• Tidak ada hasil yang ditemukan

argumentasi yang kuat dan akan berimplikasikan pada disintegrasi bangsa

B. Komentar Kritis

Perdebatan terhadap Pancasila merupakan sebuah tema yang sangat aktual dibicarakan beberapa tahun silam sampai sekarang. Pancasila yang didinterpretasikan sendiri oleh Soeharto pada Orde Baru seakan begitu sangat sakral dan setingkat dengan kitab suci (Sacreed Books) umat beragama.

Atas dasar perjuangan Pancasilalah penguasa melakukan intimidasi dan intervensi kepada kelompok-kelompok yang berupaya kritis dalam memaknai Pancasila itu sendiri. Masih segar diingatan kita ratusan bahkan ribuan orang ditangkap dan dibunuh pada saat peristiwa kudeta Gestapu tuhun 1965 karena tuduhan melanggar Pancasila atau mengganti Pancasila dengan asas lainnya. Catatan kelam tersebut ditambah pada saat tragedi Tanjung Priok 1984, tragedi Lampung dan masih banyak lagi torehan sejarah kelam.

Pendek kata, Pancasila merupakan senjata ampuh penguasa dalam melaksanakan keinginan politiknya. Demokrasi yang diterima sebagai sistem politik negara pun dibelenggu dalam bingkai Pancasila, lahirlah apa yang dulu kita kenal dengan Demokrasi Pancasila.

Lahirnya kembali sistem Multi Partai seiring dengan gerakan reformasi, membawa konsekuensi juga pada suara-suara yang ingin melakukan koreksi total terhadap Pancasila. Pertanyaan besarpun muncul, apakah Pancasila masih tetap bisa diterima pada saat sekarang?. Pertanyaan itupun menjadi sebuah perdebatan yang cukup panjang, walaupun tidak sepanjang pada saat dirumuskannya menjadi dasar negara oleh Founding Father bangsa ini 62 tahun silam.

Partai Kebangkitan Bangsa yang lahir sebagai buah manis reformasi tetap berupaya untuk menjaga dan mempertahankan Pancasila sebagai sebuah dasar negara. Keinginan beberapa partai Islam yang ingin melakukan koreksi dan revisi terhadap Pancasila, khususnya sila pertama tidak diamini atau ditolak secara mentah-mentah oleh PKB.

Paradigma politik PKB dan partai-partai yang ingin melakukan koreksi terhadap Pancasila dianggap sebagai sebuah kewajaran, selama dijalankan dalam

mekanisme yang demokratis, tidak ada pemaksaan kehendak antara satu dengan yang lainnya, menenima atau menolak.

Secara objektif kita pun harus melihat dan menilai secara seksama, umur Pancasila telah berusia selama bangsa ini lahir, namun Pancasila seolah belum bisa

mewujudkan apa yang diharapkan, berupa keadilan, kesejahteraan, kemakmuran dan lain sebagainya. Pancasila juga tidak mampu memberikan sebuah jaminan untuk melindungi masyarakat Indonesia, pelanggaran HAM mewarnai kehidupan politik kita, sementara Pancasila tetaplah hanya menjadi kumpulan kata-kata. singkatnya, keberadaan Pancasila belum mampu merubah apa-apa di negeri ini. Sikap PKB yang masih tetap menerima Pancasila seperti sedia kala dan apa adanya harus dibarengi dengan konsistensi politik untuk mengawal pejuang Pancasila tersebut (pemerintah, militer dan lain-lain). Pancasila hendaknya jangan dijadikan sebagai adagium politik saja, sementara kesejahteraan dan iklim politik yang demokratis diabaikan serta butiran-butiran silanya diabaikan dan diacuhkan.

Bagaimanapun juga, Pancasila tetaplah sebagai produk manusia yang

kebenarannya tidaklah bersifat mutlak sehingga tidak harus disakralkan. Andaikata kita membuat sebuah perumpamaan, misalkan Indonesia merdeka baru tahun ini atau beberapa tahun lagi, apakah konteks kehidupan sosial politik masih menerima Pancasila sebagai dasar negara. Namun, selama kita belum bisa menemukan atau merumuskan dasar negara yang lain selain Pancasila, kita harus tetap menjaga dan memelihara yang ada. Sikap yang diambil oleh PKB harus kita hargai, namun sikap lain yang dicerminkan oleh partai-partai politik lain harus dipertimbangkan kembali, terutama oleh PKB yang merupakan representasi politik kaum nahdiyyin.

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Al-Chaidar, Pemilu 1999 : Pertarungan Ideologis Partai-Partai Islam Versus Partai-Partai Sekular, Jakarta: Darul Falah. Cet. ke-1, 1419 H.

Ali, Fachry, Islam, Pancasila dan Pergulatan Politik, Jakarta: Pustaka Antara, 1984. Anwar, Syafi’i, Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia, Jakarta: Paramadina,1995. Ashari, Endang Saefuddin, Piagam Jakarta 22 Juni 1945: Sebuah Konsensus

Nasional Tentang Dasar Negara Republik Indonesia (1945-1949), Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Barton, Greg, Biografi Gus Dur, Yogyakarta: LKIS, 2002.

Choirie, Effendy, PKB Politik Jalan Tengah NU, Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2002. Damanik, Ali Said, Penomena Partai Keadilan Sejahtera: Transformasi 20 Tahun

Gerakan Tarbiah di Indonesia, Bandung: Teraju, 2002.

Effendy, Bahtiar, Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan Praktik Politik Islam di Indonesia, Jakarta: Paramadina,1998.

Feillard, Andree, NU Vis-a-Vis Negara, Yogyakarta: LKiS,1999.

Hananto, Yuli, Bermuka Dua: Kebijakan Soeharto Terhadap Soekarno Beserta Keluarganya, Yogyakarta: Ombak, 2005.

Hatta, Mohammad, Pengertian Pancasila, Jakarta : CV.Haji Masagung,1989.

Hermawan, Eman. dkk, Partai Advokasi: Wacana, Keberpihakan, dan Gerakan, Jakarta: DPP PKB & KLiK_ R, 2004.

Iskandar, Muhaimin, Partai Advokasi: Wacana, Keberpihakan dan Gerakan, Yogyakarta: DPP PKB & Klik R, 2004.

⎯⎯⎯⎯, Gus Dur Yang Saya Kenal (Catatan Transisi Demokrasi Kita),

Yogyakarta: LKIS, 2004.

Ismail, Faisal, Pijar-Pijar Islam: Pergumulan Kultur dan Struktur, Yogyakarta: Lesti Yogya, 2002.

⎯⎯⎯⎯, Ideologi Hegemoni dan Otoritas Agama: Wacana Ketegangan Kreatif

Islam dan Pancasila, Yogyakarta: Tiara Wacana,1999.

Jaily, Ahmad Hakim dan Tohadi, Mohammad, PKB dan Pemilu 2004, Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu PKB, 2003.

Karim, Abdul, Menggali Muatan Pancasila Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: Surya Raya, 2004.

Kazhim, Musa dan Hamzah, Alfian, 5 Partai dalam Timbangan, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.

Minan, Ahsanul. dkk, Khidmat Kami Bagimu Negeri: Laporan Kinerja Fraksi Kebangkitan Bangsa Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Tahun 2005-2006, Jakarta: FKB DPR RI, 2007.

Noer, Deliar, Islam, Pancasila Dan Azas Tunggal, Jakarta: Yayasan Perkidmatan, 1983.

Ramage, Douglas E, Percaturan Politik di Indonesia: Demokrasi, Islam, dan Ideologi, Toleransi, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2002.

Rodee.dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Setiawan, Bambang, Partai-Partai Politik Indonesia: Ideologi dan Program 2004-2009, Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara,2004.

Susiana, Sali, Pemilu 2004: Analisis Politik Hukum dan Ekonomi, Jakarta: CV. Tiga Putra Utama, 2003.

Tanjung, Firman, Hubungan Isam dan Negara: Dalam Perspektif Abdurrahman Wahid, Jakarta: 2003.

Tohadi, Mohammad dan Abidin, Zaenal, Orientasi Pemenangan pemilu Partai Kebangkitan Bangsa, Jakarta: LPP-DPP PKB, 2002.

Uhlin, Anders, Oposisi Berserak, Bandung: Mizan,1998.

Ulum, Bahrul, “Bodohnya NU” apa “NU di bodohi”?, Yogyakarta: Ar-Ruzz Press, 2002.

Dokumen terkait