3 Analisis Stakeholder pada Kegiatan Wisata Curug Cigamea

6.3.2 Klasifikasi Stakeholder

Pihak-pihak yang memiliki keterlibatan dalam pengelolaan kegiatan wisata Curug Cigamea tersebut dianalisis tingkat pengaruh dan kepentingannya. Masing-masing stakeholder memiliki nilai tingkat kepentingan dan pengaruh yang berbeda-beda. Tabel 6.9 memperlihatkan hasil perhitungan nilai tingkat kepentingan stakeholder dalam kegiatan wisata Curug Cigamea.

Tabel 6.9 Hasil perhitungan nilai tingkat kepentingan stakeholder Curug Cigamea Tahun 2015

No. Stakeholder Nilai Total Nilai

K1 K2 K3 K4 K5

1. Balai TNGHS 5 2 5 4 3 19

2. Resort II Gunung Salak 2 3 5 2 1 13

3. Desa Gunung Sari 2 3 1 1 1 8

4. LVRI 4 4 4 5 5 22

5. Koperasi 2 3 3 2 5 15

6. Rescue 2 2 2 4 4 14

7. Pelaku Usaha 2 3 2 3 5 15

Sumber : Hasil Olah Data (2015)

Keterangan: K1 = Keterlibatan Stakeholder K2 = Manfaat bagi Stakeholder K3 = Kewenangan Stakeholder K4 = Prioritas Stakeholder

K5 = Tingkat Ketergantungan Stakeholder

Total nilai yang besar menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dari

stakeholder terhadap kegiatan wisata Curug Cigamea besar. Total nilai

kepentingan stakeholder yang paling tinggi dimiliki oleh LVRI dan yang paling rendah dimiliki oleh Desa Gunung Sari. Adapun kriteria penilaian tingkat kepentingan ini dilihat dari keterlibatan stakeholder dalam kegiatan wisata, manfaat yang diperoleh dari kegiatan wisata bagi stakeholder, serta kewenangan, prioritas, dan tingkat ketergantungan stakeholder dalam kegiatan wisata. Tabel 6.10 memperlihatkan hasil perhitungan nilai tingkat pengaruh stakeholder dalam kegiatan wisata Curug Cigamea.

Tabel 6.10 Hasil perhitungan nilai tingkat pengaruh stakeholder Curug Cigamea Tahun 2015

No. Stakeholder Nilai Total Skor

P1 P2 P3 P4 P5

1. Balai TNGHS 5 5 4 4 3 21

2. Resort II Gunung Salak 2 4 3 4 2 15

3. Desa Gunung Sari 1 3 1 1 1 7

4. LVRI 2 4 2 3 3 14

5. Koperasi 2 4 2 3 5 16

6. Rescue 2 2 1 2 2 9

7. Pelaku Usaha 1 2 1 1 1 6

Sumber : Hasil Olah Data (2015)

Keterangan: P1 = Peran dan Partisipasi Stakeholder P2 = Kekuatan Stakeholder

P3 = Kontrol dan Pengawasan Stakeholder P4 =Kekuatan Kepribadian Stakeholder P5 = Kapasitas Stakeholder

Tabel 6.10 memperlihatkan nilai tingkat pengaruh dari masing-masing

stakeholder yang ada. Total nilai yang besar menunjukkan bahwa stakeholder

tersebut memiliki tingkat pengaruh yang besar terhadap kegiatan wisata Curug Cigamea besar. Total nilai pengaruh stakeholder yang paling tinggi dimiliki oleh Balai TNGHS dan yang paling rendah dimiliki oleh pelaku usaha. Adapun kriteria penilaian tingkat pengaruh ini dilihat dari peran stakeholder dalam kegiatan wisata, kekuatan stakeholder dalam kegiatan wisata, kontrol dan pengawasan

stakeholder dalam kegiatan wisata, kekuatan kepribadian stakeholder, serta

kapasitas stakeholder.

Hasil analisis nilai tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder yang tersaji pada Tabel 6.9 dan 6.10 kemudian dipetakan dalam matriks actor grid. Matriks actor grid tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat pengaruh dan kepentingan yang dapat dilihat pada Gambar 6.1. Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholder tersebut menunjukkan bahwa masing-masing stakeholder memiliki klasifikasi yang berbeda sesuai dengan tingkat pengaruh dan kepentingannya dalam pengelolaan kegiatan wisata Curug Cigamea.

Gambar 6.2 Pemetaan stakeholder dalam pengelolaan kegiatan wisata Curug Cigamea

Pada Gambar 6.2 terlihat bahwa stakeholder-stakeholder tersebut terbagi ke dalam tiga kuadran, yaitu kuadran I (subjek), kuadran II (pemain), dan kuadran III (penonton). Pada kegiatan wisata Curug Cigamea, tidak terdapat stakeholder yang berada di kuadran IV (aktor). Stakeholder yang berada di kuadran I (subjek) adalah rescue dan pelaku usaha. Stakeholder yang berada di kuadran II (pemain) adalah BTNGHS, Resort II Gunung Salak, koperasi, dan LVRI. Stakeholder yang berada di kuadran III adalah Desa Gunung Sari.

6.3.2.1 Subjek

Stakeholder yang berada pada kuadran I merupakan subjek, yaitu stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi dalam kegiatan wisata Curug

Cigamea, namun memiliki pengaruh rendah. Stakeholder subjek yang berada pada kegiatan wisata Curug Cigamea terdiri atas rescue dan pelaku usaha. Kepentingan

rescue dan pelaku usaha terhadap kegiatan wisata Curug Cigamea tinggi. Hal ini

dikarenakan kegiatan wisata Curug Cigamea merupakan sumber pendapatan bagi rumah tangga kedua stakeholder tersebut.

Rescue memiliki keterlibatan dalam pengawasan wisata, yaitu melalui

penjagaan dan pengamanan ketika kegiatan wisata berlangsung. Bentuk pengamanan rescue dalam kegiatan wisata Curug Cigamea berupa monitoring terhadap tingkat bahaya di Curug Cigamea. Ketika sedang terjadi hujan, tim

rescue di Curug Cigamea berkontak dengan tim rescue lain yang berada di objek

wisata bagian hulu Curug Cigamea untuk memastikan apakah debit air di Curug

Balai TNGHS Resort II Gn. Salak Desa Gn. Sari LVRI Koperasi Rescue Pelaku Usaha 0 12,5 25 0 12,5 25 Ju m lah K ep en ti n g an Jumlah Pengaruh Pemetaan Stakeholder

Cigamea masih aman atau tidak. Selain itu, tim rescue juga memberikan jasa penyelamatan jika terjadi kecelakaan pada kegiatan wisata di Curug Cigamea.

Pelaku usaha memiliki keterlibatan dalam pelaksanaan wisata, yaitu sebagai pelengkap kegiatan wisata yang menjual barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pengunjung, seperti makanan dan minuman, cenderamata, serta jasa foto keliling. Pelaku usaha juga merupakan stakeholder yang melakukan promosi atas objek wisata Curug Cigamea. Promosi-promosi yang dilakukan oleh pelaku usaha antara lain dengan menjual cenderamata. Cenderamata yang dijual di Curug Cigamea berupa gantungan kunci dan stiker yang bertuliskan Curug Cigamea. Selain itu, jasa foto keliling juga merupakan salah satu promosi kegiatan wisata Curug Cigamea. Pelaku usaha foto keliling menawarkan jasanya dan mengambil gambar yang bagus untuk pengunjung yang ingin berfoto.

6.3.2.2 Pemain

Stakeholder yang termasuk dalam kuadran II adalah Balai Taman Nasional

Gunung Halimun Salak (BTNGHS), Resort II Gunung Salak, koperasi, dan LVRI.

Stakeholder yang bertindak sebagai pemain memiliki kepentingan dan pengaruh

yang tinggi dalam kegiatan wisata Curug Cigamea. Bentuk keterlibatan BTNGHS dalam kegiatan wisata Curug Cigamea adalah perencanaan wisata berupa pembuatan desain tapak dan master plan, serta pengorganisasian wisata berupa pemberian ijin kegiatan wisata. Selain itu, BTNGHS juga terlibat dalam pengawasan kegiatan wisata Curug Cigamea karena Curug Cigamea berada di dalam kawasan TNGHS. BTNGHS tidak terlalu dominan dalam pelaksanaan kegiatan wisata Curug Cigamea karena untuk kegiatan jasa wisata di dalam kawasan TNGHS, harus diberikan kepada pihak ketiga. Kegiatan wisata Curug Cigamea merupakan sumber penerimaan bagi BTNGHS yaitu berupa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari tiket masuk kawasan TNGHS. Adapun bentuk kewenangan dari BTNGHS adalah menugaskan staf untuk menjaga kawasan yang dalam hal ini adalah Resort II Gunung Salak, membangun sarana dan prasarana, memberikan perijinan untuk kegiatan tertentu di dalam kawasan dan memberikan ijin pengelolaan seperti pembentukan koperasi, serta menyediakan data dan informasi terkait kegiatan wisata Curug Cigamea.

Bentuk keterlibatan dari Resort II Gunung Salak yaitu mengawasi dan mengontrol kawasan serta keberlangsungan wisata. Pengawasan ini dilakukan dengan cara patroli ke Curug Cigamea pada waktu yang tidak ditentukan. Hal ini dikarenakan pegawai Resort II Gunung Salak hanya sedikit, sedangkan area yang termasuk ke dalam Resort II Gunung Salak luas. Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan wisata Curug Cigamea adalah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan mendorong pembangunan daerah. Bentuk kewenangan dari Resort II Gunung Salak adalah sebagai perantara dari BTNGHS untuk menjaga kawasan, membangun sarana dan prasarana, memberikan perijinan, dan menyediakan data atau informasi.

Bentuk keterlibatan koperasi adalah pelaksanaan wisata, yaitu dengan menyediakan jasa wisata dan mewadahi para pelaku usaha. Manfaat yang diperoleh adalah sumber penerimaan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, dan mendorong pembangunan daerah. Pembentukan koperasi dilakukan sebagai wadah bagi pelaku usaha untuk melegalkan keberadaannya.

Bentuk keterlibatan dari LVRI adalah sebagai stakeholder yang mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengawasi kawasan wisata Curug Cigamea. Adapun manfaat yang diperoleh dari kegiatan wisata Curug Cigamea adalah menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar dan mendorong pembangunan daerah sekitar. Selain itu, LVRI juga terlibat dalam aksesibilitas wilayah di sekitar Curug Cigamea, yaitu dalam bentuk merawat dan memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekitar Curug Cigamea. Bentuk perawatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut antara lain berupa perbaikan jalan dan pembangunan rumah ibadah. Tingkat ketergantungan LVRI terhadap wisata alam di Desa Gunung Sari tinggi karena sebagian penerimaan tiket masuk Curug Cigamea diserahkan kepada LVRI setelah dikurangi oleh upah untuk tenaga kerja. Keuangan yang didapatkan dari kegiatan wisata Curug Cigamea digunakan oleh LVRI untuk melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap sarana dan prasarana di sekitar Curug Cigamea.

6.3.2.3 Penonton

Stakeholder yang termasuk dalam kuadran III (penonton) adalah Desa

pengaruh yang rendah dalam kegiata wisata Curug Cigamea. Desa Gunung Sari tidak memiliki keterlibatan langsung dalam kegiatan wisata Curug Cigamea. Bentuk keterlibatan Desa Gunung Sari hanya sebatas sebagai pengawas karena kegiatan wisata tersebut berada di dalam wilayah administratif Desa Gunung Sari. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan wisata Curug Cigamea adalah terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat Desa Gunung Sari, serta mendorong pembangunan daerah.

6.3.2.4 Aktor

Stakeholder yang terlibat pada kegiatan wisata alam di Curug Cigamea

tidak ada yang berada di kuadran IV (aktor). Hal ini dikarenakan hampir semua pihak yang terlibat dalam kegiatan wisata di Curug Cigamea memiliki kepentingan dan pengaruh yang tinggi terhadap kegiatan wisata di Curug Cigamea. Hanya stakeholder Desa Gunung Sari yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah, sedangkan stakeholder lainnya yaitu pelaku usaha dan

rescue memiliki kepentingan tinggi namun pengaruhnya rendah, serta BTNGHS, Resort II Gunung Salak Endah, Koperasi, dan LVRI memiliki kepentingan dan

pengaruh yang sama-sama tinggi.

6.3.3 Kondisi Pemetaan Stakeholder Terkait Manfaat Ekonomi serta

Dokumen terkait