• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. METODOLOGI PENELITIAN

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data yang dikumpulkan oleh peneliti ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Metode analisis data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk matriks pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Matriks metode analisis data

No. Tujuan penelitian Data yang dibutuhkan

Metode analisis data

Sumber Data 1. Mengestimasi nilai manfaat

ekonomi dari kegiatan wisata di Curug Cigamea bagi masyarakat - Pendapatan dari kegiatan wisata - Pendapatan dari luar kegiatan wisata - Pengeluaran usaha - Pengeluaran rumah tangga - Analisis pendapatan - Pelaku usaha - Tenaga kerja 2. Mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko dari kegiatan wisata alam di Curug Cigamea - Jenis potensi bahaya dan risiko - Pola kejadian bahaya dan risiko - Analisis deskriptif kuantitatif - Pelaku usaha - Tenaga kerja - Pengunjung - Key person - 3. Mengidentifikasi stakeholder dan menganalisis tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dalam

pengelolaan kegiatan wisata di Curug Cigamea yang dapat memberikan manfaat ekonomi dan mengurangi potensi bahaya dan risiko (tourism hazards) - Peran masing-masing stakeholder - Tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder - Analisis stakeholder - Pelaku usaha - Tenaga kerja (rescue) - Key person

4.4.1 Analisis Pendapatan

Adanya kegiatan wisata di Curug Cigamea dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Manfaat ekonomi yang dirasakan dari adanya objek wisata Curug Cigamea antara lain adalah masyarakat dapat membuka usaha di sekitar objek wisata dan juga dapat bekerja di sektor wisata. Hal ini dilihat dari pendapatan wisata yang diperoleh masyarakat dari adanya kegiatan wisata di Curug Cigamea.

Analisis pendapatan digunakan untuk melihat besarnya manfaat ekonomi yang didapatkan oleh masyarakat sekitar Curug Cigamea yang juga terlibat dalam kegiatan wisata. Pendapatan usaha adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya (TC) (Soekartawi, 2002), sehingga diperoleh rumus sebagai berikut. π = TR – TC ... (1) Keterangan:

π = Pendapatan (Rp)

TR = Total Revenue atau total penerimaan (Rp) TC = Total Cost atau total biaya (Rp)

Analisis pendapatan dilihat dari besarnya share pendapatan wisata dalam rumah tangga. Share pendapatan diperoleh dari besarnya pendapatan wisata per bulan dibagi dengan total pendapatan rumah tangga per bulan. Rumus share pendapatan sebagai berikut:

...(2)

di mana :

= pendapatan dari wisata (Rp/bulan) = pendapatan total (Rp/bulan)

Analisis pendapatan dilanjutkan dengan menghitung covering pengeluaran rumah tangga dari pendapatan wisata. Covering pengeluaran rumah tangga dari pendapatan wisata dihitung untuk mengetahui seberapa besar penerimaan kegiatan wisata dapat berkontribusi tehadap pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Rumus covering pengeluaran rumah tangga dari wisata adalah sebagai berikut:

...(3)

di mana:

= Pendapatan wisata (Rp/bulan)

B = Pengeluaran rumah tangga (Rp/bulan) 4.4.2 Analisis Deskriptif Kuantitatif

Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko dari kegiatan wisata alam di Curug Cigamea. Analisis deskriptif dilakukan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, serta faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena yang diteliti (Nurfiana, 2013). Data mengenai potensi bahaya dan risiko dilakukan dengan cara wawancara kepada responden dan juga pengamatan langsung terhadap kondisi alam di Curug Cigamea. Jawaban-jawaban responden yang didapatkan kemudian ditabulasi dalam bentuk persentase. Adapun tahapan-tahapan dalam melakukan analisis deskriptif mengenai potensi bahaya dan risiko adalah:

1. Identifikasi potensi bahaya dan risiko kegiatan wisata

Hal pertama yang dilakukan adalah mengidentifikasi potensi bahaya dan risiko pada kegiatan wisata Curug Cigamea. Pada awalnya identifikasi dilakukan berdasarkan cerita-cerita dari beberapa responden yang kemudian diklarifikasikan kembali kepada responden-responden lain melalui wawancara dengan kuesioner;

2. Identifikasi pola kejadian potensi bahaya dan risiko kegiatan wisata

Hal kedua yang dilakukan adalah identifikasi pola terjadinya potensi bahaya dan risiko. Pola terjadinya risiko juga didapatkan berdasarkan hasil wawancara yang kemudian dikaitkan dengan waktu musim hujan atau kemarau, dan juga dengan waktu liburan; dan

3. Identifikasi penyebab, dampak, dan solusi pengelolaan potensi bahaya dan risiko kegiatan wisata

Hal terakhir yang dilihat adalah penyebab, dampak, dan solusi dari potensi bahaya dan risiko kegiatan wisata yang diklasifikasikan berdasarkan faktor alam dan manusia. Pengklasifikasian ini dilakukan berdasarkan hasil data wawancara dan pengamatan di lapang.

4.4.3 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder dilakukan untuk mengidentifikasi stakeholder dan mengetahui kepentingan serta pengaruh stakeholder yang terkait dengan pengelolaan objek wisata Curug Cigamea. Setiap stakeholder yang ada memiliki peran penting dalam merumuskan suatu kebijakan, namun tingkat kepentingan dan pengaruh dari setiap stakeholder tersebut berbeda-beda. Kepentingan merujuk pada peran seorang stakeholder dalam pencapaian hasil dan tujuan, sedangkan pengaruh merujuk pada kekuatan yang dimiliki seorang aktor untuk mengontrol proses dan hasil dari suatu kebijakan (Rahmani, 2012). Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam analisis stakeholder adalah:

1. Identifikasi stakeholder;

2. Membuat tabel stakeholder; dan 3. Membuat actor grid.

Identifikasi aktor dilakukan dengan teknik snowball sampling yang berawal dari info Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) tentang stakeholder tertentu. Kemudian informasi mengenai stakeholder berikutnya yang terkait didapatkan dari stakeholder sebelumnya, dan seterusnya.

Stakeholder yang sudah diidentifikasi kemudian dimasukkan ke dalam tabel stakeholder.

Di dalam tabel stakeholder, terdapat informasi mengenai daftar

stakeholder, tingkat pengaruh stakeholder, dan tingkat kepentingan stakeholder.

Kemudian, tingkat pengaruh dan tingkat kepentingan stakeholder tersebut dinilai dengan menggunakan skala likert, yaitu antara 1 sampai 5, di mana 5 = sangat tinggi; 4 = tinggi; 3 = cukup tinggi; 2 = kurang tinggi; 1 = rendah. Penilaian tingkat pengaruh dan kepentingan stakeholder ini mengacu pada pengukuran data berjenjang lima (Abbas, 2005), seperti pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan stakeholder

Skor Nilai Kriteria

Kepentingan Stakeholder 5 21-25 Sangat tinggi 4 16-20 Tinggi 3 11-15 Cukup 2 6-10 Rendah 1 1-5 Sangat Rendah

Tabel 4.2 Ukuran kuantitatif terhadap identifikasi dan pemetaan stakeholder (Lanjutan)

Skor Nilai Kriteria

Pengaruh Stakeholder 5 21-25 Sangat tinggi 4 16-20 Tinggi 3 11-15 Cukup 2 6-10 Rendah 1 1-5 Sangat Rendah

Setelah dilakukan penilaian pada tingkat pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder, kemudian dilakukan analisis actor grid di mana nilai-nilai dari tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder dipetakan ke dalam suatu matriks. Actor grid ini dilakukan untuk melihat besarnya tingkat pengaruh dan kepentingan masing-masing stakeholder pada objek wisata Curug Cigamea. Sebaran posisi stakeholder menurut pengaruh dan kepentingan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Subjek (Kuadran I) Pemain (Kuadran II) Penonton (Kuadran III) Aktor (Kuadran IV)

Gambar 4.1 Matriks actor grid

Kuadran I (subjek) menunjukkan kelompok stakeholder yang memiliki kepentingan tinggi dan pengaruh rendah. Kuadran II (pemain) merupakan kelompok yang memiliki kepentingan tinggi dan pengaruh tinggi. Kuadran III (penonton) merupakan kelompok yang memiliki kepentingan dan pengaruh yang rendah. Kuadran IV (aktor) merupakan stakeholder yang memiliki kepentingan rendah, namun pengaruh tinggi.

Dokumen terkait