• Tidak ada hasil yang ditemukan

K6.3.3.1 Umum

Suatu bagian yang penting dari kelengkapan ini adalah sistem klasifikasi tak terlindung. Klasifikasi ini menitik- beratkan pada kondisi yang mengarah pada korosi tulangan. Akan tetapi, arahan juga diberikan pada yang berhubungan dengan tingkat pengaruh serangan pada beton itu sendiri.

Klasifikasi kondisi lingkungan dasar disimpulkan sebagai berikut

i. Klasifikasi Tak Terlindung A - lingkungan yang relatif bersih, seperti pada bagian dalam struktur umumnya, atau pada daerah pegunungan, jauh dari pantai, dimana pemberian selimut beton yang cukup akan memberikan kondisi yang memuaskan.

ii. Klasifikasi Tak Terlindung 131 dan B2 - lingkungan yang cukup agresif, seperti tempattempat yang dekat pantai, untuk yang mana perlindungan dapat diberikan dengan suatu kombinasi mutu beton dan tebal selimut beton yang memadai.

iii. Klasifikasi Tak Terlindung C - lingkungan yang sangat agresif dimana arahan diberikan untuk mutu beton dan selimut beton.

iv. Klasifikasi Tak Terlindung U - lingkungan dimana Peraturan ini tidak memberikan arahan. Lingkungan ini dapat lebih atau kurang berbahaya dari klasifikasi C. Dalam hal ini perencana harus mengukur tingkat ancaman dari penampakkan dan memilih metode perlindungan yang sesuai.

Pertentangan terjadi antara pengaruh iklim pada laju karbonasi (karena itu, waktu dari awal korosi) dan pengaruhnya pada laju korosi sekali terjadi. Untuk tujuan peraturan in laju korosi baja (tahap lanjut) diambil sebagai faktor yang dominan dengan alasan sebagai berikut :

factor, for the following reasons:

a. In severe climates of high humidity or tropical conditions, although subsequent curing by weather may be better and carbonation might be slower, the presence of moisture and probable chlorides means that corrosion, once initiated, could proceed at a rapid rate.

b. For a dry climate, although the rate of carbonation might be high, the propagation of the corrosion, once initiated, proceeds at a negligible rate.

In practical terms, the climatic conditions are less significant than proximity to the coast. The closer to the sea, the more severe the exposure tends to be, with wind-driven spray imposing a heavy load of chlorides on exposed concrete. In some circumstances the limit of one kilometre for B2 exposure classification should be increased and this is discussed in Note 5 to Table 6.2. The protected conditions inside a reef do not seem to lead to as severe conditions as experienced in areas adjacent to exposed seas, but the one kilometre limit still would be prudent in such cases.

Exposure classification B2 should also apply to low bridges over small tidal estuaries where the reach is sufficient under the effect of prevailing winds to give rise to "white caps", however small, and hence to local wind driven salt spray.

Structures actually built in the water are covered in Table 6.2. Structures occasionally subject to direct contact by the sea should be assessed by the Design Engineer as to the appropriate classification of B2 or C.

The emission of certain pollutants by industry is known to increase the risk of degradation of the concrete or corrosion of reinforcement. Industrial plants burning fuel containing sulphide, or emitting acidic gases, may be considered as severe risks and subject to the "industrial" classification. The limit of 3 km given in the Code represents a reasonable estimate, but engineering judgement should be used, depending on the scale of the industrial pollutants and the prevailing wind directions.

Contact with liquids is a difficult area in which to provide

a. Pada iklim yang berbahaya dari kondisi kelembaban tinggi atau tropis, meskipun perawatan yang berlanjut oleh cuaca dapat lebih baik dan karbonasi dapat lebih lambat, hadirnya cairan dan kemungkinan klorid berarti bahwa sekali korosi terjadi dapat berkembang pada laju yang cepat.

b. Pada iklim kering, meskipun laju karbonasi mungkin tinggi, pembentukan korosi, sekali terjadi, berkembang pada laju yang dapat diabaikan.

Pada kenyataan, kondisi iklim kurang berarti dibanding dengan jarak ke pantai. Lebih dekat ke pantai, penampakkan cenderung Iebih berbahaya, karena uap yang dibawa angin menumpukkan klorid dengan kadar yang tinggi pada beton yang ditampakkan. Dalam beberapa hal batasan satu kilometer klasifikasi tak terlindung B seharusnya ditambah dan ini dibahas dalam Catatan 5 Tabel 6.2. Kondisi yang terlindung dari suatu penangkis gelombang kelihatannya tidak menimbulkan kondisi yang berbahaya seperti yang dialami pada daerah yang berdekatan dengan laut terbuka. Tapi batasan satu kilometer tetap perlu dipertimbangkan pada hal seperti ini.

Klasifikasi tak terlindung B2 seharusnya juga berlaku pada jembatan rendah yang melintas daerah muara dengan pasang yang kecil, dimana area terusan mencukupi terhadap pengaruh angin yang paling sering terjadi untuk menaikan gelombang, akan tetapi kecil, sehingga menumpukkan uap garam yang ditiupkan angin.

Struktur yang dibangun untuk selalu didalam air dicakup pada Tabel 6.2. Struktur yang ditujukan secara berkala kontak Iangsung dengan laut seharusnya dipertimbangkan oleh perencana sebagai klasifikasi yang sesuai antara B2 dan C.

Pelepasan bahan polosi tertentu oleh pabrik diketahui menambah resiko penurunan mutu beton atau korosi tulangan. Pabrik yang menggunakan bahan bakar yang mengandung sulfid, atau melepaskan gas asam, dapat dipertimbangkan sebagai resiko yang berbahaya dan dimasukkan kedalam klasifikasi industri. Batasan 3 kilometer yang diberikan oleh peraturan mewakili perkiraan yang beralasan, tapi penilaian secara teknik seharusnya digunakan, tergantung pada skala polusi industri dan arah angin yang dominan.

reinforcement corrosion. The Code proposes a range of classifications, based primarily on experience, which depend on the type of structure.

Exposure to tidal and splashing salt water is classified as C. The more moderate exposure of being permanently submerged in seawater is classified as B2. Despite the high content of sulphates and chlorides in seawater, an extra level of protection is provided by the formation of an impermeable surface layer of carbonates, and the lack of dissolved oxygen, particularly at depth.

The Code focuses on groundwater containing sulphates, or sulphides that may oxidize to sulphate, which can attack concrete in a rapid and destructive manner. Groundwater containing high levels of chlorides or organic matter can also be destructive. Higher quality concrete can provide some protection, but for groundwater containing more than one gram per litre of sulphates, special cements and other protective methods are needed. Sulphate attack is unlikely to be a problem in clay soils because of their low permeability.

The protection offered by an impermeable membrane under a slab on the surface of the ground should provide an environment equivalent in classification A.

For practical reasons only one grade of concrete will be used in any member, therefore the quality is determined by the most severe exposure classification for any of the surfaces.

Care should be exercised when assessing the ability of a surface coating to protect the surface and to continue to do so during the life of the structure. Originally, it was hoped that a definition of impermeability could be produced to aid in this. However, it proved too difficult to firstly define an appropriate test method, and secondly to determine suitable limiting values.

The choice of a suitable coating is outside the scope of the Code, but the Design Engineer should be warned that an inadequate, poorly maintained coating may lead to more rapid degradation than no coating. Refer to HO et al (1982).

K6.3.3.2 Concession for Exterior of a Single Surface

This clause prevents the uneconomic use of a higher grade of concrete in large members when the durability risk is restricted to one surface.

penurunan secara fisik dan kimia. Masalah ini menjadi tambahan terhadap masalah yang berhubungan dengan korosi tulangan. Peraturan ini mengusulkan suatu tingkatan dari klasifikasi, didasarkan terutama pada pengalaman, yang tergantung dari tipe dari struktur. Penampakkan terhadap pasang dan semburan air garam diklasifikasikan sebagai C. Penampakkan yang lebih lunak dimana cara tetap terendam dalam air laut, diklasifikasikan B2. Dikarenakan kadar yang tinggi dari sulfat dan khlorid dalam air laut, suatu tingkat perlindungan ekstra diberikan dengan pembentukan suatu lapisan permukaan karbonat yang kedap, dan kurangnya oksigen terlarut, terutama dibagian yang dalam.

Peraturan ini menitik-beratkan pada air tanah yang mengandung sulfat, atau sulfid yang dapat beroksidasi ke sulfat, dimana dapat menyerang beton dalam bentuk yang cepat dan merusak. Air tanah mengandung bahan khlorid dan organik berkadar tinggi dapat juga merusak. Beton bermutu tinggi dapat memberikan beberapa perlindungan, tapi untuk air tanah yang mengandung sulfat lebih dari satu gram per liter, semen khusus dan metode perlindungan lainnya diperlukan. Serangan sulfat kelihatannya bukan suatu masalah pada tanah liat karena peresapannya yang rendah.

Perlindungan yang ditawarkan suatu selaput yang kedap dibawah pelat pada permukaan tanah seharusnya memberikan kesetaraan lingkungan dengan klasifikasi A.

Untuk alasan praktis hanya satu mutu beton yang akan digunakan pada setiap elemen, karena itu mutu ditetapkan oleh klasifikasi tak terlindung yang paling berbahaya untuk setiap permukaan.

Perhatian harus diberikan ketika menetapkan kemampuan penutup permukaan untuk melindungi permukaan dan hal ini harus dilanjutkan selama umur struktur. Pada dasarnya diharapkan bahwa suatu batasan kekedapan dapat dihasilkan untuk membantu hal ini. Akan tetapi, terbukti sulit, pertama, dalam membatasi metode pengujian yang sesuai dan, kedua, dalam menetapkan nilai batas yang sesuai.

Pemilihan penutup yang tepat tidak termasuk dalam peraturan ini, tapai perencana seharusnya diingatkan bahwa penutup yang tak terpelihara dengan baik dapat menimbulkan penurunan yang lebih cepat dari tanpa penutup (HO et al 1982).

K6.3.3.2 Kelonggaran untuk permukaan tunggal dibagian luar

Sub-bagian ini menghindari penggunaan yang tak ekonomis dari mutu beton yang lebih tinggi bila resiko keawetan terbatas pada satu sisi.

K6.3.4

REQUIREMENTS FOR CONCRETE