• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMENTAR PARAPIHAK

Dalam dokumen REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM (Halaman 153-200)

KOMENTAR PARAPIHAK

Gambar 29. Hermanto – Ketua Blok II Masyarakat Masih Butuh Pendampingan LSM

Masyarakat Sekaroh, khususnya anggota HKm setuju dengan kegiatan yang dilakukan oleh KOICA dan Litbang Kehutanan. Masyarakat bisa menerima penjelasan dari KOICA dan Litbang Kehutanan.

Saat ini persen tumbuh tanaman sekitar 85% karena sudah disulam. Saya dan masyarakat akan merawat tanaman yang sudah ditanam karena kami yakin tanaman ini menguntungkan untuk masa depan. Masyarakat ingin merubah kehidupan ekonominya.

Menurut saya, kegiatan KOICA ini

sangat bermanfaat bagi lingkungan. Hutan Lindung Sekaroh sangat panas, jika tanaman KOICA ini tumbuh dengan baik, maka lingkungannya akan kembali sejuk. Masyarakat sangat mengharapkan hasil buah-buahan. Jika buah-buahan bisa tumbuh dengan baik maka diyakini dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Untuk itu masyarakat akan terus merawat tanaman ini.

Gambar 30. Budi Mulyawan – Ketua Gapoktan Sekaroh

Maju

Masyarakat masih membutuhkan pendampingan dari LSM karena kehadiran LSM bisa menambah pengetahuan masyarakat dan LSM (AMPEL khususnya) bisa memberikan penjelasan yang masuk akal bagi masyarakat.

Gapoktan Akan Terus Merawat Tanaman Biasanya masyarakat sangat susah hidupnya terutama pada musim kemarau. Saya sangat setuju dengan program KOICA ini karena bisa meningkatkan pendapatan masyarkat khususnya pada musim kemarau seperti saat ini.

Perbandingan penanaman tanaman kehutanan dan buah-buahan dengan persentase 50 % : 50% sangat baik bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan demikian masyarakat bisa berharap banyak dari tanaman buah-buahan.

Menurut saya, persen tumbuh saat ini sekitarr 80 % karena sudah disulam oleh masyarakat. Masyarakat sekarang

sudah mau merawat tanaman karena membayangkan keuntungan jika panen nanti.

Kegiatan ini bagi lingkungan Sekaroh akan sangat bermanfaat. Udara Sekaroh akan kembali sejuk, erosi tanah akan berkurang dan keberadaan sumber mata air akan kembali baik. Selama ini masyarakat kesulitan dengan air bersih karena hutannya sudah habis. Program ini berusaha mengembalikan hutan untuk fungsinya semula.

Penyediaan tanaman buah-buahan pada program ini sangat disukai masyarakat. Hasil produksi asam dari Sekaroh selama ini dijual ke Mataram dan mungkin nanti Sekaroh makin dikenal dengan produksi asamnya karena program ini menyediakan bibit asam.

Gapoktan akan terus melakukan sosialisasi untuk pemeliharaan tanaman kepada masyarakat. Gapoktan akan bekerja agar program ini

Gambar 31. Sirajun Nasihin – Tokoh Agama

sukses dan kehidupan masyarakat di masa mendatang akan lebih baik daripada saat ini.

Perlu Perbanyakan Kantong Air

Dulu di sini sangat mengerikan, masyarakat begitu resisten terhadap segala jenis kegiatan rehabilitasi lahan. Banyak sekali masyarakat yang resisten terhadap segala jenis penanaman, bahkan pernah ada kejadian kebakaran pada sekitar tahun 2007-2008 yang disebabkan oleh masyarakat. Pak Camat yang lalu (Pak Taufik) pernah dikejar massa yang menolak kegiatan rehabilitasi lahan melalui kegiatan HKm. Sejak tahun 2012, masyarakat mulai menerima HKm, namun pada Mei 2013 pada saat rapat evaluasi di Dusun Lendang Lombok ada

sekitar 60-80 massa datang yang sepertinya menginginkan kejelasan tentang sertifikat hak kepemilikan.

Secara pribadi dan kelembagaan saya sangat setuju kegiatan CDM ini. Menurut pengamatan saya hingga saat ini persentase tumbuh tanaman cukup besar yaitu > 80%. Tanaman yang mati sekitar 20% karena pada saat penanaman ada beberapa petani yang sakit, sehingga penanaman dilakukan pada pertengahan musim kemarau dalam cuaca panas dan tidak ada air.

Ke depan perlu perbanyakan kantong air, atau ada mobil tangki secara rutin mensuplai air atau penyediaan terpal per petani. Dari AMPEL, tetap mencarikan investasi/program pembinaan peternakan unggas, pelatihan pembuatan pakan ternak, pelatihan keterampilan, peningkatan SDM supaya mereka teralihkan dan tidak menggangu lahan hutan untuk mencari penghasilan harian.

Sekarang jika datang ke Sekaroh dalam musim kemarau yang didapat hanyalah panas, namun nanti ketika tanaman-tanaman ini sudah

Gambar 32. Turmudzi – Ketua LSM AMPEL

tumbuh tinggi, maka sudah banyak pohon rindang yang dapat menaungi mereka untuk berteduh. Manfaat lainnya, adalah mulai menghasilkan/ panen buah-buah yang dapat dinikmati oleh petani yang punya lahan maupun masyarakat sekitar.

Saya pikir masyarakat saat ini sudah menerima sosialisasi tim KOICA sehingga saya berharap mereka tidak lagi beralih ke pola tanam yang dahulu yang secara nyata telah merugikan mereka. Ke depan perlu penguatan kelembagaan, bisa dengan pembentukan lembaga baru atau menguatkan lembaga yang sudah ada. Namun pandangan saya lebih tepat penguatan Gapoktan Sekaroh Maju.

Dengan adanya penambahan penduduk sehingga akan menambah wilayah tempat tinggal. Perlu diwaspadai ke depannya terhadap adanya spekulan/calo tanah yang terus memprovokasi masyarakat agar mereka dapat memiliki sertifikast hak milik. Cara yang paling aman adalah mulai saat ini Pemerintah Kabupaten sudah mulai

memikirikan rencana relokasi, mumpung masyarakat yang ada masih

sedikit, nanti kalau sudah banyak pasti akan lebih susah.

KOICA Memudahkan Kegiatan Rehabilitasi Berikutnya Saya sangat senang dengan program

CDM yang dilakukan oleh KOICA. Melalui program ini, persepsi masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi sudah berubah.

AMPEL akan terus melakukan pendampingan masyarakat walaupun nanti KOICA tidak melanjutkan programnya. AMPEL akan bekerjasama dengan instansi lain untuk terus melakukan pendampingan masyarakat agar tanaman KOICA terpelihara dan lingkungan sekaroh kembali bagus. Komitmen AMPEL adalah membangun hutan bersama masyarakat

Perubahan paradigma yang sudah terjadi di masyarakat Sekaroh terhadap lingkungan akan kami suarakan pada masyarakat lain dan kami yakin masyarakat juga akan menceritakan kegiatan ini pada masyarakat lain. Jika kegiatan ini bisa sukses dan tanaman terpelihara maka ini akan menjadi cerita sukses masyarakat Sekaroh bahwa mereka juga bisa memperbaiki lingkungan.

Saya salut dengan ketekunan KOICA dan Litbang Kehutanan, walaupun pada awalnya masyarakat menolak program ini tapi KOICA dan Litbang Kehutanan tak kenal putus asa mendekati masyarakat. Masyarakat sebenarnya juga sudah melihat hasil tanaman yang dulu ditolak masyarakat seperti pohon asam. Dulu masyarakat tidak suka dengan asam, tetapi sekarang masyarakat sudah menikmati hasilnya.

AMPEL juga terus memperkuat pengetahuan pengurus dan masyarakat. Saat ini AMPEL memiliki seperangkat alat untuk mengukur curah hujan yang ditempatkan di Dusun Pongoros. Alat ini merupakan hasil kerjasama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan AMPEL.

AMPEL saat ini mendampingi masyarakat dan melakukan pertemuan sekali dalam seminggu. Lokasi pertemuan tergantung kondisi, bisa di lahan masyarakat, rumah penduduk atau di areal JIFPRO. Materi pertemuan biasanya terkait dengan persepsi masyarakat terhadap lingkungan dan peluang perubahan kondisi ekonomi masyarakat.

Program CDM KOICA perlu dilanjutkan semua pihak. Kegiatan KOICA ini akan memudahkan berbagai pihak untuk melakukan kegiatan rehabilitasi di Sekaroh karena masyarakat lebih terbuka terhadap pihak luar. KOICA berhasil merubah dari masyarakat yang tidak peduli lingkungan menjadi masyarakat yang peduli lingkungan.

Masyarakat Yakin Pendapatannya Bisa Meningkat

Persepsi masyarakat sebelum KOICA memulai kegiatan sangat negatif. Masyarkat bukan hanya tidak setuju tapi menentang kegiatan KOICA karena dianggap bisa menyebabkan masyarakat makin sengsara. Masyarakat menganggap tidak bisa lagi menanam tanaman tumpangsari dan penghasilan masyarakat makin sulit. KOICA dan tokoh masyarakat

Gambar 33. Drs. Purnama Hadi, MH – Camat Kecamatan Jerowaru

melakukan pendekatan yang terus menerus

dan bahkan dilakukan door to door. Tim

KOICA dan Litbang Kehutanan menyampaikan rencana jarak tanam 3 x 6 meter sehingga masyarakat masih bisa menanam tanaman tumpangsari.

Dari luas penanaman sekitar 309 ha, yang sangat bagus sekitar 40% terutama di Rerangan dan Lendang Lombok. Yang lain tumbuhnya biasa saja. Masalah utamanya karena iklim yang panas dan musim yang tidak menentu. Saat ini masyarakat sudah mendukung dan tidak masalah lagi.

Tanaman saat ini membutuhkan

pemeliharaan dan masyarakat sudah bersedia memelihara tanaman karena dianggap menguntungkan. Kami dari pihak pemerintah berharap KOICA bersedia meneruskan program ini pada areal HKm yang sudah dicadangkan Kementerian Kehutanan. Areal HKm yang dicadangkan Kementerian Kehutanan seluas 1450 ha dan KOICA sudah menanam seluas 309 ha, artinya sisanya masih cukup banyak.

Saya yakin, ke depan kegiatan rehabilitasi lahan ini akan lebih berhasil karena masyarakat sudah paham tujuan kegiatan ini. Masyarakat sudah berubah, tim KOICA dan Litbang juga sudah tahu permasalahan di lapangan sehingga lebih mudah untuk mengatasinya.

Kegiatan KOICA ini sangat bermanfaat bagi lingkungan Sekaroh dan juga Indonesia. Hutan sebagai paru-paru dunia perlu dijaga kelestariannya.

Masyarakat saat ini punya keyakinan bahwa program CDM ini berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat terutama jika tanaman buah-buahan sudah berproduksi. Apalagi Desa Sekaroh memiliki beberapa lokasi wisata sehingga penanaman kehutanan dan buah- buahan akan meningkatkan potensi wisata dan penghasilan masyarakat. Penanaman buah-buahan sudah tepat dilakukan.

Beberapa lokasi wisata di Desa Sekaroh antara lain Pantai Pink yang bekerjasama dengan Swedia. Ada juga Gili Sunud yang

bekerjasama dengan Singapura. Gili Sunud bagus untuk surving, diving

dan di situ juga ada taman laut. Tempat wisata lain di Desa Sekaroh yaitu Tanjung Ringgit yang sangat indah pemandangan lautnya. Di Tanjung Ringgit terkenal dengan ombaknya yang besar, situs Jepang,

Goa, Tank, Meriam dan bisa menyaksikan sunset dan sunrise karena

berada pada dataran tinggi.

Lahan HKm di Sekaroh masih memerlukan beberapa embung air. Sebaiknya setiap 25 ha memiliki satu embung air sehingga masyarakat mudah menyiram tanaman khususnya pada musim kemarau. Ke depan kerjasama perlu lebih banyak melibatkan lembaga desa, BPD dan memberdayakan Gapoktan.

Berharap Program Dilanjutkan

Kegiatan CDM yang dilakukan oleh KOICA telah berhasil merubah pola pikir masyarakat yang terlibat dalam program. Jika sebelum program KOICA masyarakat hanya berfikir untuk menanam jagung dan untuk kepentingan keluarga saat itu, tetapi sekarang masyarakat sudah ber fikir menanam pohon untuk kehidupan anak – cucunya.

Pada awal program rehabilitasi KOICA ini masyarakat menolak untuk ikut serta, sekarang justeru masyarakat yang meminta untuk dilakukan penanaman pada areal kerjanya. Kegiatan ini sangat bagus

dan ke depan berpeluang besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dulu Hutan Lindung Sekaroh berupa hutan yang lebat dan masyarakat takut untuk mengucapkan kata “hujan”. Jika orang mengucapkan kata “hujan”, maka hujan akan turun dengan sendirinya.

Gambar 34. Marjahan – Ketua Amphibi Kabupaten

Gambar 35. Ir. Sahri – Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Kabupaten Lombok Timur

Sekarang, hujan sangat jarang terjadi dan musim kemarau lebih panjang dari pada musim hujan. Hal ini mengakibatkan tanaman jagung masyarakat hanya bisa untuk sekali siklus produksi.

Saya yakin masyarakat akan merawat tanaman yang sudah ditanam bersama KOICA ini. Masyarakat memiliki harapan yang tinggi terhadap tanaman khususnya buah-buahan. Tanaman hutan juga akan dirawat. Pengalaman dari rehabilitasi sengon di JIFPRO, dahulu masyarakat tidak mendukung, tapi sekarang masyarakat sudah mendapatkan hasilnya berupa mata air lebih banyak dan buah dari sengon juga menghasilkan uang bagi masyarakat.

Tanaman masyarakat saat ini yang tumbuh diperkirakan lebih dari 60 %. Masyarakat masih membutuhkan pendampingan dari LSM, agar masyarakat punya tempat untuk bertanya. Kami juga berharap program ini dapat dilanjutkan, minimal sampai tanaman cukup kuat untuk tumbuh.

Memiliki Manfaat Jangka Panjang dan Pendek Masyarakat awalnya belum tahu dan curiga dengan program KOICA sehingga kebanyakan masyarakat tidak peduli dan cenderung menolak program ini. Masyarakat memiliki kekhawatiran jika KOICA masuk maka masyarakat akan diusir dari lokasi. Kekhawatiran ini muncul karena ketidaktahuan dan ada juga yang memberikan informasi yang tidak benar pada masyarakat.

Jika dahulu hampir seluruh masyarakat menolak, sekarang semua masyarakat sudah menerima program ini. Masyarakat yang tidak diikutkan dalam program KOICA, sekarang minta diikutkan

tapi sudah tidak bisa karena KOICA hanya membatasi program seluas 309,69 ha (awalnya 300 ha). Bagi masyarakat yang ingin ikut melakukan

rehabilitasi ini, Pemerintah Daerah (Pemda) mengakomodasi keinginan masyarakat dengan format HKm pada areal yang masih dalam pencadangan HKm dari Menteri Kehutanan. Menteri Kehutanan memberikan areal untuk HKm seluas 1450 ha dan kegiatan KOICA memanfaatkan 309, 69 ha dan sisanya akan dibuat dalam bentuk HKm dengan kerjasama pihak lain. Saat ini sedang proses mengurus izin IUPHKm seperti yang sudah dimiliki oleh Gapoktan Sekaroh Maju hasil kerjasama dengan KOICA.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Timur mengharapkan KOICA tetap mendampingi program ini sampai tanaman berumur lima (5) tahun. Jika pendampingan distop saat ini maka pemeliharaan tanaman tidak akan maksimal. Dinas Kehutanan akan tetap menjaga program ini tapi kami juga punya keterbatasan termasuk keterbatasan anggaran. Jika KOICA memperpanjang program ini sampai tanaman berumur lima tahun akan lebih baik bagi program ini dan lingkungan.

Program KOICA ini sangat bermanfaat bagi perbaikan lingkungan. Areal yang dahulu tidak bervegetasi kami yakin ke depan akan kembali memiiki vegetasi yang bagus.

Selain manfaat jangka panjang, kegiatan KOICA ini juga memiliki manfaat jangka pendek bagi masyarakat. Manfaat jangka pendek

program ini yaitu terjadi peningkatan income masyarakat. Masyarakat

yang biasanya tidak atau sangat sedikit penghasilannya setelah panen jagung, dengan program KOICA memiliki peghasilan cukup besar melalui kegiatan persiapan lahan, penanaman dan pemeliharaan tanaman. Program KOICA ini membuat penghasilan masyarakat menjadi meningkat.

Harapan kami ke depan lahan HKm yang dicadangkan Menteri Kehutanan seluas 1450 ha bisa tertanami dan terpelihara dengan baik. Kegiatan menanam itu mudah, yang sulit adalah memeliharanya. Kami berharap KOICA masih bersedia memelihara tanaman ini sampai berumur 5 tahun. Pemda Kabupaten Lombok Timur akan memelihara program CDM KOICA ini sesuai dengan kemampuan Pemda.

Gambar 36. Dr. Ir. Abdul Hakim, MM – Kepala Dinas

Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat Berharap KOICA Memelihara Sampai Tanaman Berumur 3 Tahun

Kegiatan ini kurang koordinasinya dengan Dinas Kehutanan Provinsi NTB. Semestinya ada koordinasi yang intensif antara KOICA dan Litbang Kehutanan dengan Dinas kehutanan Provinsi. Dinas Kehutanan Provinsi NTB sudah menawarkan ruangan untuk KOICA. Hal ini kami lakukan agar Dinas Kehutanan provinsi NTB mengetahui perkembangan dan bisa memberikan bantuan segera jika dibutuhkan.

Kami melihat program CDM dari KOICA ini sangat positif bagi lingkungan dan masyarakat. Program rehabilitasi lahan KOICA dengan skema CDM memberikan

model baru dalam format kerjasama dengan masyarakat. Model kerjasama KOICA bersama masyarakat ini menambah khasanah model pendekatan pada masyarakat.

Saya rasa di lapangan sudah terjadi perubahan cara berfikir masyarakat dan ini keberhasilan KOICA dalam melakukan pendekatan dengan masyarakat. Hutan Lindung Sekaroh merupakan areal yang ekstrim kering dan banyak pengembalaan liar sehingga sulit dilakukan rehabilitasi lahan jika tidak dilakukan pemeliharaan intensif dan pendekatan kepada masyarakat secara konsisten.

Dinas Kehutanan Provinsi NTB akan meneruskan program yang sudah dibuat KOICA sesuai kemampuan kami. Kami berharap ada bantuan dari APBD atau APBN untuk meneruskan program CDM ini. Akan sayang sekali program yang bagus ini tidak diteruskan karena sudah ada perubahan masyarakat. Ke depan, diharapkan program rehabilitasi lahan dan pemberdayaan masyarakat berupa kerjasama antara APBD, APBN dan mitra lain.

Saya melihat bantuan dari tokoh masyarakat dan pemerintah daerah sangat antusias membantu program KOICA ini. Mereka sering

datang ke lapangan, baik Dinas Kehutanan dan perkebunan kabupaten Lombok Timur, Camat Kecamatan Jerowaru dan Kepala Desa Sekaroh serta tokoh masyarakat setempat sering datang ke lapangan.

Tanaman Kehutanan dan buah-buahan adalah tanaman berumur panjang. Tidak bisa setahun setelah penanaman ditinggal pergi. Kami berharap KOICA masih mendampingi program ini sampai tanaman berumur tiga tahun atau programnya bisa diperpanjang dua tahun lagi. Pada umur tiga tahun, tanaman sudah kuat di lapangan dan tahan terhadap iklim yang ekstrim seperti Hutan Lindung Sekaroh.

REFERENSI

APHI dan CER Indonesia. 2011. Peluang dan Mekanisme Perdagangan Karbon Hutan. Jakarta.

Boer, R. 2001. Opsi Mitigasi Perubahan Iklim Di Sektor Kehutanan Dan Aspek Metodologi Proyek Karbon Kehutanan. Makalah dalam Lokakarya Tindak Lanjut Konvensi Perubahan Iklim dan Kyoto Protokol di Sektor Kehutanan, Gedung Manggala Wanabakti, 18 September 2001, Jakarta.

Boer, R. 2004. Aspek Teknis Penunjang Implementasi Protokol Kyoto Di Indonesia: Sektor Kehutanan. Workshop ‘Tindak Lanjut Protokol Kyoto’ tanggal 5 Agustus 2004 di Manggala Wanabakti. Jakarta. Brown, D., Seymour, F. dan Peskett, L. 2010. Melangkah Maju dengan REDD: Isu, Pilihan dan Implikasi. Cifor. Halaman 119 – 131. Bogor, Indonesia.

Fakultas Kehutanan IPB. Praktek Pengelolaan Hutan Mahasiswa Faklutas Kehutanan IPB. Bogor.

Gewab, A. F. 2013. Keberhasilan Tumbuh Tanaman Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Sundey Distrik Biak Timur Kabupaten Biak Numfor. Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Negeri Papua. Papua.

Hardiansyah, G. dan Ridwan, M. 2012. REDD: Peluang HPH Menurunkan Emisi Global. Untan Press. Pontianak, Kalimantan Barat.

IGES. 2012. IGES Market Mechanisms Country Fact Sheet July 2012 Version. Information on Market Mechanism including CDM, GHG Emissions and NAMAs for Each Country. Japan.

Irwanto. 2007. Budidaya Tanaman Kehutanan. Jogjakarta.

IPCC Good Practice Guidance for LULUCF. 2006. Annex 3A.1 Biomass Default Tables for Section 3.2 Forest Land.

IPCC. 2007. IPCC Fourth Assessment Report. Report by Working Group I, The Physical Science Basis. Cambridge University Press, Cambridge, Inggris.

Kementerian Lingkungan Hidup. 1997. Agenda 21 Indonesia – Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan. Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2006. Panduan Kegiatan MPB di Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta.

Ketterings, Q.M., Coe, R., Van Noordwijk, M., Ambagau, Y. and Palm, C. 2001. Reducing Uncertainty in the use of Allometric Biomass Equations for Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forest. Forest Ecology and Management 146: 199- 209.

KOICA dan Forestry Research and Development Agency (FORDA). 2013. Project Design Document (PDD) – Community Based Reforestation on Degraded Lands in East Lombok. Jakarta, Indonesia.

Martawijaya, A., Kartasijana, I., Kadir, K., dan Prawira, S. A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid I. Jakarta.

Martawijaya, A., Kartasijana, I., Kadir, K., dan Prawira, S. A. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Jilid II. Jakarta.

Menteri Kehutanan. 2004. Permenhut No 14 tahun 2004 tentang Tata Cara Aforestasi dan Reforestasi dalam Kerangka Mekanisme Pembangunan Bersih. Jakarta.

Menteri kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 22/ Menhut-V/2007 tentang Pedoman Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2007. Jakarta.

Menteri Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/ Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan. Jakarta. Menteri Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan No 36 tahun

2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Menteri Kehutanan. 2012. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 tentang Penyelenggaraan Karbon Hutan.

Mulyoutami, E., Van Noordwijk, M., Sakuntaladewi, N. dan Agus, F. 2010. Perubahan Pola Perladangan: Pergeseran persepsi mengenai para peladang di Indonesia. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre – ICRAF, Sea Regional Office.

Mudiyarso, D. 2003. Protokol Kyoto Implikasinya bagi negara berkembang. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.

PT. Prima Kelola – Institut Pertanian Bogor. 2010. Draft Report - Pre- Assesment For AR CDM Plantation In Lombok. Bogor.

Ridwan, M. 2011. AR CDM Indonesia: Berjuang Maksimal Saat Injury Time. Opini dalam Majalah Tropis, Edisi 05 tahun 2011. Halaman 54-57. Jakarta.

Ridwan, M. 2012. REDD+ dan Mahalnya Koordinasi. Opini dalam Majalah Tropis, Edisi 01 tahun 2012. Halaman 52-54. Jakarta.

Ridwan, M. 2013. Menyoal Peran Sektor Kehutanan. Opini dalam Majalah Tropis, Edisi 4 tahun 2013. Halaman 52-55. Jakarta. Rudel, T. 2011. Dalam Angelsen, A., Brockhaus, M., Kanninen, M.,

Sills, E., Sunderlin, W. D. dan Wertz-Kanounnikoff, S. (ed) 2011. Mewujudkan REDD+: Strategi Nasional dan Berbagai Pilihan Kebijakan. Halaman 193 – 202. Cifor, Bogor, Indonesia.

Rukmana, R. dan Oesman, Y. Y. 2002. Nimba Tanaman Penghasil

Pestisida Alami. Kanisius. Yogyakarta.

Siregar. C. A., Siregar. U. J., Lee. K. T., , S.P. Jin. S. P., and Han. K. J.

2013. Climate adaptation in East Lombok Island, Indonesia:

Lessons learnt from Korea-Indonesia Climate Joint Project. Paper presented at the International Workshop, “Adaptation Futures 2012 International Conference on Climate Adaptation, 26-31 May 2012. Arizona, USA.

Yayasan Alamanda dan Lestari Hutan Indonesia. 2003. Pendampingan dan Penguatan Kelembagaan untuk Unit Bisnis di Kampung Calobak dan Bobojong. Bogor.

http://balitbu.litbang.deptan.go.id/ind/index.php/publikasi-mainmenu-47/ 92-petunjuk-teknis/172-budidaya-nangka http://www.jaco-cdm.com http://iman56.blogspot.com/2010/10/silvikultur-mahoni-swietenia.html http://alamendah.org /2009/12/26/pohon-trembesi-ki-hujan-serap-28- ton-co2/ http://isroi.com/2010/08/14/tanaman-pestisida-nabati-mimba- azadirachta-indica-i/ http://www.worldagroforestry.org

Awig-Awig Kelompok Tani HKm Sekaroh Maju Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

PEDOMAN KRITERIA DAN INDIKATOR UNTUK PENILAIAN KELAYAKAN KEGIATAN CDM

PADA AREAL IUPHH-Km Perhatian

Kriteria dan Indikator ini hanya berlaku untuk kesesuaian antara Peraturan Kementerian Kehutanan mengenai Pelaksanaan kegiatan Clean development Mechanism (CDM) pada Area Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kemasyarakatan (IUPHH-Km) Berdasarkan Penilaian dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pedoman ini terdiri dari empat (4) Kriteria dan Delapan Belas (18) Indikator yang satu sama lain saling terkait dan saling mendukung.

Kriteria I. Pemenuhan Persyaratan Kebijakan

√ !" # $%& ' & ( $%& ( ) ) " * ' + ### & ' # , ' " - $%+ ' " ( . . / ' ( ' ) / + ) " 0 %& 1 2 &##& ' " ) ' & %+13&# ( ) . *

& 4 " √ / * "( " 0 %% 1 11+ ( &# & 5 ! ) " . " 4 6 ) 7 8 )3 9 " , 3 ( * "( " ) " " + " ' " √ / * "( " 0 %% 1 11+ ( &# & 5 ! ) " . " 4 6 ) 7 8 )3 9 " , 3 ( * "( " 1 * ) " √ " ) ' , ' &# 8 " " √ 8 ' 4 / * "( " 0 %% 1 11+ ( &# & 5 ! ) " . " 4 6 ) 7 8 )3 9 " 3 ( * "( " & ) / ( ( ' : . "( / ; 8 ' 8 ) 4 √ 8 <8 * ) 9 " 3 ' 8 ) " 4 ' # &#

Dalam dokumen REHABILITASI LAHAN DI ZONA EKSTRIM (Halaman 153-200)

Dokumen terkait